Triage
Triage
Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi selanjutnya. Tindakan ini
merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah terutama musibah
yang melibatkan massa.
Proses triage meliputi tahap pre-hospital / lapangan dan hospital atau pusat pelayanan
kesehatan lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat
kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat
berubah. Metode yang digunakan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistem
triage Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Petugas lapangan memberikan penilaian pasien untuk memastikan kelompok korban seperti
yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau
mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban dengan risiko
besar akan kematian segera atau apakah memerlukan transport segera, serta melakukan
tindakan pertolongan primer dan stabilisasi_darurat.
Pada tahap rumah sakit, triage dapat juga dilakukan walaupun agak berbeda dengan triage
lapangan. Dengan tenaga dan peralatan yang lebih memadai, tenaga medis dapat melakukan
tindakan sesuai dengan kedaruratan penderita dan berdasarkan etika profesi. Saat menilai
pasien, secara bersamaan juga dilakukan tindakan diagnostik, hingga waktu yang diperlukan
untuk menilai dan menstabilkan pasien berkurang.
START, sebagai cara triage lapangan yang berprinsip pada sederhana dan kecepatan, dapat
dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga awam terlatih. Dalam memilah pasien, petugas
melakukan penilaian kesadaran, ventilasi, dan perfusi selama kurang dari 60 detik lalu
memberikan tanda dengan menggunakan berbagai alat berwarna, seperti bendera, kain, atau
isolasi.
Hitam : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk resusitasi. Tidak
memerlukan perhatian.
Merah : pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport segera. Misalnya
:
gagal nafas
cedera torako-abdominal
cedera kepala atau maksilo-fasial berat
shok atau perdarahan berat
luka bakar berat
Kuning : pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam jiwa dalam waktu dekat. Dapat
ditunda hingga beberapa jam. Misalnya :
cedera abdomen tanpa shok,
cedera dada tanpa gangguan respirasi,
fraktura mayor tanpa syok
cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran
luka bakar ringan
Hijau : cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera. Misalnya :
cedera jaringan lunak,
fraktura dan dislokasi ekstremitas,
cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
gawat darurat psikologis
Pasien dengan harapan hidup yang kecil dengan tersedianya peralatan dan tenaga medis yang
lebih lengkap diharapkan dapat ditingkatkan harapan hidupnya. Namun apabila tenaga medis
dan perlengkapan tidak dapat memenuhi kebutuhan dari pasien, misalnya pada bencana yang
melibatkan banyak korban, tenaga medis dapat memutuskan untuk lebih memberikan
perhatian pada pasien dengan cedera berat yang harapan hidupnya lebih besar sesuai dengan
etika profesional. Hal inilah yang menjadi tujuan dari triage lanjutan.
Pemantauan pada triage lanjutan dapat menggunakan Revised Trauma Score (RVT) atau
Injury Severity Score (ISS).
RVT menggunakan parameter kesadaran (GCS), tekanan darah sistolik (dapat menggunakan
per palpasi untuk mempercepat pantauan), dan frekuensi pernapasan.
Skor 12 : delayed
11 : urgent, dapat ditunda
4 10 : immediate, memerlukan penatalaksanaan sesegera mungkin
0 3 : morgue, cedera serius yang tidak lagi memerlukan tindakan darurat
Ada beberapa variasi dari penggunaan triage seperti di atas, pada beberapa kondisi atau di
beberapa negara. Misalnya di medan perang, seringkali dilakukan reversed triage, dimana
yang diprioritaskan adalah korban dengan luka paling ringan yang membutuhkan pertolongan
sehingga korban dapat segera kembali ke medan perang.
Di beberapa negara terdapat pedoman lain dalam penentuan triage, namun intinya tetap sama.
Misalnya di Jerman, tidak seluruh trauma amputasi mayor dianggap ditandai dengan kartu
merah. Trauma amputasi lengan bawah, setelah ditangani pendarahannya, dapat dianggap
sebagai kartu kuning dan kemudian ditransfer ke rumah sakit. Kadang kala pembagian triage
pun menggunakan 5 macam warna.
Hasil Triage
Evakuasi
Simple triage mengidentifikasi pasien mana yang memerlukan tindakan secepatnya. Di
lapangan, triage juga melakukan penilaian prioritas untuk evakuasi ke rumah sakit. Pada
sistem START, pasien dievakuasi sebagai berikut :
pasien meninggal ditinggalkan di posisi dimana mereka ditemukan, sebaiknya ditutup. Pada
pemantauan START, seseorang dianggap meninggal bila tidak bernapas setelah dilakukan
pembersihan jalan napas dan percobaan napas buatan.
