Anda di halaman 1dari 8

1

A. JUDUL
Konsep Pengembangan Industri Phinisi Bulukumba Berbasis Ekonomi Kreatif
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Potensi sebagai negara maritim juga menjadi suatu kearifan lokal bagi
Indonesia, khususnya di Kabupaten Bulukumba sebagai wilayah pesisir dan
sebagai Butta Panrita Lopi (Tempat Para Pembuat Perahu) tepatnya di
Kelurahan Tanah Lemo Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.
Perahu tradisional phinisi dinilai sebagai aset daerah yang cukup sempurna
untuk dijadikan logo dan slogan daerah untuk mengorbitkan nama Bulukumba
dalam kancah regional, nasional, dan bahkan internasional. Tanah Beru
sebagai Pusat Kerajinan Perahu Pinisi terletak sekitar 176 kilometer dari Kota
Makassar atau 23 kilometer dari Kota Bulukumba.
Untuk menjaga eksistensi masyarakat Tanah Lemo dalam pembuatan
kapal Phinisi, maka pemerintah Kabupaten Bulukumba melalui Peraturan
Daerah No. 21 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bulukumba Tahun 2012 - 2032 mengarahkan Kelurahan Tanah Lemo sebagai
tempat pembuatan kapal Phinisi sebagai kawasan strategis kabupaten dari
sudut kepentingan sosial budaya.
Harmonisasi yang terjadi pada aspek ekonomi, sosial/budaya dan
lingkungan merupakan konsep keberlanjutan yang lahir dari nilai-nilai
kearifan lokal. Perwujudan konsep desain kapal yang berlangsung secara
turun temurun khususnya di Bulukumba sudah selayaknya menerapkan sistem
proteksi khusus dalam bentuk pengakuan hak cipta yang mengacu pada
runutan sejarah perkapalan tradisional di Indonesia. Selain melindungi hak,
budaya lokal bisa tetap lestari dengan sejarahnya yang murni dan yang
terpenting adalah upaya pengembangan ekonomi kreatif dengan brand
kearifan lokal pada industri Phinisi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini, rumusan masalah adalah sebagai berikut,
1. Bagaimana potensi ekonomi wilayah yang terdapat di Kawasan Industri
Phinisi.
2

2. Potensi-potensi apa saja yang dapat mendukung pengembangan ekonomi


kreatif pada Kawasan Industri Phinisi berbasis.
3. Bagaimana perencanaan lanskap Kawasan Industri Phinisi.
D. TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini yaitu :
1. Untuk mengidentifikasi potensi ekonomi wilayah dalam upaya
pengembangan ekonomi kreatif.
2. Untuk mengidentifikasi
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
F. KEGUNAAN
Adapun kegunaan dari perencanaan dan pengembangan wilayah di
Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan Bagi Pemerintah
Perencanaan dan pengembangan wilayah Kecamatan Malangke dapat
digunakan oleh pemerintah sebagai alat pertimbangan atau pedoman
dalam pembangunan wilayah Kecamatan Malangke sehingga dapat
meningkatkan produktifitas wilayah melalui pemanfaatan ruang dan
pemanfaatan potensi wilayah yang optimal.
2. Kegunaan Bagi Masyarakat dan Swasta
Perencanaan dan pengembangan wilayah Kecamatan Malangke oleh
masyarakat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan menciptakan mindset masyarakat tentang kesadaran tata ruang
sehingga perencanaan dan pengembangan wilayah dapat menjadi peluang
investasi dan peluang kerja sedangkan oleh pihak swasta dapat digunakan
sebagai acuan investasi.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Industri Kapal
2. Ekonomi Kreatif
3. Pengembangan
H. METODE PENULISAN
1. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
3

