HALAMAN JUDUL
Oleh :
Anastasia Paula Dhego 1620323425
Chahyo Dwi Amrulloh 1620323436
Dessi Rahmawati 1620323442
Dwi Wijayanti 1620323448
Efti Dzurrohmah 1620323449
Fikri Amrillah 1620323456
Lilik Erfani 1620323477
Nurwulan Halubangga 1620323506
Pipit Anggraeni 1620323510
Yuniven Merina Anin 1620323547
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing PKPA Kepala Instalasi Farmasi
Fakultas Farmasi RSD Dr. Soebandi Jember
Universitas Setia Budi Surakarta
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
ii
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkah dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktek kerja Profesi Apoteker (PKPA) Universitas Setia Budi Surakarta
di RSD dr. Soebandi Jember Jawa Timur dari tanggal 1 Februari 30 Maret
2017 dengan baik.
Laporan Praktek kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSD dr. Soebandi
kami susun sebagai syarat guna menyelesaikan program pendidikan Profesi
Apoteker di bidang farmasi Universitas Setia Budi Surakarta, untuk menambah
pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa, selama persiapan sampai terselesainya
Laporan Praktek Profesi Apoteker.
Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini
tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak dengan senang
hati telah memberikan keterangan, data, waktu, tenaga dan pikiran, untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Djoni Tarigan MBA, selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.
2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU, MM., M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.
3. Dewi Ekowati, M.Sc., Apt., selaku ketua jurusan Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta.
4. Ika Purwidyaningrum, M.Sc., Apt, selaku dosen pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker Universitas Setia Budi bidang farmasi rumah sakit.
5. Dra. Ida Himawatie., Apt selaku kepala Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi
Jember Jawa Timur yang telah membimbing dan mendampingi kami dalam
rangkaian kegiatan sampai tersusunnya laporan PKPA.
6. Drs. Prihwanto Budi, Apt., Sp. FRS, Ratna Puji Ekawati., S.Farm.Apt, Roy
Yunita W., S.Si., Apt, Rieska N.Y., S.Farm., Apt, Barly S.K., S.Farm., Apt,
Intan S. Sufiah, S.Farm., Apt, Yovita Fitri F., S. Farm., Apt, Chrysnanda
M.,S.Farm., Apt. selaku apoteker-apoteker di RSD dr. Soebandi Kab. Jember
Jawa Timur yang telah banyak membimbing dan membantu kami, sehingga
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
iii
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
kami banyak mendapat ilmu dan pengalaman yang berharga selama rangkaian
kegiatan PKPA ini.
7. Seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian dan karyawan di Instalasi Farmasi RSD
dr. Soebandi Jember Jawa Timur yang telah membantu dalam pelaksanaan
PKPA.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan
XXXII Universitas Setia Budi Surakarta.
9. Orang tua serta saudara kami tercinta atas dukungan dan doa yang telah
diberikan kepada kami.
10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas bantuan dan
dukungan yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung
selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Surakarta, April 2017
Penyusun
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
iv
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ........................................... 3
1. Tujuan Umum............................................................................ 3
2. Tujuan Khusus ........................................................................... 3
C. Manfaat ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
A. Rumah Sakit ..................................................................................... 4
1. Peraturan Perundangan Sebagai Dasar Rumah Sakit ................ 4
2. Definisi Rumah Sakit ................................................................ 5
3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................................. 5
4. Klasifikasi Rumah Sakit ............................................................ 6
5. Struktur Organisasi Rumah Sakit .............................................. 8
6. Akreditasi Rumah Sakit............................................................. 8
B. Instalasi Farmasi RumahSakit ........................................................ 11
1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit .................................. 11
2. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit............................ 11
3. Tugas dan Tanggung Jawab Instalasi Farmasi ........................ 12
4. Lingkup Fungsi Instalasi Farasi Rumah Sakit ......................... 12
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
v
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
vi
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
vii
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
viii
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ......................... 14
Gambar 2. Siklus Managemen obat .................................................................... 15
Gambar 3. Drug Dispensing Cycle (Quick, et al., 1997) .................................... 22
Gambar 4 Struktur Organisasi RSD Dr.Soebandi Kabupaten Jember .............. 43
Gambar 5. Bagan Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSD Dr.Soebandi
Jember Menurut Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 ......................... 47
Gambar 6. Struktur Depo Rawat Jalan RSD dr. Soebandi Kab. Jember ............ 56
Gambar 7. Denah Ruang Depo Rawat Jalan ...................................................... 65
Gambar 8. Struktur Organisasi Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi Jember ..... 66
Gambar 9. Tata Ruang Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi .............................. 67
Gambar 10. Skema Alur Kegiatan Depo Gudang Farmasi ................................... 73
Gambar 11. Struktur organisasi UDD ................................................................. 73
Gambar 12. Denah lokasi UDD ........................................................................... 74
Gambar 13. Alur pasien kemoterapi ..................................................................... 78
Gambar 14. Struktur organisasi depo farmasi di IBS ........................................... 82
Gambar 15. Alur pelayanan resep secara umum di IBS ....................................... 85
Gambar 16. Alur pasien elektif ............................................................................. 86
Gambar 17. Skema alur pelayanan pasien emergency ......................................... 87
Gambar 18. Alur Pelayanan Resep BPJS Depo Farmasi IGD.............................. 91
Gambar 19. Alur Pelayanan Resep Umum Depo Farmasi IGD ........................... 92
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
ix
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gedung RSD dr. Soebandi Jember ............................................... 109
Lampiran 5. SIM Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi Jember ........................ 113
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
x
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang menjelaskan
bahwa kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat .
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (Depkes, 2009). Salah
satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit, rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga
medis, tenaga keperawatan dan bidan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, terapis wicara dan tenaga
keteknisan medis. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (PP 51
Tahun 2009). Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
1
2
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
(Depkes, 2009).
Penyelanggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi
profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan
baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan
jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan
pelanggan. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Pelayanan kesehatan farmasi di rumah sakit tidak terlepas dari peran
Apoteker. Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang memiliki pendidikan,
keterampilan, dan keahlian di bidang farmasi, serta memiliki hak dalam
menyelenggarakan pekerjaan kefarmasian. Peran Apoteker menjadi hal penting
guna mewujudkan pelayanan kefarmasian yang ideal dengan melakukan
pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien (patient oriented).
Pelayanan kefarmasian yang baik dapat memberikan dampak yang baik seperti
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan biaya kesehatan, dan
peningkatan perilaku yang rasional dari seluruh tenaga kesehatan, pasien, keluarga
pasien, dan masyarakat lain.
Salah satu Rumah Sakit Pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian adalah
RSD dr. Soebandi Jember. Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang
memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan
secara terpadu dalam bidang pendidikan kesehatan secara multiprofesi.
Berdasarkan kurikulum pendidikan profesi apoteker, mahasiswa profesi apoteker
melaksanakan praktek profesi yang telah didapatkan selama menempuh
pendidikan formal untuk diimplementasikan di dalam dunia kerja sehingga
membentuk apoteker yang berkompeten.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan kegiatan pendidikan
bagi program profesi apoteker dengan melakukan praktek secara langsung di
rumah sakit sebagai salah satu bentuk pengintergrasian kegiatan dilingkungan
kerja dan pendidikan, dengan adanya praktek kerja profesi mahasiswa dan
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
3
C. Manfaat
Manfaat kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diharapkan
mahasiswa mengenal dan memahami pelayanan farmasi rumah sakit secara
lengkap serta memperoleh pengetahuan tentang peran apoteker dalam manajerial
dan situasi klinis antara lain mampu memahami konsep pharmaceutical care dan
mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien atau tenaga kesehatan lain.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Peraturan Perundangan Sebagai Dasar Rumah Sakit
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 tahun
2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan pasal 1 :
a. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi
sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara
terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran dan/atau kedokteran gigi,
pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara
multiprofesi.
b. Institusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi di bidang kedokteran,
kedokteran gigi, dan/ataukesehatan lain.
c. Perjanjian kerjasama adalah dokumen tertulis dalam hal penggunaan rumah
sakit sebagai tempat pendidikan untuk mencapai kompetensi sebagai tenaga
kesehatan.
d. Mahasiswa adalah mahasiswa kedokteran, mahasiswa kedokteran gigi, atau
mahasiswa bidang kesehatan lain sebagai peserta didik pada pendidikan
akademik, profesi, dan vokasi yang menjalankan pembelajaran klinik di
rumah sakit pendidikan.
Pasal 2 tentang Pengaturan mengenai Rumah Sakit Pendidikan
bertujuan:
a. Menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan
untuk pendidikan dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan
kesehatan lain dengan mengutamakan kepentingan dan keselamatan
pasien/klien;
b. Memberikan perlindungan dan kepastian hokum bagi pasien/klien, pemberi
pelayanan, Mahasiswa, dosen, subyek penelitian bidang kedokteran,
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
4
5
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
6
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
7
pelayanan medik subspesialis, dan 1 dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas C paling sedikit
meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan
dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang
nonklinik, dan pelayanan rawat inap. Tenaga medis paling sedikit terdiri
atas 9 dokter umum untuk pelayanan medik dasar, 2 dokter gigi umum
untuk pelayanan medik gigi mulut, 2 dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis dasar, 1 dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis penunjang, dan 1 dokter gigi spesialis untuk
setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas D paling sedikit
meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan
dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang
nonklinik, dan pelayanan rawat inap. Tenaga medis paling sedikit terdiri
atas 4 dokter umum untuk pelayanan medik dasar, 1 dokter gigi umum
untuk pelayanan medik gigi mulut, 1 dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis dasar.
Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B; dan
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.
Rumah Sakit Khusus meliputi rumah sakit khusus ibu dan anak, mata,
otak, gigi dan mulut, kanker, jantung dan pembuluh darah, jiwa, infeksi, paru,
telinga-hidung-tenggorokan, bedah, ketergantungan obat, dan ginjal. Sumber
daya manusia, paling sedikit terdiri dari tenaga medis, yang memiliki
kewenangan menjalankan praktik kedokteran di Rumah Sakit yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga
kefarmasian, dengan kualifikasi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
8
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
9
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
10
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
11
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
12
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
13
f. Distribusi
g. Pengendalian semua perbekalan farmasi yang digunakan di RS.
Fungsi klinik yaitu fungsi yang secara langsung dilakukan sebagai
bagian terpadu dari perawatan pasien atau memerlukan interaksi dengan
profesi kesehatan lain yang secara langsung terlibat dalam pelayanan pasien.
Fungsi klinik IFRS :
1) Pemantauan terapi obat (PTO)
2) Evaluasi penggunaan obat
3) Penanganan bahan sitotoksik
4) Pelayanan di unit perawatan kritis
5) Pemeliharaan formularium
6) Penelitian
7) Pengendalian infeksi nosokomial
8) Sentra informasi obat
9) Pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan (Adverse Drug
Reaction)
10) Sistem formularium, Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
11) Sistem pemantauan kesalahan obat
12) Buletin terapi obat
13) Program edukasi in service bagi Apoteker, dokter dan perawat
14) Investigasi obat
15) Unit gawat darurat
5. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 72
tahun 2016 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit,
Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus
didukung oleh pengorganisasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien
Pengorganisasian harus menggambarkan uraian tugas, fungsi, dan tanggung
jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar Pelayanan
Kefarmasian yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
14
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
15
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
16
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
17
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
18
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
19
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
20
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
22
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
23
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
24
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
25
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
26
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
28
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
29
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
30
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
31
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
32
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
33
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
34
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
35
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
36
1. Zat tersuspensi
Zat tersuspensi lazimnya terdiri dari zat organik dan anorganik yang
melayang di dalam air. Secara fisik zat tersuspensi ini sebagai penyebab
kekeruhan air. Disamping itu zat tersuspensi penyebab tingginya parameter
pencemaran lain seperti halnya COD, dan apabila zat tersuspensi tersebut
merupakan zat organik biodegradable maka parameter BOD juga akan tinggi.
Pada proses desinfeksi zat tersuspensi ini sebagai penyebab tidak efektifnya
proses tersebut karena mikroorganisme dapat tinggal di dalam zat tersuspensi
sehingga kontak antara sisa khlor (disinfectant) dengan mikroorganisme tidak
terjadi.
2. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD sesungguhnya bukan merupakan parameter yang ada secara fisik,
namun lebih cenderung merupakan indikator tingkat pencemaran pada limbah
cair, dan badan air. BOD didefinisikan sebagai jumlah atau banyak oksigen
(O2) terlarut yang dikonsumsi oleh mikroorganisme aerobik untuk merombak
zat organik biodegradable menjadi zat dengan bentuk sederhana selama 5 hari
dan suhu 20C akan mati.
Semakin tinggi BOD maka akan banyak O2 terlarut yang hilang,
sehingga apabila O2 terlarut pada badan air atau limbah yang bersangkutan
habis, mikroorganisme aerobik anaerob yang akan melanjutkan perombakan
zat organic, disebut anaerobic atau proses septik atau proses pembusukan.
Sebagai indikator adanya proses perombakan anaerobic ini adalah timbulnya
bau busuk yang semakin lama semakin menyengat.
3. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD didefinisikan sebagai jumlah atau banyaknya O2 yang diperlukan
untuk merombak zat organik dengan mempergunakan zat kimia K2 (CrO7) di
dalam asam (H2SO4) pada suhu dan waktu tertentu. Efisiensi perombakan zat
organik yang ditujukan oleh COD berkisar 95-100 % dari perhitungan teoritis.
Semakin tinggi COD maka akan semakin tinggi pula tingkat pencemaran yang
ada. COD memberikan informasi yang lebih banyak dari pada BOD karena zat
yang dirombak oleh bikhromat tidak hanya zat organik saja, namun termasuk
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
37
zat anorganik, reduktor dan zat tersuspensi kecuali unsur nitrogen seperti
ammonia (NH3) nitrit (NO2)
4. Minyak dan lemak
Parameter minyak-lemak cerminan dari beberapa unsur minyak dan
lemak yang terkandung di dalam limbah cair maupun badan air. Parameter ini
sesungguhnya agak kasar karena disamping tidak dapat menunjukan masing-
masing unsur seperti spesifik, juga beberapa unsur seperti chloropyl, pewarna
organik dan senyawa sulfur ikut terdeteksi. Minyak-lemak dan zat terapung
lainnya akan sangat mempengaruhi air badan air, baik secara setetis maupun
secara fisik dan kimia akan merusak kualitasnya. Adanya minyak-lemak pada
badan air akan menghambat proses aerasi sehingga hal ini akan
mengakibatkan timbulnya proses degradasi anaerobik yang menimbulkan bau
busuk disamping itu mematikan ikan.
Di dalam perpipaan/saluran pengolahan limbah minyak dan lemak
akan menyebabkan kebutuhan dan mematikan mikroorganisme aerob dan
anaerob sehingga proses bio-treatment pada instalasi pengolahan limbah akan
gagal.
5. Phenol
Phenol terdapat pada limbah cair pengilangan minyak, industri kimia,
proses hidrolisis, degradasi mikrobiologis. Phenol meracuni ikan maupun
organisme yang menjadi makanan ikan pada badan air, karena phenol akan
mengikat O2 terlarut sehingga ketersediaan O2 di dalam badan air akan
menurun dengan drastis, toksisitas phenol di dalam badan air akan meningkat
apabila O2 terlarut rendah, salinitas meningkat dan suhu meningkat.
6. Deterjen
Detergen sering disebut juga surface active agent atau surfactant
dalam air detergen tersebut pada permukaan air dan mempunyai sifat
menghilangkan tegangan permukaan pada air dan menimbulkan buih.
Terdapat 2 macam detergen yaitu detergen anion (tetra propyl benzene
trimetyil ammonium bromide, CTAB) namun dipasarkan detergen anion lebih
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
38
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
BAB III
TINJAUAN UMUM
a. Falsafah
1) Penyelenggaraan RSD dr. Soebandi berasaskan Pancasila dan UUD
1945.
2) Mengutamakan peri kemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan
merata serta meningkatkan masyarakat akan kemampuannya sendiri.
3) Mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan
individu atau golongan.
b. Visi
Menjadi Rumah Sakit pendidikan yang bermutu, mandiri, dan menjadi
pilihan utama masyarakat.
c. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan Rumah Sakit yang bermutu, berorientasi
pada kepuasan pelanggan yang menjadi pilihan utama masyarakat;
2) Melaksakana fungsi Rumah Sakit pendidikan yang berbasis pada
ilmu dan teknologi kedokteran;
3) Menjalin kemitraan untuk mencapai kemandirian Rumah Sakit;
4) Menjadi Rumah Sakit pusat rujukan wilayah Jawa Timur bagian
Timur.
d. Motto
Melayani dengan hati, senyum dan ramah, adalah wujud komitmen kami.
e. Fungsi
1) Pelaksana pelayanan medis, penunjang medis dan non medis
2) Pelaksana pelayanan dan asuhan keperawatan.
3) Pelaksana pelayanan rujukan.
4) Pelaksana pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
5) Pelaksana penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Struktur Organisasi RSD dr Soebandi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jember nomor 15 pada
tanggal 20 November 2008, nama RSUD Dr. Soebandi diganti dan sekaligus
dibuat struktur organisasi yang baru. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
42
RSD dr. Soebandi dipimpin oleh seorang Direktur dengan dibantu oleh 3
wakil direktur, yaitu :
a. Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahi tiga bagian yaitu:
1) Bagian Umum, membawahi sub bagian Tata Usaha dan sub bagian
Rumah Tangga.
2) Bagian Perencanaan, membawahi sub bagian Penyusunan Program
dan Anggaran serta sub bagian Monitoring dan Evaluasi.
3) Bagian Keuangan dan Akutansi, membawahi subbagian
Perbendaharaan, sub bagian Mobilisasi Dana dan sub bagian Akutansi
dan Verifikasi.
b. Wakil Direktur Pelayanan membawahi dua bagian :
1) Bagian Pelayanan dan Penunjang Medik, yang membawahi seksi
Pelayanan Medik dan seksi Penunjang Medik.