Immediate atau prioritas 1 (merah), dievakuasi dengan menggunakan ambulance dimana
mereka memerlukan penanganan medis dalam waktu kurang dari 1 jam. Pasien ini dalam
keadaan kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera.
Delayed atau prioritas 2 (kuning), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh prioritas 1
sudah dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan penanganan medis
lebih lanjut.
Minor atau prioritas 3 (hijau), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya telah
dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih lanjut
setidaknya selama beberapa jam. Lanjutkan re-triage untuk mencegah terlewatnya
perburukan kondisi. Pasien ini dapat berjalan, dan umumnya hanya memerlukan perawatan
luka dan antiseptik.
Penderita yang mengalami kelumpuhan, walaupun tidak mengancam nyawa, dapat menjadi
prioritas pada keadaan IGD yang sudah tenang. Selama masa ini juga, kebanyakan trauma
amputasi dapat dianggap sebagai merah karena tindakan bedah perlu dilakukan dalam
beberapa menit walaupun luka amputasi ini tidak mengancam nyawa.
Pada sistem rumah sakit, langkah pertama yang harus dilewati saat masuk rumah sakit adalah
penilaian oleh perawat triage. Perawat ini kemudian melakukan evaluasi kondisi pasien,
perubahan-perubahan yang terjadi, dan menentukan prioritas giliran untuk masuk ke IGD dan
prioritas dalam mendapatkan penanganan. Setelah pemeriksaan dan penanganan darurat
selesai, pasien dapat masuk ke dalam sistem triage rumah sakit.
Pada beberapa rumah sakit yang sudah menggunakan dokter triage, dokter tersebut dapat
menganjurkan seorang pasien untuk masuk dan menerima penanganan dari dokter IGD atau
dirawat langsung oleh dokter yang merawat di ruangan. Hal ini untuk meningkatkan
efektivitas dimana pasien dapat sesegera mungkin mendapat perawatan lebih lanjut.
Pemilahan dalam rumah sakit ini juga memerlukan pengetahuan akan bed control dan tenaga
bantuan, bed mana yang dapat digunakan dan fasilitas apa saja yang diperlukan selama dalam
penanganan di IGD dan dalam perawatan di ruang rawat inap.
TRIAGE DAN MANJEMEN GAWAT DARURAT
TRIAGE
A. Defenisi Triage
Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin supaya tidak ada penderita yang tidak
mendapat perawatan (kapukonline.com). Sebuah tindakan pengelompokan pasien
berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat keberhasilan yang akan
dicapai sesuai dengan standar pelayanan UGD yang dimiliki (kompasiana.com)
Triage is derived from french word, trier, meaning to sort out. It was first used by
the french military during world war I, when victim were sorted and clasified according to the
type and urgency of their condition for the purpose of determining medical treatment
priorities (Grossman, 2003)
B. Golongan Triage
C. Sistem Triage
1. Non Disaster
Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien
2. Disaster
Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak
Manajemen Gawat Darurat Dalam sebuah pelayanan kesehatan tentunya juga tidak
terlepas dari sebuah unit yang menangani kegawatdaruratan dan di rumah sakit biasa kita
kenal dengan nama dan istilah Unit Gawat Darurat (UGD).
1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
3. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa
(henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh.
Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi
korban dari kedinginan.
5. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong.
6. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada kondisi
yang membahayakan.
7. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan
anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan
terdapat alat transportasi yang memadai.
1. Siap mental, dalam arti bahwa emergency can not wait. Setiap unsur yang terkait termasuk
perawat harus menghayati bahwa aritmia dapat membawa kematian dalam 1 2 menit.
Apnea atau penyumbatan jalan napas dapat mematikan dalam 3 menit.
2. Siap pengetahuan dan ketrampilan. Perawat harus mempunyai bekal pengetahuan teoritis
dan patofisiologi berbagai penyakit organ tubuh penting. Selain itu juga keterampilan manual
untuk pertolongan pertama.
3. Siap alat dan obat. Pertolongan pasien gawat darurat tidak dapat dipisahkan dari
penyediaan/logistik peralatan dan obat-obatan darurat.
1. Bila mungkin, minta orang lain untuk memanggil dokter/ambulan sementara anda melakukan
pertolongan pertama.
2. Periksa pernafasan. Bila berhenti, segera mulai dengan pernafasan dari (resusitas) mulut ke
mulut. Prioritas utama adalah mengusahakan penderita bernafas kembali kecuali pada
penderita kasus tersedak.
