Anda di halaman 1dari 5

A.

Bahan Tambahan Pangan


Metanil Yellow

Zat pewarna kuning Metanil yellow, merupakan zat pewarna industry tekstil yang
dilarang untuk produk makanan. Zat warna ini bersifat racun dan berbahaya karena
mengandung residu logam berat. (Agus widodo, 2006) Rhodamin B dan metanil yellow
merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil (Djalil, dkk,
2005).

Metanil yellow merupakan bahan pewarna sintetik yang jika dikonsumsi dapat
menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan atau
jaringan kulit (Arief, 2007).

Rhodamin B

zat pewarna berbahaya. Rhodamine B termasuk salah satu zat pewarna yang
dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan
(Syah P. Manfaat dan bahaya bahan tambhan makanan. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2005.)

Rhodamin B ditemukan pada makanan dan minuman seperti kerupuk, sambal botol
dan sirup di Makassar pada saat BPOM Makassar melakukan pemeriksaan sejumlah sampel
makanan dan minuman ringan (Syah P.2005)

Bahaya akibat Rhodamin B akan muncul jika zat warna ini dikonsumsi dalam jangka
panjang. Rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak 500 mg/kg
BB. Efek toksik yang mungkin terjadi adalah iritasi pada saluran cerna (BPOM, 2015).

Konsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan
dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati,
gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.Bahaya
akibat Rhodamin B akan muncul jika zat warna ini dikonsumsi dalam jangka panjang.
Rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak 500 mg/kg BB. Efek
toksik yang mungkin terjadi adalah iritasi pada saluran cerna (BPOM, 2015)

Pada umumnya masyarakat kurang mengetahui bahwa pewarna tekstil yang


digunakan dalam makanan dapat menimbulkan gangguan kesehatan tubuh mereka. Bahan-
bahan pewarna seperti rhodamin B juga dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat
karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti kanker dan
tumor pada organ tubuh manusia (Judarwanto, 2006).

Pengetian bOraks
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk
padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat (Khamid, 1993). Baik
boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak,
larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan
sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet
makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti
bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk
mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan
memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007). Boraks biasanya bersifat iritan dan racun
bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan saraf pusat, ginjal dan hati. Jika tertkena dengan
kulit dapat menimbulkan iritasi. Dan jika tertelan akan menimbulkan kerusakan pada usus,
otak atau ginjal (Himpunan alumni fateta, 2005).
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk
padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat (Khamid, 1993). Baik
boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak,
larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan
sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet
makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti
bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk
mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan
memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).
A. Fungsi boraks sebenarnya
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai
pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan
pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur
makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Vepriati,
2007).
B. Pengaruh boraks terhadap kesehatan
Pemakaian dalam jumlah banyak dapat menyebabkan demam, depresi,
kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan,
kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma bahkan kematian (Khamid,
1993).

C. Pengetian Rhodamin B

D. Fungsi Rhodamin B sebenarnya


E. Penyalahgunaan Rhodamin B
F. Pengaruh Rhodamin B terhadap kesehatan
.

Formalin

Sebenarnya formalin adalah bahan pengawet yang digunakan dalam dunia kedokteran,
misalnya sebagai bahan pengawet mayat dan hewan-hewan untuk keperluan penelitian.

Besarnya manfaat formalin di bidang industri tersebut ternyata disalahgunakan oleh produsen
di bidang industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan
karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai Besar Pengawasan
Obat dan Makanan (POM) setempat (Yuliarti, 2007).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 ditegaskan bahwa


formalin dilarang digunakan dalam makanan. Hal itu mengingat bahaya serius yang akan
dihadapi jika formalin masuk ke dalam tubuh manusia. Formalin akan menekan fungsi sel,
menyebabkan kematian sel, dan menyebabkan keracunan (Khomsan & Anwar, 2008).
Dampak akut formalin terhadap kesehatan terjadi akibat paparan formalin dalam jumlah yang
banyak dalam waktu yang singkat. Efeknya berupa iritasi, alergi, kemerahan, mata berair,
mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut, pusing, bersin, radang tonsil, radang tenggorokan,
sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, diare dan pada konsentrasi
yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. Dampak kronik dari formalin terlihat
setelah terkena paparan formalin berulang dalam jangka waktu yang lama dan biasanya
formalin dikonsumsi dalam jumlah kecil dan terakumulasi dalam jaringan. Gejalanya berupa
mata berair, gangguan pada: pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi
dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker, sedangkan pada manusia diduga
bersifat karsinogen (Yuliarti, 2007).
Apabila pemakaian bahan pengawet tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar akan
menimbulkan suatu permasalahan terutama bagi konsumen. Bahan pengawet yang diijinkan
hanya bahan yang bersifat menghambat, bukan mematikan organisme-organisme pencemar.
Oleh karena itu, sangat penting diperhatikan bahwa penanganan dan pengolahan bahan
pangan dilakukan secara higinies (Bsuckle, et. al., 1985),

G. Fast Food
Makanan junk food ialah makanan tidak bergizi, atau makanan yang tidak
berguna. Istilah ini untuk menunjukkan makanan-makanan yang dianggap
tidak memiliki nilai nutrisi yang baik. Biasanya makanan junk food termasuk
makanan makanan cepat saji ( fast food ) yang mengandung lemak tinggi,
seperti hamburger, pizza, ayam goreng ( yang di goreng beserta kulitnya )
serta cemilan-cemilan seperti kentang goreng bermentega (friench fries ),
Keripik kentang keju, biskuit gurih,dan manis, serta minuman bersoda yang
sangat disukai remaja. ( Sari, 2008 ).

Anda mungkin juga menyukai