Anda di halaman 1dari 56

PENANGANAN GAGAL JANTUNG

PADA BAYI DAN ANAK

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT
Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
1 AGUSTUS 2017

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis saat jantung tidak mampu
untuk memompa darah guna memenuhi kebutuhan 1etabolic1 normal
tubuh.
Tujuan Melakukan diagnosis dini gagal jantung, serta penanganan yang cepat
dan tepat untuk memperoleh perbaikan fungsi jantung yang optimal.
Kebijakan Petugas medis mesti menguasai penanganan gagal jantung secara tepat,
sehingga morbiditas dan mortalitas bisa dikurangi.
Prosedur b. Memastikan diagnosis gagal jantung, melalui :
- Anamnesis.
- Pemeriksaan fisik.
- Pemeriksaan penunjang, berupa: foto toraks,
elektrokardiografi, laboratorium darah rutin, kadar serum elektrolit,
analisis gas darah, kadar gula darah (terutama 1etaboli),
ekokardiografi, kateterisasi jantung.
b. Memberikan perawatan, berupa :
- Bed rest total, sebisa mungkin dengan posisi setengah
duduk.
- Pemberian oksigen 40% 2-4 liter/menit.
- Melakukan restriksi cairan 80% dari kebutuhan tubuh
normal, atau mengupayakan balans cairan yang nol.
- Melakukan koreksi apabila terjadi hipoglikemia, asidosis
1etabolic, anemia, demam, infeksi, dehidrasi.
- Pemakaian ventilator bila edema paru hebat atau gagal
napas.
- Diet tinggi kalori dan rendah garam.
3. Terapi medikamentosa :
a. Diuretika :
Furosemid : - Intravena 1 mg/kgBB/kali, 2-3 kali/hari.
- Oral 2-5 mg/kgBB/hari, 2-3 kali/hari.
Untuk menghindari efek hipokalemia akibat penggunaan
furosemid, maka perlu diberikan bersamaan dengan:
- Kalium klorida 1-2 mEq/kgBB/hari, oral, 3-4 kali/hari,
- atau Spironolakton 3 mg/kgBB/hari, oral, 1-3 kali/hari.
b. Digitalis :
Dosis digitalisasi cepat memakai cedilanid intravena:
- Prematur : 20 mcg/kgBB/hari.
- Aterm : 30 mcg/kgBB/hari.
- Bayi : 40 mcg/kgBB/hari.
- Anak : 20-30 mcg/kgBB/hari, maksimal 1 mg.
Dibagi dalam 3 dosis (1/2, , , interval tiap 8 jam).
Dosis rumatan memakai digoksin oral, 8-10 mcg/kgBB/hari, 2
kali sehari, maksimal 125 mcg per kali. Mesti diawasi
kemungkinan intoksikasi digitalis.

PENANGANAN GAGAL JANTUNG


PADA BAYI DAN ANAK

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

c. Vasodilator :
Kaptopril : - Bayi : 0,1-2 mg/kgBB/kali, 2-3 kali sehari.
- Anak : 12 mg/hari, 2 kali sehari

d. Inotropik lain diberikan pada gagal jantung yang sangat berat :


- Dopamin, 5-10 mcg/kgBB/menit.
- Dobutamin, 5-10 mcg/kgBB/menit.
- Dopamin digabung Dobutamin, total 15 mcg/kgBB/menit.
- Milrinon, loading 10-50 mcg/kgBB dalam 10 menit, lalu
drip 0,1-1 mcg/kgBB/menit.
e. Obat lain :
- Morfin subkutan bila edema paru, 0,05-0,1 mg/kgBB/kali.
- Penenang diazepam atau luminal, pemberian mesti diawasi.

4. Tindakan koreksi (pembedahan atau intervensi) terhadap penyakit


jantung yang mendasarinya.

Unit terkait Bagian Anak


ICU
PENANGANAN DEFISIENSI VITAMIN A

No. Dokumen Revisi Halaman


126/Yanmed/RSUD/BGL/2 1/1
012

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
1 Agustus 2017
dr. Achmad Hardin Sp PD
NIP.197409282002121003

Pengertian Defisiensi vitamin A adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh


kekurangan vitamin A atau provitamin A (karotin) yang ditandai
antara lain oleh adanya lesi pada mata, retardasi fisik, mental dan
apatis, perubahan pada kulit dan metaplasia epitel pada jaringan yang
lain.

Tujuan Mengidentifikasi, mencegah, deteksi dini dan mengobati defisiensi


Vitamin A
Kebijakan 1. Semua anak dengan gizi buruk mendapatkan terapi vitamin A
2. Konsultasi dalam penanganan defisiensi vitamin A tergantung
pada gejala yang ada.
3. Penyediaan kapsul vitamin A di poliklinik IKA

Prosedur Diagnosis:
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan labolatorium penunjang serta
konsultasi untuk mendiagnosis vitamin A beserta manifestasi
klinisnya
Perawatan:
Jika didapatkan xerophtalmia maka harus diberikan vitamin A
sesuai dengan umur pada hari ke 1,2 dan 15. Lokal: salep
antibiotika pada mata.
Diet. tinggi vitamin A, karotin dan minyak.
Pengobatan penyakit penyebab/pemberat: gangguan pencernaan,
infeksi, infestasi cacing

Unit Terkait Poli Anak, Poli Tumbuh Kembang, Instalasi Gizi, Dinas Kesehatan
HIPOGLIKEMIA

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Hipoglikemia adalah kondisi bayi dengan kadar glukosa darah <45
mg/dL (2,6 mmol/L) baik yang memberikan gejala maupun tidak.
Keadaan hipoglikemia dapat sangat berbahaya terutama bila kadar
glukosa <25 mg/dL (1,4 mmol/L).
Tujuan 1. Mengenali hipoglikemia sebagai salah satu indikator yang penting
untuk stres dan penyakit pada neonatus.
2. Menangani kasus hipoglikemi pada neonatus

Kebijakan Mengidentifikasi neonatus yang berisiko mengalami hipoglikemia


seperti:
1. Bayi Kurang Bulan
2. Bayi KMK
3. Bayi dari ibu DM
4. Bayi BMK
5. Bayi sakit
Prosedur Tata laksana
1. Periksa kadar glukosa darah dalam usia 1-2 jam untuk bayi yang
mempunyai faktor risiko hipoglikemia dan pemberian minum
diberikan setiap 2-3 jam.
2. Pemberian ASI. Apabila bayi dengan ASI memiliki kadar glukosa
rendah tetapi kadar benda keton tinggi, sebaiknya dapat
dikombinasi dengan susu formula
3. Tata laksana hipoglikemia dapat diberikan sesuai dengan algoritma
berikut :
- * Hitung Glucose Infusion Rate (GIR) :
6-8 mg/kgBB/menit untuk mencapai gula darah maksimal, dapat
dinaikkan 2 mg/kgBB/menit sampai maksimal 10-12
mg/kgBB/menit.
- * Bila dibutuhkan >12 mg/kgBB/menit, pertimbangkan obat-
obatan : glukagon, kortikosteroid, diazoxide dan konsultasi ke bg
endokrin anak.
- ** Bila ditemukan hasil GD 36-<47 mg/dL 2 kali berturut-turut
- berikan infus Dekstrosa 10%, sebagai tambahan asupan per
oral
- *** Bila 2 x pemeriksaan berturut-turut GD >47 mg/dL setelah
24 jam terapi infus glukosa
- Infus dapat diturunkan bertahap 2 mg/kg/menit setiap 6 jam
- Periksa GD setiap 6 jam
- Asupan per oral ditingkatkan

HIPOGLIKEMIA

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Terapi darurat
- Pemberian segera bolus dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan
melalui IV selama 5 menit dan diulang sesuai keperluan.
Terapi lanjutan
- Infus glukosa 6-8 mg/kg/menit
- Kecepatan Infus Glukosa (GIR) dihitung menurut formula
berikut :
GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (ml/kg/hari) x konsentrasi Dextrose (%)
6 x BB
- Periksa ulang kadar glukosa setelah 20-30 menit dan setiap jam
sampai stabil.
Ketika pemberian minum telah dapat ditoleransi dan nilai
pemantauan glukosa bed side sudah normal maka infus dapat
diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan
waktu 24-48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya
hipoglikemia.
Unit terkait Poli Anak
TETANUS NEONATORUM