2) Bagian Keperawatan, yang membawahi seksi Asuhan dan Profesi
Keperawatan serta seksi Logistik Keperawatan
c. Wakil Direktur SDM dan Pendidikan membawahi dua bagian yaitu:
1) Bagian Sumber Daya Manusia, membawahi seksi Administrasi
Kepegawaian dan seksi Pengembangan SDM
2) Bagian Pendidikan dan Pelatihan membawahi dua seksi yaitu seksi
Pelatihan Medik dan Pelatihan non Medik
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
43
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
44
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
45
paripurna. Sebagai rumah sakit yang dijadikan rujukan, Rumah Sakit Daerah
dr. Soebandi diharapkan mampu mempertahankan kualitas layanannya. Jika
tidak melakukan akreditasi dengan segera, maka izin operasional rumah sakit
akan dicabut (dalam jangka waktu 3 tahun). Oleh karena itu, staff RSD dr.
Soebandi berusaha mendapatkan kembali status akreditasi baru.
Penyelanggaraan akreditasi meliputi persiapan akreditasi, bimbingan
akreditasi, pelaksanaan akreditasi dan kegiatan pasca akreditasi. Persiapan
meliputi pemenuhan standar dan penilaian mandiri. Bimbingan akreditasi
merupakan proses pembinaan dalam rangka meningkatkan kinerja rumah
sakit. Pelaksanaan meliputi survei akreditasi dan penetapan status akreditasi.
Sedangkan kegiatan pasca akreditasi dilakukan dalam bentuk survei verifikasi.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
46
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
47
Keterangan :
: Garis komando
: Garis koordinasi
Dasar : 1. Permenkes No. 72/2016
------- : 2. PP 51 tahun 2009
: 3. SK Direktur No. 440 SK/610/2014
f. SDM
Apoteker : 9 orang (PNS : 4orang; Honorer/PTT: 4 orang (Laki-
laki: 3 orang dan perempuan : 6 orang).
Asisten apoteker : 30 orang (PNS: 17 orang; Honorer/TTK: 13 orang
(Laki- laki: 3 orang dan Perempuan: 27 orang)
Administrasi 39 orang (Administrasi, SIM, Akuntansi, Reseptur,
Transporter, Operator (Laki-laki: 24 orang dan Perempuan: 15 orang)
JUMLAH : 78 orang ( Laki-laki: 30 orang dan Perempuan: 48 orang)
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
48
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
49
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
51
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
52
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
54
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
55
c. Air limbah laboratorium. Air limbah ini berasal dari laboratorium sehingga
banyak berisi logam berat. Air limbah ini sebaiknya diolah terpisah dengan
air limbah domestik dan medis. Air limbah laboratorium ini dapat
ditampung untuk selanjutnya diproses secara khusus. Setelah itu barulah
efluennya dialirkan bersama-sama dengan efluen air limbah lainnya.
d. Air limbah kedokteran nuklir. Jenis limbah ini termasuk Buangan
Berbahaya dan Beracun (B3) sehingga perlu ditangani secara khusus.
Adapun beberapa contoh sumber air limbah di rumah sakit antara lain:
1) Perawatan : Kamar mandi, WC, wastafel
2) Bedah : Wastafel dan air limbah cuci alat, cuci tangan, zat kimia,
obat.
3) Laboratorium : Wastafel, air limbah cuci alat & tangan, cairan kimia,
obat.
4) Poliklinik : Wastafel, air limbah cuci alat, cuci tangan, cairan kimia,
obat.
5) Farmasi : Wastafel, air limbah cuci alat, cuci tangan, cairan kimia,
obat
6) Radiolog : Wastafel dan air limbah cuci film, zat kimia.
7) IGD : Wastafel dan air limbah cuci alat, cuci tangan, cairan kimia,
obat.
8) Dapur : Wastafel dan air limbah masak-memasak di dapur
9) Laundry : Wastafel dan mesin cuci-laundry.
10) Kantor : Kamar mandi, WC, wastafel
11) 1Kantin : Wastafel dan air limbah masak-memasak, cuci mencuci di
kantin
12) KM/WC : Kamar Mandi Umum, WC, wastafel
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
BAB IV
KEGIATAN PKPA
APOTEKER
Intan S. Sufiah, S.Farm.,
Apt
1. BPJS
BPJS ada 2 macam yaitu BPJS PBI atau Penerima Bantuan Iuran
dan Non PBI atau Non Penerima Bantuan Iuran.
a. BPJS PBI
PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta yang terdaftar dalam badan
penyelenggara jaminan sosial kesehatan (BPJSK) yang dibiayai oleh
pemerintah.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
56
57
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
58
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
59
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
60
i. Menyiapkan obat
j. Melakukan peracikan dan pengemasan dan memberi etiket
k. Memeriksa kesesuaian obat/perbekalan farmasi dengan resep.
Tugas dan tanggung jawab Administatur adalah:
a. Membantu pengecekan barang yang datang sesuai dengan SPO (Surat
Permintaan Obat)
b. Membantu dalam penempatan barang sesuai dengan SPO
c. Membantu menerima permintaan barang dari unit yang ada sesuai dengan
SPO
d. Membantu dalam penyiapan obat
e. Membantu dalam peracikan dan pengemasan
f. Membantu memeriksa kesesuaian antara obat/perbekalan farmasi dengan
resep
g. Membantu dalam pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses
dispensing seperti :
h. Memasukkan data permintaan obat/alat kesehatan pada resep kedalam SIM
RS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit).
i. Menghitung biaya permintaan obat/alat kesehatan, utamanya untuk pasien
umum.
Pelayanan di depo farmasi rawat jalan menggunakan metode
individual prescription atau resep perseorangan yakni tatanan kegiatan
distribusi sediaan obat oleh IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) sesuai
dengan yang tertulis pada resep. Depo farmasi rawat jalan melayani pasien
reguler/umum, BPJS, dan peserta asuransi yang bekerjasama dengan RSD
dr. Soebandi seperti PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI), PT. Telkom, dan
Bank Indonesia (BI).
Alur pelayanan di depo farmasi rawat jalan yaitu Pasien datang
membawa resep dari poli, diserahkan kebagian adminstrasi. Setelelah itu
diberikan nomor antrian, dan petugas adminstrasi melakukan pemeriksaan
kelengkapan berkas dari resep khusus pasien BPJS sedangkan pada pasien
umum, resep yang diterima diberi harga, dan petugas memberikan lembar
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
61
kitir untuk membayar obat di bagian kasir, Setelah itu obat diinput ke SIM
RS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Resep yang sudah diterima
diberikan kepada TTK untuk dilakukan skrining lanjutan, kelengkapan resep
dan kartu obat, dispensing (penyiapan). Administratur dapat membantu dalam
dispensing (penyiapan) obat yang berupa racikan maupun non racikan. Obat
yang sudah siap kemudian diserahkan pada pasien serta diberikan informasi
terkait penggunaan obat. Jika pasien merasa masih perlu tambahan informasi,
maka pasien dapat menghubungi apoteker bersangkutan untuk dilakukan
konseling.
Adapun alur pelayan di depo rawat jalan RSD dr. Soebandi secara
lengkap dapat di jelaskan sebagai berikut:
a. Pengkajian Resep
Dalam proses penerimaan resep dirawat jalan sebelum dilakukan
dispensing farmasi, harus dilakukan skrening resep terlebih dahulu. Resep
harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
1) Persyaratan administrasi: 1) Nama, SIP, dan alamat dokter; 2)
Tanggal penulisan resep; 3) Tanda tangan atau paraf dokter penulis
resep; 4) Nama alamat,umur,jenis kelamin, dan berat badan pasien; 5)
Nama obat, potensi, dosis, jumlah obat yang diminta; 6) Cara
pemakaian yang jelas; 7) Informasi lainnya.
2) Kesesuaian farmasetik nama obat, bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilias, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan
terhadap resep hendaknya dikomunikasikan kepada dokter penulis
resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
Adapun kegiatan pengkajian resep di Depo Rawat Jalan RSD
DR. Soebandi meliputi ;
1) Penerimaan resep, resep pasien rawat jalan diterima oleh bagian
penerima resep dengan rangkap dua. Dilakukan skrining kelengkapan
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
62
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
63
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
64
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
65
B. Gudang
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu situs kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai
evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Pengelolaan perbekalan
farmasi yang efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan mutu di rumah
sakit (Kemenkes RI 2010).
Gudang farmasi merupakan tempat penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan pengendalian barang persediaan berupa obat, alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan lainnya. Adapun tugas pokok di bagian instalasi gudang
farmasi meliputi penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian, pengendalian,
pemusnahan, pencatatan serta pelaporan perbekalan farmasi. Agar dapat
menjalankan fungsi tersebut, maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
66
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
67
Keterangan :
1. Ruang apoteker
2. Ruang administrasi obat keluar
3. Kulkas penyimpanan vaksin
4. Rak alat kesehatan
5. Kamar mandi
6. Rak obat bentuk injeksi (paten)
7. Rak obat bentuk solida (paten)
8. Rak obat bentuk cair dan salep (generik dan paten)
9. Rak karton obat bentuk solid maupun cair (generik)
10. Rak karton obat bentuk solid (generik)
11. Rak obat bentuk cair (generik)
12. Ruang obat B-3
13. Ruang penerimaan dan administrasi obat masuk
14. Ruang obat bentuk cairan infuse
15. Ruang narkotika, psikotropika, dan high alert
16. Ruang karantina obat rusak dan kadaluarsa
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
68
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
69
BPJS). Khusus untuk pasien BPJS digunakan obat-obat generik dan pasien
regular digunakan obat-obat Branded. Dimasing-masing obat terdapat
kartu stock yang dapat digunakan untuk mencatat jumlah obat yang masuk
maupun jumlah obat yang keluar. Sehingga meminimalisir terjadinya
kesalahan dalam penyimpanan. Obat-obatan juga dibedakan berdasarkan
suhu, kelembapan, bentuk sediaan, kestabilan, volume, mudah/tidaknya
terbakar dan ketahanan terhadap cahaya.
