Anda di halaman 1dari 12

Jar Test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi operasi

optimum pada proses pengolahan air dan airlimbah. Metode ini dapat menentukan nilai pH,
variasi dalam penambahandosis koagulan atau polimer, kecepatan putar, variasi jenis
koagulan ataujenis polimer, pada skala laboratorium untuk memprediksi kebutuhan
pengolahan air yang sebenarnya.
Metode JarTest mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk menghilangkan
padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat zat organik yang dapat menyebabkan
masalah kekeruhan, bau, dan rasa. Jar Test mensimulasikan beberapa tipe pengadukan dan
pengendapan yang terjadi di clarification plant pada skala laboratorium. Dalam skala
laboratorium, memungkinkan untuk dilakukannya 6 tes individual yang dijalankan secara
bersamaan. Jartest memiliki variabel kecepatan putar pengaduk yang dapat mengontrol
energi yang diperlukan untuk proses.
Prinsip Jartest Suatu larutan koloid yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat
dianggap stabil bila :
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang
pendek (beberapa jam).
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel
yang lebihbesar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis
antara partikel satudengan yang lainnya. Dengan pembubuhan koagulan tersebut,
maka stabilitas akan terganggu karena :
Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air, molekul-molekul ini dapat
menempelpada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena sebagian
molekul Al bermuatan positif sedangkan koloid bisanya bermuatan negatif (pada pH 5 8).
Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok Al(OH)3
yang dapat mengurung koloid dan membawanya kebawah
Bagaimana prosedur percobaan jar test?
Pada bagian ini penulis akan membahas bagaimana prosedur percobaan jar test yang
paling sederhana. Pada percobaan ini koagulan yang digunakan adalah Aluminium Sulfat
1%. berikut ini adalah langkah percobaannya :

1. Buat Larutan Induk Alumunium Sulfat 1% dengan melarutkan 10 gram Alumunium


Sulfat ke dalam 1 liter air bersih (bebas kekeruhan).

2. Tampung ke dalam beberapa gelas (usahakan yang transparan) 1 liter sampel air
baku yang akan diolah.
3. Tambahkan larutan induk ke dalam masing-masing sampel air baku tersebut dengan
dosis bervariasi.

4. Lakukan pengadukan cepat selama 10 menit dengan kecepatan 100 RPM dilanjutkan
dengan pengadukan lambat selama 20 menit dengan kecepatan 20 RPM.

5. Biarkan beberapa saat untuk proses terjadinya pengendapan.


6. Buat kurva dengan mengeplotkan dosis tawas pada sumbu x dan kekeruhan (NTU)
sebagai sumbu y

Dari grafik dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan kekeruhan hingga mencapai kekeruhan
yang paling rendah yang menunjukkan semakin besar dosis pembubuhan tawas atau
aluminium sulfat sampai pada titik d6 pada grafik tersebut maka semakin efektif untuk
menurunkan kekeruhan pada air. Dapat kita lihat pula bahwa pada saat dosis kembali
dinaikkan kekeruhan air juga akan ikut naik hal ini disebabkan adanya kelebihan inti flok
didalam air sehingga ion aluminium yang terlarut berlebih dalam air mengikat zat yang yang
ada disekeliling inti flok yang lain yang mengakibatkan flok besar pecah dan mengakibatkan
ukuran flok yang terbentuk semakin kecil sehingga semakin sulit diendapkan dan kembali
menjadi kekeruhan dalam air.
dari grafik tersebut dapat kita katakan saat ini bahwa pada pembubuhan dengan dosis hingga
titik d6 merupakan dosis optimum hal ini disebabkan bahwa pada pembubuhan pada dosis
d6 kekeruhan yang dihasilkan paling kecil dari pada dosis lebih rendah maupun lebih tinggi
dari titik d6. Namun perlu diingat bahwa tidak seluruh kekeruhan akan dihilangkan dalam air.
Hal ini disebabkan jika digunakan dosis optimum jartest sehingga dihasilakn kekeruhan yang
paling kecil pastilah cost atau biaya yang diperlukan untuk proses pembubuhan akan mahal
sehingga pada umumnya dosis koagulan yang dibubuhkan adalah bukan pada kekeruhan
yang paling rendah namun pada saat kekeruhan yang dihasilkan adalah kurang dari atau
sama dengan 5 NTU. Hal ini disebabkan karena pada kekeruhan tersebut merupakan baku
mutu untuk kekeruhan pada air minum. Dengan demikian dosis pembubuhan tawas tidak
perlu sampai menghasilkan kekeruhan paling rendah namun cukup saat kekeruhannya sesuai
dengan baku mutu.
Pada proses koagulasi-flokulasi pH air pada umumnya cenderung turun. Hal ini disebabkan
karena aluminium sulfat saat dilarutkan dalam air jika alkalinitasnya tidak cukup dapat
melepaskan H+ yang dapat menurunkan pH sehingga pada umumnya proses Jar Test ini
sering kali tidak hanya dilakukan cukup dengan pembubuhan koagulan saja namun sering kali
dilakukan dengan penambahan kapur untuk menaikkan pH air sehingga netral jika alkalinitas
pada air tidak cukup.

