Disusun Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
c. Anggota 3
Nama : Linda Sukanda
NIM : ACC 114 010
Jurusan : Pendidikan MIPA (KIMIA)
Alamat Rumah : Jalan Lawu No. 15
No Hp / e-mail :-
linda_sukanda@yahoo.co.id
3. Dosen Pembimbing
a. Nama : Dra. Solikah Nurwati, MM.
b. NIP : 19620316 198701 2 001
c. Alamat Rumah : Jalan Belibis, Kota Palangka Raya.
d. No Hp / e-mail : 0852-4918-0079
iii
4. Biaya kegiatan Total : Rp 14.037.893,-
5. Jangka waktu pelaksana : 1 Tahun
Menyetujui,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Sistem penyusunan proposal ini atas dasar bimbingan dan prosedur yang
penulis berusaha untuk mencapai kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak kami harapkan demi kesempurnaan proposal
ini. Besar harapan penyusun agar proposal usaha ini dapat bermanfaat bagi
Tim Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................. ........................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang........ ....................................................................... 1
B. Identifikasi.............................................................. ....................... 2
C. Tujuan.................................................................... ........................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
A. Jenis-Jenis Puyuh ........................................................................... 3
BAB III METODOLOGI.................................................................................. 8
A. Bentuk Usaha dan Pemeliharaan..................................................... 8
B. Perkandangan................................................................................. 8
C. Pakan Puyuh .................................................................................. 10
D. Tata Laksana Perawatan ................................................................ 14
E. Penyakit Puyuh .............................................................................. 19
F. Pengawetan Telur .......................................................................... 21
G. Analisa Usaha ................................................................................ 22
BAB V PENUTUP............................................................................. .............. 24
A. Kesimpulan...................................................................... .............. 24
B. Saran............................................................... ............................... 24
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu ternak unggas, puyuh cocok bila diusahakan, baik
sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha komersial (pokok). Telur
dan daging puyuh telah populer dan dibutuhkan sebagai salah satu sumber
protein hewani yang cukup penting. Telur puyuh akan semakin mudah
didapatkan baik di warung, toko maupun supermarket. Namun, produk puyuh
dalam bentuk daging masih belum semudah mendapatkan telurnya. Hal
tersebut kemudian mendorong kami untuk mengembangkan ternak puyuh.
Banyak peternak besar dan kecil bermunculan, tetapi banyak juga yang
berguguran karena seleksi alam. Faktor penyebab kegagalan diantaranya
modal tidak dapat berputar seperti yang diharapkan akibat dari tingginya
harga pakan, serta kurangnya pengetahuan peternak tentang cara beternak
puyuh. Pengelolaan ternak puyuh masih banyak menggunakan teknik coba-
coba (trial and error). Karena metode beternak puyuh belum semapan
beternak unggas lainnya seperti ayam atau itik, metode beternak ayam pun
digunakan untuk beternak puyuh.
1
B. Identifikasi
Usaha skala kecil ini bergerak di bidang peternakan puyuh petelur dan
merupakan usaha yang cukup sederhana serta mudah untuk ditekuni. Usaha
ini cukup menguntungkan, mengingat telur merupakan salah satu jenis
makanan yang sering digunakan sebagai pemenuhan gizi bagi masyarakat
setempat. Selain mudah diolah, harga telur juga relatif terjangkau. Oleh
karena itu usaha ini diharapkan dapat memberikan keuntungan yang
maksimal.
Nama usaha : Berternak Burung Puyuh
Pemilik usaha :
C. Tujuan
5. Mendapatkan penghasilan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh
relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak
(Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut Quail, merupakan bangsa
burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan
terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai
dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di
kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.
Puyuh adalah spesies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan,
kecuali Amerika. Pada tahun 1870 puyuh jepang yang disebut japanese quail
(Coturnik coturnik japonica) mulai masuk ke amerika. Namun sebutan untuk
puyuh ini kemudian menjadi beragam seperti common quail, stubble quail,
japanes king quail dan masih banyak lagi.
