Anda di halaman 1dari 3

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kompromi mekanisme regulasi (ginjal)

1. Pengertian
Penurunan retensi cairan isotonik
2. Batasan karakterisrik
a. Rasa haus
Terjadi penurunan fungsi ginjal, dimana ginjal menlepaskan renin yang memacu
tubuh untuk memproduksi angiotensin II, sehingga hipotalamus terangsang.
Hipotalamus melepas substrat neural, osmoreseptor hipotalamus mendeteksi
terjadinya peningkatan osmotik yang mengaktivasi jaringan saraf yang
menyebabkan rasa haus (Saragih, 2015)
b. Edema
Penurunan fungsi ginjal yang menurunkan regulasi fungsi penyerapan dan
natrium, terjadi retensi natrium, sehingga terjadi peningkatan volume cairan
ekstrasel yang menyebabkan overload cairan (Anggraini, 2016). Overload
tersebut menimbulkan Peningkatan permeabilitas glumerolus, penurunan protein
plasma yang mengakibatkan adanya proteinuria. Hal tersebut menyebabkan
hipoalbuminemia, dimana terjadi penurunan albumin, penurunan tekanan osmotik
plasma. Penurunan osmotik menyebabkan cairan intravaskuler pindah ke
intersisial, yang mana terjadi penurunan cairan intravaskuler dan penurunan
jumlah darah direnal. Hal tersebut dikompensasi dengan mengaktivasi produksi
RAA dan meningkatkan sekresi ADH dan aldosteron, sehingga terjadi retensi
kalium dan air yang menyebabkan edema (Black & Hank, 2009 dalam Anggraini,
2016). Maka dari itu perlunya pemantauan balance cairan.
c. Penurunan output urin
Tekanan osmotik plasma menurun menyebabkan perpindahan cairan intravaskuler
ke interisisial dengan disertai penurunan jumlah aliran darah renal yang
diompensasi dengan kompensasi aktivasi RAA dan peningkatan sekresi ADH dan
aldosteron, sehingga reabsobsi air ditubulus ginjal terhambat dan terjadilah
penurunan output urin (Glady, 2014)
d. Lemas
Penurunan fungsi ginjal menyebabkan penurunan fungsi sekresi eritropoetin pada
sumsum tulang belakang. penuruna sekresi tersebut mengakibatkan pemendekan
usia sel darah merah, sehingga eritrosit tutun dan Hb menjadi rendah yang
menyebabkan terjadi oksihemoglobin yang menimbulkan penurunan suplai
oksigen yang menyebabkan lemas (LeMone & Burke, 2008 dalam Angraini,
2016)
3. Faktor yang berhubungan
a. Kompromi mekanisme regulasi (ginjal)
Penurunan jumlah nefron mestimulasi mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan LFG dengan meningkatkan daya filtrasi dan reabsorbsi zat
terlarut dari nefron yang tersisa, sehingga terjadi hipertrofi sktruktural dan
fungsional nefron. Hal tersebut menimbulkan hiperfiltrasi dan meningkatkan
peningkatkan tekanan kapiler serta aliran darah glumerulus. Hal tersebut
menurunkan fungsi nefron secara progresif dan terjadi penurunan fungsi ginjal
(Subagiyo, 2014)
4. Pengkajian volume cairan
a. Observasi
Lakukan observasi dengan melihat tanda-tanda vital, seperti tekanan darah dan
respiratori rate yang dapat berubah karena mengalami dehidrasi
b. Periksa capillary Refill Time (CRT)
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengukur cairan yang ada di intravaskuler
c. Kaji turgor kulit
Pengkajian ini berfungsi untuk megetahui status cairan klien
d. Kaji berat badan
Untuk mengerahui terjadinya status hidrasi dengan melihat intake makanan dan
cairan.
e. Pantau pengeluaran urin
Pemantauan urin dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal
5. Rencana intervensi keperawatan (NOC)
a. Fluid monitoring
b. Vital sign
Dengan kriteria hasil:
Vital sign
a. Pantau RR, HR, dan irama respiratori agar dalam batas normal yaitu RR
16-20 x/menit, HR 60-100, irama respirasi sinus rhythm
b. Pantau saturasi oksigen klien agar tetap dalam batas normal 95-100%
c. Pantau tekanan darah dan suhu (tekanan darah 120/80 dan suhu 37,5 derajat
celcius)

Nutritional status (1004)


a. Pantau intake dan output makan serta minum klien agar klien nutrisi klien
tercukupi
Kidney function (0504)
a. Edema klien tetap dalam derajat 2
6. Intervensi keperawatan
a. Fluid monitoring
1. Monitoring intake dan output
2. Monitoring tekanan darah, rasa haus dan output urin
3. Kaji edema
b. Vital sign
1. Pantau tekanan darah dan suhu

Anda mungkin juga menyukai