Obat-obatan disusun secara alfabetis dengan menerapkan sistem
FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First in First Out). Obat LASA
(Look Alike, Sound Alike) diberikan penandaan dan diberi jarak sehingga
mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat. Obat-obat yang
stoknya kosong maka kartu stoknya diletakkan ditempat khusus agar
mudah mengetahui obat apa saja yang stok barangnya sudah kosong.
Beberapa perbekalan farmasi yang perlu penanganan khusus, antara lain:
1) Sitostatika
2) High Alert
3) Narkotika dan Psikotropika
4) Larutan konsentrasi pekat
5) Larutan volume besar (infus)
6) Insulin
7) Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Setiap obat ditempatkan sesuai dengan kriteria diatas, dengan
adanya beberapa sarana penyimpanan di gudang farmasi rumah sakit dr.
Soebandi Jember, antara lain:
1) Rak obat (oral, injeksi, dan obat luar);
2) Lemari es/pendingin (untuk barang yang harus disimpan pada suhu
khusus) seperti albumin, insulin.
3) Almari Obat Narkotika
4) Almari Obat Psikotropika
5) Rak (fallet) cairan/larutan
6) Setiap ruang penyimpanan dilengkapi dengan AC
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
70
7) Alat Kesehatan
Alat kesehatan di rumah sakit dr. Soebandi diletakkan di rak
khusus alat-alat kesehatan yang ruangannya terpisah dari ruang
penyimpanan obat-obatan. Alat kesehatan di susun berdasarkan fungsi dan
jenisnya sehingga lebih mudah dalam pengambilan barang ketika ada
permintaan di tiap depo dan dilengkapi dengan kartu stok di setiap alat
kesehatan.
Indikator Mutu Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi.
1) Prosentase ketidaksesuaian barang antara di gudang dengan
pencatatan: Sample counting. Sampel counting dilakukan dengan cara
mencocokkan jumlah barang yang ada di gudang dengan yang
tercantum di kartu stok, serta yang tertera dalam komputer.
Pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama.
2) TOR (Turn Over Ratio)
a) Beberapa kali perputaran yaitu modal dalam satu tahun. Semakin
tinggi nilai TOR semakin efisien persediaan obat. Rumus :
b) TOR = Harga pokok pembelian dibagi rata-rata persediaan
c) HPP = Stok awal + pembelian stok akhir. c. Prosentase stock
akhir
3) Stock mati
4) Death stock (stok mati) menunjukkan item persediaan barang di
gudang yang tidak mengalami transaksi dalam waktu minimal 3 bulan
5) Prosentase Barang yang akan ED
6) Pemeriksaan obat yang akan expire date atau kadaluarsa harus
dilakukan dengan teliti dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keamanan penggunaannya dan kepastian jumlah fisik obat yang masa
aman penggunaannya hampir atau sudah berakhir di dalam sistem
penyimpanan yaitu gudang farmasi.
7) Prosentase stock berlebih
8) Kesesuaian sistem distribusi obat FIFO, FEFO
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
71
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
72
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
73
4) Narkotika
5) Psikotropika
6) Stok Opname
7) Transaksi
8) Floor Stock
Secara umum kegiatan pelayanan di gudang farmasi dapat digambarkan
sebagai berikut :
Apoteker Penanggung
Jawab
Apoteker 1 Apoteker 2
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
74
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
75
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
76
diangsur. Penggunaan obat atau alkes pasien selanjutnya direkap per pasien di
komputer.
Jika terdapat obat atau alkes yang kosong maka depo farmasi rawat
inap konfirmasi ke dokter untuk menggantikan obat dengan kandungan yang
sama, bila dengan kandungan obat yang sama juga tidak tersedia dapat diganti
dengan obat kelas terapi sama atau dilakukan permintaan ke depo lain yang
ada di RS Soebandi dengan melalui SIM RS. Apabila obat atau alkes tidak
didapatkan oleh gudang, maka keluarga pasien diberikan copy resep untuk
ditebus di luar RS untuk pasien umum.
Pelaporan dan Evaluasi pelayanan depo farmasi rawat inap 1 meliputi :
1) Kegiatan pelayanan UDD di masing-masing ruangan rawat inap
direkapitulasi bulanan.
2) Rekapitulasi kegiatan meliputi:
a) Pasien dan lama pelayanan
b) Jumlah pasien terlayani
c) Total hari pelayanan
d) Rata-rata hari pelayanan
3) Jumlah dan jenis permintaan layanan unit dose :
a) Permintaan unit dose terlayani diaplikasikan kepasien tepat regimen
dosis
b) Permintaan unit dose terlayani diaplikasikan kepasien salah regimen
dosis.
c) Permintaan jenis atau item obat terlayani dan tidak terlayani (tidak ada
persediaan di instalasi farmasi).
Dengan menggunakan metode UDD dan ODDD maka pasien
memperoleh keuntungan yaitu :
1) Mengefisiensikan waktu pasien karena pasien tidak harus mengantri
panjang untuk memperoleh obat.
2) Harga Obat dibayar adalah obat yang digunakan, jika ada sisa obat bisa
dikembalikan (retur).
3) Pasien memperoleh informasi obat lebih detail.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
77
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
78
Pasien
Poli Bedah
Poli Kemoterapi dengan sistem ODDD
Apotek/ Depo Farmasi
Poli Kemoterapi
Penyiapan obat pasien
Pemberian label pada obat pasien (Infus dibungkus dengan kertas karbon,
kemudian diberi etiket)
Persiapan personalia dan alat pelindung diri
Preparasi sitostatika
Obat dimasukkan dalam box yang terlindung
Transfer obat kepada pasien oleh petugas
Gambar 13. Alur pasien kemoterapi
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
79
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
80
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
81
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
82
APOTEKER
Ratna puji, S.Farm., Apt.
KOORDINATOR
Ririn Sudaryanti,
A,Md.,Farm.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
83
Tahap pertama pelayanan yang akan dilakukan di depo farmasi IBS adalah
perencanaan, depo farmasi IBS melakukan penyusunan kebutuhan terlebih dahulu
untuk mengetahui stok/jumlah obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan. Setelah
mengetahui jenis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan maka depo farmasi IBS
menyerahkannya kepada tim perencanaan yang akan diajukan kepada tim
pengadaan dan merealisasikan sesuai dengan kebutuhan dan anggaran RS.
Pengadaan depo farmasi IBS dilakukan dengan cara mengontrol stok obat
dan alat kesehatansetiap hari oleh petugas depo farmasi IBS untuk mencegah
terjadinya stok kosong yang akan menghambat jalannya pelayanan. Stok opname
di depo farmasi IBS dilakukan 3 bulan sekali pada akhir bulan. Petugas farmasi
melakukan pencatatan obat dan alat kesehatan yang habis setiap hari kemudian
melaporkan kepada apoteker penanggungjawab, jika ada barang yang habis maka
apoteker akan melakukan permintaan ke gudang melalui sistem SIM. Petugas
gudang akan mengirimkan sesuai yang dibutuhkan ke depo farmasi IBS.
Tahapan selanjutnya yaitu penyimpanan, depo farmasi IBS melakukan
penyimpanan dengan metode FIFO (first in first out) dan FEFO (firts expired first
out) dimana baranag yang masuk pertama akan dikeluarkan terlebihdahulu dan
barang dengan tanggal kedaluarsa lebih awal mejadi prioritas utama untuk
digunakan.
Metode dispensing di IBS yaitu sistem resep individual dimana pasien
mendapatkan alat dan obat yang digunakan untuk operasi sesuai dengan resep
yang telah dituliskan, misalnya: handschoen, spuit, benang dengan ukuran
tertentu, lidokain injeksi, cefotaxim injeksi, ceftriaxon injeksi. Sedangkan untuk
sistem Floor Stock barang-barang yang akan digunakan untuk operasi sudah
tersedia didalam ruang operasi, misalnya betadine gallon, benang roll.
Pelayanan resep di IBS terdiri dari 2 macam yaitu resep emergency dan
resep elektiv. Resep emergency merupakan resep yang berasal dari pasien IGD
yang membutuhkan penanganan yang cepat dan tidak perlu dilakukan
penjadwalan operasi sehingga pasien bisa langsung melakukan tindakan operasi
sedangkan resep elektif berasal dari pasien yang berada di poli yang prosesnya
terjadwal, biasanya pasien melakukan pendaftaran di IBS paling lambat satu hari
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
84
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
85
Keterangan:
1. Untuk pasien elektiv resep datang sehari sebelum dilakukan operasi
sedangkan untuk pasien emergency datang pada hari itu juga sehingga
waktunya tidak bisa diprediksi
2. Setelah resep datang TTK menyiapkan obat-obat dan alat kesehatan yang akan
dibutuhkan untuk operasi yang terbagi menjadi dua resep yaitu resep anastesi
dan resep untuk operasi.