Baru beberapa jenis puyuh yang dikenal serta dipelihara untuk diambil telur
dan dagingnya, sebenarnya banyak jenis puyuh yang tersebar diseluruh dunia,
termasuk Indonesia. Namun tidak semua puyuh tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai penghasil pangan. Beberapa puyuh menpunyai jenis bulu yang indah
sehingga banyak dipelihara sebagai hewan hias.
A. Jenis-Jenis Puyuh
1. Puyuh Japonica
3
2. Blue Blested Quail (Coturnix chinensis)
Nama lain puyuh ini adalah Brown Breasted Partridge. Puyuh ini
memilki ciri-ciri, yaitu pada bagian leher sampai dada bagian depan
bergaris-garis hitam, sedang dadanya tidak terdapat warna hitam.
4
dicirikan dengan warna coklat dan corak hitam-putih pada sisi lambung,
tengkuk dan mahkota kehitaman bergaris coklat, dada kuning (jantan) dan
coklat berbintik putih (betina) dan ekor berwarna putih.
5
12. Barred Button Quail (Turnix succiator)
Puyuh ini memiliki ciri khas yaitu berbulu putih dan berwarna merah.
Puyuh ini diduga dari keturunan puyuh yang biasa dipelihara (Coturnix
coturnix japonica), tetapi berasal dari gen resesif. Puyuh ini mampu
menghasilkan telur yang tidak jauh berbeda dari puyuh biasa, bahkan
terkadang jumlahnya lebih tinggi.
Jenis burung puyuh yang biasa diternakkan adalah berasal dari jenis
Coturnix-coturnix japonica. Produksi telur burung puyuh ini mencapai 250 300
butir per tahun dengan berat rata-rata 10 gram per butir. Disamping produksi
telurnya, burung puyuh juga dimanfaatkan daging dan kotorannya. Keunggulan
lain dari burung puyuh adalah cara pemeliharaannya mudah, mempunyai daya
tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diternakkan bersama dengan hewan
lain (Hartono, 2004).
Anak burung puyuh yang baru menetas dari telur disebut Day Old Quail
(DOQ). DOQ ini besarnya seukuran jari dengan berat 8-10 gram dan berbulu
jarum halus. DOQ yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakan lincah,
besarnya seragam dan aktif mencari makan atau minum. dalam dunia peternakan,
6
periode pembesaran DOQ disebut dengan masa Starter Grower atau Stargro
hingga anak burung puyuh berumur 5 minggu (Sugiharto, 2005).
Kandungan protein dan lemak telur puyuh cukup baik bila dibandingkan
dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya
rendah sehingga sangat baik untuk kesehatan.
Tabel 2.1
Perbedaan Susunan Protein Dan Lemak Dari Berbagai Telur Unggas
Jenis Unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat Abu (%)
(%)
Selain itu, mineral yang banyak terdapat dalam cangkang telur adalah
Calsium. Defisiensi Calsium dapat menyebabkan kerabang telur tipis dan
produksi telur akan menurun (Anggorodi,1985).
7
BAB III
METODOLOGI
B. Perkandangan
8
Kandang puyuh akan kami buat seperti rumah sederhana yang terbuat
dari bambu dengan dinding yang tertutup rapat sehingga membentuk
ruangan, dinding setengah terbuat dari anyaman bambu, dan setengahnya
di tutupi oleh plastik. Dan juga dengan lantai yang tidak langsung menyatu
dengan tanah, yaitu sekitar 40 cm di atas tanah. hal ini bertujuan untuk
melindungi puyuh dari gangguan luar, seperti percikan air hujan dan
terpaan angin kencang. Selain itu untuk menjaga ruangan agar terhindar
dari kelembaban dan sumber penyakit.
2. Sistem Kandang
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah
temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C;
kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang
hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku
untuk cuaca mendung/musim hujan).
9
C. Pakan Puyuh
a. Protein
b. Karbohidrat
10
mewarnai kuning telur dan bagian kuning lainnya pada organ tubuh
puyuh.
c. Lemak
d. Vitamin
e. Mineral
11
kekurangan mineralpun dapat menurunkan kesehatan. Bahan pakan
yang mengandung mineral antara lain tepung tulang, kulit kerang, biji-
bijian, dan garam dapur.
f. Air
12
memenuhi kebutuhan proteinnya diperlukan kadar protein yang lebih
tinggi dibanding puyuh berumur 3-5 minggu. Berdasarkan penelitian,
tinggkat kandungan protein sangat mempengaruhi bobot badan puyuh.