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanp
a disertai gangguan kesadaran yang disebabkan oleh clostridium tetanus
yang terjadi pada neonatus (0-28 hari)
Tujuan 1. Untuk mengenal secara dini tetanus neonatorum
2. Penatalaksanaan secara tepat tetanus neonatorum
Kebijakan 1. Mencegah terjadinya tetanus neonatorum dengan melakukan
persalinan 3 bersih yaitu : bersih tempat bersalin, bersih penolong,
dan bersih alat pemotong tali pusat.
2. Tata laksana yang tepat pada tetanus neonatorum
Prosedur Medikamentosa
1. Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan.
2. Berikan diazepam 10 mg/kg/hari secara IV dalam 24 jam atau
dengan bolus IV setiap 3-6 jam (dengan dosis 0,1-0,2 mg/kg per
kali pemberian), maksimum 40 mg/kg/hari.
- Bila jalur IV tidak terpasang, pasang pipa lambung dan berikan
diazepam melalui pipa atau melalui rektum (dosis sama dengan
IV?).
- Bila perlu, beri tambahan dosis 10 mg/kg tiap 6 jam.
- Bila frekuensi napas kurang dari 30 kali/menit dan tidak tersedia
fasilitas tunjangan napas dengan ventilator, obat dihentikan
meskipun bayi masih mengalami spasme.
- Bila bayi mengalami henti napas selama spasme atau sianosis
sentral setelah spasme, berikan oksigen dengan kecepatan aliran
sedang, bila belum bernapas lakukan resusitasi, bila tidak
berhasil dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas
NICU.
- Setelah 5-7 hari, dosis diazepam dapat dikurangi secara
bertahap 5-10 mg/hari dan diberikan melalui rute orogastrik.
- Pada kondisi tertentu, mungkin diperlukan vencuronium dengan
ventilasi mekanik untuk mengontrol spasme.
3. Berikan bayi :
- Human tetanus immunoglobulin 500 U IM atau antitoksin
tetanus (equine serum) 5000 U IM. Pada pemberian antitoksin
tetanus, sebelumnya dilakukan tes kulit Tetanus toksoid 0,5 mL
IM pada tempat yang berbeda dengan pemberian antitoksin.
Pada hari yang sama? (Di literatur, imunisasi aktif dengan
tetanus toksoid mungkin perlu ditunda hingga 4-6 minggu
setelah pemberian tetanus imunoglobulin)

TETANUS NEONATORUM

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Lini I : Metronidazol 30 mg/kg/hari dengan interval


setiap enam jam (oral/parenteral) selama 7-10 hari atau
lini 2 : Penisilin procain 100.000 U/kg IV dosis tunggal
selama 7-10 hari. Jika hipersensitif terhadap penisilin,
berikan tetrasiklin 50 mg/kg/hr (utk anak > 8 th). Jika
terdapat sepsis/brokopneuminia, berikan antibiotik yang
sesuai.
- Bila terjadi kemerahan dan/atau pembengkakan pada
kulit sekitar pangkal tali pusat, atau keluar nanah dari
permukaan tali pusat, atau bau busuk dari area tali pusat,
berikan pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat.
4. Berikan ibunya imunisasi tetanus toksoid 0,5 mL (untuk
melindungi ibu dan bayi yang dikandung berikutnya) dan
minta datang kembali satu bulan kemudian untuk
pemberian dosis kedua.
Suportif
- Bila terjadi kekauan atau spastisitas yang menetap, terapi
suportif berupa fisioterapi.

Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya,


dll)
Bila terjadi spasme berulang dan atau gagal naps dirujuk ke
Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas NICU.
Bila diperlukan konsultasi ke Divisi Neurologi Anak dan
Bagian Rehabilitasi Medik.

Unit terkait Poli Anak


SEPSIS NEONATAL

No. Dokumen Revisi Halaman


1/4

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Sepsis neonatal merupakan sindrom klinis penyakit sistemik akibat


infeksi yang terjadi dalm satu bulan pertama kehidupan. Bakteri,
virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus.
Sepsis dibedakan menjaadi :
- Early onset sepsis (EOS), timbul dalam 3 hari pertama,
berupa gangguan multisistem dengan gejala pernapasan yang
menonjol; ditandai dengan awitan tiba-tiba dan cepat
berkembang menjadi syok sepstik dengan mortalitas tinggi.
- Late onset sepsis (LOS), timbul setelah unur 3 hari, lebih
sering di atas 1 minggu. Pada sepsis awitan lambat, biasanya
ditemukan fokus infeksi dan sering disertai dengan
meningitis.
- Sepsis nosokomial, ditemukan pada bayi risiko tinggi yang
dirawat, berhubungan dengan monitor invasif dan berbagai
teknik yang digunakan di ruang rawat intensif.
Tujuan 1. Memahami sepsis neonatorum penyebab utama kesakitan
dan kematian bayi di Indonesia
2. Tata laksana yang tepat pada sepsis neonatorum

Kebijakan 1. Mengenali bayi yang memiliki risiko lebih besar terkena sepsis
2. Anamnesis identifikasi faktor risiko dan gejala sepsis
3. Pemeriksaan fisik mengenali berbagai tanda sepsis.
4. Menduga bakteri patogen penyebab sepsis
5. Menggunakan uji laboratorium yang tepat diagnosis sepsis,
memanfaatkan pemeriksaan kultur identifikasi organisme
yang dicurigai
6. Memutuskan perawatan spesifik yang sesuai dan mendukung.
Prosedur Kecurigaan besar sepsis
1. Antibiotik
Antibiotik awal diberikan ampisilin dan gentamisin. Bila
organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan
tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti ampisilin dan beri
ceftazidime, sedangkan gentamisin tetap dilanjutkan. Pada
sepsis nosokomial, pemberian antibiotik disesuaikan dengan
pola kuman setempat. Jika disertai dengan meningitis, terapi
antibiotik diberikan dengan dosis meningitis selama 14 hari
untuk kuman Gram positif dan 21 hari untuk kuman Gram
negatif. Lanjutan terapi dilakukan berdasarkan hasil kultur dan
sensitivitas, gejala klinis, dan pemeriksaan laboratorium serial
(misalnya CRP)

SEPSIS NEONATAL

No. Dokumen Revisi Halaman


2/4

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

2. Respirasi
Menjaga potensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk
mencegah hipoksia. Pada kasus tertentu mungkin dibutuhkan
ventilator mekanik.
3. Kardiovaskuler
Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan serta
lakukan pemantauan tekanan darah (bila tersedia fasilitas) dan
perfusi jaringan untuk mendeteksi dini adanya syok. Pada
gangguan perfusi dapat diberikan volume ekspander (NaCl
fisiologis, darah atau albumin, tergantung kebutuhan) sebanyak
10 ml/kgBB dalam waktu setengah jam, dapat diulang 1-2 kali.
Jangan lupa untuk melakukan monitor keseimbangan cairan.
Pada beberapa keadaan mungkin diperlukan obat-obat inotropik
seperti dopamin atau dobutamin.
4. Hematologi
Transfusi komponen jika diperlukan, atasi kelainan yang
mendasari.
5. Tunjangan nutrisi adekuat
6. Manajemen khusus
- Pengobatan terhadap tanda khusus lain atau penyakit penyerta
serta komplikasi yang terjadi (misal : kejang, gangguan
metabolik, hematologi, respirasi, gastrointestinal,
kardiorespirasi, hiperbbilirubin)
- Pada kasus tertentu dibutuhkan imunoterapi dengan
pemberian imunoglobulin, antibodi monoklonal atau transfusi
tukar (bila fasilitas memungkinkan)
- Transfusi tukar diberikan jika tidak terdapat perbaikan klinis
dan laboratorium setelah pemberian antibiotik adekuat.
SEPSIS NEONATAL

No. Dokumen Revisi Halaman


3/4

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Faktor risiko sepsis neonatorum


Faktor risiko mayor
Ketuban pecah > 24 jam
Ibu demam saat intrapartum suhu > 38 C
Korioamnionitis
Denyut jantung janin menetap > 160x/menit
Ketuban berbau
Faktor risiko minor
Ketuban pecah > 12 jam
Ibu demam saat intrapartum suhu > 37,5 C
Nilai Apgar rendah ( menit ke-1 < 5 , menit ke-5 < 7 )
Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ) < 1500 gram
Usia gestasi < 37 minggu
Kehamilan ganda
Keputihan yang tidak diobati*
Infeksi Saluran Kemih (ISK) / tersangka ISK yang tidak
diobati

SEPSIS NEONATAL

No. Dokumen Revisi Halaman


4/4

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Manifestasi klinis sepsis neonatorum


SSP Letargi, reflex hisap buruk, limp, tidak
dapat dibangunkan, poor or high pitch cry,
iritabel, kejang
Kardiovaskuler Pucat, sianosis, dingin, clummy skin,
denyut jantung 180x/mnt, waktu
pengisian kembali kapiler > 3 detik
Respiratorik Takipnoe, apnoe, merintih, retraksi,
desaturasi oksigen
Saluran pencernaan Muntah, diare, distensi abdomen
Hematologik Perdarahan, ikterus patologis
Kulit Ruam, purpura, pustula, iritabilitas suhu
Metabolik Intoleransi glukosa
Unit terkait Perinatologi

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT
Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLR
dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi
cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR).
Tujuan 1. Mengantisipasi dan menangani masalah selama persalinan dan
kelahiran
2. BBLR
3. Mengidentifikasi masalah BBLR
4. Tata laksana BBLR dan mengatasi komplikasinya

Kebijakan 1. Pemantauan persalinan BBLR


2. Perawatan BBLR dengan metode yang tepat
3. Memantau komplikasi

Prosedur 1. Tata laksana BBLR di ruang persalinan (mengatasi asfiksia)


2. Perawatan pasca persalinan meliputi :
1. Pemberian vitamin K1
- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian; atau
- Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir; umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu)
2. Mempertahankan suhu tubuh normal
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke
kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator, atau
ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan setempat
sesuai petunjuk.
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan
dingin
- Ukur suhu tubuh
3. Pemberian minum
- ASI merupakan pilihan utama
- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah
yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian
ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang
sehari sekali.
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan
beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang
bayi 2 kali seminggu. Pemberian minum minimal 8x/hari.
Apabila bayi masih menginginkan dapat diberikan lagi (ad
libitum)
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2
PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

- Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskuler dan


respirasi yang tidak stabil, fungsi usus belum
berfungsi/terdapat anomali mayor saluran cerna, NEC, IUGR
berat, dan berat lahir < 1000 g.
- Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera
ditingkatkan selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan
kadar natrium serta glukosa normal

Panduan pemberian minum berdasarkan BB :


Berat lahir < 1000 g
- Minum melalui pipa lambung
- Pemberian minum awal : 10 mL/kg/hari
- Asi perah/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi
yang baik : tambahan 0.5-1 mL, interval 1 jam, setiap 24
jam
- Setelah 2 minggu : Asi perah + HMF (Human Milk
Fortifier)/Full-strength preterm formula sampai berat badan
mencapai 2000 g.

Berat lahir 1000-1500 g


- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
- Pemberian minum awal : 10 mL/kg/hari
- ASI PERAH/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi
yang baik : tambahan 1-2 ml, interval 2 jam, setiap 24 jam
- Setelah 2 minggu : Asi perah + HMF (human milk
fortifier)/full-strength preterm formula sampai berat badan
mencapai 2000 g

Berat lahr 1500-2000 g


- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
- Pemberian minum awal : 10 ml/kg/hari
- ASI PERAH/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi
yang baik : tambahan 2-4 ml, interval 3 jam, setiap 12-24
jam
- Setelah 2 minggu : ASI PERAH + HMF/full-strength
preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 g.

Berat lahir 2000-2500 g


- Apabila mampu sebaiknya diberikan minum per oral
- ASI PERAH/term formula
Unit terkait Perinatologi
ASFIKSIA DAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
1 Agustus 2017

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak bernafas
secara SPOntan, teratur dan adekuat.

Tujuan 1. Mampu mengidentifikasi bayi dengan risiko asfiksia.


2. Mampu melakukan resusitasi pada bayi baru lahir dengan
asfiksia.
Kebijakan 1. Mengenal faktor risiko bayi asfiksia.
2. Melakukan pertolongan bayi dengan asfiksia di kamar
bersalin.
Prosedur
ASFIKSIA DAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Obat-obatan :
1. Epinefrin
Indikasi : Setelah VTP 30 detik dan VTP + kompresi dada
selama 30 detik FJ tetap < 60 kali/menit.
Persiapan : 1 ml cairan 1:10.000
Dosis IV : 0,1-0,3 mL/kgBB larutan 1:10.000
ET : 0,3-1,0 mL/kgBB larutan 1:10.000
Kecepatan pemberian : secepat mungkin.
2. Cairan penambah volume darah
Indikasi : Bila bayi pucat, kehilangan darah & / tidak
memberikan reSPOns yang memuaskan terhadap resusitasi.
Cairan yang dipakai:
- Garam fisiologis (dianjurkan).
- Ringer laktat.
- Darah O negatif.
Dosis : 10 mL/kgBB.
Jalur : vena umbilikalis.
Kecepatan : 5-10 menit.
3. Natrium bikarbonat
Indikasi : Bila dicurigai terjadi asidosis metabolik atau
terbukti terjadi asidosis metabolik.
Dosis : 2 mEq/kgBB (larutan 4,2 %).
Jalur : vena umbilikalis.
Kecepatan : 1 mEq/kgBB/menit.
Perhatian : Jangan diberikan bila ventilasi belum adekuat.

Penghentian resusitasi
1. Dipertimbangkan setelah 10 menit upaya resusitasi
adekuat tidak didapatkan tanda-tanda kehidupan (TAK
ADA DENYUT JANTUNG & USAHA NAPAS).
2. Orang tua perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Unit terkait Perinatologi


APNEA PADA BAYI PREMATUR

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT
Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
\
Pengertian Bayi tidak bernafas 20 detik atau diikuti oleh bradikardia
(denyut jantung < 100 x/menit) dan / atau sianosis (saturasi
oksigen < 80%).

Tujuan Tata laksana dini bayi prematur yang mengalami apnea.

Kebijakan 1. Identifikasi bayi yang berisiko mengalami apnea.


2. Memberikan terapi suportif dan kausal pada apnea of
prematurity.

Prosedur 1. Terapi kausal


1.Non farmakologi
- Prone posisi
- Stimulasi taktil
- Peningkatan FiO2
- CPAP melalui: nasal prong, nasofaringeal tube, face
mask
- Ventilator

2. Farmakologi
Obat golongan metil xanthin, diberikan sampai umur
kehamilan 37 minggu atau jika bebas apnea selama 7
hari.
- Aminofilin loading dose : 6 mg/kgBB, dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan diberikan 24 jam setelah
loading dose untuk bayi dengan BB < 1 kg, atau 12
jam setelah loading dose untuk bayi BB > 1 kg.

Dosis pemeliharaan:
- minggu 1 : 2,5 mg/kgBB/dosis setiap 12 jam.
- minggu 2 : 3 mg/kgBB/dosis, setiap 12 jam.
- > minggu 2 : 4 mg/kg BB/dosis, setiap 12 jam.
Dilarutkan menjadi 5 mg/ml, diberikan dalam waktu lebih
dari 20 menit secara IV.

Monitor
Semua bayi kurang bulan dan neonatus dengan riwayat apnea /
bradikardia seharusnya diawasi selama minimal 7 hari setelah
kejadian apnea.

2. Antibiotika (ampisilin dan gentamisin di stop sampai


terbukti tidak ada infeksi berdasarkan kultur darah)
3. Terapi suportif (oksigen, nutrisi dan elektrolit)

Unit terkait Perinatologi

PENYAKIT MEMBRAN HIALIN (PMH)

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Suatu penyakit distres pernafasan yang biasanya terjadi pada


bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa saat
setelah lahir yang menetap atau menjadi progresif dalam 48-96
jam pertama kehidupan.
Tujuan Tata laksana yang tepat pada bayi dengan PMH
Kebijakan 1. Mengenal dan mengidentifikasi bayi yang berisiko
mengalami PMH.
2. Tata laksana PMH baik di kamar bersalin maupun di ruang
perawatan intensif (NICU).
Prosedur 1. Terapi kausal dengan surfaktan.
Dosis yang direkomendasikan untuk penggunaan surfaktan
eksogen
Produk Dosis Dosis tambahan
Mungkin dapat diulang setiap
3 mL/kg BB lahir
12 jam sampai dosis 3 kali
Calfactant diberikan dalam 2
berturut-turut dengan interval 12
aliquot
jam bila ada indikasi
Mungkin dapat diulang minimal
4 mL/kg BB lahir
setelah 6 jam, sampai jumlah
Beractant diberikan dalam 4
total 4 dosis dalam waktu 48
dosis
jam setelah lahir
5 mL/kg BB lahir Mungkin dapat diulang setelah
Colfosceril diberikan dalam 12 jam dan 24 jam bila ada
waktu 4 menit indikasi
Porcine 2.5 mL/kg BB Dua dosis berturutan 1.25
lahir diberikan mL/kg, dosis diberikan dengan
dalam 2 aliquots interval 12 jam bila ada indikasi

2. Antibiotika : Ampisilin + gentamisin di stop sampai


terbukti tidak ada infeksi berdasarkan kultur darah.
Ampisilin :
Umur 0-7 hari: 100 mg/kgBB/hari, IV, IM dibagi 2
dosis.
Umur > 7 hari: 100 mg/kg BB/hari, IV, IM dibagi 3-4
dosis.
Gentamisin :
Dosis 2,5 mg/kgBB/dosis, IV, IM, diberikan:
< 7 hari:
umur kehamilan < 28 minggu diberikan setiap
36 jam
umur kehamilan 28 32 minggu diberikan
setiap 24 jam
umur > 32 minggu diberikan setiap 18 jam
umur > 7 hari
umur kehamilan < 28 minggu, diberikan setiap
24 jam
umur 28-32 minggu diberikan setiap 18 jam
umur kehamilan > 32 minggu diberikan setiap
12 jam
cukup bulan diberikan setiap 8 jam
3. Terapi suportif (oksigen, lingkungan (suhu netral),
nutrisi dan elektrolit).
Unit terkait Perinatologi
PNEMONIA NEONATAL

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Suatu infeksi paru yang terjadi perinatal / pasca natal,


dikelompokkan menjadi:
1. Kongenital pnemonia.
2. Post amnionitis pnemonia.
3. Transnatal pnemonia.
4. Nosokomial pnemonia.

Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana pneumoni pada


neonatus.

Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami pneumonia.


2. Tata laksana yang tepat kasus pneumonia neonatal.

Prosedur 1. Terapi kausal.


2. Antibiotika
Sebelum hasil kultur ada : Ampisilin + Gentamisin di
stop sampai terbukti tidak ada infeksi berdasarkan kultur
darah.
- Ampisilin:
Umur 0-7 hari: 100 mg/kgBB/hari, IV, IM dibagi
2 dosis.
Umur > 7 hari: 100 mg/kg BB/hari, IV, IM dibagi
3-4 dosis.
- Gentamisin :
Dosis 2,5 mg/kgBB/dosis, IV, IM, diberikan:
< 7 hari:
umur kehamilan < 28 minggu diberikan setiap 36
jam.
umur kehamilan 28 32 minggu, diberikan
setiap 24 jam.
umur > 32 minggu diberikan setiap 18 jam.
umur > 7 hari
umur kehamilan < 28 minggu, diberikan setiap
24 jam.
umur 28-32 minggu diberikan setiap 18 jam.
umur kehamilan > 32 minggu diberikan setiap 12
jam.
cukup bulan diberikan setiap 8 jam.
Setelah ada kultur sesuaikan dengan resistensi dan
sensitivitasnya.
3. Terapi suportif (oksigen, nutrisi dan elektrolit)

Unit terkait Perinatologi

PERDARAHAN PADA BAYI BARU LAHIR (HDN)

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Suatu perdarahan akibat dari kekurangan vitamin K atau
menurunnya faktor koagulasi yang berhubungan dengan vitamin
K.

Klasifikasi :
1. HDN dini Terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. HDN klasik Terjadi antara hari 1-7
3. HDN lanjut Terjadi setelah 1 minggu (biasanya 4-12
minggu).

Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana perdarahan pada


neonatus.

Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami perdarahan.


2. Tata laksana yang tepat kasus perdarahan pada neonatus.
Prosedur 1. Terapi suportif
2. Terapi kausal
Vitamin K 1 mg IM.
Bila perdarahan aktif dapat diberikan FFP 10 mg/kg
BB.

Unit terkait Perinatologi


ANEMIA NEONATUS

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September
2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Keadaan konsentrasi hemoglobin di bawah rentang
normal yang sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana anemia


pada neonatus
Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami anemia
2. Tata laksana yang tepat kasus anemia pada neonatus
Prosedur 1. Terapi suportif
2. Terapi kausal
- Hematokrit 0,20 ( 20%) atau hemoglobin 7
g/dL ( 4,34 mmol/L) dan hitung retikulosit <
4% (atau hitung retikulosit absolut <
100.000/moL).
- Hematokrit 0,25 (25%) atau hemoglobin 8
g/dL ( 4,96 mmol/L) dan diikuti dengan salah
satu keadaan sebagai berikut :
Apneu atau bradikardi 10 kali dalam 24
jam atau 2 kali dengan sungkup.
Takikardi > 180 kali/menit atau takipnu > 80
kali/menit yang menetap, minimal dalam 24
jam dengan 3 kali pengukuran.
Peningkatan berat badan yang kurang adekuat
selama 4 hari ( 10 gram/hari atau 420
kj/kg per hari).
Sindrom gawat napas sedang dengan FiO2
0,25-0,35 atau dengan nasal kanul 1/8-1/4
liter/menit atau Intermitten Mandatory
Ventilation (IMV) atau NCPAP dengan Paw
< 6 cm H2O.
3. Hematokrit 0,30 ( 30%) atau hemoglobin 10
gram/dL ( 6,2 mmol/L) dengan sindrom gawat
napas sedang + FiO2 > 35 atau nasal kamul O2 atau
IMV dengan Paw 6-8 cm H2O.
4. Hematokrit 0,35 ( 35 %) atau hemoglobin 12
g/dL ( 7,44 mmol/L) dengan sindrom gawat napas
berat yang membutuhkan ventilator dan Paw > 8 cm
H2O dan FiO2 > 0,5 atau penyakit jantung konginetal
berat yang berhubungan dengan sianosis atau gagal
jantung.
5. Kehilangan darah akut disertai dengan syok :
penggantian darah untuk menjaga keadekuatan
volume darah dan hematokrit mencapai 0,40 (40%).
6. Tidak diindikasikan melakukan transfusi hanya
untuk mengganti darah dari hasil laboratorium atau
rendahnya hematokrit tanpa menemui salah satu
kriteria di atas.

Unit terkait Perinatologi, Laboratorium

KEJANG PADA NEONATUS


No. Dokumen Revisi Halaman
1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September
2016 dr. Achmad Hardin Sp PD
NIP.197409282002121003

Pengertian Serangan kejang yang terjadi pada masa neonatus (sampai


dengan umur 1 bulan)

Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana kejang pada


neonatus.
Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami kejang.
2. Tata laksana yang tepat kasus kejang pada neonatus.

Prosedur 1. Terapi kausal


- Fenobarbital
Dosis awal (loading dose) 20-40 mg mg/kgBB
intravena deiberikan mulai dengan 20 mg/kgBB
selama 5-10 menit.
Pantau depresi pernapasan dan tekanan darah.
Dosis rumatan : 3-5 mg/kgBB dibagi dalam 2
dosis.
Kadar terapeutik dalam darah diukur 1 jam setelah
pemberian intravena atau 2-4 jam setelah
pemberian per oral dengan kadar 15-45 ugm/mL.
- Fenitoin (Dilantin) : biasanya diberikan hanya apabila
bayi tidak memberi reSPOns yang adekuat terhadap
pemberian fenobarbital.
Dosis awal (loading dose) untuk status epileptikus
15-20 mg/kgBB intravena pelan-pelan.
Karena efek alami obat yang iritatip maka beri
pembilas larutan garam fisiologis sebelum dan
sesudah pemberian obat.
Pengawasan terhadap gejala bradikardia, aritmia
dan hipotensi selama pemberian ingus.
Dosis rumat hanya dengan jalur intra vena (karena
pemberian oral tidak efektip) 5-8 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2 atau 3 dosis.
Kadar terapeutik dalam darah (Fenitoin bebas dan
terikat) 12-20 mg/L atau 1-2 mg/L (hanya untuk
Fenitoin bebas).
- Lorazepam (Ativan TM) : biasanya diberikan pada
BBL yang tidak memberi reSPOns terhadap
pemberian fenobarbital dan fenitoin secara berurutan
Dosis efektip : 0.05-0.10 mg/kgBB diberikan
intravena dimulai dengan 0.05 mg/kgBB pelan-
pelan dalam beberapa menit
Obat ini akan masuk ke dalam otak dengan cepat
dan membentuk efek antikonvulsan yang nyata
dalam waktu kurang 5 menit.
Pengawasan terhadap depresi pernapasan dan
hipotensi.
2. Antibiotik (ampisilin dan gentamisin di stop sampai
kultur darah negatif.
3. Terapi suportif
- Pemantauan ketat : Pasang monitor jantung dan
pernapasan serta pulse oxymeter.
- Pasang jalur intra vena, berikan infus dekstrose.
- Beri bantuan respirasi dan terapi oksigen bila
diperlukan.
- Koreksi gangguan metabolik dengan tepat.

Unit terkait Perinatologi

HIPOTERMIA
No. Dokumen Revisi Halaman
1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September
2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Suatu keadaan dimana suhu tubuh < 36.5oC (diukur suhu
axilla).

Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana hipotermi


pada neonatus.

Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami hipotermi.


2. Tata laksana yang tepat kasus hipotermi pada
neonatus.

Prosedur Pencegahan dan penanganan :


1. Bayi baru lahir segera dikeringkan dan diselimuti
pakai selimut hangat.
2. Pemeriksaan bayi dilakukan di bawah radiant heater.
3. Penggunaan tutup kepala / topi.
4. Menghangatkan bayi (rewarming)
- Suhu inkubator dinaikkan 1oC, setiap jam (kecuali
pada bayi BBL < 1200 gr atau usia gestasi < 28
minggu atau suhu tubuh < 32o C suhu
dinaikkan dengan kecepatan 0,5oC/jam).
Terapi suportif (oksigen, nutrisi dan electrolit)
Antibiotika (ampisilin + gentamisin) dihentikan sampai
hasil kultur darah negatif/tidak terbukti sepsis)

Unit terkait Perinatologi,


PENAPISAN ROP
(RETINOPATHY OF PREMATURITY)

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Suatu usaha untuk melakukan screening / penapisan kejadian


retinopathy pada bayi prematur.

Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana ROP pada


neonatus.

Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami ROP.


2. Tata laksana yang tepat kasus ROP pada neonatus.

Prosedur 1. Screening (penapisan)


- BBL 1500 gram.
- Usia gestasi 34 minggu.
- Waktu penapisan umur 4 minggu atau 32-33 post
menstrual age.
- Bayi laki-laki tergantung pada keputusan klinis
pediatricians/neonatologis.
2. Tata laksana
- Konsultasi bagian mata (pediatric of opthalmology)

Waktu pemeriksaan mata berdasarkan usia kehamilan


saat lahir
Usia saat pemeriksaan awal
Usia (minggu)
kehamilan saat
lahir (minggu) Pasca- Kronologis
menstrual
22 31 9
23 31 8
24 31 7
25 31 6
26 31 5
27 31 4
28 32 4
29 33 4
30 34 4
31 35 4
32 36 4

PENAPISAN ROP
(RETINOPATHY OF PREMATURITY)

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SANBAS
RSUD PEMANGKAT

Follow Up :
follow up 1 minggu
Stadium 1 atau 2 ROP : zona I
Stadium 3 ROP : zona II
follow up 1-2 minggu
Vaskularisasi imatur : zona I tanpa ROP
Stadium 2 ROP : zona II
ROP regresi : zona I
follow up 2 minggu
Stadium 1 ROP : zona I
ROP regresi: zona II
follow up 2-3 minggu
Vaskularisasi imatur : zona II tanpa ROP
Stadium 1 atau 2 ROP : zona III
ROP regresi: zona III

Unit terkait Perinatologi, konsul dokter spesialis mata


PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
DARI IBU TERINFEKSI HIV

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SANBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Bayi baru lahir dengan ibu terbukti terinfeksi HIV.
Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana HIV pada
neonatus.
Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami HIV.
2. Tata laksana yang tepat kasus HIV pada neonatus.
Prosedur 1. Di kamar bersalin
- Bayi sebaiknya dilahirkan dengan cara bedah kaisar.
- Pertolongan persalinan menggunakan sesedikit mungkin
prosedur invasif.
- Segera bersihkan bayi dengan mematuhi kewaspadaan
universal (universal precaution).
- Pilihan nutrisi bayi dilakukan berdasarkan konseling saat
antenatal care.

2. Pemberian ARV profilaksis untuk bayi


- Pemberian ARV provilaksis untuk bayi adalah
pemberian zidovudin selama 4 minggu (enam minggu
untuk bayi prematur) dan nevirapin dosis tunggal.
Dosis ARV profilaksis untuk bayi
Obat Dosis
Zidovudin
Bayi dengan usia 2 mg/kg berat badan/kali, setiap 6
gestasi > 35 minggu jam, diberikan setelah lahir (6-12
jam setelah kelahiran).
Bayi dengan usia 2 mg/kg berat badan/kali, setiap 12
gestasi 30-35 minggu jam (2 minggu pertama), kemudian
setiap 8 jam (setelah usia 2 minggu)
Bayi dengan usia 2 mg/kg berat badan/kali, setiap 12
gestasi < 30 minggu jam (4 minggu pertama), kemudian
setiap 8 jam (setelah usia 4 minggu)
Nevirapin 2 mg/kg berat badan, diberikan dosis
tunggal, dalam 72 jam pertama
setelah kelahiran.

3. Pemilihan nutrisi
- Konseling pemilihan nutrisi sudah harus dilakukan sejak
pada masa antenatal care
- Pilihan susu formula akan menghindarkan bayi terhadap
risiko transmisi HIV melalui ASI.
- Perlu diperhatikan apakah pemberian susu formula
tersebut memenuhi persyaratan AFASS (acceptable/dapat
diterima, feasible/layak, affordable/terjangkau,
sustainable/berkelanjutan, dan safe/aman)

PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


DARI IBU TERINFEKSI HIV

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2
PEMERINTAH
KABUPAYEN SAMBAS
PEMANGKAT

4. Pemberian imunisasi
- Pemberian imunisasi dapat diberikan sesuai jadwal
dengan pengecualian untuk BCG
- Imunisasi BCG dapat diberikan apabila diagnosis HIV
telah ditentukan.
5. Pemberian profilaksis untuk infeksi oportunistik
6. Pencegahan infeksi oporrtunistik dapat dilakukan dengan
pemberian kotrimoksazol untuk semua bayi yang lahir dari
ibu HIV positif yang dimulai pada usia 4-6 minggu sampai
diagnosis HIV telah disingkirkan.
7. Pemantauan tumbuh kembang
Pemantauan tumbuh kembang dilakukan pada setiap
kunjungan seperti kunjungan bayi sehat lainnya.
8. Penentuan status HIV bayi
- Penentuan status dilakukan dengan pemeriksaan :
- PCR RNA HIV pertama pada usia 4-6 minggu
- PCR RNA HIV kedua pada usia 4-6 bulan
- Pemeriksaan antibodi HIV pada usia 18 bulan
- Pemeriksaan antibodi HIV tidak dapat digunakan
sebagai perasat diagnosis pada anak berusia kurang
dari 18 bulan.
- Apabila hasil PCR RNA HIV positif maka harus segera
dilakukan pemeriksaan PCR RNA HIV kedua untuk
konfirmasi. Bila hasil PCR RNA HIV kedua positif maka
anak akan ditata laksana sesuai dengan tata laksana anak
dengan infeksi HIV

Unit terkait Perinatologi, Klinik VCT

HIPERBILIRUBINEMIA
No. Dokumen Revisi Halaman

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Hiperbilirubinemia pada neonatus adalah peningkatan kadar
bilirubin serum pada neonatus.
Dua jenis :
- Hiperbilirubinemia tidak terkonyugasi/indirek
- Hiperbilirubinemia terkonyugasi/direk
Jenis paling umum:
- Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonyugasi/indirek,
berupa ikterus yang nyata pada minggu pertama
kehidupan.
Ikterus yang nyata tampak bila bilirubin total serum > 5 mg/dl
Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana
hiperbilirubinemia pada neonatus.
Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami hiperbilirubinemia.
2. Tata laksana yang tepat kasus hiperbilirubinemia pada
neonatus.
Prosedur 1. Hidrasi Pemberian asupan
2. Fototerapi
3. Transfusi tukar
4. Koreksi hipoksia, infeksi, asidosis
5. Fenobarbital: digunakan sebagai antikonvulsan untuk
mengobati kejang. Tidak direkomendasikan kecuali untuk
Crigler Najjar tipe 3. Menyebabkan letargi dan asupan
yang buruk

Tatalaksana Hiperbilirubinemia pada Neonatus Cukup


Bulan Sehat

Transfusi
Usia Pertimbangka Transfusi
Terapi sinar tukar dan
(jam) n terapi sinar tukar
Terapi sinar
> 15 mg/dl > 20 mg/dl
> 12 mg/dl* > 25 mg/dl
25-48 (> 250 (> 340
(> 200 mmol/L) (> 425
mmol/L) mmol/L)

> 18 mg/dl > 25 mg/dl


> 15 mg/dl > 30 mg/dl
49-72 (> 300 (> 425
(> 250 mmol/L) (> 510
mmol/L) mmol/L)
> 20 mg/dl > 25 mg/dl
> 17 mg/dl > 30 mg/dl
>72 (> 340 (> 425
(> 290 mmol/L) (> 510
mmol/L) mmol/L)

HIPERBILIRUBINEMIA

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Tatalaksana Hiperbilirubinemia pada Neonatus


Kurang Bulan Sehat dan Sakit (< 37 minggu)

Neonatus Kurang Bulan Neonatus Kurang


Sehat: Bulan Sakit:
Kadar Total Bilirubin Kadar Total Bilirubin
Serum (mg/dl) Serum (mg/dl)
Transfusi
Berat Terapi sinar Terapi sinar
tukar
Hingga 1.000 g 5-7 10 4-6
1.001-1.500 g 7-10 10-15 6-8
1.501-2.000 g 10 17 8-10
> 2.000 g 10-12 18 10

Unit terkait Perinatologi


CPAP
(CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE)

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

[EMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangka
SPO
27 September 2016

t
dr. Achmad Hardin Sp PD
NIP.197409282002121003
Pengertian Suatu alat yang mempertahankan tekanan positif.

Tujuan Mengenal dan mengidentifikasi serta tata laksana pemakaian


CPAP.

Kebijakan Identifikasi indikasi CPAP pada neonatus :


1. Neonatus prematur dengan sindrom gawat pernafasan
(RDS)
2. Neonatus dengan transient tachypnea of the newborn
(TTN)
3. Neonatus dengan meconium aspiration syndrome
(MAS)
4. Neonatus dengan apnea yang sering terjadi dan
bardikardia prematuritas.
5. Neonatus dengan paralisis diafragma.
6. Neonatus yang telah dilepas dari ventilator mekanik.
7. Neonatus dengan penyakit saluran napas seperti
trakeomalacia dan bronkiolitis.
8. Neonatus setelah pembedahan di bagian perut atau dada.

Prosedur 1. Mulailah CPAP segera setelah bayi lahir sesuai dengan


indikasi
2. Pada saat datang dari ruang bersalin
Neonatus harus segera ditimbang, dikeringkan, dan
ditempatkan di tempat tidur dengan penghangat dan
probe servo dipasang pada kulit di atas hati.
Pulse-oximeter harus dipasang (lebih disukai pada
lengan kanan).
3. Memantau neonatus pada CPAP
Neonatus dengan CPAP nasal harus menjalani
pemeriksaan sistem setiap 2-4 jam
Gastrointestinal : amati keberadaan kembung pada
perut, lingkaran usus yang terlihat dan auskultasi
bunyi usus.
4. Jaga agar ujung peralatan CPAP tidak mengenai nasal
septum dalam keadaan apapun.
5. Isap rongga hidung, mulut, faring dan perut setiap 2-4 jam
dan sesuai dengan kebutuhan.
Meningkatkan upaya respirasi, meningkatkan
kebutuhan akan O2 dan episode-episode
apnea/bradikardia mungkin merupakan indikasi
untuk dilakukannya pengisapan. Perhatikan jumlah,
konsistensi dan warna sekresi. Untuk mengencerkan
sekresi kental yang telah mengering, gunakan
beberapa tetes larutan salin steril 0,9%.

CPAP
(CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE)

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2
PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

6. Periksa integritas seluruh sistem CPAP.


Apakah mesin pencampur telah dipasang pada
persentase yang sesuai?
Apakah flow meter telah diset pada kecepatan 5 dan
7 liter/menit?
Apakah humidifier berisi air dalam jumlah yang
benar?
Apakah suhu gas yang dihisap telah sesuai?
Apakah selang korugasi tidak berisi air?
Apakah ujung selang pada botol outlet berada pada
ketinggian 5 cm dan untuk asam asetat pada
ketinggian 0 cm?
Apakah botol outlet mengeluarkan gelembung?

Unit terkait Perinatologi


SYOK NEONATUS

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Syok pada neonatus:
Sindrom akut:
Perfusi sirkulasi yang tidak memadai O2
jaringan
Metabolisme: aerobik (memadai)
anaerobik (kurang)
Ketidakstabilan fisiologis: disfungsi seluler
kematian sel
Curah jantung rendah: Hipotensi: < persentil
ke-10

Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana syok pada


neonatus.

Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami syok.


2. Tata laksana yang tepat kasus syok pada neonatus.

Prosedur Penatalaksanaan awal :


Penggantian volume cairan (10-20 ml/kg) :
Normal Salin atau
Larutan Ringer laktat atau
Albumin 5% : dapat menyebabkan perpindahan
cairan dari kompartemen intraseluler ke
kompartemen ekstraseluler atau
Whole blood : dengan riwayat kehilangan darah
Vasopressor:
Dopamine (katekolamin alami):
0.5-2 mkg/kg/menit: vasodilatasi ginjal &
mesenterik; sedikit perubahan pada TD
2-10 mkg/kg/menit: 1 rec : Output jantung
&TD>10 mkg/kg/menit: rec: TD
Dobutamine: sampai dengan 20 mkg/kg/menit
Adrenalin: 0,05-0,1mkg/kg/menit
Hidrokortison: 20-40 mg/m2/hari IV/PO Q12h (1-2
mg/kg/dosis)

Penatalaksanaan umum :
Koreksi asidosis metabolik dengan infus sodium
bikarbonat sebesar 1-2 mEq/kg
Mengoreksi hipoksia dan memberikan dukungan
respirasi sesuai dengan kebutuhan
Mengoreksi hipoglikemia (D10W: 2ml/Kg),
hipokalsemia (Ca glukonat 10%: 1ml/Kg) dan
ketidakseimbangan elektrolit jika ada
Diet: tetap NPO sampai fungsi GI telah pulih
Mulai nutrisi parenteral total

SYOK NEONATUS
No. Dokumen Revisi Halaman
2/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Penatalaksanaan spesifik :
Spesifik
A. Syok hipovolemik
Penggantian darah: whole blood 10-20 ml/kg atau
packed RBC 5-10 ml/kg selama 30 menit.
Koreksi penyebab perdarahan jika mungkin.
B. Syok septik
Lakukan kultur (darah, urin dan CSF)
Memulai terapi antibiotik empiric.
Menggunakan volume expander dan inotropik sesuai
dengan kebutuhan.

Catatan: pemakaian kortikosteroid dalam syok septik


masih kontroversial

C. Syok kardiogenik
Mengobati penyebab yang mendasari kelainan
Kebocoran udara : evakuasi udara segera.
Redakan aritmia.
Inotropik (dopamin dan dobutamin)

Catatan: inotropik merupakan kontraindikasi dalam


stenosis sub aorta.

Unit terkait Perinatologi


IUGR (KMK)

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SANBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah deviasi, atau


turunnya, pola pertumbuhan yang diharapkan pada janin. Hal
ini disebabkan oleh berbagai proses yang mempengaruhi ibu,
plasenta dan janin.

Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana IUGR pada


neonatus.

Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami IUGR.


2. Tata laksana yang tepat kasus IUGR pada neonatus.

Prosedur Di ruang bersalin


Siapkan resusitasi untuk mencegah HIE.
Memberikan lingkungan dengan suhu yang sesuai .
Penilaian awal usia kehamilan.
Menilai fitur dismorfik dan anomali congenital.
Periksa glukosa.

Di ruang bayi
Memberikan lingkungan dengan suhu yang sesuai dan
memeriksa suhu setiap 4 jam (lebih sering untuk bayi
prematur)
Periksa glukosa setiap 4 jam pada hari pertama dan
setiap 8-12 jam jika stabil.
Pemberian minum dini jika memungkinkan, tapi jika
tidak, segera mulai cairan intravena.
Periksa toleransi bayi terhadap pemberian minum
(risiko NEC)
Periksa Hb dan rawat polisitemia.

Unit terkait Perinatologi,


TTN
(TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN)

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Suatu penyakit ringan pada neonatus yang mendekati cukup
bulan atau neonatus cukup bulan yang mengalami gawat
napas segera setelah lahir dan hilang dengan sendirinya
dalam waktu 3-5 hari.

Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana TTN pada


neonatus.

Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami TTN.


2. Tata laksana yang tepat kasus TTN pada neonatus.

Prosedur
- Pemberian oksigen dalam jumlah berlebihan.
- Pembatasan cairan.
- Pemberian asupan setelah takipnea membaik
konfirmasi diagnosis. dengan menyisihkan penyebab-
penyebab takipnea lain seperti. pneumonia, penyakit
jantung kongenital dan hiperventilasi serebral.
- Antibiotika (ampisilin +gentamisin) dihentikan
sampai terbukti bukan sepsis/hasil kultur darah negatif

Unit terkait Perinatologi


KELAINAN KONGENITAL (BAWAAN)

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPATRN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian 1. Kelainan bawaan adalah abnormalitas bawaan yang ditemui


saat lahir.
2. Terdapat berbagai jenis malformasi dalam struktur, posisi
atau fungsi dari suatu organ atau sistem.
3. Kelainan bawaan merupakan penyebab umum mortalitas
dan disabilitas pada awal kehidupan.
4. Penyebabnya berkisar dari kelainan genetik yang
diturunkan hingga gangguan teratogenik terhadap fetus
yang sedang berkembang.

Tujuan 1. Recognizing (mengenali), Diagnosis dan Stabilisasi


2. Membuat keputusan untuk merujuk bayi ke pusat rujukan.

Kebijakan 1. Menentukan jenis kelainan kongenital


2. Tata laksana kelainan kongenital bersama dengan tim
kelainan kongenital

Prosedur 1. Stabilisasi bayi dengan kelainan kongenital (mencegah


hipotermi, hipoglikemi, gangguan elektrolit)
2. Memberikan terapi suportif (oksigen, nutrisi)
3. Terapi kausal (tata laksana bedah bila diperlukan)

Unit terkait Perinatologi


HIE
(HYPOXIC-ISCHEMIC ENCEPHALOPATHY)

No. Dokumen Revisi Halaman


PEMENGKAT
PEMERINTAH KA SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September
2016
dr. Achmad Hardin Sp PD
NIP.197409282002121003
Pengertian Suatu abnormalitas dari status neuro behavioral yang
terjadi akibat asfiksia pada bayi baru lahir. Dimana
menurut Sarnat and Sarnat diklasifikasikan menjadi :
1. HIE tingkat I
Terjadi letargik, perubahan kesadaran
periodik berupa iritabilitas, kesadaran
berlebihan, jitteriness.
Gangguan minum
Meningkatnya tonus otot, refleks tendon
dalam berlebihan
Refleks Moro SPOntan atau berlebihan
Meningkatnya detak jantung, pupil: dilatasi
Tidak ada kejang
Gejala menghilang dalam waktu 24 jam
2. HIE tingkat II
Letargi
Gangguan minum, depresi refleks gag
Hipotonia
Detak jantung lambat dan konstriksi pupil
menggambarkan adanya rangsangan
parasempatis.
50-70% neonatus mengalami kejang,
biasanya dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran
3. HIE tingkat III
Kelainan neurologi lainnya:
Koma
Lunglai
Refleks menghilang
Pupil: tidak bergerak, hanya bereaksi sedikit
saja
Apnea, bradikardi, hipotensi
Kejang jarang terjadi tapi bila timbul, akan
berkepanjangan

Tujuan 1. Mendefinisikan asfiksia perinatal dan HIE.


2. Mendefinisikan gambaran klinis berbagai tingkatan
HIE menurut Sarnat and Sarnat.
HIE
(HYPOXIC-ISCHEMIC ENCEPHALOPATHY)

No. Dokumen Revisi Halaman


PEMENGKAT
PEMERINTAH KA SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Kebijakan 1. Menentukan bayi dengan risiko terjadi HIE.


2. Menyusun daftar langkah penatalaksanaan yang tepat
untuk neonatus dengan HIE.

Prosedur Pencegahan merupakan penatalaksanaan yang


terbaik.
Waktu merupakan hal penting dan penundaan
beberapa menit saja dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan seumur hidup.
Menjaga oksigenasi dan keseimbangan asam
basa.
Memulai ventilasi mekanis jika perlu.
Memantau dan menjaga suhu tubuh.
Mengoreksi dan menjaga kebutuhan kalori,
cairan, elektrolit dan kadar glukosa (D10W 60
cc/kg/hari).
Mengoreksi hipovolemia (whole blood).
Menghindari cairan berlebihan, hipertensi,
hiperviskositas.
Memberikan phenobarbital untuk perawatan kejang.

Unit terkait Perinatologi


SAM
(SINDROM ASPIRASI MEKONIUM)

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Gawat napas yang bersifat sekunder akibat aspirasi


mekonium oleh fetus dalam uterus atau oleh neonatus selama
proses persalinan dan kelahiran.
Tujuan Mengenal, mengidentifikasi dan tata laksana SAM pada
neonatus.
Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami SAM.
2. Tata laksana yang tepat kasus SAM pada neonatus.
Prosedur 1. Terapi kausal
2. Antibiotika (ampicilin dan gentamisin di stop sampai
terbukti tidak ada infeksi berdasarkan kultur darah)
3. Terapi suportif (oksigen, nutrisi dan elektrolit)

Tatalaksana di ruang bersalin


(jika ketuban tercampur mekonium):
Visualisasi pita suara dan pengisapan trakea apabila bayi
tidak bernapas.
SAM
(SINDROM ASPIRASI MEKONIUM)

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Tatalaksana Umum Neonatus dengan SAM


Mengosongkan isi lambung untuk menghindari
aspirasi lebih lanjut.
Koreksi abnormalitas metabolik, misalnya hipoksia,
asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia dan hipotermia.
Pemantauan untuk melihat kerusakan pada organ lain
(otak, ginjal, jantung dan hati).

Tatalaksana Pernapasan
Pengisapan dan vibrasi dada dengan frekuensi yang
sering
Pulmonary toilet untuk menghilangkan mekonium
residual jika diintubasi

Antibiotik (ampicillin dan gentamicin) sampai terbuktu


bukan sepsis/hasil kultur darah negatif

Unit terkait Perinatologi

DIARE PADA NEONATUS

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT
Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September
2016
dr. Achmad Hardin Sp PD
NIP.197409282002121
Pengertian Bertambahnya frekuensi defikasi lebih dari biasanya yang
disertai perubahan konsistensi tinja lebih cair, dengan atau
tanpa darah dan atau lendir, yang dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi.

Tujuan 1. Mengenali diare pada neonatus sebagai salah satu


penyebab dehidrasi dan penyakit pada neonatus.
2. Menangani kasus diare pada neonatus.

Kebijakan Mengidentifikasi penyakit diare pada neonatus :


1. Penyebab
2. Penanganan deh
3.
4. idrasi

Prosedur 1. Dehidrasi ringan :


Cairan Dextrose 5%, NS 175 cc/kg/hari, diberikan:
- nya diberikan per oral yaitu ASI dan oralit selang-
seling
- per IVFD
2. Dehidrasi sedang :
200 cc/kgBB/hari, IVFD dengan Dextrose 5%, NS
3. Dehidrasi berat :
250 CC/kgBB/hari, IVFD dengan Dextrose 5%, NS
- 4 jam I diberikan nya
- 20 jam berikutnya diberikan nya
4. Dipantau tiap 4-6 jam, jika sudah terdehidrasi kembali
ke cairan maintenance, sesuai kebutuhan.
5. Derajat dehidrasi berdasarkan kriteria WHO
6. Identifikasi penyebab dengan pemeriksaan tinja lengkap
atau analisis tinja.

Unit terkait Perinatologi


TERAPI OKSIGEN

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

PEMERINYAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003

Pengertian Memberikan suplementasi oksigen pada bayi untuk


kelangsungan hidup bayi dengan masalah pernapasan

Tujuan 1. Mengatasi hipoksemia


2. Menyediakan & memperbaiki oksigenasi jaringan
3. Meniadakan efek kompensasi
4. Peningkatan usaha napas
5. Peningkatan kerja miokardium
6. Tanpa menimbulkan komplikasi

Kebijakan Memberikan oksigen optimal tanpa menimbulkan komplikasi


Prosedur Pemberian oksigen,sesuai indikasi
Menaruh sumber oksigen di dekat wajah bayi
Kanula nasal
Kateter nasal
Kateter nasofaring
Sungkup muka (Masker)
Sungkup kepala (Headbox)
Inkubator
Nasal prong (CPAP)
Pipa endotrakeal (Ventilator mekanik)

1. Kanul hidung
Baik untuk bayi yang membutuhkan oksigen
inspirasi dengan level yang rendah
Memungkinkan gerakan yang lebih bebas bagi
bayi, orang tua, dan pengasuh tanpa menggangu
pasokan oksigen
Memerlukan pemantauan ketat karena pada bayi
yang aktif, kanul mudah tergeser dari hidung
Dapat memberikan O2 minimal Low flow : (<
2l/mnt)

2. Head box
Untuk bayi yang bernapas SPOntan, penggunaan
kotak kecil mencegah fluktuasi pada oksigen
inspirasi ketika inkubator dibuka
Aliran ke head box harus sekurang-kurangnya 5
L/mnt untuk mencegah akumulasi CO2
biasanya 5-7 L/mnt

TERAPI OKSIGEN

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
PEMANGKAT

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2

3. Bag and mask


Seorang bayi yang mendapat ventilasi tambahan
dengan bag and mask, harus diberi O2 saat mereka
dirawat.
4. CPAP
Distres pernapasan
Apnoea of prematurity (AOP)
Edema/perdarahan paru
Penyapihan dari ventilasi

5. Ventilator (bila CPAP gagal)


Neonatus dengan nasal CPAP 5 cm H2O akan
memerlukan ventilasi mekanik jika terjadi satu dari
hal-hal berikut:
FiO2 pada nasal CPAP > 60%
paCO2 > 60 mm Hg
Asidosis metabolik persisten dengan defisit
basa > -10
Terdapat retraksi yang nyata dalam penggunaan
Episode apnoe dan atau bradikardia yang sering

Unit terkait Perinatologi


ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATAL

No. Dokumen Revisi Halaman


1/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Enterokolitis nekrotikans (EKN) neonatal merupakan penyakit
kerusakan usus yang berat terutama pada usus yang imatur yang
disebabkan oleh kerusakan vascular, kerusakan mukosa usus dan
kelainan metabolik, serta terjadi ischemia, inflamasi dan nekrosis
pada usus.

Tujuan 1. Mencegah terjadinya perfusi SPOntan usus


2. Mengidentifikasi dan penanganan Enterokolitis Nekrotikans
pada neonatus

Kebijakan 1. Identifikasi bayi berisiko mengalami EKN.


2. Tata laksana yang tepat kasus EKN pada neonatus.

Prosedur 1. Puasa sesuai dengan klinis dan stadium EKN, Total Parental
Nutrition untuk memenuhi kebutuhan nutrisi basal. (lihat
tabel modifikasi kriteria Bell)
2. NGT untuk dekompresi
3. Monitoring tanda vital dan lingkar abdomen
4. Mengganti kateter umbilical dengan pemasangan infuse line
perifer atau sentral.
5. Antibiotika umumnya diberikan sampai 14 hari, dimulai
dengan ampicilin dan gentamysin. Dipertimbangkan
pemberian vancomysin bila disebabkan oleh staphylokokos.
Ditambahkan antibiotik yang mengkover bakteri anaerob
yaitu metronidazol atau clindamysin bila diduga terdapat
peritonitis. (lihat tabel modifikasi kriteria Bell)
6. Monitoring perdarahan gastrointestinal
7. Monitoring ketat cairan masuk dan cairan keluar,
pemantauan produksi urine 1-3 ml/kgBB/jam.
8. Monitoring imbalans elektrolit.
9. Septic workup sesuai indikasi
10. Evaluasi ulang Radiologi abdomen X-ray dilakukan sesuai
stadium
11. Pada stadium dua atau tiga dilakukan Konsul bedah anak
atau bila ada tanda-tanda perforasi usus.
12. Dukungan alat respirator (ventilator/CPAP/O 2 head box) bila
diperlukan.
13. Dopamin drip dosis rendah (2-4 mg/kgBB/menit) untuk
meningkatkan aliran darah ke intestinal dan perfusi ginjal.
14. Monitoring DIC, terutama pada stadium dua atau tiga.
15. Siapkan transfusi darah sesuai indikasi.
ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS NEONATAL

No. Dokumen Revisi Halaman


2/2

PEMERINTAH
KABUPATEN SAMBAS
RSUD PEMANGKAT

Modifikasi Kriteria Stadium Bell

Unit terkait Perinatologi


HENOCH SCHONLEIN PURPURA (HSP)

No. Dokumen Revisi Halaman


1/1

PEMERINTAH
KABUPAREN SANBAS
RSUD PEMANGKAT

Ditetapkan di Pemangkat
Tanggal terbit : Direktur RSUD Pemangkat
SPO
27 September 2016

dr. Achmad Hardin Sp PD


NIP.197409282002121003
Pengertian Henoch Schonlein Purpura (HSP) adalah Sindrom klinis
yang disebabkan oleh vaskulitis pembuluh darah kecil
sistemik yang diperantarai oleh IgA, ditandai dengan lesi
kulit spesifik berupa purpura nontrombositopenik, artritis
atau artralgia, nyeri abdomen atau perdarahan
gastrointestinalis, dan kadang-kadang dengan nefritis.
Dinamakan juga purpura anafilaktoid, purpura alergi,
purpura nontrombositopenik, atau vaskulitis alergik.

Tujuan Anak dengan HSP perlu dirawat untuk mengurangi nyeri dan
peradangan akibat arthritis, sehingga masa sakit lebih
singkat. Mengurangi risiko komplikasi akut akibat
intususepsi
Mengurangi risiko komplikasi kronis akibat keterlibatan
ginjal Memperbaiki status hidrasi yang biasa terjadi pada
peradangan akibat kurangnya asupan cairan.

Kebijakan Anak dengan HSP dirawat di ruang non infeksi, dilakukan


rawat bersama dengan Nefrologi apabila ada keterlibatan
ginjal

Prosedur Diagnosis:
Didahului dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, bila
sesuai dengan kecurigaan HSP, dilakukan pemeriksaan
penunjang: DL, CRP, LED, UL dan FL, dan bila perlu
dikonsulkan kepada Bag KUlit bila gejala klinis kurang
khas.
Bila didapatkan colic abdomen hebat/disertai
distensi/darah-lendir peranum dilakukan USG abdomen
cito.
Sambil menunggu hasil pemeriksaan penunjang, dimulai
pemberian terapi penunjang dan simptomatik, seperti:
cairan, NSAID, Anti Histamin 2 dan 1, Steroid.
Dilakukan identifikasi faktor penunjang dan penghambat
kesembuhan pasien, seperti lingkungan dingin di tempat
tinggal, untuk diberikan KIE tentang : adanya pengaruh
dingin dan infeksi sebagai penghambat kesembuhan atau
pencetus kekambuhan, adanya kemungkinan keterlibatan
ginjal dalam jangka panjang dan perlunya banyak asupan
cairan perlunya ganti-ganti posisi anggota gerak sehari-
hari.
Dilakukan monitor kondisi klinis dan UL setelah keluar
Rumah Sakit (mingguan-bulanan-1 tahun- 2 tahun)

Unit terkait Perinatologi

Anda mungkin juga menyukai