NRP : 130215149
KP :C
NP :
UNIVERSITAS SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
kegiatan sejak awal hingga tersusunnya makalah ini.
Akhir kata, penulis menerima secara terbuka saran dan kritik atas segala
kekurangan dalam makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat
meningkatkan ilmu dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis,
Statement of Authorship
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
PENDAHULUAN
Perusahaan ini menjalankan sistem waralaba untuk distribusinya sejak tahun 1889
dimana The Coca-Cola Company hanya memproduksi sirup konsentrat yang dijual
ke berbagai perusahaan pembotolan di seluru dunia yang diberikan hak pemasaran
dan penjualan eksklusif. Perusahaan ini telah terdaftar di bursa saham NYSE dan
menjadi bagian dari indeks DJIA; S&P 500; Russell 1000 Index; dan Russell 1000
Growth Stock Index. Sejak 2015, perusahaan ini dipimpin oleh Muhtar Kent
sebagai Chairman dan CEO.
Merek-merek utama perusahaan ini adalah Coca-Cola (atau sering disebut Coke
saja), Fanta dan Sprite. The Coca-Cola Company juga pernah mengeluarkan
minuman cola lain dengan merek Coke, yang paling umum adalah Diet Coke,
kemudian Caffeine-Free Coca-Cola, Diet Coke Caffeine-Free, Coca-Cola Cherry,
Coca-Cola Zero, Coca-Cola Vanilla, dan beberapa varian khusus berperisa lemon,
jeruk nipis, atau kopi. Pada mulanya mereka tidak mendorong penggunaan kata
Coke, bahkan konsumen dianjurkan untuk membeli Coca-Cola dengan kata-kata
berikut: "Mintalah Coca-Cola sesuai namanya secara lengkap; nama sebutan hanya
akan mendorong penggantian produk dengan kata lain". Tetapi konsumen tetap
saja menghendaki Coke, dan akhirnya pada tahun 1941, perusahaan mengikuti
selera popular pasar. Tahun itu juga, nama dagang Coke memperoleh pengakuan
periklanan yang sama dengan Coca-Cola, dan sejak 27 Maret 1944, Coke resmi
menjadi merek dagang terdaftar The Coca-Cola Company di Amerika Serikat.
Menurut Interbrand pada tahun 2011, Coca-Cola adalah merek termahal di dunia.
Pada abad ke-20 ini, banyak perusahaan perusahaan yang sekarang tidak
hanya berada pada suatu negara dimana Perusahaan itu diciptakan dan dikembangkan
menjadi suatu perusahaan yang besar, akan tetapi pada saat ini perlu diperhatikan
bahwa mayoritas perusahaan itu telah beroperasi di berbagai negara di dunia. Seperti
yang kita ketahui, mungkin perusahaan itu berdomisili di 1 atau 2 negara, pada
kenyataannya sebuah perusahaan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi karena
perusahaan itu tersebar di berbagai negara tidak hanya 1 atau 2 negara saja. Dengan
keadaan yang seperti ini, membuat sebuah perusahaan harus bisa mampu beradaptasi
dengan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu negara dimana perusahaan itu
meletakkan namanya di negara itu. Kebudayaan yang ada di negara negara tempat
perusahaan itu berkembang itu berbeda-beda dan berbagai macam yang telah ada dan
sudah turun menurun di negara itu. Sebagai pemilik, harus lebih mampu menjalankan
sebuah perbedaan yang ada dan yang berbeda dari yang lain. Dalam menghadapi hal
ini perusahaan itu bisa disebut sebagai Multinational Corporation (MNC). Dalam
kebudayaan yang berbeda-beda ini, konteks sebuah perusahaan pasti akan mengarah
pada sebuah dimensi budaya yang bervariabel, fleksibel, dapat berubah-ubah sesuai
dengan peraturan dasar yang dibuat. Oleh karena itu, dimensi yang ada ini harus bisa
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, tujuannya agar perusahaan yang multinasional
itu akan dapat berjalan dengan lancar walaupun diterpa dengan banyaknya
kebudayaan yang beragam dan berbeda. Dengan kebudayaan yang beragam itu, tidak
membuat perusahaan itu cultural shock.