Bagian 05: Metode Jar Test Alumunium Sulfat

Terlihat bahwa setiap penambahan dosis Aluminium Sulfat akan mengurangi tingkat
kekeruhan air baku sampai di titik dosis tertentu dan kekeruhan akan kembali naik
jika penambahan terus dilakukan setelah dosis yang memberikan kekeruhan yang
terkecil tercapai. Dosis tersebut adalahDosis Optimum

Untuk PAC dan FeCl3 / FeSO4, kurva grafik berupa garis lengkung menurun diikuti
garis mendatar setelah tercapai dosis optimumnya.

Untuk mendapatkan dosis optimum, dilakuan suatu percobaan terhadap variasi dosis
Alumunium Sulfat terhadap kekeruhan 1 liter air sampel dalam wadah, yang
disebut Metode Jar test.
Jar Test adalah metode penentuan takaran Alumunium Sulfat yang diperlukan untuk
menjernihkan sejumlah volume air baku.

Prosedur:

1. Buat Larutan Induk Alumunium Sulfat 1% dengan melarutkan 10 gram Alumunium


Sulfat ke dalam 1 liter air bersih (bebas kekeruhan).
2. Tampung ke dalam beberapa gelas (usahakan yang transparan) 1 liter sampel air
baku yang akan diolah.

3. Tambahkan larutan induk ke dalam masing-masing sampel air baku tersebut


dengan dosis bervariasi.

4. Lakukan pengadukan cepat selama 10 menit dengan kecepatan 100 RPM


dilanjutkan dengan pengadukan lambat selama 20 menit dengan kecepatan 20 RPM.
5. Biarkan beberapa saat untuk proses terjadinya pengendapan.

6. Pilih sampel dengan tingkat kekeruhan kurang dari 5 NTU dan itu yang disebut
dosis optimum.

7. Lakukan perhitungan untuk sejumlah volume air baku yang akan diolah.

Dengan melakukan Jar Test maka akan diketahui dosis yang paling efektif
menjernihkan air baku. Dengan demikian, untuk sejumlah volume air baku dapat
dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus maupun dengan perhitungan
logika matematika sederhana.

BAl = Berat Alumunium Sulfat yang dibutuhkan,


LI = Konsentrasi Larutan Induk, (g/l),
DO = Dosis Larutan Induk yang ditambahkan pada sampel, (ml/l),
Vab = Volume air baku yang akan diolah, (l).

