Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM KLIMATOLOGI

STASIUN KLIMATOLOGI

HENDRICUS IRFANSYAH

05021281320014

PROGAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan


pengamatan secara terus menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan
(atmosfer) serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek
pertanian lannya. Dalam persetujuan internasional, suatu stasiun meteorologi paling
sedikit mengamati keadaan iklim selama 10 tahun berturut turut hingga akan
mendapatkan gambaran umum tentang rerata keadaan iklimnya, batas batas ekstrim
dan juga pola siklusnya.
Koordinasi secara luas mengenai pengumpulan dan pengelolaan data
meteorologi dilakukan oleh World Meteorology Organization (WMO) yang
berkedudukan di Geneva. Sedangkan untuk Indonesia koordinasi dilakukan oleh
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dibawah Dinas
Perhubungan (Dishub) yang berkedudukan di Jakarta.
Peralatan yang digunakan dalam pengamatan cuaca sangat banyak
jumlah dan jenisnya. Peralatan peralatan tersebut terdiri atas alat pengukur curah
hujan, pengukur kelembaban nisbi udara, pengukur suhu udara, pengukur suhu, dan
kelembaban nisbi udara, pengukur suhu tanah, pengukur suhu air, pengukur panjang
penyinaran matahari, pengukur kecepatan angin, dan pengukur evaporasi.
Data anasir cuaca dan tempat-tempat berlainan baru dapat dibandingkan melalui cara
pengukuran dan tingkat ketelitian sera ketepatan yang sama. Keseragaman yang
dibutuhkan untuk pertukaran data cuaca secara internasional adalah :
a. Waktu pengamatan
b. Satuan anasir cuaca
c. Ketelitian dan ketepatan alat
d. Penentuan letak stasiun
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui cara kerja dan cara menggunakan peralatan mengukur


iklim dan cuaca
2. Mengetahui cara mengamati iklim dan cuaca
3. Mengetahui tata letak dan pemasangan peralatan iklim dan cuaca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari


atmosfer yang menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya dengan
permukaan bumi di bawahnya. Dalam pelaksanaan pengamatannya menggunakan
hukum dan teknik matematik. Pengamatan cuaca atau pengukuran unsur cuaca
dilakukan pada lokasi yang dinamakan stasiun cuaca atau yang lebih dikenal dengan
stasiun meteorologi. Maksud dari stasiun meteorologi ini ialah menghasilkan
serempak data meteorologis dan data biologis dan atau data-data yang lain yang
dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dan pertumbuhan atau hidup tanaman
dan hewan. Lokasi stasiun ini harus dapat mewakili keadaan pertanian dan keadaan
alami daerah tempat stasiun itu berada. Informasi meteorogis yang secara rutin
diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu dan
kelengasan tanah pada berbagai kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi
penyinaran dan reaksi matahari (Prawirowardoyo, 1996).
Dalam bidang pertanian, menurut Wisnubroto (1999) ilmu prakiraan
penentuan kondisi iklim atmosfer ini adalah untuk menentukan wilayah
pengembangan tanaman. Iklim mempengaruhi dunia pertanian. Presipitasi,
evaporasi, suhu, angin, dan kelembaban nisbi udara adalah unsur iklim yang penting.
Dalam dunia pertanian, air, udara, dan temperatur menjadi faktor yang penting.
Kemampuan menyimpan air oleh tanah itu terbatas. Sebagian air meninggalkan tanah
dengan cara transpirasi, evaporasi, dan drainase. Prakiraan cuaca baik harian
maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak dimanfaatkan dalam
bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh BMG, mempunyai arti
dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan
hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari
atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan
musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu
wilayah. Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya (Setiawan, 2003).
Pada proses pengamatan keadaan amosfer kita ini, digunakan
beberapa alat. Sebelum ditemukan satelit meteorologi, satu-satunya cara untuk
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai keadaan atmosfer adalah dengan
memasukkan keadaan yang diamati pada stasiun cuaca di seluruh dunia ke dalam
peta cuaca (Neiburger, 1982). Pada pengamatan keadaan atmosfer kita di stasiun
cuaca atau stasiun meteorologi digunakan beberapa alat yang mempunyai sifat-sifat
yang hampir sama dengan alat-alat ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian
di dalam laboratorium, misalnya bersifat peka dan teliti. Perbedaannya terletak pada
penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat laboratorium umumnya dipakai pada
ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu, angin dan lain sebagainya serta
digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat meteorologi disesuaikan
dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang menggunakan (Anonim,
2008).
Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi
Pertanian diantaranya alat pengukur curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium
dan Ombrograf), Alat pengukur kelembaban relatif udara (Psikometer Assman,
Psikometer Sangkar, Higrograf, Higrometer, Sling Psikometer), alat pengukur suhu
udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum, Termometer Minimum, dan
Termometer Maximum-Minimum Six Bellani), alat pengukur suhu air (Termometer
Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang penyinaran matahari
(Solarimeter tipe Jordan, Solarimeter tipe Combell Stokes), alat pengukur suhu tanah
(Termometer Permukaan Tanah, Termometer Selubung Kayu, Termometer Bengkok,
Termometer Maksimum-Minimum tanah, Termometer Simons, Stick Termometer),
alat pengukur intensitas penyinaran matahari (Aktinograf), alat pengukur evaporasi
(Panci Evaporasi Kelas A, Piche Evaporimeter) dan alat pengukur kecepatan angin
(Cup Anemometer, Hand Anemometer, Biram Anemometer) (Prawirowardoyo,
1996).
Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik
dan mengirimkan kutipan statistik (sebagai contoh, rata-rata dan maksimum). Untuk
yang keras menyimpan modul-modul setiap 15 menit. Hal ini dapat menghasilkan
kira-kira 20 nilai dari hasil rekaman untuk penyimpanan akhir disetiap interval
keluaran. Ukuran utama dibuat di stasiun meteorologi danau vida, pemakaian alat
untuk temperatur udara, kelembaban relatif, temperatur tanah (Fontain, 2002).
Hasil yang didapat setelah dilakukannya suatu pengamatan di stasiun cuaca atau
stasiun meteorologi yakni data-data mengenai iklim. Di indonesia, berdasarkan
ketersediaan data iklim yang ada di sistem database Balitklimat, hanya ada 166 dari
2.679 stasiun yang menangani data iklim. Umumnya hanya data curah hujan dan
suhu udara, sehingga walaupun metode Penman merupakan yang terbaik, metode
Blaney Criddle akan lebih banyak dipilih karena hanya memerlukan data suhu udara
yang relatif mudah didapatkan (Runtunuwu et.al., 2008).
Model-model peramalan deret waktu umumnya cenderung tidak tajam dalam
membahas aspek keterkaitan ruang. Sebaliknya pada model-model prediksi yang
menggunakan analisis keterkaitan ruang antar stasiun atau analisis hubungan antar
parameter umumnya diterapkan pada satu periode waktu tertentu dan mengabaikan
keterkaitan deret waktu ( Pramudia et.al., 2008).
BAB III
METODELOGI

1. Sangkar Cuaca

Didalam sangkar cuaca dipasang alat-alat seperti Thermometer bola kering,


Thermometer bola basah, Thermometer maximum, Thermometer minimum, dan
Evaporimeter jenis piche. pada stasiun meteorologi pertanian dan klimatologi
dipasang Evaporometer jenis Keshner tersendiri.

1. Thermometer Bola Kering: tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan
mengukur suhu udara sebenarnya.
2. Thermometer Bola Basah: tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur
adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air
dapat berkondensasi.
3. Thermometer Maximum: Thermometer air raksa ini memiliki pipa kapiler
kecil (pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa
hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali
pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat
semula, thermometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan
menggunakan magnet.
4. Thermometer Minimum: Thermometer minimum biasanya menggunakan
alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan
alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok
untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja thermometer minimum
adalah dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol,
sehingga apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik
kebawah, namun bila suhu meningkat maka indek akan tetap pada posisi
dibawah. Selain itu peletakan thermometer harus miring sekitar 20-30 derajat,
dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini juga dimaksudkan
untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembali bila sudah berada
diposisi bawah (suhu minimum).
Pemasangan alat-alat meteorologi didalam sangkar dimaksudkan agar hasil
pengamatan dari tempat-tempat dan waktu yang berbeda dapat dibandingkan satu
sama lain. Selain itu, alat-alat yang terdapat didalamnya terlindung dari radiasi
matahari langsung, hujan dan debu.

Sangkar Meteorologi dibuat dari kayu yang baik ( jati/ Ulin) sehingga tahan
terhadap perubahan cuaca. Sangkar dicat putih supaya tidak banyak menyerap radiasi
panas matahari. Sangkar dipasang dengan lantainya berada pada ketinggian 120 cm
diatas tanah berumput pendek, sedangkan letaknya paling dekat dua kali (sebaiknya
empat kali) tinggi benda yang berada di sekitarnya.

Sangkar harus dipasang kuat, berpondasi beton, sehingga tidak dapat


bergerak atau bergoyang jika angin kencang. selain itu agar angkar tidak mudah di
makan rayap.

Sangkar mempunyai dua buah pintu dan dua jendela yang berlubang-
lubang/kisi. Lubang/kisi ini memungkinkan adanya aliran udara. Temperatur dan
kelembaban udara didalam sangkar mendekati/hampir sama dengan temperatur dan
kelembaban udara diluar.

Sangkar dipasang dengan pintu membuka/menghadap Utara-Selatan,


sehingga alat-alat yang terdapat didalamnya tidak terkena radiasi matahari langsung
sepanjang tahun. jika matahari berada pada belahan bumi selatan pintu sebelah utara
yang dibuka untuk observasi atau sebaliknya.

2. Pengukur Sinar Matahari jenis CAMPBLE STOKES

Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan


(memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari
tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan
pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat
dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa
terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang
konsentrik dengan bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika
matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak
pias terbakar yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka
jejak dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-
bagian terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari.
Panjang pias yang terbakar dinyatakan dalam jam.
Alat dipasang di tempat terbuka, tak ada halangan ke arah Timur matahari
terbit dan ke barat matahari terbenam. Kemiringan sumbu bola lensa disesuaikan
dengan letak lintang setempat. Posisi alat tak berubah sepanjang waktu hanya
pemakaian pias dapat diganti-ganti setiap hari. Ada 3 tipe pias yang digunakan pada
alat yang sama.

3. Anemometer

Angin merupakan pergerakan udara yang disebabkan karena adanya


perbedaan tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain. Dengan adanya
pergerakan udara di atmosfer ini maka terjadilah distribusi partikel-partikel di udara,
baik partikel kering (debu, asap, dsb) maupun partikel basah seperti uap air.
Pengukuran angin permukaan merupakan pengukuran arah dan kecepatan angin yang
terjadi dipermukaan bumi dengan ketinggian antara 0.5 sampai 10 meter.

Pergerakan udara atau angin umumnya diukur dengan alat cup


counter anemometer, yang didalamnya terdapat dua sensor, yaitu: cup propeller
sensor untuk kecepatan angin dan vane/ weather cock sensor untuk arah angin.
Untuk pengamatan angin permukaan,Anemometer dipasang dengan ketinggian 10
meter dan berada di tempat terbuka yang memiliki jarak dari penghalang sejauh 10
kali dari tinggi penghalang (pohon, gedung atau sesuatu yang menjulang tinggi).
Tiang anemometer dipasang menggunakan 3 buah labrang/ kawat penahan tiang,
dimana salah satu kawat/labrang berada pada arah utara dari tiang anemometer dan
antar labrang membentuk sudut 1200. Pemasangan penangkal petir pada tiang
anemometer merupakan faktor terpenting terutama untuk daerah rawan petir. Hal ini
mengingat tiang anemometer memiliki ketinggian 10 meter dengan ujung-ujung
runcing yang membuatnya rawan terhadap sambaran petir.

4. Alat Penakar Hujan

a. Alat penakar jenis Hellman

Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat
sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya
terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang
gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias
yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan
tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas
pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air
dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki
pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus
vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dhitung/ ditentukan dengan
menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias.

b. Alat penakar jenis Obs

Penakar hujan ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak
dapat mencatat sendiri. Bentuknya sederhana, terdiri dari :

Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat.


Bak tempat penampungan air hujan.
Kaki yang berbentuk tabung silinder.
Gelas penakar hujan.

Jumlah air hujan yang tertampung diukur dengan gelas ukur yang telah
dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur yang kemudian dibagi sepuluh karena
luas penampangnya adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan
dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi
hari adalah hujan kemarin bukan hari ini.

5. Panci Evaporasi

Penguapan ialah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini dapat terjadi
pada setiap permukaan benda pada temperatur diatas 0 0K. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penguapan ialah temperatur benda dan udara, kecepatan angin,
kelembaban udara, intensitas radiasi matahari dan tekanan udara, jenis permukaan
benda serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Dalam meteorologi dikenal
dua istilah untuk penguapan yaitu evaporasi dan evapotranspirasi.

Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin


luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang
sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya.
Pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter memerlukan
perlengkapan sebagai berikut :

1. Panci Bundar Besar


2. Hook Gauge yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air
dalam panci. Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga
cara pembacaannya berlainan.
3. Still Well ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder
dan mempunyai 3 buah kaki.
4. Thermometer air dan thermometer maximum/ minimum
5. Cup Counter Anemometer
6. Pondasi/ Alas
7. Penakar hujan biasa
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini akan membahas tentang pengenalan stasiun


klimatologi dan peralatannya. Alat-alat ini digunakan dalam menentukan iklim di
suatu tempat dan juga digunakan dalam bidang pertanian. Peralatan yang terdapat di
stasiun klimatologi antara lain: sangkar cuaca, pengukur sinar matahari jenis
Campble Stokes, anemometer, alat penakar hujan dan panci evaporasi.
Didalam sangkar cuaca dipasang alat-alat seperti Thermometer bola kering,
Thermometer bola basah, Thermometer maximum, Thermometer minimum, dan
Evaporimeter jenis piche.
Pada alat pengukur sinar atau radiasi sinar matahari jenis campble stokes
lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan (memfokuskan)
sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari tersebut tepat
mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias.

Untuk alat anemometer pengamatan angin permukaan,Anemometer dipasang


dengan ketinggian 10 meter dan berada di tempat terbuka yang memiliki jarak dari
penghalang sejauh 10 kali dari tinggi penghalang (pohon, gedung atau sesuatu yang
menjulang tinggi). Tiang anemometer dipasang menggunakan 3 buah labrang/ kawat
penahan tiang, dimana salah satu kawat/labrang berada pada arah utara dari tiang
anemometer dan antar labrang membentuk sudut 1200. Pemasangan penangkal petir
pada tiang anemometer merupakan faktor terpenting terutama untuk daerah rawan
petir. Hal ini mengingat tiang anemometer memiliki ketinggian 10 meter dengan
ujung-ujung runcing yang membuatnya rawan terhadap sambaran petir.

Pada alat penakar hujan terdapat dua jenis, yaitu jenis Hellman dan jenis Obs.
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri.
Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung
tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik
keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu
mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/
digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air
dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah
air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan
keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena
turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal.
Penakar hujan jenis Obs ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau
tidak dapat mencatat sendiri. Bentuknya sederhana, terdiri dari : Sebuah corong yang
dapat dilepas dari bagian badan alat. Bak tempat penampungan air hujan. Kaki yang
berbentuk tabung silinder. Gelas penakar hujan. Jumlah air hujan yang tertampung
diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur
yang kemudian dibagi sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm sehingga
dihasilkan satuan mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi
hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin bukan hari ini.

Untuk mengukur penguapan air digunakanlah alat yang dinamakan Panci


Evaporasi dengan prinsip kerja pengukuran selisih tinggi permukaan air.
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas
permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang
sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Alat-alat ini mempunyai peranan penting dan banyak kegunaan
dibidang pertanian.
2. Alat-alat ini digunakan untuk megukur iklim suatu tempat.
3. Alat-alat tersebut terdiri dari peralatan manual dan peralatan
sistem Automatic weather Station (AWS).
4. Alat-alat ini mempunyai fungsinya masing-masing dan prinsip
kerja yang berbeda-beda.
5. Tingkat ketelitian alat dengan sistem AWS lebih tinggi
dibandingkan dengan peralatan manual.
B. Saran

a. Dalam melakukan pengamatan lapangan dengan menggunakan


alat-alat pengamatan, di harapkan haruslah berhati-hati
menggunakan alat karena harga dari alat-alat yang begitu mahal.
b. Melakukan pegamatan haruslah dengan teliti supaya mendapatkan
hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2011. Pengenalan Alat-Alat.


(http://smarttien.blogspot.com/2011/03/pengenalan-alat-alat-
meteorologi.html). Diakses tanggal 02 maret 2014

Anonim 2. 2011. Alat-alat Klimatologi


(http://katahatimutiara.wordpress.com/2011/11/21/alat-alat-klimatologi/)
Diakses tanggal 02 maret 2014

Neiburger, M. 1982. Understanding our Atmospheric Environment. Freeman


Company, New York and Oxford.

Pramudia, A., Y. Koesmaryono, I. Las, T. June, I W. Astika, dan E. Runtunuwu.


2008. Penyusunan model prediksi curah hujan dengan teknik analisis jaringan
syaraf (neural network analysis) di sentra produksi padi di Jawa Barat dan
Banten. Jurnal Tanah dan Iklim

Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.


Runtunuwu, E., Syahbuddin, H., dan A. Pramudia. 2008. Validasi model
pendugaan evapotranspirasi : upaya melengkapi sistem database iklim
nasional. Jurnal Tanah dan Iklim.

Anda mungkin juga menyukai