PBL Blok 24
PBL Blok 24
PBL Blok 24
026
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Semester V
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta 2012
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Andreas.Hadinata@yahoo.com
Pendahuluan
Trombositopenia adalah manifestasi penyakit autoimun yang umum. Keparahan dari
trombositopenia akibat autoimun bervariasi. Pada beberapa kondisi pasien akan mengalami
trombositopenia (100-2000/uL), tetapi pada pasien lainnya dapat terjadi trombositosis sampai
dengan 20.000/uL.
Salah satu trombositopenia yang diakibatkan oleh karena autoimun adalah diopatik
trombositopenia purpura. Penyakit ini tidak berhubungan dengan obat, infeksi atau penyakit
autoimun autoimun lainnya. Diagnosis ITP dapat dipakai ketika ditemukan adanya
trombositopenia akibat karena destruksi imunologi maupun non-imunologi.
Penyakit ini bisa terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak, tetapi pada orang
dewasa biasanya kasusu yang terjadi adalah bentuk kronik dari ITP, di mana terjadi
peningkatan produksi dari trombosit untuk mengimbangi penghancuran trombosit yang
tarjadi.
Tujuan
1. Untuk menambah wawasan pembaca mengenai ITP (Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura).
2. Untuk memahami anamnesa, pemeriksaan, diagnosis, etiologi, epidemiologi,
patogenesis, gejala klinis, pengobatan, komplikasi, prognosis serta pencegahan dari
ITP.
Gejala Epidemiologi
Klinis
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Penatalaksanaan
WD
Medika mentosa
DD
Non- medika mentosa
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik +
PF kasus Wanita 29 tahun
Pemeriksaan lengan ka-ki, kaki ka- komplikasi
penunjang ki timbul bintik-bintik
sejak 3 hari lalu,
mimisan, gusi
Anamesis berdarah,
trombositopenia Prognosis
Anamnesis
Beberapa hal yang dapat ditanyakan untuk mengarahkan anamnesis kepada ITP :
1. Trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah infeksi bakteri atau virus (infeksi
salurannafas atas atau saluran cerna), misalnya Rubella, Rubeola, Chicken Pox atau
vaksinasidengan virus hidup.
2. Riwayat perdarahan, gejala dan tipe perdarahan, lama perdarahan,
3. Riwayat sebelum perdarahan.
4. Riwayat pemberian obat-obat, misalnya heparin, sulfonamid, quinidine/quinine,
aspirin.
5. Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga yang menderita trombositopenia atau
kelainan hematologi.1
Diagnosis
Working Diagnosis
Working diagnosis yang dipilih oleh kelompok saya adalah ITP (Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura). Di mana pada kasus dijelaskan bahwa pasien wanita yang
datang berusia 29 tahun dengan keluhan banyak bintik merah pada lengan kanan dan kiri,
kaki kanan dan kiri yang timbul tiba-tiba sejak 3 hari lalu, juga terdapat mimisan, gusi
berdarah, dan trombositopenia.
Differensial Diagnosis
Koagulasi Intravascular Diseminata (KID)
Merupakan suatu keadaan di mana sistem koagulasi dan/atau fibrinolitik teraktivasi
secara sistematik, menyebabkan koagulasi intravaskular luas dan melebihi mekanisme
antikoagulan alamiah. KID merupakan kejadian antara yang disebabkan oleh kelainan yang
jelas dengan patofisiologi dan manifestasi klinis yang bervariasi.
Gambaran klinis pada KID dapat berkaitan dengan peristiwa KID itu sendiri, dengan
penyakit yang mendasari, atau keduanya. Perdarahan pada kulit seperti petekie, ekimosis,
dari bekas suntikan atau tempat infus atau pada mukosa, sering ditemukan pada KID akut.
Perdarahan ini juga bisa masif dan membahayakan, misalnya pada traktus gastrointestinal,
paru, SSP, mata. Pasien dengan KID kronik umumnya hanya disertai sedikit perdarahan pada
kulit dan mukosa.1
Hemofilia
Merupakan penyakit pedarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X. Meskipun hemofilia
merupakan penyakit herediter tetapi sekitar 20-30% pasien tidak memiliki riwayat keluarga
dengan gangguan pembekuan darah, sehingga diduga terjadi mutasi spontan akibat
lingkungan endogen ataupun eksogen.
Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan secara sex-linked
recessive, yaitu :
Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan
VIII (F VIIIC)
Hemofilia B (christmas disease) akibat defisiensi atau disfungsi faktor F IX (faktor
christmas)
Perdarahan merupakan gejala dan tanda klinis khas yang sering dijumpai pada kasus
hemofilia. Perdarahan dapat timbul secara spontan atau akibat trauma ringan sampai sedang
serta dapat timbul saat bayi mulai belajar merangkak. Manifestasi klinis tersebut tergantung
pada beratnya hemofilia (akibat faktor pembekuan). Tanda perdarahan yang sering dijumpai
yaitu berupa hemartrosis, hematom subkutan/intramuskular, perdarahan mukosa mulut,
perdarahan intrakranial, epistaksis dan hematuria. Sering pula dijumpai perdarahan yang
berkelanjutan pascaoperasi kecil (sirkumsisi, ektraksi, gigi).1
Etiologi
Penyakit ini sering timbul terkait dengan sensitisasi oleh infeksi virus, pada kira-kira
70% kasus ada penyakit yang mendahului seperti rubella, rubeola, atau infeksi saluran napas
atau virus. Jarak waktu antara infeksi dan awitan purpura rata-rata 2 minggu.4
Gejala Klinis
Tampilan gangguan ini biasanya akut, dengan perdarahan kedalam kulit, baik spontan
atau setelah trauma ringan. Lesi berkisar dari ptekie pin-point sampai ekimosis yang besar.
Distribusi lesi dapat acak, tetapi sering meningkatpada titik-titik tekanan,seperti sekitar leher
dan tenggorok ketika batuk, pada wajah ketika menangis, atau dibawah ikat pinggang
elastic. Perdarah hidung dan perdarahan dari selaput lendir tidak jarang terjadi dan sering
mengakibatkan kehilangan darah yang berat. Perdarahan system pusat terjadi pada 0,5%
kasus dan menyebabkansebagian besar kematian pada penyakit ini. Perdarahan intracranial
dapat terjadi kapanpun selama perjalanan penyakit dan dikaitkan dengan hitung trombosit
kurang dari10.000/mm3.5
Awitan biasanya akut, memar dan ruam ptekie menyeluruh terjadi 1-4 minggu setelah
infeksi virus atau beberapa kasus tidak ada penyakit yang mendahului.Perdarahan khas tidak
asimetris dan mungkin encolok di tungkai bawah. Perdarahan pada selaput lendir dapat
mencolok, dengan bulla di gusi dan bibir. Perdarahan hidung mungkin hebat dan sukar
dikendalikan. Perdarahan paling serius adalah perdarahan intracranial, yang terjadi kurang
dari 1% kasus. Hati, limpa dan kelenjar limfe kadang-kadang dapat membesar. Kecuali tanda
peradangan akut, penderita tampak baik secara klinis. Fase akut penyakit disertai perdarahan
spontan selama 1-2 minggu.Trombositopenia mungkin menetap, tetapi perdarahan
mukokutan spontan menyurut.Kadang-kadang awitan lebih perlahan-lahan, dengan memar
sedang dan sedikitptekie.1
Patofisiologi
Sindroma PTI disebabkan oleh autoantibodi trombosit spesifik yang berikatan dengan
trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh sistem fagosit
mononuklear melalui reseptor Fc makrofag. Pada tahun 1982 Van leeuwen pertama
mengidentifikasi membran trombosit glikoprotein IIb/IIIa (CD41) sebagai antigen yang
dominan dengan mendemostrasikan bahwa autoantibodi eluate dari trombosit pasien PTI
berikatan dengan trombosit normal.1
Diperkirakan bahwa PTI diperantarai oleh suatu autoantibodi, mengingat kejadian
transient trombositopeni pada neonatus yang lahir dari ibu yang menderita PTI, dan perkiraan
ini didukung oleh kejadian transient trombositopeni pada orang sehat yang menerima tranfusi
plasma kaya IgG, dari seorang penderita PTI. Trombosit plasma kaya IgG, dari seorang
penderita PTI. Trombosit yang diselimuti oleh autoantibodi IgG akan mengalami percepatan
pembersihan di lien dan di hati setelah berikatan dengan reseptor Fcg yang diekspresikan
oleh makrofag jaringan. Pada sebagian besar penderita akan terjadi mekanisme kompensasi
Penatalaksanaan
Terapi PTI lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran aman
sehingga mencegah terjadinya perdarahan mayor.5
Non-medikamentosa
1. Menghindari aktivitas fisik berlebihan untuk mencegah trauma terutama trauma
kepala
2. Menghindari pemakaian obat-obatan yang memepengaruhi fungsi trombosit
3. Edukasi pasien.5
Medikamentosa
Terapi Awal PTI (standar)
Pengobatan inisial dengan prednison 1-2 mg/kgBB selama 2 minggu. Respon terapi
prednison terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi pada minggu pertama bila
respon baik maka kortikosteroid dilanjutkan hingga 1 bulan,kemudian tapering. Kriteria
respon awal adalah peningkatan AT <30.000/ul, AT>50.000/uL setelah 10 hari terapi awal,
terhentinya perdarahan. Respon menetap bila AT menetap >50.000/uL setelah 6 bulan
follow up. Pasien yang simptomatik persisten dan trombositopenia berat (AT < 10.000/uL)
setelah mendapat terapi prednisolon perlu dipertimbangkan untuk splenektomi.
Imunoglobulin intravena (igIV) dosis 1g/kg.hari selama 2-3 hari berturut-turut
digunakan bila terjadi perdarahan internal, saat AT<5.000/ul meskipun telah mendapat terapi
Untuk penderita yang dengan terapi standar kortikosteroid tidak membaik, ada
beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan sebagai berikut :
Steroid dosis tinggi
IVIg dosis tinggi
Anti-D IV
Alkaloid vinka
Danazol
Obat imunosupresif : azathioprin, siklofosfamid
Kemoterapi kombinasi
Dapsone .1
Infeksi pneumococcal.
Pencegahan
1. Menghindari aktivitas fisik berlebihan untuk mencegah trauma terutama trauma
kepala
2. Menghindari pemakaian obat-obatan yang memepengaruhi fungsi trombosit
3. Edukasi pasien.4
Prognosis
Respon terapi dapat mencapai 50%-70% dengan kortikosteroid. Pasien PTI dewasa
hanya sebagian kecil dapat mengalami remisi spontan penyebab kematian pada Pti biasanya
diebabkan oleh perdarahan intra kranial yang berakibat fatal berkisar 2,2% untuk usia lebih
dari 40 tahun dan sampai 47,8% untuk usia lebih dari 60 tahun.1
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta :
Interna Publishing; 2009. Hal 969-70.
2. Hillman RS, Ault KA, Rinder HM. Hematology in clinical practice. Edisi 4. McGraw-
Hill; 2005. Hal 347.
3. Kee J F. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Edisi 6. 2008 : 175-
176,234-235.
4. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim S L, Santoso R. Bagian Patologi
Klinik Fakultas Kedokteran Ukrida. Penuntun Patologi Klinik Hematologi. 2009 : 51-
79,173.
5. Price, Sylvia A, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi
6. Jakarta: EGC; 2006. Hal 199-200.