Bagian 06: Perhitungan Penetapan Kebutuhan Alumunium Sulfat

BAl = Berat Alumunium Sulfat yang dibutuhkan,


LI = Konsentrasi Larutan Induk, (g/l),
DO = Dosis Larutan Induk yang ditambahkan pada sampel, (ml/l),
Vab = Volume air baku yang akan diolah, (l).
Rumus di atas adalah rumus untuk menghitung banyaknya Alumunium Sulfat yang dibutuhkan dalam
menjernihkan sejumlah volume air. Komponen yang perlu diketahui adalah Konsentrasi larutan induk, dosis
optimum yang ditemukan dalam percobaan Jar Test, dan volume air baku yang akan diolah.

Sebelum dilanjutkan pada cara menghitungnya, pelajari terlebih dahulu tentang Metode Jar Test Aluminium
Sulfat.

Larutan Induk
Larutan ini adalah konsentrasi larutan Alumunium Sulfat dalam air. Biasanya konsentrasi yang
dipergunakan adalah 1% atau dengan melarutkan padatan Alumunium Sulfat 10 gram dalam 1 liter air bersih.
Pemilihan konsentrasi ini adalah untuk mempermudah proses Jar Test dan perhitungannya.

Dosis Optimum
Dosis optimum diperoleh dari hasil percobaan Jar Test pada 1 liter air baku yang menghasilkan proses
penjernihan terbaik. Nilai 1 liter air baku selayaknya tidak dikurangi volumenya karena akan mempengaruhi hasil
penetapan dosis optimum walaupun apabila dikonversikan dengan rumus di atas akan mendapatkan nilai yang
sama. Nilai dosis optimum ditentukan dengan tingkat kekeruhan yang paling rendah dan residu alumunium yang
di bawah ambang batas. Apabila ditemukan 2 sampel dari variasi sampel yang dipergunakan nilainya sama,
pilihlah dosis yang paling kecil sebagai dosis optimum.

Volume Air Baku


Syarat untuk mengolah air adalah adanya volume yang pasti. Air baku yang masih mengalir di sumbernya tidak
dapat dikenakan perlakukan pengolahan karena tidak ada kepastian volumenya. Nilai volume ini akan
berpengaruh pada jumlah bahan kimia yang akan dipergunakan.

Setelah ketiga komponen dalam rumus tersebut itu diketahui, maka kita dapat menghitung berapa jumlah
Alumunium Sulfat yang dibutuhkan. Perlu diingat, dalam memproses rumus diatas, banyak yang terjebak dengan
satuan yang dipergunakan. Dalam hal ini, saya mempergunakan satuan gram (gr) untuk berat dan mililiter (ml)
untuk volume. Oke! Kita bisa mulai dengan contoh soal.

Contoh Soal
1.
Berapakah Aluminium Sulfat yang harus ditambahkan ke dalam 10.000 liter air baku yang akan diolah jika data
dari hasil Jar Test menunjukkan dosis optimum dengan larutan induk 1% adalah 5 ml untuk 1 liter air sampel?

Penyelesaian:
LI 1% : 10 g/l = 10 g/1000 ml
DO : 5 ml/l = 5 ml/1000 ml
Vab : 10.000 l = 10.000.000 ml

BAl = LI x DO x Vab
= (10 g/1000 ml)x(5 ml/1000 ml)x(10000000 ml)
= (10 g) x (5) x (10)
= 500 gram
= 0,5 kg

Jadi untuk menjernihkan 10.000 liter air baku diperlukan penambahan Aluminium Sulfat sebanyak 0,5 kg

2.
Jika harus mendapatkan 200 liter air bersih dengan data Jar Test menunjukan bahwa dengan konsentrasi larutan
induk 10 g/1 liter didapat dosis optimum 10 ml?