3. Obat dan alkes yang telah disiapkan oleh TTK akan diberikan kepada petugas
kesehatan yang bertugas setelah kedatangan pasien.
4. Setelah operasi selesai dilaksanakan maka petugas kesehatan melakukan
pelaporan ke debo farmasi IBS terkait penggunaan oksigen, N2O,
Iso/sevo/halo.
5. Untuk obat dan alkes yang tidak dipakai akan direture terlebih dahulu oleh
TTK sebelum di input.
6. Resep di input melalui sistem rumah sakit dr. Subandi dan untuk dokumentasi
pihak debo farmasi IBS akan merekapitulasi data dan di catat ke dalam jurnal
sesuai dengan jenis pasie (umum, PBI, nonPBI, SPM, dan asuransi lain.
7. Tahap akhir pelayanan yaitu alur pembayaran operasi pasien:
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
86
Untuk pasien rawat inap baik itu BPJS dan umum, SPM dan asuransi
lain administrasi/biaya obat dan alkes ditransfer di depo rawat inap.
Untuk pasien rawat jalan umum, pembayaran dilakukan di loket keuangan,
administrasi kemudian langsung ke IBS.
Untuk pasien rawat jalan BPJS baik itu yang masuk dalam Fornas
(Formularium Nasional) maupun yang tidak masuk dalam Fornas
(Formularium Nasional), administrasi/biaya obat ditranfer di depo rawat
jalan
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
87
IGD
Memenuhi syarat
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
88
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
89
3. Petugas maupun Asisten Apoteker yang ada pada ruangan IGD Harus segera
memeriksa obat dan alat kesehatan yang telah datang apakah sesuai dengan
permintaan.
4. Setelah Memeriksa Kelengkapan dari obat dan alat kesehatan obat harus
dicatat pada kartu stock yang ada sebagai Barang Masuk.
Tetapi untuk Pengadaan Pemesanan Obat yang dilakukan Oleh Depo
Farmasi IGD Biasa dilakukan dalam Dua Hari Sekali, , hal ini dilakukan untuk
meminimalisasi penempatan obat dan alat kesehatan sehingga memudahkan untuk
pencatatan obat dan alat kesehatan yang telah dipakai.
Dalam Menata Obat penyimpanan tidak digunakan penyusunan sesuai
urutan alphabet melainkan sesuai dengan kelas terapi dan disesuaikan dengan
bentuk sediaan. Berikut Tahap Penyimpanan Barang :
Setelah Barang (Obat dan Alat Kesehatan) di catat pada kartu stock Barang
disimpan dalam ruangan sesuai kelas terapi, disusun sesuai kelas terapi agar
memudahkan pengambilan obat dan menghindari kesalahan pengambilan obat.
1. Obat disimpan harus sesuai dengan suhu yang sesuai dengan keadaan fisik
obat oleh karena itu disediakan lemari pendingin, Lemari penghangat untuk
menyesuaikan penyimpanan beberapa obat.
2. Dan juga setiap ruangan harus memiliki suhu yang stabil sehingga dalam
ruangan memiliki termometer ruangan untuk mengetahui suhu ruangan dan
dicatat suhu ruangan tiap harinnya (suhu 25-30).
3. Untuk penyimpanan obat Napza Disimpan didalam lemari Dua pintu tertutup
dan memiliki kunci .
4. Sediaan High Alert (High Alert merupakan obat yang mempunyai resiko
tinggi terjadi kesalahan, contoh : heparin, insulin) termasuk didalamnya obat-
obat LASA (Look Alike Sound Alike) yang merupakan peringatan (warning)
untuk keselamatan pasien (patient safety), dimana obat-obatan yang bentuk/
rupanya mirip dan pengucapannya/ namanya mirip tidak boleh diletakan
berdekatan contohnya efedrin dan ephinefrin. walupun terletak pada
kelompok abjad yang sama harus diselingi dengan minimal 2 (dua) obat
dengan kategori LASA diantara atau ditengahnya, selain itu juga berdasarkan
bentuk sediaannya.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
90
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
91
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
92
sebagai berikut:
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
BAB V
PEMBAHASAN
Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember dahulu merupakan Rumah Sakit
Paru, berdasarkan SK Menkes nomor : 1162/MENKES/SK/IX/1992 yang
menyatakan bahwa RSD dr. Soebandi menjadi RSD tipe B non-pendidikan,
kemudian berdasarkan SK Menkes Nomor 1097/MENKES/SK/IX/2002
menyatakan bahwa RSD dr. Soebandi telah beralih menjadi Rumah Sakit tipe B
pendidikan dengan akreditasi lengkap yang berfungsi sebagai pusat rujukan untuk
wilayah Jawa Timur bagian timur meliputi 5 kabupaten: kabupaten Probolinggo,
kabupaten Banyuwangi, kabupaten Situbondo, kabupaten Lumajang, dan
kabupaten Bondowoso.
Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi merupakan satuan kerja (satker) satu-
satunya di Rumah Sakit yang menjalankan fungsi manejemen pengelolaan
perbekalan farmasi dengan sistem satu pintu, sebagaimana yang diamanatkan
dalam undang undang. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi
Jember berada di bawah komando Wakil Direktur Pelayanan. Kepala Instalasi
Farmasi yang merupakan seorang Apoteker (Dra. Ida Hermawatie, Apt) dalam
menjalankan tugas kefarmasian dibantu oleh 8 Apoteker yang bertanggung jawab
pada tiap bagian. Instalasi farmasi RSD dr. Soebandi terdiri menjadi dua bagian,
yaitu: bagian manajerial dan bagian farmasi klinik.
Bagian manajerial terdiri dari :
1. Bagian Perencanaan Obat, ALKES dan BHP oleh Roy Yunit, S.Si., Apt
2. Bagian Pengadaan Obat, ALKES dan BHP oleh Dra. Ida Hermawatie, Apt
S.Farm. Apt.
3. Bagian Logistik/Gudang Farmasi oleh Rieska Narulita, S.Farm., Apt.
4. Bagian Farmasi Rawat Jalan Oleh Intan S. Sufiah, S.Farm., Apt dan Yovita
Fitri F., S.Farm., Apt.
5. Bagian pelayanan Farmasi Rawat Inap oleh Drs. Prihwanto Budi, Apt
Sp.FRS dan Chrysnanda M, S.Farm., Apt.
6. Bagian pelayanan farmasi IGD oleh Barly S.K., S.Farm., Apt.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
93
94
7. Bagian Pelayanan farmasi IBS oleh Ratna Puji Ekawati, S.Farm., Apt.
8. Bagian Gas Medis oleh Roy Yunita., S.Si., Apt
Sedangkan bagian farmasi klinik terdiri dari :
1. Bagian Sitostatika oleh Roy Yunita., S.Si., Apt.
2. Bagian Pelayanan Informasi Obat oleh Drs. Prihwanto Budi S, Apt. Sp. FRS
3. Bagian Konseling oleh Drs. Prihwanto Budi, Apt Sp.FRS, Intan S. Sufiah,
S.Farm., Apt.
4. Bagian Visite oleh Yovita Fitri F., S. Farm, Apt dan Chrysnanda M,
S.Farm., Apt, Intan S. Sufiah, S.Farm., Apt, Barly S.K., S.Farm., Apt.
Jumlah apoteker di rumah sakit RSD dr. Soebandi tidak memenuhi
persyaratan yang ada dalam Permenkes 56 tahun 2014 tentang klasifikasi
dan perijinan di rumah sakit dimana dalam permenkes jumlah apoteker untuk
rumah sakit tipe B adalah 13 orang sedangkan jumlah apoeter di RSD dr.
Soebandi Jember adalah 9 orang apoteker. Pelayanan kefarmasian yang ada di
RSD dr. Soebandi dikelola oleh Instalasi Farmasi. Instalasi Farmasi juga
merupakan satu-satunya instalasi di rumah sakit yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab terhadap perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit.
Gudang Perbekalan Farmasi RSD dr. Soebandi menerapkan manajemen
pengelolaan perbekalan farmasi satu pintu, artinya semua perbekalan farmasi
diterima dan dikeluarkan hanya oleh Instalasi Farmasi, sehingga kebutuhan dan
pemakaian dapat dipantau dengan baik, hal tersebut sudah sesuai dengan
Permenkes no 72 tahun 2016 pasal 6 ayat 2 yang mengatakan bahwa
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dilaksanakan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit melalui sistem satu pintu. Fungsi tersebut dikontrol dengan
sistem kontrol persediaan secara manual dan komputerisasi. Tujuan utama dari
kontrol persediaan adalah mengatur pengadaan dan perubahan persediaan terkait
jumlah barang masuk dan keluar serta sisa barang. Sistem kontrol ini diatur untuk
menyediakan informasi guna memonitor keadaan persediaan.
Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember menerapkan sistem satu
pintu, yang merupakan suatu sistem dimana dalam pelayanan kefarmasian
menggunakan satu kebijakan, satu standar operasional, satu pengawasan
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
95
operasional dan satu sistem informasi. Sistem pelayanan farmasi satu pintu dalam
artian instalasi farmasi sebagai pengelola tunggal perbekalan farmasi rumah
sakit. Kebijakan kefarmasian satu pintu termasuk juga pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dengan demikian semua sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan habis pakai yang beredar di rumah sakit merupakan
tanggung jawab Instalasi Farmasi. Farmasi rumah sakit betanggung jawab atas
semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit baik di rawat jalan maupun di
rawat inap, bertanggung jawab atas pengadaan dan penyajian informasi obat siap
pakai bagi semua pihak rumah sakit, baik petugas kesehatan maupun pasien dan
bertanggung jawab atas semua pekerjaan pelayanana kefarmasian di rumah sakit.