3. Periksa adanya perdarahan hebat. Bila ada, hentikan perdarahan
4. Bila menduga adanya cedera tulang, belakang, jangan merubah posisi penderita. (Cidera
tulang belakang bisa terjadi bila penderita jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas
yang serius, atau mengalami rasa kebal/hilang rasa/tidak bisa menggerakkan anggota tubuh
atas ataupun bawah).
5. Bila penderita pingsan tetapi pernafasan normal tanpa cedera tulang belakang, baringkan
dalam posisi istirahat.
6. Jangan meninggalkan penderita sebelum petugas medis datang. Bila anda sendirian dan
tidak mungkin memanggil petugas medis, tetapi tidak ada cedera tulang belakang dan
keadaan penderita cukup stabil, bawa penderita ke Unit gawat darurat di rumah
sakit/Puskesmas terdekat.
A. PENGERTIAN
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (> 3 kali/hari),
serta perubahan isi/volume (> 200 gr/hari) dan konsistensi feces cair (Brunner & Suddarth,
2002).
Diare cair akut (GEA) adalah Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang
dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak /
cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair akut
menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat mengakibatkan kurang gizi.
Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi.
B. ETIOLOGI
1. Virus : Rotavirus, penyebab terbanyak pada diare akut.
2. Bakteri : E coli, salmonella, shigella.
3. Parasit (Entamuba tristositica, crypto sporadium)
Penyebab terpenting pada anak-anak : Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium, Vibrio
cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus
C. KLASIFIKASI DIARE
1. Diare akut
Banyak menyerang pada anak dengan umur < 5 tahun, dapat terjadi dehidrasi. Gejala
dehidrasi akut :
Diare lebih dari 3 kali dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung
dalam waktu kurang dari 1 minggu dan banyak di sebabkan oleh agen infeksius yang
mencakup virus, bakteri dan potongan parasit.
2. Diare kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi cair dengan
durasi 14 hari atau lebih. (Wholey & Wongs, 1994)
D. PATOFISIOLOGI
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karena
keracunan makanan atau pencemaran sumber air
e. Siapa, misalnya: wisatawan asing patut dicurigai kemungkinan infeksi cholera, E.coli,
amebiasis, dan giardiasis; pola kehidupan seksual
a. Suhu tubuh
b. Berat badan
c. Status gizi
d. Tanpa dehidrasi
f. Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P serum
pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan
dapat terjadi karena mal nutrisi/malabsrobsi tekana fungsi sumsum tulang (proses
imflemasi kronis), peningkatan sel-sel darah putih.
g. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
Rasa haus Normal Harus sesuai jika di beri Tidak dapat minum
minum rakus
Sedikit gelap
Air kemih Normal Tidak BAK dalam 6 jam
2. Periksa
Nafas Basah
Cepat & dalam
Agak cepat
Normal
3. Raba
Normal Cekung
4 . Kehilangan
H. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Acidosis metabolik
3. Hipokalemia
I. PENGOBATAN
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat
lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya). Dalam garis besarnya pengobatan diare
dibagi dalam:
a. Pengobatan kausal
b. Pengobatan simptomatik
- Adsorbent.
- Antiemetik.
- Antipiretik.
c. Pengobatan cairan
- Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap mengandung NaCl, KCl, NaHCO3 dan
glukosa penggantinya, yang dikenal dengan nama oralit.
- Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung keempat komponen di atas, misalnya
larutan gula-garam (LGG), larutan tepung beras-garam, air tajin, air kelapa, dan
lain-lain caiaran yang tersedia di rumah, disebut CRO tidak lengkap.
24 jam pertama:
Dehidrasi ringan; 180 ml/kg (sekitar 3 fl. oz per lb) per hari.
Dehidrasi sedang; 220 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per hari
Dehidrasi berat; 260 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per hari
Hari-hari berikutnya:
Kebutuhan normal sehari-hari adalah 140 ml per kg (sekitar 2,5 fl. oz per lb), ditambah
dengan penggantian pengeluaran cairan, yang dihitung secara kasar lewat buang air
besar atau lewat muntahnya. Semua cairan yang diberikan dalam berbagai cara diatas
harus dicatat dan dijumlahkan sertiap hari.
d. Pengobatan diuretik
1. Untuk anak kurang dari 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg, jenis makanannya berupa:
- Susu (ASI/ susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh
misalnya; LLM, almiron).
- Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak
mau minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat
- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam
lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
2. Untuk anak diatas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 kg, jenis makanannya berupa
makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
J. PENATALAKSANAAN
1. Tanpa Dehidrasi
Cairan rumah tangga, ASI diberikan semuanya, oralit diberikan sesuai usia, setiap kali buang air
besar atau muntah dengan dosis. :
1 5 th 100 200 cc
75 th 150 300 cc
Rehidrasi dengan oralit 75cc / kgBB dalam 4 jam pertama. Dilanjutkan pemberian kehilangan cairan
yang sedang berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.
