Pengolahan Limbah Pada Industri Gula
Pengolahan Limbah Pada Industri Gula
Disusun Oleh:
Anggota : 1.Intan Juniari Nuru (3335142025)
2. Lisa Yulian Fitriani (3335140219)
3.Rifko Cakra Maulana (3335140493)
4.Triyani (3335140309)
5. Mannuela Anugrahing Marwindi (3335130699)
6. Ukas Riyupi (3335132187)
Kelas : A
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
4.1 Kesimpulan 14
4.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.3 Pengertian Ampas Tebu, Blotong (bagasse), dan Abu Ampas Tebu
Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu
(saccharum oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada Industri
pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah
berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse).
Pada proses penggilingan tebu,terdapat lima kali proses penggilingan dari
batang tebu sampai dihasilkan ampas tebu. Pada penggilingan pertama dan kedua
dihasilkan nira mentah yang berwarna kuning kecoklatan, kemudian pada proses
penggilingan ketiga, keempat dan kelima dihasilkan nira dengan volume yang
tidak sama. Setelah proses penggilingan awal yaitu penggilingan pertama dan
kedua dihasilkan ampas tebu basah. Untuk mendapatkan nira yang optimal,pada
penggilingan ampas hasil gilingan kedua harus ditambahkan susu kapur 3Be yang
berfungsi sebagai senyawa yang mampu menyerap nira dari serat ampas
tebu,sehingga pada penggilingan ketiga nira masih dapat diserap meskipun
volumenya lebih sedikit dari hasil gilingan kedua. Pada penggilingan seterusnya
hingga penggilingan kelima ditambahkan susu kapur 3Be dengan volume yang
berbeda-beda tergantung sedikit banyaknya nira yang masih dapat dihasilkan.
Rata-rata ampas yang diperoleh dari proses giling 3 % tebu. Dengan
produksi tebu di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 21 juta ton potensi ampas
yang dihasilkan sekitar 6 juta ton ampas per tahun. Selama ini hampir di setiap
pabrik gula tebu menggunakan ampas sebagai bahan bakar boiler.
Tiap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkan limbah yang terdiri dari
limbah padat, cair dan gas. Limbah padat, yaitu: ampas tebu (bagas), abu boiler
dan blotong (filter cake). Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari
perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat
dan gabus. Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan
bakar pemasakan nira, juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp
campuran pembuat kertas. Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan
ampas tebu sebagai bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan
mudah dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Limbah padat yang
kedua berupa blotong, merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira) sebelum
dimasak dan dikristalkan menjadi gula pasir. Bentuknya seperti tanah berpasir
berwarna hitam, memiliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering
akan menimbulkan bau busuk yang menyengat. (Mahmudah Hamawi,2005)
Kebutuhan energi di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari
gilingan akhir. Sebagai bahan bakar ketel jumlah ampas dari stasiun gilingan
adalah sekitar 30% berat tebu dengan kadar air sekitar 50%. Berdasarkan bahan
kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (carbon) 47%, H (Hydrogen) 6,5%,
O (Oxygen) 44% dan abu (Ash) 2,5%. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986)
tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5% akan memiliki kalor
sebesar 1.825 kkal.
Kelebihan ampas (bagasse) tebu dapat membawa masalah bagi pabrik gula,
ampas bersifat bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya perlu area yang
luas. Ampas mudah terbakar karena di dalamnya terkandung air, gula, serat dan
mikroba, sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas.
Terjadinya kasus kebakaran ampas di beberapa pabrik gula diduga akibat proses
tersebut. Ampas tebu selain dijadikan sebagai bahan bakar ketel di beberapa
pabrik gula mencoba mengatasi kelebihan ampas dengan membakarnya secara
berlebihan (inefisien). Dengan cara tersebut mereka bisa mengurangi jumlah
ampas tebu.
Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, berupa
endapan berbentuk padatan semi basah dengan kadar air 50-70%, dalam sehari
dapat dihasilkan 3,8-4% dari jumlah tebu yang digiling. Blotong yang dihasilkan
diangkut dengan truk kemudian ditampung pada lahan berbentuk cekungan di
bagian belakang pabrik. Blotong dimanfaatkan sebagai tanah urug dan pengeras
jalan. Limbah ini juga sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk,
sebagian yang lain dibuang di lahan tebuka, dapat menyebabkan polusi udara,
pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar lahan tersebut. Abu boiler
merupakan sisa pembakaran ampas tebu yang digunakan dalam proses pengolahan
tebu. Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkannya sebagai bahan baku
pembuatan pupuk organik.