Adapun tujuan dari pelayanan kefarmasian satu pintu adalah untuk
optimalisasi pelayanan obat gawat darurat, resep rawat jalan, rawat inap, obat
operasi dan pelayanan obat masyarakat kurang mampu, meminimalisasi
pemberian obat yang tidak tepat, meminimalisir medication error, pasien
safety dan peningkatan pelayanan asuhan kefarmasian. Keuntungan dari sistem
satu pintu adalah memudahkan dalam memonitoring obat, dapat mengetahui
kebutuhan obat secara menyeluruh untuk perencanaan obat, menjamin mutu obat
yang tersedia sesuai persyaratan kefarmasian, dapat dilaksanakan pelayanan obat
dengan sistem unit dose dispensing ke semua ruang rawat inap serta dapat
melakukan monitoring efek samping obat di rumah sakit.
Sistem perencanaan di Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi dilakukan
menggunakan metode kombinasi yaitu perpaduan antara metode konsumsi dan
epidemiologi. Masing-masing depo membuat perencanaan kebutuhan masing-
masing kemudian rancangan perencanaan masing-masing depo diserahkan kepada
tim pengadaan RSD dr. Soebandi untuk didiskusikan. Selanjutnya tim pengadaan
yang melakukan pemesanan barang kepada distributor obat. Kemudian untuk
penerimaan dilakukan oleh pihak gudang.
Peran farmasis dalam pengadaan obat di rumah sakit tidak terlepas dari
adanya Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Panitia ini yang bertugas menentukan
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
96
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
97
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
98
terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat. Obat yang stoknya kosong maka
kartu stoknya diletakkan ditempat khusus agar mudah mengetahui obat apa saja
yang stok barangnya sudah kosong.
Penyimpanan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari terpisah.
Khusus obat yang termolabil disimpan di kulkas. Penyimpanan barang yang
mudah terbakar dan berbahaya juga disimpan ditempat yang berbeda dan untuk
obat-obatan dengan nama obat dan rupa mirip (NORUM/LASA) diberi stiker dan
diletakkan tidak berdekatan untuk menghindari salah ambil obat. Untuk
penyimpanan perbekalan farmasi alat kesehatan di gudang farmasi ditata
berdasarkan golongan penggunaan. Semua perbekalan farmasi yang ditata dicatat
di kartu stok dan diletakkan disebelah kanan dari barang tersebut agar lebih
mudah untuk proses administrasinya. Alur masuk dan keluarnya perbekalan
farmasi harus selalu dicatat di kartu stok dan dilakukan pengecekan antara kartu
stok dengan data yang ada di komputer serta bukti fisik perbekalan farmasi yang
ada di gudang. Penyimpanan obat di gudang farmasi RSD dr. Soebandi sudah
memenuhi persyaratan.
Obatobatan dan alkes yang telah kadaluwarsa dan rusak dari setiap depo
maupun gudang farmasi dikumpulkan dan akan dilakukan pemusnahan. Rencana
pemusnahan disusun oleh gudang farmasi kemudian diteruskan ke IFRS dan
selanjutnya akan diajukan ke Direktur Rumah Sakit. Direktur Rumah Sakit
kemudian akan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) mengenai tim yang akan
melakukan pemusnahan. Tim tersebut terdiri atas pihak internal dan eksternal
Rumah Sakit yang terdiri atas pihak Dinas Kesehatan dan Kepolisian yang akan
menentukan waktu pemusnahan. Pemusnahan kemudian dilakukan pada waktu
dan tempat yang telah ditentukan. Setelah pemusnahan selesai, selanjutnya tim
pemusnahan membuat berita acara serta dokumentasi pada saat pemusnahan
dilakukan.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
99
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
100
penyerahan obat, nomor pengambilan obat pada pasien diminta untuk dicocokan
dengan nomor yang tertulis pada resep. Selain itu nama pasien dan nama poli
juga ditanyakan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kesalahan dalam pengambilan
obat dan penyerahan obat. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, dilakukan
kembali kelengkapan obat secara keseluruhan, dimulai dari nama pasien, nama
obat, dosis dan bentuk sediaan, jumlah obat, dan etiketnya.
Keterbatasan sumber daya manusia pada depo rawat jalan menyebabkan
lamanya waktu tunggu pasien di mana idealnya dalam SOP pelayanan obat
terhadap pasien adalah obat racikan 60 menit dan non racikan 45 menit. Untuk
mengatasi hal ini maka perlu adanya penambahan staf yang bertugas menulis
etiket, menyiapkan dan meracik obat, juga perlu strategi dimana adanya
pemisahan antara resep racikan, resep non racikan serta resep yang hanya
melayani alkes, sehingga lead time pasien tidak terlalu lama serta dapat
meningkatkan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan di rawat jalan sesuai
standar pelayanan minimal yaitu > 80%. Selain itu keterbatasan tempat
penerimaan dan penyerahan resep terkadang menjadi kendala dalam pelayanan.
Serta perlu dilakukan juga pemisahan ruang antara tempat penerimaan dan
penyerahan resep BPJS dan Umum agar tidak membingungkan pasien yang akan
mengambil obat. Perhitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada
pelayanan kefarmasian di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi menejerial
dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penyerahan obat,
pencatatan penggunaan obat (PPP) dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga
apoteker dengan rasio 1 apoteker untuk 50 pasien. Rata- rata jumlah pasien depo
rawat jalan RSD dr. Soebandi tiap hari adalah 250 pasien jadi berdasarkan
ketentuan di atas maka seharusnya jumlah apoteker di depo rawat jalan adalah 5
orang apoteker sedangkan kenyataannya hanya 1 apoteker maka perlu juga
penambahan apoteker demi melancarkan pelayanan kefarmasian di Depo
rawat jalan.
Depo Farmasi Rawat Jalan juga melakukan preparasi sitostatika. Preparasi
sitostatika merupakan suatu kegiatan penyiapan kemoterapi. Preparasi sitostatika
tidak dilakukan setiap hari, pelaksanaanya hanya dilakukan bila ada pasien yang
hendak kemoterapi.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
101
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
102
pasien rasional atau tidak. Hal ini berhubungan dengan adanya penggunaan obat
yang tidak perlu atau tidak sesuai. Dimana kebijakan BPJS yang hanya
menanggung 40% dari biaya pengobatan pasien BPJS selama dirawat inap.
Diharapkan mampu menekan biaya pengobatan yang melebihi total yang diklaim
BPJS. Karena itu penambahan jumlah apoteker sebaiknya perlu dilakukan
sehingga kegiatan farmasi klinik dapat dijalankan di depo rawat jalan.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
103
Resep yang diterima untuk operasi elektif oleh petugas farmasi apotek IBS
akan disiapkan sehari sebelum operasi dilakukan dan untuk operasi emergency
penyiapannnya sesaat sebelum operasi dilakukan.Obat dan alat kesehatan yang
telah disiapkan diserahkan kepada perawat yang membantu selama proses operasi.
Jika selama proses operasi berlangsung dokter atau perawat memerlukan obat dan
alat kesehatan tambahan maka perawat atau dokter dapat langsung meminta ke
bagian depo farmasi IBS dengan menambahkan nama dan jumlah obat/alkes yang
diminta ke dalam resep yang sudah diserahkan sebelumnya. Setelah operasi
selesai dilakukan obat dan alat kesehatan yang tidak terpakai dapat dikembalikan
atau diretur ke depo farmasi IBS.
Selama kegiatan PKPA mahasiswa diwajibkan untuk melakukan
pelayanan didepo farmasi sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Selama di
depo, mahasiswa terlibat langsung dalam pelayanan kefarmasian seperti
dispensing (penyiapan obat), melakukan KIE sederhana langsung ke pasien,
pelayanan obat dari gudang ke depo-depo farmasi, dan menghitung stock
persediaan obat serta melaksanakan promosi kesehatan (promkes) yang langsung
disampaikan kepada pasien.
Selain itu, mahasiswa melakukan DUS atau Drug Study Utility, yang
mana mahasiswa mengkaji serta berdiskusi tentang ketepatan penggunaan obat
pasien selama dirawat di rumah sakit.
Mahasiswa juga melakukan kunjungan ke CSSD (Central Steril Supply
Department). CSSD merupakan pusat kegiatan sterilisasi di RSD dr. Soebandi. Di
sini, mahasiswa berdiskusi langsung dengan kepala penanggungjawab CSSD
tentang bagaimana alur pelayanan di CSSD serta peran utama CSSD seperti
menekan, mengendalikan, dan mencegah penyebaran infeksi nosokomial di rumah
sakit. Fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima, memproses, memproduksi,
mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai
ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan medis. Alat alat yang
disterilkan yaitu alat-alat yang dapat direuse (digunakan kembali) seperti sarung
tangan, gunting, pinset, cawan bulat, cawan ginjal, foley catheter, dan lain-lain.