13
dengan air. Dengan cara ini puyuh akan bernafsu untuk makan. Ransum
yang tidak habis dimakan harus segera dibuang. Ransum basah mudah
terserang jamur. Tempat bekas makanpun harus segera dicuci dan
dikeringkan.
Ransum dapat diberikan 2 kali sehari, yaitu pagi dan siang hari. Dan
pemberian ransum puyuh dewasa/remaja hanya satu kali, yaitu di pagi
hari. Sementara untuk puyuh anakan dua kali, yaitu pagi dan sore.
1. Penetasan Telur
Siklus hidup puyuh relative pendek. Produksi telurnya 250-300 butir
pertahun dengan bobot rata-rata 10-15 gr perbutir. Telur yang dihasilkan
berbentuk khas, karena sifat yang diwariskan (hereditas). Selain faktor
keturunan, bentuk telur juga dipengaruhi oleh jumlah albumin (putih telur)
yang disekresikan dalam oviduct, ukuran lumen dari isthmus, aktivitas
serta kekuatan dinding isthmus dan bagian lain yang dilaluinya, serta
kemungkinan terjadinya beberapa perubahan dalam uterus. Selain itu,
bentuk telur juga dipengaruhi ukuran bukaan kloaka. Telur yang dihasilkan
pertama kali dari suatu siklus bertelur mempunyai bentuk yang lebih
panjang atau sempit daripada telur yang berikutnya pada siklus yang sama.
14
Bobot telur merupakan sifat kuantitatif yang dapat diturunkan. Jadi,
jenis pakan, jumlah pakan, lingkungan kandang, serta besar tubuh induk
sangat mempengaruhi bobot telur. Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan agar penetasan berhasil.
a. Pemilihan telur
Telur baik untuk bibit adalah yang fertil (berisi benih). Namun,
sampai saat ini belum ada cara efektif untuk membedakan telur fertil
dan yang steril sebelum di tetaskan. Cara yang masih digunakan yaitu
dengan meneropong telur-telur tersebut beberapa hari sebelum
penetasan. Peneropongan dilakukan untuk mengetahui adanya
pembuluh darah dalam telur. Bila terdapat pembuluh darah berarti telur
fertil. Bila tidak terdapat embuluh darah berarti telurnya steril/infertil
dan tidak dapat ditetaskan.
Ciri fisik yang dapat digunakan patokan dalam memilih telur yang
baik untuk bibit diantaranya bukan berasal dari perkawinan saudara.
Telur sebaiknya di ambil dari induk betina berumur 4-10 bulan dan
yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan 2-3 : 1. Telur
tersebut tidak boleh berumur lebih dari 5 hari, karena daya tetasnya
akan menurun sebesar 3% perhari.
b. Mesin tetas
15
dari kotak tahan panas, di dalam kotak tersebut harus ada alat pelembab
udara berupa piring, Waskom, atau talam yang beris air serta alat
pengukur suhu (thermometer). Selain itu, ventilasi juga perlu di
sediakan untuk keluar masuknya udara segar.
c. Cara penetasan
Sebelum digunakan, mesin tetas harus dibersihkan dahulu dari
kotoran dan kuman pembawa penyakit dengan menyemprotkan
antiseptik ke dalamnya. Kemudian mesin tetas diangn-anginkan agar
kering. Selanjutnya memasukkan nampan berisi air ke dalamnya dan
menyalakan mesin tetas hingga suhunya mencapai 39,50 C.
Sambil menunggu mesin tetas stabil, telur di semprot dengan cairan
antiseptik atau campuran air dengan alkohol 40%. Hali ini dilakukan
untuk menghindari masuknya virus, bakteri, maupun jamur melalui
pori-pori kulit telur. Setelah di semprot, telur di angina-anginkan. Telur
yang telah kering diberi tanda pada bagian yang sama pada bagian
tumpul dan runcingnya dengan spidol berwarna kontras. Selanjutnya
telur di atur dalam Loyang.