Abu pembakaran ampas tebu merupakan hasil perubahan secara kimiawi
dari pembakaran ampas tebu murni. Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar
untuk memanaskan boiler dengan suhu mencapai 550C-600C dan lama
pembakaran setiap 4-8 jam dilakukan pengangkutan atau pengeluaran abu dari
dalam boiler, karena jika dibiarkan tanpa dibersihkan akan terjadi penumpukan
yang akan mengganggu proses pembakaran ampas tebu berikutnya
(Mukmin,2009). Komposisi kimia dari abu ampas tebu terdiri dari beberapa
senyawa yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
1. Kolam Fakultatif
Kolam fakultatif dioperasikan pada beban organik yang lebih rendah
sehingga memungkinkan pertumbuhan alga pada lapisan atas kolam.
Kolam fakultatif dapat digunakan sebagai unit pertama atau kedua dari
suatu rangkaian kolam. Kolam ini memerlukan oksigen untuk oksidasi
biologis dari bahanbahan organik, terutama didapat dari hasil fotosintesis
ganggang hijau. Periode tinggalnya berkisar antara 5-30 hari, dengan
kedalaman 1-1,5 meter. Desain beban kolam umumnya 100-400 kg
BOD/ha/hari, tergantung pada suhu kolam. (Soeparman dan Suparmin,
2002).
Pada perencanaan kolam fakultatif dianggap bahwa terjadi
pengadukan sempurna hanya pada cairannya saja. Padatan yang ada di
dalam air limbah akan mengendap di dasar kolam sehingga dianggap
tidak tersuspensi seperti pada proses lumpur aktif (Nusa, 2000). Kolam
ini memerlukan oksigen untuk oksidasi biologis dari bahan- bahan
organik, terutama didapat dari hasil fotosintesis ganggang hijau. BOD
yang dapat direduksi dalam kolam fakultatif antara 30-40 mg/L.
Penyisihan zat organik 77-96%, nitrogen 40-95% dan fosfat 40 % (Nusa,
2000). Pada kolam ini terjadi proses gabungan antara sistem aerob dan
anaerob. Kondisi aerob terjadi pada bagian permukaan kolam dan kondisi
anaerob terdapat pada bagian dasar.
Diagram sistem biologi yang terdapat pada kolam fakultatif secara
umum digambarkan seperti pada gambar 2. Kondisi aerobik terdapat
pada bagian atas dari kolam. Oksigen terlarut didapatkan dari proses
fotosintesis dari alga serta sebagian didapatkan dari difusi oksigen dari
udara atau atmosfir. Oksigen yang diperlukan untuk stabilitas zat organik
dapat diambil dari empat sumber yaitu oksigen terlarut dalam limbah
cair, oksigen dari hasil reaksi nitrat dan sulfat oksigen dari atmosfir, dan
oksigen proses fotosintesis alga dalam kolam.
Interaksi sangat kompleks juga terjadi pada daerah diantara zona
tersebut. Asam organik dan gas yang dihasilkan oleh proses penguraian
senyawa organik pada zona anaerobik akan diubah menjadi makanan
bagi mikroorganisme yang ada pada zona aerobik. Massa organisme
yang terjadi akibat proses metabolisme pada zona aerobik karena gaya
gravitasi akan mengendap ke dasar kolam danakan mati, serta menjadi
makanan bagi organisme yang terdapat pada zona anaerobik. Hubungan
khusus yang terjadi antara bakteridan alga didalam zona aerobik adalah
bakteri menggunakan oksigen sebagai electronacceptor untuk
mengoksidasi senyawa organikyang ada didalam air limbah menjadi
senyawa produk yang stabil misalnya CO2, NO3-, dan PO4. Alga
menggunakan produk - produk tersebut sebagai bahan baku dengansinar
matahari sebagai sumber energi untuk proses metabolisme dan
menghasilkan oksigen serta produk akhir lainnya. Oksigen yang
dihasilkan akan digunakan oleh bakteri dan seterusnya. Hubungan timbal
balik saling menguntungkan tersebut dinamakan hubungan simbiosis.
Pada kolam ini juga terjadi pengendapan. Hasil metabolisme dari
bakteri juga mengeluarkan sisa berupa polimer (extracellular polymer)
yang bermuatan negatif (polyelectrolyte anion.) Polimer alamiah ini
mampu mengikat partikel-partikel kecil yang tidak terpengaruh oleh gaya
gravitasi. Polimer tersebut mengikat partikel-partikel sehingga menjadi
kumpulan partikel yang lebih besardan berat, sehingga setelah dapat
dipengaruhi oleh gaya gravitasi, partikel tersebut secara perlahan-lahan
akan turun kedasar kolam.