Selain itu, mahasiswa juga melakukan kunjungan ke IPAL. Instalasi
Pengolahan Air dan Limbah (IPAL) merupakan suatu instalasi khusus yang
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
104
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di RSD dr.Soebandi Jember
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
105
106
h. Preparasi Sitostatika.
7. Metode sterilisasi yang digunakan di RSD dr. Soebandi menggunakan 2
metode yaitu :
a. Secara fisika, dengan menggunakan metode panas basah dengan alat
autoclave. Sterilisasi dengan autoclave dilakukan pada suhu 1260C selama
40 menit. Sterilisasi ini digunakan untuk cito dan barang sedikit (satu).
b. Sterilisasi dengan gas kimia menggunakan dua macam yaitu Etilen Oksida
dan Formaldehida.
B. Saran
1. Perlu dilakukanya peningkatan dalam pelayanan farmasi klinik dan
memaksimalkan peran apoteker di rumah sakit RSD. dr. Soebandi.
2. Peningkatan mutu dan kualitas SDM melalui pelatihan baik pengetahuan,
keterampilan maupun kedisiplinan.
3. Perlu dilakukan evaluasi kinerja pegawai secara rutin disertai pelaporannya
untuk perbaikan kualitas.
4. Perlu evaluasi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan sebagai feed
back dari pasien.
5. Perlu penambahan apoteker agar sesuai dengan undang-undang dan
meningkatkan pelayanan di rumah sakit.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
107
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Ch. J.P dan Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
108
LAMPIRAN
Lampiran
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
109
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
110
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
111
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
112
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
113
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
114
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
115
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
116
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
117
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
118
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
119
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
120
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
121
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
122
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
123
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
124
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
125
Riwayat Pengobatan
Tanggal penggunaan
No Nama Obat
18/2 19/2 20/2 21/2 22/2 23/2 24/2 25/2
1 Cefotaxime inj. -
2 Omeprazol inj. -
3 Antrain inj. - - - - -
4 Hyosine Br. Inj. - - - - - -
5 Sucralfate syr - - - - -
6 D40 + Actrapid 2 IU - - - - - - -
7 Meylon + Ca Gluconas - - - - - - -
8 Nacl 0,9% inf 7 tpm - - - -
9 Spironolactone 100 mg tab - - - - - - -
10 Furosemid inj. - - - - - -
11 Furosemid 40 mg tab - - - - - - -
12 Lansoprazole 30 mg kaps - - - - - - -
13 Cefixime 100 mg kaps - - - - - - -
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Rute
No. Nama obat Indikasi Dosis Interaksi ESO Outcome terapi
pemberian
Cefotaxime 1 Infeksi sal. Napas 3x1 - Reaksi lokal pada Infeksi teratasi
1. gram/vial inj. bawah, kulit & jar.lunak, gram i.v tempat injeksi, reaksi
sal. Kemih, intra hipersensitivitas, ggn
abdomen, tulang & GI, ggn hematologik,
sendi, bakerimia, moniliasis & vaginitis
septikemia & meningitis
Ulkus duodenal, ulkus 2 x 40 mg i.v - Sakit kepala, diare, Mual dan
Omeprazole 40 lambung, refluks konstipasi, kelebihan muntah teratasi
2
mg/vial inj. esofagitis gas dalam lambung &
usus
126
yang jarang terjadi
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Rute
No. Nama obat Indikasi Dosis Interaksi ESO Outcome terapi
pemberian
adalah diare, mual,
mulut terasa kering,
dizzines, kemerahan
pada kulit
Edema akibat sirosis hati 1 x tab peroral Meningkatkan efek Ginekomastia Edema teratasi
dengan atau tanpa asites (pagi hari) dari diuretik, mungkin timbul pada
suplementasi penggunaan
Spironolactone tab kalium harus spironolactone dan
6
100 mg dihindari selama biasanya reversible
penggunaan apabila pengobatan
dihentikan , jarang:
gang. pencernaan
127
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Rute
No. Nama obat Indikasi Dosis Interaksi ESO Outcome terapi
pemberian
Hiperkalemia i.v - - Hiperkalemia
10 Ca Gluconas teratasi
Menjaga keseimbangan 7 tpm i.v - - Kadar elektrolit
11 NaCl 0,9% inf elektrolit seimbang
Tukak duodenum, tukak 30 mg Peroral - Sakit kepala, diare, Gastritis teratasi
lambung berulang, reaksi anfilaktoid,
12 Lansoprazole refluks esofagus astenia, mual,
muntah, urtikaria,
ruam kulit.
ISK tak terkomplikasi, 100 mg Peroral Cefixime Diare, nyeri perut, Infeksi teratasi
otitis media, faringitis, meningkatkan mual, muntah,
tonsilitis, bronkitis akut toksisitas dispepsia, kembung,
128
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
SOAP
Problem Assesment
Tgl Subyektif Obyektif Terapi Plan & Monitoring
Medik (DRP)
Nyeri dan TD : 150/80 mmHg Cefotaxime inj. 3 x Cefotaxime digunakan Plan
kembung di Suhu : 37,5 oC 1 gram sebagai terapi profilaksis Direkomendasikan terapi
perut (skala 4-5 N : 80 bpm Antrain 3 x 1 gram terhadap SBP kombinasi diuretik
= sedang), RR : 20 x/m Buscopan 3 x 1 (Spontaneous Bacteri spironolactone 100 mg dan
Nafas spontan, SGOT : 73 U/L amp Peritonitis) pada pasien furosemid 40 mg single dose u/
SGPT : 41 U/L cirrhosis hepatik + ascites cirrhosis hepatic + Ascites
OMZ inj. 2 x 40
WBC : 11,3 109/L (Dipiro ed. 9 hal. 192) Digunakan Buscopan untuk
mg Cirrhosis hepatic + nyeri perut, jika nyeri berlanjut
Sucralfate 3 x 1 C Ascites tidak diterapi direkomendasikan penggunaan
DRP: Indikasi tanpa terapi tramadol (analgetik opioid)
Antrain yang digunakan Penggunaan sucralfate
129
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Problem Assesment
Tgl Subyektif Obyektif Terapi Plan & Monitoring
Medik (DRP)
menurunkan kadar kalium
serum
Monitoring
Monitoring kadar kalium
serum
Hipoalbumin Albumin : 2,7 gr/dL - Indikasi tanpa terapi Plan
Albumin sebaiknya
diberikan sampai kadar
albumin pasien mencapai
range normal dilihat dari
data kadar albumin pasien.
130
DRP: Indikasi tanpa terapi
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Problem Assesment
Tgl Subyektif Obyektif Terapi Plan & Monitoring
Medik (DRP)
komplikasi Nafas spontan N : 88 bpm OMZ inj. 2 x 40 Antrain yang digunakan kombinasi diuretik
Ascites Urine Produksi : mg untuk mengatasi nyeri spironolactone 100 mg dan
400cc Antrain 3 x 1 gram merupakan golongan furosemid 40 mg single dose u/
Buscopan 3 x 1 NSAID yang cirrhosis hepatic + Ascites
amp dikontraindikasikan pada Digunakan Buscopan untuk
pasien dnegan ascites nyeri perut, jika nyeri berlanjut
Sucralfate 3 x 1 C karena dapat menngurangi direkomendasikan penggunaan
pengeluaran urine (retensi tramadol (analgetik opioid)
urine) Penggunaan sucralfate
DRP : pemilihan obat dihentikan
kurang tepat (ESO) Dipertimbangkan penggunaan
Pasien tidak memiliki Omeprazole sebagai terapi
131
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Problem Assesment
Tgl Subyektif Obyektif Terapi Plan & Monitoring
Medik (DRP)
DRP : pemilihan obat Omeprazole sebagai terapi
kurang tepat (ESO) pencegahan gangguan lambung
Pasien tidak memiliki karena pasien bed rest
riwayat gastritis sehinga Monitoring
tidak perlu pemberian Monitoring tanda-tanda vital
sucralfat Monitoring keluhan nyeri perut
DRP : Terapi tanpa akibat ascites
indikasi Monitoring SGOT ,SGPT
Hiperkalemia - Meylon 1 x 1 Meylon (Na bicarbonat) Plan
Ca Glukonas 2 x 1 menaikkan pH plasma Terapi dilanjutkan hingga kadar
D40 + 2 IU sehingga menyebabkan kalium serum masuk dalam
Kalium masuk kedalam sel range normal
132
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Problem Assesment
Tgl Subyektif Obyektif Terapi Plan & Monitoring
Medik (DRP)
pasien dnegan ascites tramadol (analgetik opioid)
karena dapat menngurangi Penggunaan sucralfate
pengeluaran urine (retensi dihentikan
urine) Dipertimbangkan penggunaan
DRP : pemilihan obat Omeprazole sebagai terapi
kurang tepat (ESO) pencegahan gangguan lambung
Pasien tidak memiliki karena pasien bed rest
riwayat gastritis sehinga Monitoring
tidak perlu pemberian Monitoring tanda-tanda vital