Penyelesaian:
LI 1% : 10 g/1 l = 10 g/1000 ml
DO : 10 ml/1 l = 10ml/1000 ml
Vab : Karena volume air hasil olahan harus 200 liter maka volume air baku yang akan diolah harus lebih
besar dari air bersih hasil olahan. Asumsinya adalah ketika endapan terjadi, maka air disekitar endapan tidak
akan terambil untuk menghindari endapan mengkontaminasi hasil. Minimal penambahan air baku untuk
mendapatkan volume hasil yang diharuskan adalah 10%,

Vab = 200 + 10%


= 220 liter
= 220.000 ml

BAl = LI x DO x Vab
= (10 g/1000 ml)x(10 ml/1000 ml)x(220000 ml)
= (1 g) x (1) x (22)
= 22 gram

Jadi untuk menjernihkan 220 liter air baku diperlukan penambahan Aluminium Sulfat sebanyak 22 gram

http://duniaairdansanitasi.blogspot.co.id/2013/12/dasar-pengolahan-air.html

Proses Jar Test

Jar test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan


kondisi operasi optimum pada proses pengolahan air dan air limbah. Metode ini
dapat menentukan nilai pH, variasi dalam penambahan dosis koagulan atau polimer,
pada skala laboratorium untuk memprediksi kebutuhan pengolahan air yang
sebenarnya.
Metode jar test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk
menghilangkan padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat-zat organik yang
dapat menyebabkan masalah kekeruhan, bau dan rasa. Jar test mensimulasikan
beberapa tipe pengadukan dan pengendapan yang terjadi diclarification plant pada
skala laboratorium. Jar test memiliki variable kecepatan putar pengaduk yang dapat
mengontrol energi yang diperlukan untuk proses.
Ada dua tahap proses dalam pengujian jar test. Jar test dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut floculator. Floculator adalah alat yang digunakan
untuk flokulasi. Berdasarkan cara kerjanya floculator dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu pneumatic, mechanic dan baffle. Floculator pada dasarnya bertugas untuk
melakukan pengadukan lambat supaya jangan sampai mikro flok yang ada
menggumpal (Anonim,2010).
Jar test memberikan data mengenai kondisi optimum untuk parameter-
parameter proses seperti :
a. Dosis koagulan
b. pH
c. Metode pembubuhan bahan kimia
d. Kepekatan larutan kimia
e. Waktu dan intensitas pengadukkan cepat dan pengadukan lambat
f. Waktu penjernihan
Sebagai contoh, jika Jartest dilakukan untuk menetukan dosis optimum
koagulan untuk air baku tertentu, kondisi proses berikut ini harus dibuat sama pada
semua tabung, yaitu :
a. Contoh air baku
b. Temperature
c. pH
d. konfigurasi motor
e. konfigurasi tabung
f. intensitas pencampuran
g. periode pencampuran
h. periode sedimen
(Masrun. 1987)

Tujuan Uji Jartest

Uji jartest bertujuan untuk mengetahui dosis koagulan yang tepat (optimum) untuk
mengatasi kekeruhan pada air sampel.

Alat dan Bahan Uji Jartest


1. Alat
a) Beakerglass 1000 ml 4 buah
b) Beakerglass 500 ml 1 buah
c) Beakerglass 200ml 2 buah
d) Spatula
e) Pipet 10 ml
f) Bola hisap
g) Jerigen
h) Floculator
i) Turbidimeter
j) pH meter dan kertas lakmus
k) Neraca analitik
l) Cawan
m) Sendok
n) ATK