Menurut jenis datanya penelitian ini terbagi atas dua jenis data yaitu
sebagai berikut ini:
1) Data kualitatif :
Gambaran umum wilayah yang meliputi data tentang batas
administratif dan pembagian wilayah administrasi serta
deliniasi kawasan.
Data sejarah perkembangan industri Phinisi Kabupaten
Bulukumba.
Tinjauan kebijakan terhadap strategi pengembangan industry
Phinisi.
2) Data kuantitif :
Gambaran umum wilayah Kota makassar yang meliputi data
tentang pembagian luas wilayah administrasi.
Data sebaran heritage building di Kota Makassar.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut ini :
1) Data Primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan
langsung pada lokasi penelitian. Jenis data tersebut meliputi
kondisi eksisting situs sejarah di Kota Makassar.
2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi
yang terkait dengan kebutuhan data yang diperukan. Adapun
kebutuhan data sekunder dari instansi terkait yang dimaksud yaitu :
Gambaran umum wilayah Kota Makassar yang meliputi data
tentang luas wilayah, batas administratif dan pembagian
wilayah administrasi yang diperoleh dari kantor Badan Pusat
Statistik (BPS).
Gambaran kondisi heritage building diperoleh dari UPTD Balai
Pelestarian Cagar Budaya Kota Makassar.
Tinjauan kebijakan pemerintah terhadap strategi pengelolaan
cagar budaya di Kota Makassar.
2. Teknik Pengumpulan Data
4

a. Observasi lapangan, yaitu suatu teknik penyaringan data melalui


pengamatan langsung di lapangan secara sistematika mengenai
fenomena yang diteliti di lokasi penelitian.
b. Teknik wawancara, yaitu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan
peneliti dengan cara menanyakan langsung pada sumber informasi
dalam hal ini adalah instansi terkait yang mengetahui kondisi eksisting
lokasi penelitian yakni objek situs sejarah yaitu dinas kebudayaan dan
pariwisata Kota Makassar.
c. Telaah pustaka, yaitu cara pengumpulan data dan informasi dengan
cara membaca atau mengambil literatur laporan, jurnal, bahan seminar,
bahan perkuliahan, dan sumber-sumber bacaan lainnya yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.
d. Studi dokumentasi, untuk melengkapi data maka kita memerlukan
informasi dari dokumentasi yang ada hubungannya dengan obyek yang
menjadi studi. Caranya yaitu dengan cara mengambil gambar, brosur
objek, dan dokumentasi foto.
3. Pengolahan Data
a. Analisis Ekonomi Wilayah
1) Analisis LQ (Location Quotient)
Teknik analisis Location Qoutient merupakan cara awal untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan
tertentu. Teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara
kemampuan suatu sektor yang sama pada daerah yang lebih luas.
Satuan yang digunakan sebaga ukuran untuk menghasilkan
koefisien dapat menggunakan satuan tenaga kerja, hasil produksi
atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria (Gutama,
2010).

Keterangan :
Si = Jumlah produksi komoditas tertentu di daerah yang diselidiki
S = Jumlah produksi komoditas tertentu di daerah yang lebih luas
5

Ni = Jumlah produksi sub sektor tertentu di daerah yang diselidiki


N = Jumlah produksi sub sektor tertentu di daerah yang lebih luas

Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai yaitu LQ > 1,


LQ = 1, atau LQ < 1. Adapun angka LQ tersebut memberikan
indikasi sebagai berikut :
LQ > 1, menunjukkan sub daerah yang bersangkutan
mempunyai potensi ekspor dalam kegiatan tertentu.
LQ = 1, menunjukkan suatu daerah yang bersangkutan telah
berkecukupan dalam kegiatan tertentu (seimbang).
LQ < 1, menunjukkan sub daerah yang bersangkutan
mempunyai potensi impor dari sub daerah/daerah lain.

2) Analisis Multiplier (Efek Ganda)


Pengganda ekonomi basis menunjukkan bahwa pertumbuhan
pendapatan atau tenaga kerja dalam wilayah karena penggandaan
(multifikasi) jumlah pembelanjaan kembali (dalam wilayah)
pendapatan dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah
dan dipasarkan keluar wilayahnya (ekspor).
Menurut Tiebout dalam Tarigan (1962) terdapat perbandingan
dalam bentuk pendapatan dan faktor-faktor yang terkait dengan
pengganda basis. Dalam bentuk pendapatan maka hubungan antara
perubahan pendapatan basis dengan perubahan total pendapatan
dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

Yt = Pendapatan total (total income)

Yb = Pendapatan basis

Yn = Pendapatan non basis

K = Pengganda basis
6

= Perubahan pendapatan

Adapun pengganda basis dalam satuan pendapatan adalah:

3) Analisis Potensi Pasar


Pasar wisata terdiri dari pembeli yang berbeda-beda dalam
keinginan, sumberdaya, lokasi, serta kebiasaan karena masing
masing pembeli merupakan pasar tersendiri. Pemasaran pariwisata
menurut Marpaung (2002) mencakup;
Menemukan apa yang menjadi keinginan konsumen (market
research),
Mengembangkan pemberian pelayanan yang sesuai kepada
wisatawan (product planning), pemberitahuan tentang produk
yang dibuat (advertising and promotion), dan
Memberikan instruksi di mana mereka dapat memperoleh
produk-produk tersebut (channies of distribution-tout operator
and travel agent.
Dalam pengembangan kawasan pariwisata demand akan
mempengaruhi besarnya potensi pasar yang ditargetkan. Potensi
pasar wisata dititik beratkan pada karakteristik pengunjung yang
berminat pada lokasi tersebut. Penentuan potensi pasar di tentukan
berdasarkan :
a) Segmentasi Pasar
Data yang dibutuhkan adalah data demografi, yaitu:
Kelompok umur Kecamatan (umur 20-40 tahun)
Jenis kelamin menurut kelompok umur
Tingkat pendidikan (siswa SLTP dan SLTA)
b) Target Pasar
Target pasar didasarkan pada scoring dengan penilaian
tersendiri. Unsur penilaian untu potensi pasar adalah jumlah
7

penduduk Kabupaten (Radius 75 Km), hubungan dengan objek


wisata lain (Radius 75 Km) dan jarak dari pintu gerbang udara.
Jumlah Penduduk (Skor 6)

Tabel 1. Standarisasi Penilaian Jumlah Penduduk Kabupaten (Radius 75 Km)


Jumlah Penduduk Dati II >3.000 2.500 2.000 1.500 - 1.000 500 <500
Radius 3.000 2.000 1.000
75 Km dari Objek 2.500 1.500
Kepadatan Penduduk/
Km2
100 90 72 60 48 36 24 12
101 200 100 84 70 56 42 28 14
201 300 110 96 80 64 48 32 16
301 400 120 102 85 68 51 34 17
401 500 130 114 95 76 57 38 19
501 600 140 120 100 80 60 40 20
700 160 132 110 88 66 44 22

Persaingan Dengan Objek Wisata Lain (Skor 3)


Tabel 2. Persaingan Dengan Objek Wisata Lain (Radius 75 Km)
Objek Jumlah Objek Wisata Lain
Wisata Lain
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sejenis 100 80 60 40 20 1 - - - - - - -
Tidak 90 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 1 -
Sejenis

Pintu Gerbang Udara (Skor 1)


Tabel 3. Pintu Gerbang Udara
Pintu Gerbang udara internasional/ Jarak dalam Km
regional s/d 151 - 301- 451 - >600
150 300 450 600
Jayapura/Pekanbaru/Ambon/ 15 10 5 1 -
Kupang
Medan/Manado/Surabaya 25 20 15 1 5
Denpasar 30 25 20 15 10
Jakarta 40 35 30 25 20

a. Pengembangan Ekonomi Kreatif


b. Analisis Lanskap
8

Perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan


yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan
pemecahan masalah yang dijumpai. Proses untuk pengambilan
keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap
atau bentang alam yang fungsional, estetik, dan lestari yang
mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya (Nurisjah, 2007).
Tahap perencanaan lanskap ekowisata meliputi :
1. Wisata
Analisis Kesesuaian Kawasan

Analisis Daya Tarik Wisata

Analisis Sarana Wisata

Sintesis
Jalur Sirkulasi > Zonasi Tapak
Perencanaan Lanskap

c) Kerangka Pemikiran
I. ANALISIS DAN SINTESIS
1. Analisis Ekonomi Wilayah
a. Analisis LQ (Location Quotient)
b. Analisis Dukungan Tenaga Kerja
c. Analisis Potensi Pemasaran
2. Pengembangan Ekonomi Kreatif
3. Analisis Lanskap Kawasan
J. SIMPULAN DAN SARAN
K. DAFTAR PUSTAKA
L. LAMPIRAN
1. BIODATA PENULIS
2. BIODATA DOSEN PEMBIMBING

Anda mungkin juga menyukai