1. Untuk mengetahui dengan detail teori Hofstede dapat dianalisa sesuai dengan
konflik yang timbul dalam perusahaan Unilever.
2. Untuk melihat dengan detail dari 5 sisi dimensi kebudayaan menurut Hofstede
sesuai dengan konflik yang terjadi di perusahaan Unilever.
Bagi pembaca dapat mengetahui bagaimana teori Hofstede yang lebih detail
dan bagaimana penerapan pada perusahaan multinasional. Serta untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perusahaan multinasional.
LANDASAN TEORI
1. Collectivism, karakteristik:
2. Individualism, karakteristik:
1. Masculinity, karakteristik:
2. Feminity, karakteristik:
Orientasi jangka pendek adalah ketika Anda berfokus pada saat ini atau masa
lalu dan menganggap mereka lebih penting daripada masa depan. Jika Anda memiliki
orientasi jangka pendek, Anda nilai tradisi, hirarki sosial saat ini dan memenuhi
kewajiban sosial Anda. Anda lebih peduli tentang kepuasan segera daripada
pemenuhan jangka panjang.
Jangka panjang orientasi adalah ketika Anda berfokus pada masa depan. Anda
bersedia untuk menunda jangka pendek bahan atau keberhasilan sosial atau bahkan
jangka pendek kepuasan emosional untuk mempersiapkan untuk masa depan. Jika
Anda memiliki perspektif budaya ini, Anda nilai ketekunan, ketekunan, menyimpan
dan mampu beradaptasi.
PEMBAHASAN
Terdapat kekuatan jarak atau yang di sebut dengan Power distance, Power
Distance sendiri dibagi menjadi 2 golongan , yaitu Low dan High. Dalam penjelasan
coca-cola dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan Coca-cola termasuk dalam
Low Power Distance. Karena dapat dilihat dari budaya yang ada di coca-cola bahwa
perusahaan ini termasuk dalam perusahaan Multi National Company sehingga
perusahaan ini harus meminimalkan ketidaksetaraan yang ada pada masyarakat
karena perlu untuk memotivasi karyawan yang ada didalam perusahaan tersebut
untuk mendapatkan kenyamanan bekerja diperusahaan.Sehingga perusahaan ini
menerapkan bahwa tidak adanya diskriminasi antara atasan dengan bawahan,hal ini
untuk mewujudkan individu saling menghormati dan mempunyai sikap toleransi
terhadap sesama karyawan.
Dimensi yang ketiga yaitu Masculinity dan Feminity, kedua dimensi ini
sangat bertolakbelakang karakteristik nya karena masculinity melihat pada hasil
akhirnya. Berdasarkan analisa, Perusahaan Coca-Cola lebih mengarah pada feminity
karena Coca-Cola lebih melihat hasil proses mereka seperti saling bekerja sama
antara yang satu dengan yang lain agar dapat memecahkan masalah secara bersama-
sama dan kreatifitas, penyatuan kebudayaan satu dengan yang lainnya di lingkungan
sekitar dengan kebudayaan yang beragam, Perusahaan Coca-Cola juga melihat
seberapa pentingnya sebuah keharmonisan dan keselarasan demi kemajuan serta
meningkatan produktivitas dalam perusahaan Coca-Cola.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam penggunaan dimensi budaya perusahaan coca-cola perlu di lakukan
karena sebagai perusahaan multinasional yang besar dan dikenal dikenal
dimasyarakat dunia , coca-cola perlu untuk mengetahui sifat atau karakteristik setiap
masyarakat yang berbeda-beda budayanya sehingga perlu untuk di analysis lagi serta
membuktikan bahwa dimensi budaya sangat di perlukan karena di negara yang lain
berbeda budaya dengan kita sehingga bisa menjalin hubungan yang baik di masa
yang akan datang dan kelangsungan hidup perusahaan kedepannya berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, Tim G. 2009. Cross Cultural Management (1st Edition). Routledge, USA.
https://en.wikipedia.org/wiki/The_Coca-Cola_Company
http://repository.upnyk.ac.id/3746/1/Nuruni_Ika.pdf
https://www.scribd.com/doc/172954987/Budaya-Teori-Dimensi-Hofstede
LAMPIRAN