sucralfat Monitoring keluhan nyeri perut
DRP : Terapi tanpa akibat ascites
indikasi Monitoring SGOT ,SGPT
133
Monitoring SGOT ,SGPT
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Problem Assesment
Tgl Subyektif Obyektif Terapi Plan & Monitoring
Medik (DRP)
Cirrhosis Diare, Nyeri TD : 150/80 Cefotaxime inj. 3 x Cefotaxime digunakan Direkomendasikan terapi
Hepatic perut mmHg 1 gram sebagai terapi profilaksis kombinasi diuretik
komplikasi Nafas spontan RR : 28 x OMZ inj. 2 x 40 terhadap SBP spironolactone 100 mg dan
Ascites Suhu : 36,7 oC mg (Spontaneous Bacteri furosemid 40 mg single dose u/
N : 90 bpm Lasix pump 5 amp Peritonitis) pada pasien cirrhosis hepatic + Ascites
Hbs Ag : (+) cirrhosis hepatik + ascites Digunakan Buscopan untuk
kec. 5cc/jam (Dipiro ed. 9 hal. 192) nyeri perut, jika nyeri berlanjut
Spironolactone Penggunaan lasix direkomendasikan penggunaan
100mg pgi tab (furosemid) dan tramadol (analgetik opioid)
spironolactone sudah tepat Penggunaan sucralfate
sebagai diuretik dihentikan
Penggunaan Omeprazole sebagai
134
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Problem Assesment
Tgl Subyektif Obyektif Terapi Plan & Monitoring
Medik (DRP)
akibatnya kadar kalium
serum menurun Monitoring
Actrapid (insulin) bekerja Monitoring kadar kalium serum
menstimulasi pompa N-K-
ATPase sehingga
menyebabkan kalium
masuk kedalam sel
Kalium serum menurun
D40 (glukosa)
ditambahkan untuk
mencegah hipoglikemia
Cirrhosis Kembung TD : 150/100 Cefotaxime inj. 3 x Cefotaxime digunakan Terapi kombinasi diuretik
135
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Problem Assesment
Tgl Subyektif Obyektif Terapi Plan & Monitoring
Medik (DRP)
Cirrhosis Nyeri perut TD : 120/80 mmHg Cefotaxime inj. 3 x Cefotaxime digunakan Terapi kombinasi diuretik
Hepatic N : 84 bpm 1 gram sebagai terapi profilaksis dilanjutkan spironolactone 100
komplikasi RR : 18 x OMZ inj. 2 x 40 terhadap SBP mg dan furosemid 40 mg single
Ascites Suhu : 36 oC mg (Spontaneous Bacteri dose u/ cirrhosis hepatic +
GCS : 456 (Compos Lasix pump 5 amp Peritonitis) pada pasien Ascites
mentis) cirrhosis hepatik + ascites Digunakan Buscopan untuk
kec. 5cc/jam (Dipiro ed. 9 hal. 192) nyeri perut, jika nyeri berlanjut
Terapi cirrhosis direkomendasikan penggunaan
seharusnya kombinasi tramadol (analgetik opioid)
24/2 diuretik (Spironolactone Penggunaan sucralfate
dan Furosemid) dihentikan
DRP : Pemilihan obat Penggunaan Omeprazole sebagai
136
Sucralfate maupun
Periode Februari-Maret 2017
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Problem Assesment
Tgl Subyektif Obyektif Terapi Plan & Monitoring
Medik (DRP)
lansoprazole Monitoring
DRP : Terapi tanpa Keluhan nyeri pasien akibat
indikasi ascites
Cefixime digunakan
sebagai antibiotik u/ SBP
namun dapat
meningkatkan toksisitas
furosemide dan
meningkatkan efek
nefrotoksisitas serta dapat
meningkatkan nilai SGPT
& SGOT
137
138
1. Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan pola hidup yang harus dijalani
(misalnya: diet rendah lemak dan garam kaya protein, tidak minum minuman beralkohol,
istirahat yang cukup)
2. Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan waktu
penggunaannya.
3. Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan memonitor
kemungkinan terjadinya efek samping obat.
4. Hindari konsumsi alkohol dan obat-obat NSAID yang dapat mempeparah sirosis hepatik
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
139
PEMBAHASAN
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
140
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
141
dengan suplemen besi (fero sulfat) atau asam folat hingga kadar Hb dan Hct
pasien normal.
Hasil pemeriksaan laboratorium Tn.IDM menunjukkan kadar albumin
dibawah normal atau hipoalbumin. Hipoalbumin disebabkan karena penurunan
sintesis albumin karena kerusakan sel hati akibat sirosis. Albumin merupakan
protein plasma yang memiliki peran penting. Selain menjaga tekanan osmotik
koloid albumin juga berfungsi sebagai protein binding yang mengikat obat.
Konsekuensi dari hipoalbumin yaitu obat yang seharusnya berikatan dengan
protein akan berkurang, akibatnya obat yang tidak berikatan atau obat bebas akan
meningkat, hal ini akan meningkatkan kadar obat dalam darah yang dapat berefek
toksik. Kadar normal albumin dalam darah yaitu 3,4-4,5 g/dl, apabila kadar
albumin sudah dibawah 3,0 g/dl maka diperlukan terapi albumin. Albumin
sebaiknya diberikan sampai kadar albumin pasien mencapai range normal dilihat
dari data kadar albumin pasien rendah. Namun penggunaan albumin harus
dipantau karena kelebihan asupan protein dapat menyebabkan penurunan fungsi
otak karena kerusakan hati (DIH, 2009).
Hiperkalemia yang dialami pasien diterapi dengan Meylon (Na bikarbonat)
yang bekerja dengan menaikkan pH plasma menyebabkan kalium bergerak
kedalam sel, sehingga kadar kalium serum pasien menurun. Hiperkalemia juga
diatasi dengan pemberian Actrapid (insulin) yang bekerja mentimulasi pompa N-
K-ATPase pada otot skelet, jantung, hati dan lemak, memasukkan kalium kedalam
sel. Glukosa ditambahkan guna mencega hipoglikemia.
Hasil pemeriksaan faal ginjal Tn.IDM menunjukkan kenaikan kadar serum
kreatinin atau penurunan klirens kreatinin dimana pada tanggal 18/2 klirens
kreatinin 52,86 ml/menit dan terus menurun pada tanggal 22/2 klirens kreatinin 37
ml/menit yang dikategorikan gagal ginjal sedang. Pada pasien sirosis tahap lanjut
dan asites, diperkirakan 18% akan mengalami hepatorenal sindrom (HRS). HRS
terjadi karena vasodilatasi arteri yang menyebabkan hipoperfusi renal sehingga
terjadi manifestasi ekstrem pemenuhan sirkulasi arteri pada pasien sirosis.
Pemenuhan arteri ini menghasilkan baroreseptor progresif yang dipengaruhi oleh
sistem vasokonstriktor (seperti renin angiotensin dan sistem saraf simpatik), yang
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
142
menyebabkan vasokonstriksi bukan hanya pada sirkulasi renal tapi juga vaskular
lainnya. Rekomendasi terapi dari AASLD untuk HRS yaitu pemberian infus
albumin yang mana dalam studi acak dapat memperbaiki ketahanan hidup serta
pemberian Pentoxifylline yang dapat mencegah HRS pada pasien sirosis asites
dengan klirens kreatinin 41-80 ml/menit. Namun untuk kasus ini disarankan untuk
dilakukan penegakan diagnosa terlebih dahulu terkait kriteria-kriteria HRS.
Pemberian metamizole untuk mengobati nyeri pasien dihentikan karena
kurang tepat. Metamizole termasuk tergolong obat NSAID yang
dikontraindikasikan penggunaaannya pasa pasien asites karena menyebabkan
retensi urine yang dapat memperparah kondisi asites. Maka untuk mengatasi nyeri
direkomendasikan penggunaan buscopan, apabila nyeri yang dialami pasien
merupakan nyeri kolik atau pemakaiaan analgetik opioid misalnya tramadol untuk
nyeri biasa.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
143
KESIMPULAN
1. Pasien Tn.IDM (50 th), masuk rumah sakit tanggal 18/2/2017 dengan keluhan
nyeri dan kembung pada perut, didiagnosa menderita sirosis hepatik
komplikasi asites
2. Untuk asites, Pasien tidak mendapatkan terapi hingga hari ke-5 dirawat.
Terapi yang direkomendasikan yaitu kombinasi diuretik spironolactone 100
mg dan furosemid 40 mg 1 x sehari
3. Pasien mengalami hipoalbumin yang belum mendapatkan terapi, oleh karena
itu direkomendasikan penggunaan albumin sampai kadar albumin pasien
normal
4. Pasien mendapatkan antrain (NSAID) untuk penanganan nyeri yang dialami,
namun efek samping NSAID yaitu retensi urine dapat memperparah kondisi
pasien (adverse drug reaction) oleh karena itu direkomendasikan penggantian
NSAID dengan analgetik opioid lemah atau hyosin disesuaikan dengan jenis
nyeri yang dialami pasien
Terapi untuk SBP dan hiperkalemia telah sesuai dengan guideline yang ada.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017
144
DAFTAR PUSTAKA
Arroyo, V, et. al., 2000. Complication of cirrhosis. II. Renal and circulatory
dysfunction. Lights and shadows in an important clinical problem. Journal
of Hepatology, 32 (suppl. 1), page 157-170.
Gines, Pere, et. al., June 1997. Ascites and Renal Functional Abnormalities in
Cirrhosis, Pathogenesis and Treatment. Baillieres Clinical
Gastroenterology Volume 11 No 2, page 365-385.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Angkatan XXXII
Periode Februari-Maret 2017