Anda di halaman 1dari 31

BERTERNAK BURUNG PUYUH

Proposal ini disusun sebagai syarat


Seleksi Penerimaan Beasiswa
Disusun Oleh :

Astika Putri Roshinta DBD 114 004


Noor Rizal Fahliani DBD 114 010
Linda Sukanda ACC 114 010
Purnama BCA 115 254

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017
BERTERNAK BURUNG PUYUH

Proposal ini disusun sebagai syarat

Seleksi Penerimaan Beasiswa

Disusun Oleh :

Astika Putri Roshinta DBD 114 004


Noor Rizal Fahliani DBD 114 010
Linda Sukanda ACC 114 010
Purnama BCA 115 254

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Berternak Burung Puyuh


2. Ketua
a. Nama : Astika Putri Roshinta
b. Nim : DBD 114 004
c. Jurusan : Teknik Pertambangan
d. Alamat Rumah : Jalan Yos Sudarso No. 54
e. No Hp / e-mail : 0823-7229-3213
astika@std.mining.upr.ac.id
Anggota
a. Anggota 1
Nama : Noor Rizal Fahliani
NIM : DBD 114 010
Jurusan : Teknik Pertambangan
Alamat Rumah : Jalan P.Junjung Buih XI No 2
No HP / e-mail : 0857-5233-5736
noor.rizal@std.mining.upr.ac.id
b. Anggota 2
Nama : Purnama
NIM : BCA 115 254
Jurusan : Akuntansi
Alamat Rumah : Jalan Yos Sudarso No 54
No HP / e-mail : 0878-8732-0001
purnama.lubis23@gmail.com

ii
c. Anggota 3
Nama : Linda Sukanda
NIM : ACC 114 010
Jurusan : Pendidikan MIPA (KIMIA)
Alamat Rumah : Jalan Lawu No. 15
No Hp / e-mail :-
linda_sukanda@yahoo.co.id
3. Dosen Pembimbing
a. Nama : Dra. Solikah Nurwati, MM.
b. NIP : 19620316 198701 2 001
c. Alamat Rumah : Jalan Belibis, Kota Palangka Raya.
d. No Hp / e-mail : 0852-4918-0079

iii
4. Biaya kegiatan Total : Rp 14.037.893,-
5. Jangka waktu pelaksana : 1 Tahun

Palangka Raya , Juni 2017

Menyetujui,

Dosen Pembimbing, Ketua Pelaksana Kegiatan,

(Dra. Solikah Nurwati, MM.) (Astika Putri Roshinta)


NIP. 19620316 198701 2 001 NIM. DBD 114 004

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penyusun mampu menyelesaikan proposal

usaha ini dengan baik.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada :

1. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam

pembuatan proposal usaha ini.

2. Dosen pembimbing kami ibu Dra. Solikah Nurwati, MM.

3. Semua teman-teman yang mendukung penulis dalam pembuatan

proposal usaha ini.

Sistem penyusunan proposal ini atas dasar bimbingan dan prosedur yang

sudah ada. Maka dalam penyusunannya bisa dipahami secara mudah.

Penyusun menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan, namun

penulis berusaha untuk mencapai kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak kami harapkan demi kesempurnaan proposal

ini. Besar harapan penyusun agar proposal usaha ini dapat bermanfaat bagi

penyusun dan pembaca.

Palangka Raya, Juni 2017

Tim Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................. ........................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang........ ....................................................................... 1
B. Identifikasi.............................................................. ....................... 2
C. Tujuan.................................................................... ........................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
A. Jenis-Jenis Puyuh ........................................................................... 3
BAB III METODOLOGI.................................................................................. 8
A. Bentuk Usaha dan Pemeliharaan..................................................... 8
B. Perkandangan................................................................................. 8
C. Pakan Puyuh .................................................................................. 10
D. Tata Laksana Perawatan ................................................................ 14
E. Penyakit Puyuh .............................................................................. 19
F. Pengawetan Telur .......................................................................... 21
G. Analisa Usaha ................................................................................ 22
BAB V PENUTUP............................................................................. .............. 24
A. Kesimpulan...................................................................... .............. 24
B. Saran............................................................... ............................... 24

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Beternak puyuh sudah semakin memasyarakat, terutama sejak krisis


moneter melanda karena banyaknya tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan
atau di PHK. Orang pun banyak yang kemudian memutuskan untuk
berwirausaha. Salah satunya menjadi peternak puyuh.

Sebagai salah satu ternak unggas, puyuh cocok bila diusahakan, baik
sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha komersial (pokok). Telur
dan daging puyuh telah populer dan dibutuhkan sebagai salah satu sumber
protein hewani yang cukup penting. Telur puyuh akan semakin mudah
didapatkan baik di warung, toko maupun supermarket. Namun, produk puyuh
dalam bentuk daging masih belum semudah mendapatkan telurnya. Hal
tersebut kemudian mendorong kami untuk mengembangkan ternak puyuh.

Banyak peternak besar dan kecil bermunculan, tetapi banyak juga yang
berguguran karena seleksi alam. Faktor penyebab kegagalan diantaranya
modal tidak dapat berputar seperti yang diharapkan akibat dari tingginya
harga pakan, serta kurangnya pengetahuan peternak tentang cara beternak
puyuh. Pengelolaan ternak puyuh masih banyak menggunakan teknik coba-
coba (trial and error). Karena metode beternak puyuh belum semapan
beternak unggas lainnya seperti ayam atau itik, metode beternak ayam pun
digunakan untuk beternak puyuh.

Latar belakang itulah yang mendasari kami menyusun proposal ini,


dengan harapan akan mampu memberikan sumbangsih positif sehingga kami
kemudian akan mampu berwirausaha puyuh dengan metode yang lebih baik
dari metode yang sudah ada.

1
B. Identifikasi

Usaha skala kecil ini bergerak di bidang peternakan puyuh petelur dan
merupakan usaha yang cukup sederhana serta mudah untuk ditekuni. Usaha
ini cukup menguntungkan, mengingat telur merupakan salah satu jenis
makanan yang sering digunakan sebagai pemenuhan gizi bagi masyarakat
setempat. Selain mudah diolah, harga telur juga relatif terjangkau. Oleh
karena itu usaha ini diharapkan dapat memberikan keuntungan yang
maksimal.
Nama usaha : Berternak Burung Puyuh

Pemilik usaha :

1. Astika Putri Roshinta


2. Noor Rizal Fahliani
3. Linda Sukanda
4. Purnama

Alamat Usaha : Jl. P. Junjung Buih XI No. 2, Kota Palangka Raya

Contact Person : 0823-7229-3213, astika@std.mining.upr.ac.id

C. Tujuan

1. Memenuhi kebutuhan konsumen

2. Menciptakan peluang usaha baru

3. Menerapkan kemampuan berwirausaha

4. Memunculkan bakat untuk berbisnis

5. Mendapatkan penghasilan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh
relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak
(Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut Quail, merupakan bangsa
burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan
terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai
dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di
kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.

Puyuh adalah spesies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan,
kecuali Amerika. Pada tahun 1870 puyuh jepang yang disebut japanese quail
(Coturnik coturnik japonica) mulai masuk ke amerika. Namun sebutan untuk
puyuh ini kemudian menjadi beragam seperti common quail, stubble quail,
japanes king quail dan masih banyak lagi.

Baru beberapa jenis puyuh yang dikenal serta dipelihara untuk diambil telur
dan dagingnya, sebenarnya banyak jenis puyuh yang tersebar diseluruh dunia,
termasuk Indonesia. Namun tidak semua puyuh tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai penghasil pangan. Beberapa puyuh menpunyai jenis bulu yang indah
sehingga banyak dipelihara sebagai hewan hias.

A. Jenis-Jenis Puyuh

Berikut adalah jenis-jenis puyuh yang ada di dunia:

1. Puyuh Japonica

Puyuh ini termasuk dalam famili Phasianidaendan ordo Galiformes.


Dibandingkan dengan puyuh lainnya, Coturnix coturnix japonica mampu
menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir telur per ekor selam setahun.
Puyuh betina mulai bertelur pada usia 35 hari.

3
2. Blue Blested Quail (Coturnix chinensis)

Di Indonesia puyuh ini disebut puyuh pepekoh. Termasuk dalam suku


Phasianidae dan bertubuh sangat mungil. Musim kawin puyuh pepekoh di
pulau jawa adalah bulan Februari-September dan puncaknya pada April-
Juni. Telur yang dihasilkan puyuh pepekoh betina 5-6 butir.

3. Chesnut Bellied Partridge (Arbhorophila javanica)


Di Indonesia puyuh ini disebut puyuh gonggong jawa. Puyuh ini
berukuran sedang dengan panjang badan mencapai 25 cm. Musim kawin
pada bulan Januari, Maret, April, Agustus dan September. Jumlah telur
yang dihasilkan betina sekitar 2-4 butir dan berwarna putih.
4. Grey Bellied Partridge (Arborophila javanica)

Di Indonesia disebut puyuh gonggong biasa. Daerah penyebarannya


meliputi daerah Cina Barat Daya, Asia Tenggara, Kalimantan, Sumatra
dan Jawa Timur (dataran tinggi ijen). Makanan puyuh gonggong biasa
berupa biji-bijian, buah-buahan dan serangga. Jumlah telur puyuh betina
sekitar 2-4 butir.

5. Bar Backed Partridge (Arborophila bruneopectus)

Nama lain puyuh ini adalah Brown Breasted Partridge. Puyuh ini
memilki ciri-ciri, yaitu pada bagian leher sampai dada bagian depan
bergaris-garis hitam, sedang dadanya tidak terdapat warna hitam.

6. Red Billed Partridge

Di Indonesia dikenal dengan sebutan puyuh sumatra. Puyuh ini


bersifat endemik dan menyebar di daerah Bukit Barisan dengan ketinggian
900-2500 m dpl. Warna badannya didominasi warna coklat, kepalanya
belang coklat berbintik dan mempunyai mahkota berwarna hitam.

7. Red Breasted Partidge

Disebut puyuh gonggong kalimantan. Puyuh ini tumbuh endemik di


perbukitan Kalimantan bagian utara. Puyuh gonggong kalimantan

4
dicirikan dengan warna coklat dan corak hitam-putih pada sisi lambung,
tengkuk dan mahkota kehitaman bergaris coklat, dada kuning (jantan) dan
coklat berbintik putih (betina) dan ekor berwarna putih.

8. Turnix (Turnix sylvatica)

Puyuh ini masuk dalam famili Turnicidae dan ordo Gruifornes.


Makanan turnix berupa rumput-rumputan dan biji-bijian. Jumlah telur
betinanya sekitar 4 butir. Uniknya telur puyuh ini dierami oleh puyuh
jantan. Setelah 18-19 hari dierami telur-telurpun menetas.

9. Puyuh Mahkota (Rollulus roulroul)

Puyuh ini termasuk dalam famili Phasianidae dan ordo Galliformes.


Dibanding puyuh lain puyuh mahkota mempunyai warna bulu paling indah
ditambah dengan ornamen bentuk berbentuk mahkota pada kepala puyuh
jantan.

10. Scaled Quail (Callipepla squamata)

Ukuran tubuhnya sekitar 25-30 cm. Termasuk dalam famili


Phasianidae dan ordo Galliformes. Selama musim bertelur puyuh ini hidup
menyendiri, sedangkan pada saat musim gugur dan musim dingin
berkumpul dalam kelompok besar. Betinanya mampu menghasilkan telur
sebanyak 9-16 butir. Telurnya menetas setelah dierami betinanya selama
21 hari. Setelah menetas anaknya dapat mencari makanan sendiri.

11. Gambels Quail

Tubuhnya gemuk dan berkaki pendek serta kuat. Panjang tubuhnya


antara 25-28 cm. Termasuk ke dalam ordo Galliformes dan famili
Phasianidae serta hidup di daerah tandus bersemak-semak. Puyuh ini
hanya terdapat di Amerika Utara. Betina mampu bertelur 9-14 butir dan
telurnya dieram selama 21-24 hari.

5
12. Barred Button Quail (Turnix succiator)

Sering disebut puyuh tegalan loreng. Puyuh jantan memiliki mahkota


berbercak coklat, sedangkan muka dan dagu berbintik putih serta bergaris
hitam pada dada. Ukuran betina lebih besar. Dagu dan lehernya berwarna
hitam, sedangkan mahkotanya juga berwarna kehitaman dan kepalanya
abu-abu. Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 3-4 butir. Cangkangnya
berwarna keputih-putihan atau kuning pucat berbintik coklat atau hitam.

13. Puyuh Albino

Puyuh ini memiliki ciri khas yaitu berbulu putih dan berwarna merah.
Puyuh ini diduga dari keturunan puyuh yang biasa dipelihara (Coturnix
coturnix japonica), tetapi berasal dari gen resesif. Puyuh ini mampu
menghasilkan telur yang tidak jauh berbeda dari puyuh biasa, bahkan
terkadang jumlahnya lebih tinggi.

14. Bob White

Termasuk puyuh ukuran sedang, panjang tubuh sekitar 25 cm.


Termasuk dalam ordo Galliformes dan famili Phasianidae. Puyuh ini
banyak hidup di Amerika utara. Biasa dipanen pada umur 6-16 minggu.
Puyuh betina bertelur antara 12-20 butir, dan dierami selama 23-24 hari.

Jenis burung puyuh yang biasa diternakkan adalah berasal dari jenis
Coturnix-coturnix japonica. Produksi telur burung puyuh ini mencapai 250 300
butir per tahun dengan berat rata-rata 10 gram per butir. Disamping produksi
telurnya, burung puyuh juga dimanfaatkan daging dan kotorannya. Keunggulan
lain dari burung puyuh adalah cara pemeliharaannya mudah, mempunyai daya
tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diternakkan bersama dengan hewan
lain (Hartono, 2004).

Anak burung puyuh yang baru menetas dari telur disebut Day Old Quail
(DOQ). DOQ ini besarnya seukuran jari dengan berat 8-10 gram dan berbulu
jarum halus. DOQ yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakan lincah,
besarnya seragam dan aktif mencari makan atau minum. dalam dunia peternakan,

6
periode pembesaran DOQ disebut dengan masa Starter Grower atau Stargro
hingga anak burung puyuh berumur 5 minggu (Sugiharto, 2005).

Ciri-ciri burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) adalah bentuk badannya


relatif lebih besar dari jenis burung- burung puyuh lainya. Panjang badannya 19
cm, badannya bulat, ekor pendek, dan kuat, jari kaki empat buah, warna bulu
coklat kehitaman, alis betina agak putih sedang panggul dan dada bergaris
(Nugroho dan Mayun, 1986).

Kandungan protein dan lemak telur puyuh cukup baik bila dibandingkan
dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya
rendah sehingga sangat baik untuk kesehatan.

Tabel 2.1
Perbedaan Susunan Protein Dan Lemak Dari Berbagai Telur Unggas
Jenis Unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat Abu (%)
(%)

Ayam ras 12.7 11.3 0.9 1.0

Ayam buras 13.4 10.3 0.9 1.0

Itik 13.3 14.5 0.7 1.1

Angsa 13.9 13.3 1.5 1.1

Merpati 13.8 12.0 0.8 0.9

Kalkun 13.1 11.8 1.7 0.8

Puyuh 13.1 11.1 1.6 1.1

Sumber : Murtidjo (1996).

Selain itu, mineral yang banyak terdapat dalam cangkang telur adalah
Calsium. Defisiensi Calsium dapat menyebabkan kerabang telur tipis dan
produksi telur akan menurun (Anggorodi,1985).

7
BAB III
METODOLOGI

A. Bentuk Usaha dan Program Pemeliharaan

Seperti halnya berternak hewan lain secara intensif, berternak puyuhpun


memerlukan program pemeliharaan dan tata laksana yang baik. Untuk
mendapatkan hasil optimal dan menguntungkan, program pemeliharaan dan
tata laksana harus dilakukan dengan benar dan teratur sejak penetasan telur,
pemeliharaan anakan puyuh.

Program pemeliharaan yang dimaksud merupakan garis besar


pelaksanaan yang harus dilaksanakan secara berurutan dan teratur pada waktu
tertentu. Program yang akan kita lakukan adalah pada skala usaha menengah,
yaitu dengan pilihan melakukan seluruh kegiatan pemeliharaan dari penetasan
sampai pemeliharaan puyuh dari starter atau grower sampai dewasa. Dan
usaha yang akan dilakukan yaitu menghasilkan puyuh petelur, sehingga kami
juga akan menyediakan kandang untuk puyuh petelur.

B. Perkandangan

Puyuh tidak tahan dengan perubahan lingkungan yang sangat berbeda


dari waktu ke waktu dan juga kebisingan yang terjadi secara tiba-tiba. Hal ini
menyebabkan puyuh stress dan berdampak pada penurunan produksi telur,
dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang.

1. Penentuan Lokasi Kandang

Langkah pertama yang akan kami lakukan yaitu menentukan lokasi


kandangnya, lokasi kandang akan kami letakkan di tempat yang jauh dari
kebisingan dan berupa bangunan tersendiri. Karena jika diletakkan di
daerah yang dekat dengan kebisingan akan berdampak negative bagi
kehidupan dan produksi telurnya.

8
Kandang puyuh akan kami buat seperti rumah sederhana yang terbuat
dari bambu dengan dinding yang tertutup rapat sehingga membentuk
ruangan, dinding setengah terbuat dari anyaman bambu, dan setengahnya
di tutupi oleh plastik. Dan juga dengan lantai yang tidak langsung menyatu
dengan tanah, yaitu sekitar 40 cm di atas tanah. hal ini bertujuan untuk
melindungi puyuh dari gangguan luar, seperti percikan air hujan dan
terpaan angin kencang. Selain itu untuk menjaga ruangan agar terhindar
dari kelembaban dan sumber penyakit.

Kemudian kandang akan di buat membujur timur barat, supaya ketika


pagi hari sinar matahari dapat langsung masuk kedalam ruangan. Karena
puyuh juga membutuhkan sinar matahari untuk kehidupannya (untuk
penerangan, untuk penghangat, pembunuh bibit penyakit dan sumber
vitamin D).

2. Sistem Kandang
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah
temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C;
kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang
hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku
untuk cuaca mendung/musim hujan).

Untuk system perkandangan akan digunakan system sangkar/baterei,


yaitu dinding dan lantai terbuat dari kawat kasa/ram sehingga perlu
disediakan alas di bawah lantai untuk menampung kotoran (dropping
board). Dengan adanya tempat penampung kotoran tersebut, pemeliharaan
kebersihan ruangan tempat kandang berada lebih mudah dilakukan, dan
kotoran tidak menimpa puyuh dalam kandang dibawahnya. Kandang
dengan system ini juga mempunyai sirkulasi udara yang sangat bagus dan
dapat memecah beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasit.

9
C. Pakan Puyuh

Pakan dianggap sebagai faktor terpenting karena 80% biaya yang


dikeluarkan peternak puyuh digunakan untuk pembelian pakan. Jadi, bila
terjadi kesalahan dalam pemberian pakan, sudah pasti peternak tidak
merasakan manfaat atau keuntungan.

1. Zat pakan dan pakan puyuh

Protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air harus tersedia


dalam jumlah cukup. Kekurangan salah satu komponennya dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produktivitas.

a. Protein

Terkandung dalam bahan makan nabati dan hewani antara lain


bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, tepung ikan, tepung hati, tepung
cacing dan berbagai macam butiran. Fungsi protein antara lain sebagai
materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang dibentuk. Jaringan
tersebut berupa otot, sel darah, kuku dan tulang.

b. Karbohidrat

Karbohidrat dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan


energinya. Energy digunakan untuk kebutuhan hidup pokok, gerak otot,
sintesa jaringan-jaringan baru, aktivitas kerja, serta memelihara
temperatur tubuh. Bila hewan mudah diberikan energy melebihi dari
kebutuhan untuk hidup pokoknya, energy tersebut akan digunakan
untuk membentuk protein. Sementara kelebihan karbohidrat pada
hewan dewasa diubah menjadi lemak.

Biasanya karbohidrat terdapat dalam bahan pakan yang berasal dari


tumbuh-tumbuhan seperti jagung, dedak padi, minyak kelapa, minyak
jagung, dan minyak wijen. Diantara bahan pakan tersebut, jagung
kuning paling sering digunakan karena selain sebagai sumber
karbohidrat, karoten yang terkandung di dalamnya berfungsi untuk

10
mewarnai kuning telur dan bagian kuning lainnya pada organ tubuh
puyuh.

c. Lemak

Lemak merupakan sumber karbohidrat, yang berarti pula sebagai


sumber energy. Fungsi lemak membantu penyerapan vitamin (A, D, E,
K), menambah palatabilitas (rasa), menyediakan asam-asam lemak
essensial, mempengaruhi penyerapan vitamin A dan karoten dalam
saluran pencernaan, berpengaruh penting dalam penyerapan Ca
(kalsium), serta menambah efisiensi penggunaan energy. Sumber lemak
terdapat dalam bahan pakan seperti minyak kelapa, minyak kacang
kedelai, minyak jagung, dan minyak biji kapas.

d. Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang harus selalu tersedia,


walaupun dalam jumlah sangat kecil, untuk metabolisme jaringan
normal. Kemajuan industry pakan ternak yang pesat telah menghasilkan
susunan ransum sesuai kebutuhan ternak. Oleh sebab itu gejala
defisiensi jarang terjadi. Namun, peternak harus tetap waspada terhadap
kemungkinan defisiensi vitamin terhadap ternak, hal ini dapat timbul
akibat kesalahan dalam tata laksana, misal pengobatan terus menerus
dengan parifin cair, akibat sters berat, dll.

Sumber makan ternak yang mengandung vitamin bermacam-


macam, diantaranya daun-daunan, biji-bijian, kuning telur, atau jagung
kuning.

e. Mineral

Semua jenis ternak, termasuk burung puyuh, sangat memerlukan


mineral dalam ransumnya, baik berupa mineral makro (Ca, P, Na, K,
dan Cl) atau mineral mikro (Fe, Cu, l, Co, Zn, Mn, Se, dan Mo). Pada
prinsipnya, peternak harus menyediakan mineral dalam jumlah cukup.
Kelebihan mineral akan berpengaruh buruk pada kesehatan. Sementara

11
kekurangan mineralpun dapat menurunkan kesehatan. Bahan pakan
yang mengandung mineral antara lain tepung tulang, kulit kerang, biji-
bijian, dan garam dapur.

f. Air

Bagian terbesar dan terbanyak dari jaringan tubuh hewan (40-70%)


adalah air. Fungsi air sangat vital, yaitu mengangkut zat-zat pakan dari
satu bagian ke bagian tubuh lainnya. Fungsi air lainnya yaitu
mempertahankan bentuk sel, mengatur dan mempertahankan suhu
tubuh, meminyaki persendian, dll.

2. Kebutuhan Pakan Berdasarkan Fase Pemeliharaan

Ayam mempunyai tiga fase pemeliharaan dalam hidupnya, yaitu fase


starter (awal), grower (pertumbuhan), dan layer (bertelur). Sementara
burung puyuh hanya mempunyai dua fase pemeliharaan, yaitu fase
pertumbuhan dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan puyuh
terbagi lagi menjadi dua, yaitu fase starter (umur 0-3minggu) dan grower
(umur3-4 minggu). Perbedaan ini beresiko pada pemberian pakan
berdasarkan perbedaan kebutuhannya.

Anak puyuh berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan


energy metabolis sebesar 2.900 Kkal/kg. pada umur 3-5 minggu, kadar
pakannya dikurangi menjadi 20% protein dan 2.600 Kkal/kg energy
metabolis. Namun untuk pertumbuhan optimal, pemberian protein yang
dianjurkan sebanyak 25%.

Kebutuhan protein dan energy puyuh dewasa berumur lebih dari 5


minggu sama dengan puyuh berumur 3-5 minggu. Sementara kebutuhan
protein puyuh untuk pembibitan (sedang bertelur atau dewasa kelamin)
sebesar 18-20%.

Tingginya kadar protein dan energy metabolis puyuh berumur 0-3


minggu disebabkan karena pada umur tersebut puyuh belum dapat
mengkonsumsi ransum dalam jumlah besar. Oleh karena itu, untuk

12
memenuhi kebutuhan proteinnya diperlukan kadar protein yang lebih
tinggi dibanding puyuh berumur 3-5 minggu. Berdasarkan penelitian,
tinggkat kandungan protein sangat mempengaruhi bobot badan puyuh.

Kadar protein dalam pakan puyuh petelur direkomendasikan 20%,


sedangkan kandungan protein 25% membuat puyuh cepat mengalami
dewasa kelamin.

Menurut seorang peternak burung puyuh yang berhasil, puyuh jantan


membutuhkan ransum buatan pabrik sebanyak 50 gr, sedangkan puyuh
betina 20-30 gr setiap hari. Sementara menurut seorang peneliti, seekor
puyuh yang sedang bertelur hanya membutuhkan 17,8 g/ekor/hari.
Pendapat lain menyebutkan bahwa kebutuhan ransum puyuh selama dua
bulan pertama adalah 0,8 kg. pada dua bulan berikutnya, dibutuhkan 1,36
kg. untuk mencegah pemborosan dalam pemberian ransum, ada baiknya
seorang peternak memberikan ransum berdasarkan umur puyuhnya.

Selain ransum utama yang berupa konsentrat tepung komplit, puyuh


memerlukan pakan tambahan barupa dedaunan segar. Dedaunan tersebut
antara lain daun ubi, singkong, sawi, selada air, bayam, kangkung, atau
tauge. Sebelum diberikan, dedaunan tersebut hendaknya dicuci bersih agar
puyuh terhindar dari keracunan pestisida yang mungkin masih tersisa.
Kemudian dedaunan di cincang halus untuk mempermudah puyuh
menelannya. Selain sumber vitamin, dedaunan juga memberikan puyuh
kesibukan untuk tidak saling mematuk. Dari hasil penelitian, penambahan
tepung daun kacang-kacangan, terutama tepung daun lamtoro, sebanyak
5% dalam ransum dapat menambah rataan berat telur perbutir menjadi
10,44 gr dan meningkatkan skor warna kuning telur.

3. Cara Pemberian Pakan

Cara pemberian pakan harus diperhatikan. Bila tidak, akan


mengganggu pertumbuhan, kesehatan, dan produksi puyuh. Pada saat
tertentu, misalnya cuaca yang sangat panas, ransum dapat sedikit dibasahi

13
dengan air. Dengan cara ini puyuh akan bernafsu untuk makan. Ransum
yang tidak habis dimakan harus segera dibuang. Ransum basah mudah
terserang jamur. Tempat bekas makanpun harus segera dicuci dan
dikeringkan.

Ransum dapat diberikan 2 kali sehari, yaitu pagi dan siang hari. Dan
pemberian ransum puyuh dewasa/remaja hanya satu kali, yaitu di pagi
hari. Sementara untuk puyuh anakan dua kali, yaitu pagi dan sore.

Berdasarkan penelitian S.M. Hassan, et al., pemberian pakan pada


siang hari atau sore hari pukul 14.00-22.00 ternyata meningkatkan
kesuburan dan produksi telur puyuh, di banding puyuh yang diberi makan
pada pukul 06.00-14.00. Namun, bobot telur yang dihasilkannya tidak
berbeda. Untuk puyuh petelur, pengaturan jadwal makan ini dapat
dipraktekkan agar puyuh lebih banyak bertelur.

D. Tata Laksana Perawatan

Keberhasilan dalam berternak sangat tergantung dari kemampuan peternak


dalam melaksanakan program pemeliharaan burung puyuh yang
diternakannya. Terdapat beberapa hal yang harus dipahami dan dilakukan
oleh seorang perternak puyuh dalam tata laksana perawatannya, yaitu :

1. Penetasan Telur
Siklus hidup puyuh relative pendek. Produksi telurnya 250-300 butir
pertahun dengan bobot rata-rata 10-15 gr perbutir. Telur yang dihasilkan
berbentuk khas, karena sifat yang diwariskan (hereditas). Selain faktor
keturunan, bentuk telur juga dipengaruhi oleh jumlah albumin (putih telur)
yang disekresikan dalam oviduct, ukuran lumen dari isthmus, aktivitas
serta kekuatan dinding isthmus dan bagian lain yang dilaluinya, serta
kemungkinan terjadinya beberapa perubahan dalam uterus. Selain itu,
bentuk telur juga dipengaruhi ukuran bukaan kloaka. Telur yang dihasilkan
pertama kali dari suatu siklus bertelur mempunyai bentuk yang lebih
panjang atau sempit daripada telur yang berikutnya pada siklus yang sama.

14
Bobot telur merupakan sifat kuantitatif yang dapat diturunkan. Jadi,
jenis pakan, jumlah pakan, lingkungan kandang, serta besar tubuh induk
sangat mempengaruhi bobot telur. Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan agar penetasan berhasil.
a. Pemilihan telur

Telur baik untuk bibit adalah yang fertil (berisi benih). Namun,
sampai saat ini belum ada cara efektif untuk membedakan telur fertil
dan yang steril sebelum di tetaskan. Cara yang masih digunakan yaitu
dengan meneropong telur-telur tersebut beberapa hari sebelum
penetasan. Peneropongan dilakukan untuk mengetahui adanya
pembuluh darah dalam telur. Bila terdapat pembuluh darah berarti telur
fertil. Bila tidak terdapat embuluh darah berarti telurnya steril/infertil
dan tidak dapat ditetaskan.

Ciri fisik yang dapat digunakan patokan dalam memilih telur yang
baik untuk bibit diantaranya bukan berasal dari perkawinan saudara.
Telur sebaiknya di ambil dari induk betina berumur 4-10 bulan dan
yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan 2-3 : 1. Telur
tersebut tidak boleh berumur lebih dari 5 hari, karena daya tetasnya
akan menurun sebesar 3% perhari.

Telur yang di pilih untuk ditetaskan harus berbentuk sempurna,


yaitu bulat/lonjong dan simetris, serta berukuran seragam (sekitar 10-11
gr). Selain itu kerabang telur harus mulus, tidak terdapat bintil-bintil,
tidak retak atau pecah, serta bercak berwarna hitam-kelabunya tersebar
merata. Telur berkerabang kuning, coklat, atau putih polos sebaiknya
tidak di pilih karena kulitnya tebal, tetapi sangat rapuh.

b. Mesin tetas

Puyuh tidak dapat mengerami telurnya sendiri sehingga penetasan


harus dibantu dengan mesin tetas. Mesin tetas ini dapat dibeli atau di
buat sendiri. Prinsi kerjanya sangat sederhana. Mesin tetas ini terdiri

15
dari kotak tahan panas, di dalam kotak tersebut harus ada alat pelembab
udara berupa piring, Waskom, atau talam yang beris air serta alat
pengukur suhu (thermometer). Selain itu, ventilasi juga perlu di
sediakan untuk keluar masuknya udara segar.

Untuk menghemat biaya pengeluaran, mesin tetas disini akan kami


buat sendiri secara sederhana dengan bahan dari papan atau triplek
(kerangkanya dari kayu dan dinding dari triplek), dan dari dus bekas.
Mesin tetas di buat dengan ukuran tinggi 40 cm, lebar 80 cm,
panjangnya 160 cm. kotak sebesar ini dapat menetaskan sekitar 1.000
butir telur puyuh. Mesin dibuat berpintu depan dengan diberi sedikit
kaca agar keadaan telur dapat diawasi dengan mudah.

c. Cara penetasan
Sebelum digunakan, mesin tetas harus dibersihkan dahulu dari
kotoran dan kuman pembawa penyakit dengan menyemprotkan
antiseptik ke dalamnya. Kemudian mesin tetas diangn-anginkan agar
kering. Selanjutnya memasukkan nampan berisi air ke dalamnya dan
menyalakan mesin tetas hingga suhunya mencapai 39,50 C.
Sambil menunggu mesin tetas stabil, telur di semprot dengan cairan
antiseptik atau campuran air dengan alkohol 40%. Hali ini dilakukan
untuk menghindari masuknya virus, bakteri, maupun jamur melalui
pori-pori kulit telur. Setelah di semprot, telur di angina-anginkan. Telur
yang telah kering diberi tanda pada bagian yang sama pada bagian
tumpul dan runcingnya dengan spidol berwarna kontras. Selanjutnya
telur di atur dalam Loyang.
Bila suhu mesin tetas telah stabil, temperature menunjukkan skala
39,50 C, Loyang berisi telur dimasukkan ke dalamnya. Pintu dan lubang
mesin tetas ditutup selama 2-3 hari. Pada hari ke 3-14 telur di balik dan
loyangnya pi putar 1800 sebanyak 2 kali sehari. Pembalikan tersebut
berfungsi untuk meratakan temperature telur dan menghindarkan
lembaga atau benih agar tidak menempel atau lengket pada salah satu

16
sisi kulit karena pengaruh gravitasi bumi. Tidak dilakukannya
pembalikan akan mengakibatkan kematian benih atau anak puyuh lahir
dengan pengkor.
Tanda spidol pada telur dapat digunakan sebagai kontrol dalam
pembalikan, yaitu sudah di balik atau belum. Oleh sebab itu, tanda
spidol diharuskan terletak pada bagian yang sama. Dengan melakukan
pembalikan secara rutin, bagian telur yang diberi tanda pada posisi
seperti pertama kali masuk ke dalam mesin tetas pada hari ke-14.
Penetasan biasanya terjadi pada hari ke 17-19. Proses penetasan terjadi
selama 3 jam. Telur yang tidak menetas setelah 3 jam akan di
singkirkan.
d. Perawatan bibit
Setelah menetas, puyuh masih membutuhkan udara hangat yang
stabil. Oleh sebab itu, puyuh anakan tidak langsung dikeluarkan.
Melainkan dibiarkan dalam mesin tetas selama 10 jam. Setelah itu, baru
di pindahkan ke dalam kandang indukan. Selama masa tersebut puyuh
tidak diberi makan karena masih mempunyai persediaan pakan dalam
kuning telurnya.
2. Seleksi Puyuh

Bagi seorang peternak, bibit merupakan modal utama bagi produktivitas


dan kesehatan puyuh yang akan diternakkan. Bibit yang tidak memenuhi
syarat hanya akan menimbulkan kesulitan dan kerugian pada masa datang.
Oleh karena itu harus dilakukannya seleksi dalam pembelian bibit. Seleksi
sebaiknya tidak hanya dilakukan pada masa starter (anakan), tetapi juga
pada masa grower (remaja), dan menginjak dewasa.

3. Vaksinasi
Seperti halnya ayam, puyuh dapat terserang penyakit tetelo. Penyakit
ini biasanya timbul pada masa pancaroba. Tetelo dapat menimbulkan
kematian dan harus di cegah sedini mungkin. Oleh sebab itu puyuh
sebaiknya di vaksinasi pada umur 4-7 hari dengan dosis separuh dari dosis

17
yang diberikan untuk ayam. Vaksinasi dapat dilakukan melalui tetes mata
(intraokuler) atau air minum (per-oral). Selain itu juga dapat dilakukan
dengan cara (1) Spraying, yaitu menyemprotkan vaksin ke dalam kandang
tertutup agar ungags dapat menghirupnya. (2) intrakloaka yaitu pengolesan
vaksin pada kloaka. (3) intranasal yaitu penetesan vaksin pada lubang
hidung. (4) intramuskuler, yaitu penyuntikan vaksin pada urat daging,
terutama pada bagian dada dan paha. (5) subkutan, yaitu penyuntikan
vaksin di bawah kulit.
4. Pemotongan Paruh
Puyuh termasuk unggas yang mempunyai sifat kanibal. Sifat ini akan
timbul bila peternak kurang memahami tata laksana pemeliharaan yang
benar, misalnya kepadatan populasi puyuh dalam satu kandang berlebihan,
kekurangan pakan dan zat-zat pakan, gangguan yang tidak biasa dialami
puyuh, serta penanganan yang salah. Hal ini menjadikan puyuh stress dan
muncul sifat kanibalnya.
Untuk mencegah adanya puyuh yang terluka akibat kanibalisme,
peternak sebaiknya melakukan pemotongan paruh. Pemotongan paruh
dapat dilakukan pada saat puyuh berumur satu hari. Berdasarkan hasil
penelitian Wilson, et al (1975), pembakaran paruh seperempat bagian
memberikan hasil yang baik bagi pertumbuhan dan efisiensi makanan,
penampilan ternak, dan mengurangi kanibalisme.
5. Sexing
Sexing dapat dilakukan saat puyuh berumur 1 hari, starter, atau pada
masa grower, dengan melihat warna bulu di atas matanya. Bulu di atas
mata puyuh jantan membentuk garis lengkung berwarna gelap. Selain itu,
sexing juga dapat dilakukan dengan melihat lubang kloaka.
6. Perawatan Umum

Menjelang minggu ketiga atau ke empat merupakan masa


pemeliharaan anak puyuh, pemeliharaan anak puyuh mulai dibedakan
berdasarkan tujuannya. Disini yang akan dilakukan yaitu perawatan puyuh
petelur. Puyuh yang di pilih berumur 4 bulan, badan berukuran sedang

18
(1,5-1,6 ons), sehat, bergairah, tidak kanibal, mata bening, dan badannya
tegap. Bulu puyuh harus mengkilap, tumbuh teratur, dan tidak rontok.
Selain itu, puyuh berasal dari keturunan induk yang kemampuan
bertelurnya baik.

E. Penyakit Puyuh

Puyuh termasuk salah satu unggas yang peka terhadap penyakit tertentu.
Selain menimbulkan kematian, penyakit yang menyerang unggas mungil ini
dapat meningkatkan morbilitas (tingkat kesulitan hidup pada individu atau
kelompok ternak). Akibatnya, biaya pengobatan meningkat. Selain itu, ternak
unggas yang telah sehat sering bertindak sebagai carrier (pembawa bibit
penyakit). Berikut beberapa penyakit yang sering menyerang ternak puyuh :

1. Radang usus (Quail Enteritis)

Radang usus di tandai dengan puyuh tampak lesu, mata tertutup,


bulu kelihatan kusam, serta kotoran berair dan mengandung asam urat.
Hal ini disebabkan oleh bakteri anaerob yang membentuk spora dan
menyerang usus sehingga timbul peradangan pada usus dan juga dapat
mengakibatkan kerusakan hati.

Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki


tata laksana pemeliharaan serta pemisahan burung puyuh sehat dengan
puyuh yang telah terinfeksi penyakit. Pemberian streptomycin melalui air
minum dengan dosis 1 g/5 liter air minum atau injeksi kanamycin dengan
dosis 2-3 mg/ekor dapat mengobati puyuh yang sudah terlanjur sakit.

2. Tetelo (Newcastle Disease)

Gejala tetelo terlihat dari puyuh tampak lesu, nafsu makan menurun,
kehausan, sesak nafas, ngorok, bersin, bulu kusam, mencret berwarna
putih hijau, dan produksi telur menurun. Hal ini disebabkan oleh virus
yang biasanya menyerang unggas seperti ayam, dll. Dan merupakan
penyakit menular dan tidak jarang menimbulkan kematian.

19
Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara membersihkan dan
mengapur kandang dengan NaOH 2% di tambah formalin 1-2%. Selain
itu dengan menambahkan vaksin ND melalui air minum, tetes mata, tetes
hidung, penyuntikan maupun penyemprotan.

3. Pullorum

Penyakit ini sering disebut juga dengan berak putih atau berak kapur,
dengan gejala kotoran puyuh berwarna putih, sedangkan gejala umum
lainnya nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut, dan sayap
menggantung lemah.

Untuk pencegahannya sama dengan penyakit tetelo, semua burung


puyuh yang mati akibat penyakit ini harus di bakar atau di kubur dalam-
dalam. Sementara pengobatannya cukup dengan diberi Furazolidone.

4. Coccidiosis

Gejala ini ditandai dengan puyuh tampak lesu dan pucat, nafsu
makan menurun, tetapi nafsu minum meningkat. Bulu kusut, dan bulu
disekitar anus kotor oleh tinja yang bercampur darah. Penyakit ini sering
disebut dengan berak darah.

Pencegahannya dapat dilakukan dengan sanitasi kandang. Selain itu


kandang yang tercemar oleh oocyt dapat diberi larutan amoniak 20%,
dengan penyiraman deterjen panas atau air soda. Dan pengobatannya
dapat dilakukan dengan baiko sebanyak 2 cc/liter air untuk 2 hari.

5. Cacar Unggas (Fowl Pox)

Gejalanya dapat dilihat dari timbulnya keropeng-keropeng pada kulit


yang tidak berbulu seperti pada pial, kaki, mulut, dan faring yang bila
dilepas akan mengeluarkan darah.

Penyakit ini dapat di cegah dengan melakukan vaksinasi


menggunakan vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang
terinfeksi. Pemberian antibiotika, vitamin, dan elektrolit dapat mencegah

20
infeksi skunder dan memperbaiki kondisi penderita. Pemberian iodium
tincture dan suntikan vitamin A juga dapat mengobati penyakit ini.

Dan masih ada lagi beberapa penyakit lain seperti Bronkhitis (Quail
Bronchitis), Aspergillosis, Cacingan, Snot (Coryza). Flu Burung (Avian
Influenza / Al) yang harus diperhatikan pengobatan dan pencegahannya.
Hal ini tergantung pada virus/bakteri penyebab penyakit tersebut.

