DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 - A.2/SEMESTER 4
1. MITA AYU UTAMI (041 STYC 15)
2. MUHAMMAD REZA RAHMANA (044 STYC 15)
3. MULTAZAM (045 STYC 15)
4. RANI KOMALASARI (052 STYC 15)
5. ROHMI (061 STYC 15)
6. SEPTIANA WAHYUNING PRABAWATI (067 STYC 15)
7. SITI YULIATUN (070 STYC 15)
8. SRI SUSANTI (072 STYC 11)
9. TUTUT PUTRI UTAMI (078 STYC 15)
10. WAHYU INDRA RAHMAN (136 STYC 12)
Penulis
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar Mahasiswa dapat mengetahui definisi Manajemen Konflik.
1.3.2 Agar Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri dan faktor-faktor
Manajemen Konflik.
1.3.3 Agar Mahasiswa dapat mengetahui akibat-akibat Manajemen Konflik.
1.3.4 Agar Mahasiswa dapat mengetahui strategi mengatasi konflik dalam
Manajemen Konflik.
1.3.5 Agar Mahasiswa dapat mengetahui penyelesaian konflik dalam
Manajemen Konflik.
1.3.6 Agar Mahasiswa dapat mengamati suatu kasus tentang Manajemen
Konflik dalam keperawatan.
3.1 Kesimpulan
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku
maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk
komunikasi dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan dan interpretasi. Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual
maupun sekelompok pekerja saling terkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain.
Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu
diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik. Demikian pula ketika
suatu keputusan yang buruk dihasilkan, komunikasi yang tidak efektif selalu
menjadi kambing hitam. Konflik tidak senantiasa merugikan tetapi juga dapat
menguntungkan dalam jangka panjang. Sedangkan menurut pandangan
interactionist mengatakan bahwa konflik justru merupakan sesuatu yang harus
distimulasi, sebab konflik dapat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Konflik dapat mengubah perilaku dan dapat menyadarkan pihak-pihak
yang berkonflik atas kesalahannya. Kesadaran akan kesalahan ini akan mampu
meningkatkan produktivitas.
Kemampuan menangani konflik tentang terutama yang menduduki jabatan
pimpinan. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan
sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif
terhadap organisasi.
Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal,
mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap
positif dan kemampuan kepemimpinannya, seorang pimpinan akan dapat
mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya
untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu
manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri.
- Fisher, Simon et all. 2000. Mengelola Konflik: Ketrampilan & Strategi untuk
Bertindak (edisi bahasa Indonesia) Jakarta: The British Council, Indonesia.
- Hendriks, William. 2001. Bagaimana Mengelola Konflik. Jakarta: Bumi
Aksara.
- Luthans F. 1981. Organizational Behavior. Singapore: Mc Graw Hill.
- Minnery, John R. 1985. Conflict management in urban planning. England:
Gower Publishing Company Limited.
- Robbins, SP. 1979. Organizational Behaviour. Siding: Prentice Hall.
- Ross, Marc Howard Ross. 1993. The management of conflict: interpretations
and interests in comparative perspective. Yale University Press.
- Wahyudi. 2006. Manajemen Konflik dalam Organisasi: Pedoman Praktis
bagi Pemimpin Visioner. Bandung: Alfabeta.