Bila suhu mesin tetas telah stabil, temperature menunjukkan skala
39,50 C, Loyang berisi telur dimasukkan ke dalamnya. Pintu dan lubang
mesin tetas ditutup selama 2-3 hari. Pada hari ke 3-14 telur di balik dan
loyangnya pi putar 1800 sebanyak 2 kali sehari. Pembalikan tersebut
berfungsi untuk meratakan temperature telur dan menghindarkan
lembaga atau benih agar tidak menempel atau lengket pada salah satu
16
sisi kulit karena pengaruh gravitasi bumi. Tidak dilakukannya
pembalikan akan mengakibatkan kematian benih atau anak puyuh lahir
dengan pengkor.
Tanda spidol pada telur dapat digunakan sebagai kontrol dalam
pembalikan, yaitu sudah di balik atau belum. Oleh sebab itu, tanda
spidol diharuskan terletak pada bagian yang sama. Dengan melakukan
pembalikan secara rutin, bagian telur yang diberi tanda pada posisi
seperti pertama kali masuk ke dalam mesin tetas pada hari ke-14.
Penetasan biasanya terjadi pada hari ke 17-19. Proses penetasan terjadi
selama 3 jam. Telur yang tidak menetas setelah 3 jam akan di
singkirkan.
d. Perawatan bibit
Setelah menetas, puyuh masih membutuhkan udara hangat yang
stabil. Oleh sebab itu, puyuh anakan tidak langsung dikeluarkan.
Melainkan dibiarkan dalam mesin tetas selama 10 jam. Setelah itu, baru
di pindahkan ke dalam kandang indukan. Selama masa tersebut puyuh
tidak diberi makan karena masih mempunyai persediaan pakan dalam
kuning telurnya.
2. Seleksi Puyuh
3. Vaksinasi
Seperti halnya ayam, puyuh dapat terserang penyakit tetelo. Penyakit
ini biasanya timbul pada masa pancaroba. Tetelo dapat menimbulkan
kematian dan harus di cegah sedini mungkin. Oleh sebab itu puyuh
sebaiknya di vaksinasi pada umur 4-7 hari dengan dosis separuh dari dosis
17
yang diberikan untuk ayam. Vaksinasi dapat dilakukan melalui tetes mata
(intraokuler) atau air minum (per-oral). Selain itu juga dapat dilakukan
dengan cara (1) Spraying, yaitu menyemprotkan vaksin ke dalam kandang
tertutup agar ungags dapat menghirupnya. (2) intrakloaka yaitu pengolesan
vaksin pada kloaka. (3) intranasal yaitu penetesan vaksin pada lubang
hidung. (4) intramuskuler, yaitu penyuntikan vaksin pada urat daging,
terutama pada bagian dada dan paha. (5) subkutan, yaitu penyuntikan
vaksin di bawah kulit.
4. Pemotongan Paruh
Puyuh termasuk unggas yang mempunyai sifat kanibal. Sifat ini akan
timbul bila peternak kurang memahami tata laksana pemeliharaan yang
benar, misalnya kepadatan populasi puyuh dalam satu kandang berlebihan,
kekurangan pakan dan zat-zat pakan, gangguan yang tidak biasa dialami
puyuh, serta penanganan yang salah. Hal ini menjadikan puyuh stress dan
muncul sifat kanibalnya.
Untuk mencegah adanya puyuh yang terluka akibat kanibalisme,
peternak sebaiknya melakukan pemotongan paruh. Pemotongan paruh
dapat dilakukan pada saat puyuh berumur satu hari. Berdasarkan hasil
penelitian Wilson, et al (1975), pembakaran paruh seperempat bagian
memberikan hasil yang baik bagi pertumbuhan dan efisiensi makanan,
penampilan ternak, dan mengurangi kanibalisme.
5. Sexing
Sexing dapat dilakukan saat puyuh berumur 1 hari, starter, atau pada
masa grower, dengan melihat warna bulu di atas matanya. Bulu di atas
mata puyuh jantan membentuk garis lengkung berwarna gelap. Selain itu,
sexing juga dapat dilakukan dengan melihat lubang kloaka.
6. Perawatan Umum
18
(1,5-1,6 ons), sehat, bergairah, tidak kanibal, mata bening, dan badannya
tegap. Bulu puyuh harus mengkilap, tumbuh teratur, dan tidak rontok.
Selain itu, puyuh berasal dari keturunan induk yang kemampuan
bertelurnya baik.
E. Penyakit Puyuh
Puyuh termasuk salah satu unggas yang peka terhadap penyakit tertentu.
Selain menimbulkan kematian, penyakit yang menyerang unggas mungil ini
dapat meningkatkan morbilitas (tingkat kesulitan hidup pada individu atau
kelompok ternak). Akibatnya, biaya pengobatan meningkat. Selain itu, ternak
unggas yang telah sehat sering bertindak sebagai carrier (pembawa bibit
penyakit). Berikut beberapa penyakit yang sering menyerang ternak puyuh :
Gejala tetelo terlihat dari puyuh tampak lesu, nafsu makan menurun,
kehausan, sesak nafas, ngorok, bersin, bulu kusam, mencret berwarna
putih hijau, dan produksi telur menurun. Hal ini disebabkan oleh virus
yang biasanya menyerang unggas seperti ayam, dll. Dan merupakan
penyakit menular dan tidak jarang menimbulkan kematian.
19
Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara membersihkan dan
mengapur kandang dengan NaOH 2% di tambah formalin 1-2%. Selain
itu dengan menambahkan vaksin ND melalui air minum, tetes mata, tetes
hidung, penyuntikan maupun penyemprotan.
3. Pullorum
Penyakit ini sering disebut juga dengan berak putih atau berak kapur,
dengan gejala kotoran puyuh berwarna putih, sedangkan gejala umum
lainnya nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut, dan sayap
menggantung lemah.
4. Coccidiosis
Gejala ini ditandai dengan puyuh tampak lesu dan pucat, nafsu
makan menurun, tetapi nafsu minum meningkat. Bulu kusut, dan bulu
disekitar anus kotor oleh tinja yang bercampur darah. Penyakit ini sering
disebut dengan berak darah.
20
infeksi skunder dan memperbaiki kondisi penderita. Pemberian iodium
tincture dan suntikan vitamin A juga dapat mengobati penyakit ini.
Dan masih ada lagi beberapa penyakit lain seperti Bronkhitis (Quail
Bronchitis), Aspergillosis, Cacingan, Snot (Coryza). Flu Burung (Avian
Influenza / Al) yang harus diperhatikan pengobatan dan pencegahannya.
Hal ini tergantung pada virus/bakteri penyebab penyakit tersebut.
F. Pengawetan Telur
Tetapi cara pengawetan yang akan kita lakukan adalah dengan cara
pengawetan dalam kantong plastik, pengawetan dengan cara ini merupakan
pengawetan untuk menghambat penguapan air dan telur. Cara yang dilakukan
hanya dengan cara memasukkan telur secukupnya ke dalam kantong plastik.
Ujung kantong plastik yang terbuka di ikat dengan karet atau tali hingga
hampa udara. Kemudian telur diletakkan dalam tempat penyimpanan. Dengan
cara tersebut, telur dapat bertahan meski disimpan hingga 14 hari. Alasan kita
menggunakan cara ini yaitu karena selain hemat biaya, waktu yang digunakan
juga tidak terlalu lama. Karena hanya tinggal melakukan pengepakan dan
pengikatan.
21
G. Analisis Usaha
1. Pengadaan Puyuh
22
Jumlah total Rp 5.247.083,-
4. Rekapitulasi pengeluaran
= Rp 29.762.917,-
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari proposal usaha ini dapat diambil kesimpulan bahwa membuka usaha
budidaya puyuh petelur cukup mengutungkan. Bidang usaha ini dapat
menjaring tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran di Indonesia. Selain
itu juga usaha ini cukup mudah di tekuni. Apabila usaha ini sudah
dikembangkan akan membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak dan di
bagi dalam bagian-bagiannya
B. Saran
24