F. Pengawetan Telur

Untuk memperpanjang daya simpan serta menjaga kesegaran dan mutu


isi telur konsumsi, diperlukan teknik penanganan yang tepat. Salah satu
tekniknya adalah pengawetan, baik konvensional maupun modern, secara
prinsip, proses pengawetan adalah menutup pori-pori kulit telur agar tidak
dimasuki mikroba dan mencegah air serta gas keluar dari dalam telur.

Cara pengawetan konvensional diantaranya adalah menggunakan panas,


suhu rendah, dan menggunakan bahan pengawet seperti melapisi kulit telur
dengan pembungkus kering (dry packing) dan perendaman (immersion in
liquid). Sementara pengawetan modern dengan pengeringan dan dibuat bubuk
(dengan memisahkan putih telur dan kuning telur sesuai kebutuhan).

Tetapi cara pengawetan yang akan kita lakukan adalah dengan cara
pengawetan dalam kantong plastik, pengawetan dengan cara ini merupakan
pengawetan untuk menghambat penguapan air dan telur. Cara yang dilakukan
hanya dengan cara memasukkan telur secukupnya ke dalam kantong plastik.
Ujung kantong plastik yang terbuka di ikat dengan karet atau tali hingga
hampa udara. Kemudian telur diletakkan dalam tempat penyimpanan. Dengan
cara tersebut, telur dapat bertahan meski disimpan hingga 14 hari. Alasan kita
menggunakan cara ini yaitu karena selain hemat biaya, waktu yang digunakan
juga tidak terlalu lama. Karena hanya tinggal melakukan pengepakan dan
pengikatan.

21
G. Analisis Usaha

Analisis pemeliharan puyuh petelur dapat dilakukan dalam satu siklus


atau setahun, untuk permodalan budidaya puyuh nantinya akan berasal dari
pinjaman (pihak eksternal). Dalam analisis berikut, diasumsikan pengadaan
puyuh dilakukan dengan memasukkan puyuh yang telah berumur dua bulan,
lahan milik sendiri, dan perhitungan dilakukan selama satu siklus atau
setahun.

1. Pengadaan Puyuh

Pengadaan puyuh betina sebanyak 500 ekor =

500 x Rp 5.000,00 = Rp2.500.000,-

2. Biaya Tetap (fixed cost)

1) Empat sangkar untuk starter sampai bertelur dengan Rp 200.000,-


ukuran 60 cm x 180 cm setinggi 5 tingkat (tahan
hingga 6 tahun), 4 sangkar x Rp 300.000,- x 1/6

2) Tempat minum plastik sebanyak 10 buah (tahan Rp 13.333,-


hingga 3 tahun), 10 x Rp 4000,- x 1/3

3) Sprayer sebanyak 2 buah @ Rp 7.500,- Rp 15.000,-

4) Ember plastik sebanyak 3 buah (tahan untuk 2 tahun) Rp 30.000,-


3 x Rp 20.000,- x

5) Lampu TL sebanyak 2 buah, 2 x Rp 22.500,- Rp 45.000,-

6) 6 lampu kapal untuk pemanas (tahan 4 tahun), 6 x Rp 18.750,-


12.500,- x

7) Sapu lidi sebanyak 3 buah, 3 x Rp 500,- Rp 15.000,-

8) Cetok 2 buah, 2 x Rp 5.000,- Rp 10.000,-

9) Pembuatan bangunan dan pagar berukuran 7 m x 10 m Rp 4.900.000,-


per 5 tahun seharga Rp 70.000,-/m2 7 m x 10 m Rp
70.000,-

22
Jumlah total Rp 5.247.083,-

3. Biaya Relatif (variable cost)

1) Pakan puyuh, 20 karung x Rp 125.000,- Rp 2.500.000,-

2) Vitamin dan vaksinasi Rp 100.000,-

3) Penerangan listrik lampu, Rp 50.000,- x 12 bulan Rp 600.000,-

4) Desinfektan @100 ml, 12 bulan x Rp 7.500,- Rp 90.000,-

5) Tenaga kerja bulanan Rp 3.000.000,-

Jumlah total Rp 6.290.000,-

4. Rekapitulasi pengeluaran

Biaya pengadaan puyuh Rp 2.500.000,-

Biaya tetap (fixed cost) Rp 5.247.083,-

Biaya relative (variable cost) Rp 6.290.000,- +

Jumlah total Rp 14.037.893,-

5. Hasil rata-rata per-periode (satu tahun)

Dengan tingkat produksi 80% maka akan didapatkan telur sebanyak,


80% x 500 ekor x 365 hari = 146.000 butir.

Hasil penjualan telur = 146.000 butir x Rp300,- Rp 43.800.000,-

Jumlah total Rp 43.800.000,-

Hasil bersih per periode (satu tahun)

Hasil bersih / periode = Jumlah Total Biaya total (1 + 2 + 3)

= Rp Rp 43.800.000,- (Rp 2.500.000 + Rp 5.247.083 + Rp 6.290.000)

= Rp 29.762.917,-

23
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari proposal usaha ini dapat diambil kesimpulan bahwa membuka usaha
budidaya puyuh petelur cukup mengutungkan. Bidang usaha ini dapat
menjaring tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran di Indonesia. Selain
itu juga usaha ini cukup mudah di tekuni. Apabila usaha ini sudah
dikembangkan akan membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak dan di
bagi dalam bagian-bagiannya

B. Saran

Dalam suatu usaha tentunya akan menemukan hambatan-hambatan


diantaranya adalah harga bahan baku yang tidak stabil dalam hal ini harga
pakan indukan akan cenderung naik, oleh karena itu diperlukan strategi
tertentu agar tidak mengalami kepalitan (bangkrut). Diantara strategi-strategi
tersebut dapat dilakukan dengan membeli jagung dari petani dan
menggilingnya agar dapat mengurangi biaya pakan, karena harga jagung di
pasaran cenderung mahal.

Selain itu, untuk mencapai kesuksesan dalam setiap usaha diperlukan


kegigihan dan pantang menyerah. Ingat setiap keberhasilan di tentukan oleh
masing-masing individu.

24

Anda mungkin juga menyukai