2. Bahan
a) Kapur
b) PAC
c) Sampel air yang terdapat pada bekas galian tambang
d) Aquadest 90 %
e) Kertas Label
Langkah Kerja Uji Jartest
1. Mengambil sampel air
2. Menyiapkan alat dan bahan di Laboraturium
3. Membuat larutan PAC 2 % dan kapur 2% dengan cara :
a. Menimbang kapur sebanyak 2 gr
b. Menimbang PAC sebanyak 2 gr
c. Memasukkan kapur dan PAC yang sudah ditimbang masing-masing pada
beakerglass 200ml
d. Menambahkan masing-masing 100ml aquadest 90 %
e. Menghomogenkan dengan cara mengaduk
4. Memasukkan air sampel ke beakerglass 1000ml masing-masing u/ uji jartest
5. Melakukan pengecekan pH sebelum uji jartest
6. Menambahkan larutan kapur 2% masing-masing 5ml kecuali pada control
7. Memberi label
Control
I
II
III
IV
8. Menambahkan larutan PAC 2%
Control = 0ml
I = 3ml
II = 6ml
IV = 12ml
9. Hidupkan mesin floculator
Power = ON
Lampu = ON
Pengadukan =ON
Kecepatan = 100rpm selama 1 menit
300rpm selama 5 menit
10. Matikan mesin floculator
11. Diamkan selama 5 menit
12. Melakukan pengecekan pH setelah pengadukan
13. Melakukan pengecekan kekeruhan
14. Menghitung perbandingan dosis koagulan yang tepat
15. Mengulangi proses uji jartest sesuai dosis yang tepat
16. Menghitung efektifitas perbaikan kekeruhan

Hasil Uji Jartest

Tabel 1 Hasil Uji Jartest 1


pH Kekeruhan
Kekeruhan Dosis
pH Sesudah Sesudah
Sampel Awal Koagulan
Awal Uji Uji Jartest
(NTU) (ml)
Jartest (NTU)
Kapur PAC
Control 0 0 5 244
I 5 3 6 25,8
II 5 244 5 6 6 73,8
III 5 9 5 284
1V 5 12 4,5 275

Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat pada sampel III dan IV telah terjadi kejenuhan
dimana kekeruhan yang didapatkan setelah dilakukan uji jartest lebih tinggi dari
kekeruhan awal. Oleh karena itu, perbandingan dosis pada sampel III dan IV tidak
bisa dijadikan sebagai dosis efektif penambahan koagulan. Sedangkan pada sampel
I dan II, terlihat telah terjadi perbaikan kekeruhan dimana kekeruhan setelah
dilakukan uji jartest lebih rendah dibandingkan kekeruhan awal.
Pendekatan perbandingan dosis koagulan efektif berdasarkan sampel I dan II
ialah:
Kapur : PAC
2 : 1
Maka, sesuai perbandingan dosis koagulan efektif, pada sampel I dosis larutan
kapur 2% ditambah 1 ml dan pada sampel II dosis larutan kapus 2% ditambah 7 ml.
Hasil dari penyesuaian dosis koagulan efektif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 Hasil Uji Jartest 2


Dosis Koagulan
Kekeruhan
Sampel (ml) pH
(NTU)
Kapur PAC
I 6 3 6 16,7
II 12 6 6 23,7

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dihitung efektifitas perbaikan


kekeruhan air, yaitu:
Kekeruhan sampel I = seb - ses x 100%
seb

= 244 - 16,7 x 100%


244
= 93.16 %

Kekeruhan sampel II = seb - ses x 100%


seb
= 244 - 23,7 x 100%
244
= 90,28 %
Kesimpulan
1. Jar test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi
operasi optimum pada proses pengolahan air dan air limbah. Metode ini dapat
menentukan nilai ph, variasi dalam penambahan dosis koagulan atau polimer, pada
skala laboratorium untuk memprediksi kebutuhan pengolahan air yang sebenarnya.
2. Tingkat keasaman (ph) sampel air yaitu 5
3. Tingkat kekeruhan sampel air 224 NTU
4. Jenis koagulan yang digunakan Kapur 2% dan PAC 2%
5. Dosis koagulan yang tepat dan efektif 6 ml kapur 2% dan 3 ml PAC 2% dalam 1000
ml air

Saran
1. Gunakanlah metode Jartest untuk menentukan dosis koagulan optimum dalam
proses perbaikan kekeruhan air
2. Perhatikan tingkat kekeruhan air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih dan
air minum

https://id.scribd.com/doc/307172170/LAPORAN-PRAKTIKUM-Koagulasi-Dan-Flokulasi

Anda mungkin juga menyukai