3. Dehidrasi berat
Cara pemberian :
Kurang dari 1 th : 30cc / kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70cc/kgBB dalam 5 jam
berikutnya.
Lebih dari 1 th : 30cc / kgBB dalam jam pertama, dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 2 jam
berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5cc / kgBB selama proses rehidrasi.
Kalau shock
Cairan RL 20cc / kgBB diberikan 2x, selanjutnya koloid 10cc / kgBB, bila tidak teratasi baru
diberikan inotropik.
Nutrisi
Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih kurang 6x sehari) rendah serat,
buah-buahan diberikan terutama pisang.
Antibiotik
K. Diagnosa Keperawatan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake nutrisi
karena factor biologis
3. Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor risiko frekwensi BAB sering
4. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit b/d keterbatasan informasi
6. PK. Hipernatremia
7. PK. Hiponatremia
8. PK. Hiperkalemia
9. PK. Hipokalemia
RENPRA DCA
Tidak ada tanda- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika ada tanda
tanda dehidrasi kelebihan cairan
(Elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan)
Tidak terjadi
penurunan berat Monitor Nutrisi
badan yang berarti
(20%) Monitor adanya penurunan berat badan, jika perlu
Timbang BB / hari
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Kondisikan lingkungan yang nyaman selama makan
Atur Jadwal pengobatan dan tindakan diluar jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Periksa kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Kaji makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Pengaturan Suhu
PK. Hiperkalemia Setelah dilakukan asuhan Pantau tanda dan gejala hiperkalemia
keperawatan selama ...x24
jam, perawat dapat Batasi makanan dan minuman yang mengandung kadar
menangani dan
kalium yang tinggi
meminimalkan gejala
Hiperkalemia
Lakukan latihan rentang gerak pada ekstremitas untuk
mengurangi kram
PK Asidosis Setelah dilakukan asuhan Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik (Pernapasan
Metabolik keperawatan selama x24 cepat dan lambat, Sakit kepala, Mual dan muntah,
jam, perawat dapat Bikarbonat plasma dan pH arteri darah rendah, Perubahan
menangani/ mengurangi tingkah laku dan mengantuk, Kalsium serum meningkat,
gejala asidosis metabolik PCO2 kurang dari 35 40 mmHg, Penurunan HCO3,
Pernapasan cepat dan lambat
PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar dengan jumlah feces yang lebih banyak dari biasanya (normal
100-200 ml/jam feces). Dengan feces berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat)
dapat pula disertai frekuensi BAB yang meningkat.
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa
jam sampai 7 atau 14 hari.
Diare adalah BAB encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO/1980).
II. ETIOLOGI
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain adalah faksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama,
kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kodisi lain.
- Infeksi parasit : cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika, gardia lamblia, tricomona
hominis), jamur (candida albicans)
Infeksi diluar alat perncernaan makanan seperti : Otitis media akut (OMA), tansilitis,
aonsilotaringitis, bronco pneumonia, encetalitis
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami naurea, muntah, nyeri perut sampai
kejang perut, deman dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan
cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan Biokimiawi seperti asidosis metabolik akan
menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik barat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120x / menit). Tekanan darah
menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin,
kadang sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal menurun
sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul
penyakit berupa nekrosis tubulas akut. Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi
2 golongan :
Akibat diare
- Dehidrasi.
- Asidosis metabolik.
- Hipoglikemi.
- Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syock.
Derajat dehidrasi
2. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis, plasma dan
urine.
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.
V. PENATALAKSANAN
Pada anak-anak, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri:
a. Jenis cairan.
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan ringel laktat bila tidak
terjadi dapat diberikan cairan NaCl Isotonik ditambah satu ampul Na bicarbonat 7,5 % 50 m.
b. Jumlah cairan.
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral / IV.
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang yang terarah.
3. Terapi simtomatik.
Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti Loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada
infeksi salmonella, shigela dan koletis pseudomembran, karena akan memperburuk diare
yang diakibatkan bakteri entroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri
dengan epithel usus. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti metoklopopomid
dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal.
4. Terapi Definitif
Pemberian edurasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene
perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi
farmakologi. (Kapita Selekta Kedokteran 1 Edisi 2000)
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat hilangnya cairan dan
elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium). Pengeluaran urin kurang dari 30
ml / jam selam 2 3 hari berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi dan
anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq / liter (SI : 3 mmol /
L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia jantung (talukardio
atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur) yang dapat
menimbulkan kematian.