2. Kolam Pematangan
Kolam pematangan menerima efluen yang berasal dari kolam
fakultatif dam bertanggung jawab terhadap kualitas dari efluen akhir.
Periode tinggal berkisar antara 5-10 hari dengan kedalaman kurang lebih
1,5 meter. Umumnya kolam ini didesain untuk pengurangan koliform
yang berasal dari tinja daripada pengurangan BOD. Sejumlah besar
koliform akan dapat dihilangkan dalam waktu penahanan 5 hari. Pada
kolam pematangan terjadi proses pematangan atau pembersihan terakhir
air limbah dari pencemar berupa padatan tersuspensi, zat organik, dan
pengurangan bakteri. Kolam ini merupakan kolam pengolahan akhir dan
dibuat lebih dangkal dari 2 kolam sebelumnya dengan tujuan agar sinar
matahari dapat menembus keseluruhan lapisan air sehingga dapat
mengurangi bakteri patogen.
Dalam kolam pematangan, bakteri aerobik akan mengoksidasi bahan
organik dengan menggunakan oksigen yang dihasilkan oleh alga dan
oksigen yang terlarut dalam air, proses reaksi fotosintesis yang dilakukan
oleh alga dapat ditulis sebagai berikut:
Bakteri : bahan organik + O2 CO2 + H2O
Fotosintesis: CO2 + H2O + Cahaya Matahari CH2O +O2 + H2O
Kolam ini dibagi atas 2 sekat, sekat ytang pertama difungsikan untuk
tempat tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) yang berperan pada
proses pembersihan terhadap bakteri patogen dan penjernihan air.
BAB III
METODE PENGOLAHAN
Gambar 3.LahanUrukdariBlotong
Gambar 4.PupukOrganik
2. Ampas Tebu
Menjadi bahan bakar boiler (pada proses pemasakan nira,
evaporasi, kristalisasi, dan pemisahan kristal dari cairan).
Menjadi bahan campuran dalam pulp pada industri kertas.
Menjadi arang aktif dengan proses karbonisasi.
3. Abu Ampas Tebu
Menjadi Batu Abu Tebu sebagai pengganti Batu Bata.
Dapat diolah menjadi bahan pembuat keramik.
Dapat dijadikan sebagai Biopozzolan untuk memperkuat struktur
beton.
No Parameter Satuan
6 pH - 4.8
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustakan dan metode pengolahan yang dikaji, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Limbah yang dihasilkan oleh industri gula meliputi :
a. Limbah padat seperti blotong, ampas tebu (bogasses), dab abu ampas
tebu
b. Limbah cair seperti air pendingin proses, air hasil proses (pemurnian
nira, penguapan/evaporasi, kristalisasi, pemisahan kristal dan
pengeringan), blowdown dari boiler, tetes atau molasses, dan limbah
hasil analisa laboratorium.
c. Limbah gas seperti aspap yang dihasilkan dari proses pembakaran
pada boiler.
2. Pengolahan limbah pada inudstri gula dapat dilakuakan dengan cara
sebagai berikut :
a. Limbah padat
Blotong dapat dijadikan tanah urug dan pupuk organik
Ampas tebu (bagasses) dapat dijadikan sebagai bahan bakar
boiler, bahan campuran pada pulp di industri kertas, dan arang
aktif dengan proses karbonisasi.
Abu ampas tebu dapat diolah menjadi Batu Abu Tebu pengganti
batu bata, bahan untuk pembuatan keramik, dan dapat dijadikan
sebagai biopozzolan untuk memperkuat struktur beton.
b. Limbah Cair dapat diolah dengan menggunakan metode Kolam
Oksidasi (Oxidation Pond) sehingga limbah yang dihasilkan sesuai
dengan baku mutu limbah cair industri gula yang telah ditetapkan oleh
kementerian lingkungan hidup.
c. Limbah gas dapat diolah dengan cara memasang dust collector dan
penjerap (adsorbent) atau resin.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis yaitu :
1. Untuk pengolahan limbah industri gula perlu dikembangakn seiring
dengan perkembangan bahan, alat, dan proses yang digunakan pada
industri gula tersebut dan metode pengolahan yang dipilih tidak
menimbulkan masalah lainnya.
2. Sebaiknya dicari pengolahan yang dapat membuat limbah tersebut menjadi
berguna kembali atau memiliki nilai jual yang ekonomis sehingga bisa
membuka suatu peluang usahan dan membuka lapangan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA