Anda di halaman 1dari 27

TRIAGE

Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi selanjutnya. Tindakan ini
merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah terutama musibah
yang melibatkan massa.

Proses triage meliputi tahap pre-hospital / lapangan dan hospital atau pusat pelayanan
kesehatan lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat
kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat
berubah. Metode yang digunakan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistem
triage Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).

Petugas lapangan memberikan penilaian pasien untuk memastikan kelompok korban seperti
yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau
mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban dengan risiko
besar akan kematian segera atau apakah memerlukan transport segera, serta melakukan
tindakan pertolongan primer dan stabilisasi_darurat.

Pada tahap rumah sakit, triage dapat juga dilakukan walaupun agak berbeda dengan triage
lapangan. Dengan tenaga dan peralatan yang lebih memadai, tenaga medis dapat melakukan
tindakan sesuai dengan kedaruratan penderita dan berdasarkan etika profesi. Saat menilai
pasien, secara bersamaan juga dilakukan tindakan diagnostik, hingga waktu yang diperlukan
untuk menilai dan menstabilkan pasien berkurang.

Simple Triage / Triage Sederhana / Triage inisial

START, sebagai cara triage lapangan yang berprinsip pada sederhana dan kecepatan, dapat
dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga awam terlatih. Dalam memilah pasien, petugas
melakukan penilaian kesadaran, ventilasi, dan perfusi selama kurang dari 60 detik lalu
memberikan tanda dengan menggunakan berbagai alat berwarna, seperti bendera, kain, atau
isolasi.
Hitam : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk resusitasi. Tidak
memerlukan perhatian.
Merah : pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport segera. Misalnya
:
gagal nafas
cedera torako-abdominal
cedera kepala atau maksilo-fasial berat
shok atau perdarahan berat
luka bakar berat
Kuning : pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam jiwa dalam waktu dekat. Dapat
ditunda hingga beberapa jam. Misalnya :
cedera abdomen tanpa shok,
cedera dada tanpa gangguan respirasi,
fraktura mayor tanpa syok
cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran
luka bakar ringan
Hijau : cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera. Misalnya :
cedera jaringan lunak,
fraktura dan dislokasi ekstremitas,
cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
gawat darurat psikologis

Dapat juga menggunakan algoritma berikut :

Advanced Triage / Triage lanjutan

Pasien dengan harapan hidup yang kecil dengan tersedianya peralatan dan tenaga medis yang
lebih lengkap diharapkan dapat ditingkatkan harapan hidupnya. Namun apabila tenaga medis
dan perlengkapan tidak dapat memenuhi kebutuhan dari pasien, misalnya pada bencana yang
melibatkan banyak korban, tenaga medis dapat memutuskan untuk lebih memberikan
perhatian pada pasien dengan cedera berat yang harapan hidupnya lebih besar sesuai dengan
etika profesional. Hal inilah yang menjadi tujuan dari triage lanjutan.
Pemantauan pada triage lanjutan dapat menggunakan Revised Trauma Score (RVT) atau
Injury Severity Score (ISS).

RVT menggunakan parameter kesadaran (GCS), tekanan darah sistolik (dapat menggunakan
per palpasi untuk mempercepat pantauan), dan frekuensi pernapasan.
Skor 12 : delayed
11 : urgent, dapat ditunda
4 10 : immediate, memerlukan penatalaksanaan sesegera mungkin
0 3 : morgue, cedera serius yang tidak lagi memerlukan tindakan darurat

Glasgow Coma Scale Systolic Pressure Respiratory Rate


GCS Points SBP Points RR Points
>89 4 10-30 4
15-13 4
76-89 3 >30 3
12-9 3
6-9 2
8-6 2 50-75 2
1-5 1
5-4 1 1-49 1
0 0
3 0 0 0

ISS menggunakan parameter 3 bagian tubuh.


A : wajah, leher, kepala
B : toraks, abdomen
C : ekstremitas, jaringan lunak, kulit
tiap parameter diberi skor 0 5 yaitu :
1. cedera ringan
2. cedera sedang
3. cedera serius
4. cedera berat
5. kritis
Hasil skoring tersebut kemudian dikuadratkan dan dijumlahkan.
ISS = A2 + B2 + C2
Hasil lebih dari 15 dianggap sebagai politrauma. Hasil dari perhitungan ISS ini digunakan
sebagai perbandingan dalam penentuan prioritas penatalaksanaan pasien massal.

Ada beberapa variasi dari penggunaan triage seperti di atas, pada beberapa kondisi atau di
beberapa negara. Misalnya di medan perang, seringkali dilakukan reversed triage, dimana
yang diprioritaskan adalah korban dengan luka paling ringan yang membutuhkan pertolongan
sehingga korban dapat segera kembali ke medan perang.
Di beberapa negara terdapat pedoman lain dalam penentuan triage, namun intinya tetap sama.
Misalnya di Jerman, tidak seluruh trauma amputasi mayor dianggap ditandai dengan kartu
merah. Trauma amputasi lengan bawah, setelah ditangani pendarahannya, dapat dianggap
sebagai kartu kuning dan kemudian ditransfer ke rumah sakit. Kadang kala pembagian triage
pun menggunakan 5 macam warna.

Kategori Makna Konsekuensi Contoh


Penanganan dan Lesi yang melibatkan arteri,
Mengancam
T1 (I) transportasi sesegera pendarahan organ dalam,
jiwa
mungkin trauma amputasi mayor
Observasi ketat, Trauma amputasi minor,
T2 (II) Cedera berat penanganan secepatnya, cedera jaringan lunak,
transport sedapat mungkin fraktur dan dislokasi
Ditangani bila
Cedera
memungkinkan, transport Laserasi minor, abrasi
T3 (III) minor atau
dan evakuasi bila jaringan lunak, cedera otot
tidak cedera
memungkinkan
Harapan
Observasi dan bila Cedera berat, pendarahan
hidup kecil
T4 (IV) memungkinkan pemberian berat, pemeriksaan
atau tidak
analgetik neurologis negatif
ada
Menjaga jenazah, Dead on arrival, perburukan
T5 (V) Meninggal identifikasi bila dari T1-4, tidak ada napas
memungkinkan spontan

Hasil Triage

Evakuasi
Simple triage mengidentifikasi pasien mana yang memerlukan tindakan secepatnya. Di
lapangan, triage juga melakukan penilaian prioritas untuk evakuasi ke rumah sakit. Pada
sistem START, pasien dievakuasi sebagai berikut :
pasien meninggal ditinggalkan di posisi dimana mereka ditemukan, sebaiknya ditutup. Pada
pemantauan START, seseorang dianggap meninggal bila tidak bernapas setelah dilakukan
pembersihan jalan napas dan percobaan napas buatan.
Immediate atau prioritas 1 (merah), dievakuasi dengan menggunakan ambulance dimana
mereka memerlukan penanganan medis dalam waktu kurang dari 1 jam. Pasien ini dalam
keadaan kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera.
Delayed atau prioritas 2 (kuning), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh prioritas 1
sudah dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan penanganan medis
lebih lanjut.
Minor atau prioritas 3 (hijau), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya telah
dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih lanjut
setidaknya selama beberapa jam. Lanjutkan re-triage untuk mencegah terlewatnya
perburukan kondisi. Pasien ini dapat berjalan, dan umumnya hanya memerlukan perawatan
luka dan antiseptik.

Triage Sekunder (dalam rumah sakit)


Pada sistem triage lanjutan, triage sekunder dilakukan oleh paramedis atau perawat terlatih di
Instalasi Gawat Darurat rumah sakit selama terjadinya bencana. Pasien dipilah menjadi 5
kelompok.
- hitam / expectant : pasien dengan cedera berat yang dapat meninggal karena cederanya,
mungkin dalam beberapa jam atau hari selanjutnya. (luka bakar luas, trauma berat,
radiasi dosis letal), atau kemungkinan tidak dapat bertahan hidup karena dalam krisis
yang mengancam nyawa walaupun diberikan penanganan medis (cardiac arrest, syok
septik, cedera berat kepala atau dada). Pasien ini sebaiknya dimasukkan dalam ruangan
rawat dengan pemberian analgetik untuk mengurangi penderitaan.
- merah / immediate : pasien yang memerlukan tindakan bedah segera atau tatalaksana
lain untuk menyelamatkan nyawa, dan sebagai prioritas utama untuk tim bedah atau
ditransport ke rumah sakit yang lebih lengkap. Pasien ini dapat bertahan hidup bila
ditangani sesegera mungkin.
- kuning / observation : kondisi pasien ini stabil sementara waktu namun memerlukan
pengawasan dari tenaga medis terlatih dan re-triage berkala serta perawatan rumah sakit
- hijau / wait (walking wounded) : pasien ini memerlukan perhatian dokter dalam
beberapa jam atau hari kemudian namun tidak darurat, dapat menunggu hingga
beberapa jam atau dianjurkan untuk pulang dan kembali ke rumah sakit keesokan
harinya (misal pada patah tulang sederhana, luka jaringan lunak multipel)
- putih / dimiss (walking wounded) : pasien ini mengalami cedera ringan, pengobatan
P3K dan berobat jalan sudah cukup, peranan dokter disini tidak mutlak diperlukan.
Contoh cedera pasien ini seperti luka robek, lecet, atau luka bakar ringan.

Penderita yang mengalami kelumpuhan, walaupun tidak mengancam nyawa, dapat menjadi
prioritas pada keadaan IGD yang sudah tenang. Selama masa ini juga, kebanyakan trauma
amputasi dapat dianggap sebagai merah karena tindakan bedah perlu dilakukan dalam
beberapa menit walaupun luka amputasi ini tidak mengancam nyawa.

Sistem Triage Rumah Sakit

Pada sistem rumah sakit, langkah pertama yang harus dilewati saat masuk rumah sakit adalah
penilaian oleh perawat triage. Perawat ini kemudian melakukan evaluasi kondisi pasien,
perubahan-perubahan yang terjadi, dan menentukan prioritas giliran untuk masuk ke IGD dan
prioritas dalam mendapatkan penanganan. Setelah pemeriksaan dan penanganan darurat
selesai, pasien dapat masuk ke dalam sistem triage rumah sakit.
Pada beberapa rumah sakit yang sudah menggunakan dokter triage, dokter tersebut dapat
menganjurkan seorang pasien untuk masuk dan menerima penanganan dari dokter IGD atau
dirawat langsung oleh dokter yang merawat di ruangan. Hal ini untuk meningkatkan
efektivitas dimana pasien dapat sesegera mungkin mendapat perawatan lebih lanjut.

Pemilahan dalam rumah sakit ini juga memerlukan pengetahuan akan bed control dan tenaga
bantuan, bed mana yang dapat digunakan dan fasilitas apa saja yang diperlukan selama dalam
penanganan di IGD dan dalam perawatan di ruang rawat inap.
TRIAGE DAN MANJEMEN GAWAT DARURAT

TRIAGE

A. Defenisi Triage

Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin supaya tidak ada penderita yang tidak
mendapat perawatan (kapukonline.com). Sebuah tindakan pengelompokan pasien
berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat keberhasilan yang akan
dicapai sesuai dengan standar pelayanan UGD yang dimiliki (kompasiana.com)

Triage is derived from french word, trier, meaning to sort out. It was first used by
the french military during world war I, when victim were sorted and clasified according to the
type and urgency of their condition for the purpose of determining medical treatment
priorities (Grossman, 2003)

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa . Tujuan


kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya . Pengkatagorian
mungkin ditentukan sewaktu-waktu. Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk
menghindari penurunan triage.

B. Golongan Triage

Dalam triage ada 5 golongan

1. Golongan I (Label Hijau) :


Penderita tidak luka / menderita gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah.
2. Golongan II (Label Kuning) :
Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor.
3. Golongan III (Label Merah) :
Penderita keadaan luka berat / syok.
4. Golongan IV (Label Putih) :
Penderita dengan luka berat tetapi sulit ditolong
5. Golongan V (Label Hitam) :
Penderita meninggal dunia

C. Sistem Triage

Sistem triage ada 2 yaitu :

1. Non Disaster
Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien
2. Disaster
Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak

D. Tipe-tipe Triage di Rumah Sakit

1. Type 1 : Traffic Director or Non Nurse


a. Hampir sebagian besar berdasarkan system triage
b. Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
c. Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya
d. Tidak ada dokumentasi
e. Tidak menggunakan protocol

2. Type 2 : Cek Triage Cepat


a. Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi atau dokter
b. Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
c. Evaluasi terbatas
d. Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat perawatan
pertama

3. Type 3 : Comprehensive Triage


a. Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman
b. 4 sampai 5 sistem katagori
c. Sesuai protokol

E. Klasifikasi Triage Berdasarkan Kasus

1. Prioritas 1 Kasus Berat


a. Perdarahan berat
b. Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
c. Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
d. Fraktur terbuka dan fraktur compound
e. Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
f. Shock tipe apapun

2. Prioritas 2 Kasus Sedang


a. Trauma thorax non asfiksia
b. Fraktur tertutup pada tulang panjang
c. Luka bakar terbatas
d. Cedera pada bagian / jaringan lunak

3. Prioritas 3 Kasus Ringan


a. Minor injuries
b. Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan

4. Prioritas 0 Kasus Meninggal


a. Tidak ada respon pada semua rangsangan
b. Tidak ada respirasi spontan
c. Tidak ada bukti aktivitas jantung
d. Tidak ada respon pupil terhadap cahaya

MANAJEMEN GAWAT DARURAT


A. Defenisi Manajemen Gawat Darurat

Manajemen Gawat Darurat Dalam sebuah pelayanan kesehatan tentunya juga tidak
terlepas dari sebuah unit yang menangani kegawatdaruratan dan di rumah sakit biasa kita
kenal dengan nama dan istilah Unit Gawat Darurat (UGD).

B. Prinsip Manajemen Gawat Darurat

1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
3. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa
(henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh.
Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi
korban dari kedinginan.
5. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong.
6. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada kondisi
yang membahayakan.
7. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan
anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan
terdapat alat transportasi yang memadai.

C. Kesiapan Dalam Gawat Darurat

1. Siap mental, dalam arti bahwa emergency can not wait. Setiap unsur yang terkait termasuk
perawat harus menghayati bahwa aritmia dapat membawa kematian dalam 1 2 menit.
Apnea atau penyumbatan jalan napas dapat mematikan dalam 3 menit.
2. Siap pengetahuan dan ketrampilan. Perawat harus mempunyai bekal pengetahuan teoritis
dan patofisiologi berbagai penyakit organ tubuh penting. Selain itu juga keterampilan manual
untuk pertolongan pertama.
3. Siap alat dan obat. Pertolongan pasien gawat darurat tidak dapat dipisahkan dari
penyediaan/logistik peralatan dan obat-obatan darurat.

D. Urutan Pertolongan Dalam Keadaan Gawat Darurat

1. Bila mungkin, minta orang lain untuk memanggil dokter/ambulan sementara anda melakukan
pertolongan pertama.
2. Periksa pernafasan. Bila berhenti, segera mulai dengan pernafasan dari (resusitas) mulut ke
mulut. Prioritas utama adalah mengusahakan penderita bernafas kembali kecuali pada
penderita kasus tersedak.
3. Periksa adanya perdarahan hebat. Bila ada, hentikan perdarahan
4. Bila menduga adanya cedera tulang, belakang, jangan merubah posisi penderita. (Cidera
tulang belakang bisa terjadi bila penderita jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas
yang serius, atau mengalami rasa kebal/hilang rasa/tidak bisa menggerakkan anggota tubuh
atas ataupun bawah).
5. Bila penderita pingsan tetapi pernafasan normal tanpa cedera tulang belakang, baringkan
dalam posisi istirahat.
6. Jangan meninggalkan penderita sebelum petugas medis datang. Bila anda sendirian dan
tidak mungkin memanggil petugas medis, tetapi tidak ada cedera tulang belakang dan
keadaan penderita cukup stabil, bawa penderita ke Unit gawat darurat di rumah
sakit/Puskesmas terdekat.

DIARE CAIR AKUT (DCA)

A. PENGERTIAN

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (> 3 kali/hari),
serta perubahan isi/volume (> 200 gr/hari) dan konsistensi feces cair (Brunner & Suddarth,
2002).

Diare cair akut (GEA) adalah Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang
dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak /
cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair akut
menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat mengakibatkan kurang gizi.
Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi.

B. ETIOLOGI
1. Virus : Rotavirus, penyebab terbanyak pada diare akut.
2. Bakteri : E coli, salmonella, shigella.
3. Parasit (Entamuba tristositica, crypto sporadium)

Penyebab terpenting pada anak-anak : Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium, Vibrio
cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus

C. KLASIFIKASI DIARE
1. Diare akut
Banyak menyerang pada anak dengan umur < 5 tahun, dapat terjadi dehidrasi. Gejala
dehidrasi akut :
Diare lebih dari 3 kali dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung
dalam waktu kurang dari 1 minggu dan banyak di sebabkan oleh agen infeksius yang
mencakup virus, bakteri dan potongan parasit.
2. Diare kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi cair dengan
durasi 14 hari atau lebih. (Wholey & Wongs, 1994)

D. PATOFISIOLOGI

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,


Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

E. TANDA DAN GEJALA


1. Sering buang air besar, tinja cair atau encer.
2. Ada tanda dehidrasi: turgor jelek, ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Kram abdominal.
4. Demam
5. Mual.
6. Anorexia.
7. Lemah,
8. Pucat.
9. Nadi dan pernafasan cepat.
10. Urin sedikit atau tidak sama sekali.
11. Pada diare yang dehidrasi berat disertai shock.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik diare dapat ditegakkan melalui ananmnesis, pemeriksaan fisik,


dan pemeriksaan penunjang.

1. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:

a. Bentuk feses (waterry diare atau disentri diare)


b. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan atau diminum oleh penderita

c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karena
keracunan makanan atau pencemaran sumber air

d. Dimana tempat tinggal penderita

e. Siapa, misalnya: wisatawan asing patut dicurigai kemungkinan infeksi cholera, E.coli,
amebiasis, dan giardiasis; pola kehidupan seksual

2. Pemeriksaan fisik antara lain:

a. Suhu tubuh

b. Berat badan

c. Status gizi

d. Tanpa dehidrasi

e. Kemungkinan komplikasi lain

3. Pemeriksaan penunjang yang perlu dikerjakan antara lain:

a. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis.

b. Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.

c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik.

d. pH dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance.

e. Pemeriksaan darah darah lengkap

f. Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P serum
pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan
dapat terjadi karena mal nutrisi/malabsrobsi tekana fungsi sumsum tulang (proses
imflemasi kronis), peningkatan sel-sel darah putih.

g. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

h. Pemeriksaan elektrolit tubuh terutama kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat


terutama pada penderita diare yang mengalami muntah-muntah, pernapaan cepat
dan dalam, kelemahan otot-otot, ilius paralitik.

i. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan


kualitatif terutama pada diare kronik

G. KLASIFIKASI TINGKAT DEHIDRASI ANAK DENGAN DIARE


A B C
Yang dinilai
Tanpa dehidrasi Dehidrasi tidak berat Dehidrasi berat
1. Riwayat

Diare < 4 x / hari cair 4 10 x / hr cair 10 x / hr cair

Muntah Sedikit / tidak Sering sekali Sangat sering

Rasa haus Normal Harus sesuai jika di beri Tidak dapat minum
minum rakus

Sedikit gelap
Air kemih Normal Tidak BAK dalam 6 jam
2. Periksa

Keadaan umum Sehat, aktif Tampak sakit, Sangat mengantuk, tidak


mengantuk, lesu, sadar, lemah
rewel, gelisah

Air mata Tidak ada


Tidak ada
Mata Ada Cekung
Kering dan sangat cekung
Normal
Sangat kering
Mulut / lidah Kering

Nafas Basah
Cepat & dalam
Agak cepat
Normal

3. Raba

Kulit di cubit Kembali normal Kembali lambat Kembalinya sangat


lambat
Denyut nadi
Sangat cepat lemah, tidak
Normal Agak cepat teraba

Ubun-ubun Sangat cekung

Normal Cekung
4 . Kehilangan

Berat badan < 40 gr / kg BB 40 100 gr / kgBB > 100 gr / kgBB

H. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi

2. Acidosis metabolik

3. Hipokalemia

4. Gangguan sirkulasi syok

5. Masalah Gizi : malobsorbsi, kehilangan zat gizi secara langsung.

I. PENGOBATAN

Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat
lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya). Dalam garis besarnya pengobatan diare
dibagi dalam:
a. Pengobatan kausal

Pada penderita diare antibiotik hanya boleh diberikan jika:

- Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau biakan.

- Pada pemeriksaan makroskopik /mikroskopik ditemukan darah pada tinja.

- Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi enteral.

- Di daerah endemik kolera.

- Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nasokomial.

b. Pengobatan simptomatik

- Obat-obat anti diare.

- Adsorbent.

- Antiemetik.

- Antipiretik.

c. Pengobatan cairan

Ada 2 jenis cairan, yaitu:

1) Cairan rehidrasi oral (CRO)

Ada beberapa macam cairan rehidrasi oral:

- Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap mengandung NaCl, KCl, NaHCO3 dan
glukosa penggantinya, yang dikenal dengan nama oralit.

- Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung keempat komponen di atas, misalnya
larutan gula-garam (LGG), larutan tepung beras-garam, air tajin, air kelapa, dan
lain-lain caiaran yang tersedia di rumah, disebut CRO tidak lengkap.

2) Cairan rehidrasi parenteral (CRP)


Sebagai hasil rekomendasi Seminar Rehidrasi Nasional ke I s/d IV dan pertemuan
ilmiah penelitian diare, Litbangkes (1982) digunakan cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal untuk digunakan di Indonesia, dan cairan inilah
yang sekarang terdapat di puskesmas-puskesmas dan di rumah-rumah sakit di
Indonesia. Pada diare dengna penyakit penyerta (KKP< jantung, ginjal) cairan yang
dianjurkan adalah Half Strength Darrow Glukose yaitu cairan Hartmann setengah dosis
di dalam 2,5 % glukosa atau cairan Darrow setengah dosis di dalam glukosa 2,5%,
karena keduanya mengandung natrium, kalium, klorida, laktat (basa), dan glukosa.

Kebutuhan cairan dapat dihitung sebagai berikut:

24 jam pertama:

Dehidrasi ringan; 180 ml/kg (sekitar 3 fl. oz per lb) per hari.

Dehidrasi sedang; 220 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per hari

Dehidrasi berat; 260 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per hari

Hari-hari berikutnya:

Kebutuhan normal sehari-hari adalah 140 ml per kg (sekitar 2,5 fl. oz per lb), ditambah
dengan penggantian pengeluaran cairan, yang dihitung secara kasar lewat buang air
besar atau lewat muntahnya. Semua cairan yang diberikan dalam berbagai cara diatas
harus dicatat dan dijumlahkan sertiap hari.

d. Pengobatan diuretik

1. Untuk anak kurang dari 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg, jenis makanannya berupa:

- Susu (ASI/ susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh
misalnya; LLM, almiron).

- Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak
mau minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat

- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam
lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
2. Untuk anak diatas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 kg, jenis makanannya berupa
makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.

J. PENATALAKSANAAN

1. Tanpa Dehidrasi

Penderita tanpa dehidrasi

Cairan rumah tangga, ASI diberikan semuanya, oralit diberikan sesuai usia, setiap kali buang air
besar atau muntah dengan dosis. :

Kurang dari 1 th 50 100 cc

1 5 th 100 200 cc

75 th 150 300 cc

2. Dehidrasi tidak berat (ringan sedang)

Rehidrasi dengan oralit 75cc / kgBB dalam 4 jam pertama. Dilanjutkan pemberian kehilangan cairan
yang sedang berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.

3. Dehidrasi berat

Rehidrasi parenteral dengan cairan Ringer Laktat 100 cc /kgBB

Cara pemberian :

Kurang dari 1 th : 30cc / kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70cc/kgBB dalam 5 jam
berikutnya.

Lebih dari 1 th : 30cc / kgBB dalam jam pertama, dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 2 jam
berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5cc / kgBB selama proses rehidrasi.

Kalau shock

Cairan RL 20cc / kgBB diberikan 2x, selanjutnya koloid 10cc / kgBB, bila tidak teratasi baru
diberikan inotropik.

Nutrisi

Anak tidak boleh di puasakan.

Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih kurang 6x sehari) rendah serat,
buah-buahan diberikan terutama pisang.

Antibiotik

Antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang, sebagai pilihan adalah kotrimoxazol,


amoxillin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

Anti parasit : metronidazol.

K. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake nutrisi
karena factor biologis

3. Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor risiko frekwensi BAB sering

4. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit b/d keterbatasan informasi

5. Hipertermia b.d penyakit/ trauma, dehidrasi

6. PK. Hipernatremia

7. PK. Hiponatremia
8. PK. Hiperkalemia

9. PK. Hipokalemia

10. PK Asidosis Metabolik

RENPRA DCA

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Defisit volume Setelah dilakukan asuhan Manajemen Cairan
cairan b/d keperawatan selama x24
1 kehilangan cairan jam, terjadi keseimbangan Timbang popok/pembalut jika diperlukan
aktif cairan dengan criteria
hasil: Pertahankan catatan intake dan output yang akurat (ukur
balance cairan)
Mempertahankan
urine output sesuai Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa,
dengan usia dan BB, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
BJ urine normal, HT
normal Ukur vital sign

Tekanan darah, nadi, Kolaborasikan pemberian cairan intravena


suhu tubuh dalam
batas normal Tawarkan snack ( jus buah, buah segar)

Tidak ada tanda- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika ada tanda
tanda dehidrasi kelebihan cairan
(Elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan)

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari keperawatan selama
kebutuhan tubuh ..x24 jam intake nutrisi Kaji adanya alergi makanan
b/d penurunan pasien meningkat dengan
intake nutrisi kriteria hasil: Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien
karena factor pentingnya intake nutrisi
Adanya peningkatan
biologis intake nutrisi per Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
oral kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Mampu Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe


mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Tidak ada tanda Berikan makanan porsi kecil tapi sering


tanda malnutrisi

Tidak terjadi
penurunan berat Monitor Nutrisi
badan yang berarti
(20%) Monitor adanya penurunan berat badan, jika perlu
Timbang BB / hari
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Kondisikan lingkungan yang nyaman selama makan
Atur Jadwal pengobatan dan tindakan diluar jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Periksa kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Kaji makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva

3 Risiko kerusakan Setelah dilakukan Asuhan Manajemen Tekanan


integritas kulit keperawatan selama
dengan faktor ....x24jam, tidak terjadi Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
risiko frekwensi kerusakan integritas kulit dan berbahan yang menyerap air
BAB sering dengan kriteria hasil:
Hindari kerutan pada tempat tidur
Integritas kulit
baik/dipertahankan Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
pigmentasi)
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Kulit utuh
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang
Perfusi jaringan baik tertekan

Mampu Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien


mempertahankan
kelembaban kulit dan Monitor status nutrisi pasien
perawatan alami
Libatkan keluarga dalam perawatan anak
4 Kurang Setelah dilakukan asuhan
pengetahuan keperawatan selama ...x24 Penjelasan proses penyakit
orang tua tentang jam, pengetahuan
proses penyakit tentang proses penyakit Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan ortu/
b/d keterbatasan bertambah dengan keluarga tentang proses penyakit yang spesifik
informasi Kriteria Hasil :
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
Ortu/ keluarga berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
menyatakan yang tepat pada keluarga.
pemahaman tentang
penyakit, kondisi, Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
prognosis dan penyakit, dengan cara yang tepat pada keluarga
program pengobatan
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat pada
Ortu/ keluarga mampu keluarga
melaksanakan
prosedur yang Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
dijelaskan secara tepat pada kelurga
benar
Sediakan informasi pada keluarga tentang kondisi, dengan
Ortu/ keluarga mampu cara yang tepat
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan Hindari harapan yang kosong
perawat/tim
kesehatan lainnya. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat

Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin


diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses pengontrolan penyakit

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

5 Hipertermia b.d Setelah dilakukan asuhan Penatalaksanaan Demam


penyakit/ trauma, keperawatan selama x24
dehidrasi jam, pengaturan suhu Ukur suhu sesering mungkin / tiap 4 jam
normal, dengan Kriteria
Hasil :
Monitor IWL
Suhu tubuh dalam
rentang normal
Nadi dan RR dalam Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal
Tidak ada Ukur tekanan darah, nadi dan RR
perubahan warna
kulit dan tidak ada
Monitor penurunan tingkat kesadaran
pusing
Periksa WBC, Hb, dan Hct

Monitor intake dan output / balance cairan

Kolaborasi untuk pemberian anti piretik

Lakukan tapid sponge

Kolaborasi pemberian cairan intravena

Kompres pasien pada lipat paha dan aksila dengan air


hangat

Tingkatkan sirkulasi udara

Pengaturan Suhu

Ukur suhu minimal tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

Ukur TD, nadi, dan RR

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan


tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat


panas

Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan


kemungkinan efek negatif dari kedinginan

Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan


penanganan emergency yang diperlukan

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang


diperlukan
6 PK. Hipernatremia Setelah dilakukan asuhan Pantau tanda dan gejala hipernatremia ( Haus, Penurunan
keperawatan selama x24 haluaran urine, Agitasi, Kejang, Edema, Takikardi )
jam, perawat dapat Berikan pengganti cairan sesuai nilai osmolaritas serum
menangani dan Pantau kejang
meminimalkan gejala Pantau berat badan
Hipernatremia Pantau masukan dan pengeluaran (balanc cairan)
7 PK. Hiponatremia Setelah dilakukan asuhan Pantau tanda dan gejala hiponatremia ( letargi, sakit
keperawatan selama x24 kepala, lemah, kejang, mual,muantah, diare )
jam, perawat dapat
menangani dan
Berikan cairan NaCL IV dan jangan teruskan pengobatan
meminimalkan gejala
Hiponatremia dengan diuretik, sesuai program.

PK. Hiperkalemia Setelah dilakukan asuhan Pantau tanda dan gejala hiperkalemia
keperawatan selama ...x24
jam, perawat dapat Batasi makanan dan minuman yang mengandung kadar
menangani dan
kalium yang tinggi
meminimalkan gejala
Hiperkalemia
Lakukan latihan rentang gerak pada ekstremitas untuk
mengurangi kram

Kolaborasi pemberian obat obatan untuk menurunkan


nilai kalium, seperti kalsium IV, Natrium bikarbonat, dan
Resin penukar kation atau Kayexalate
PK. Hipokalemia Setelah dilakukan asuhan Pantau tanda dan gejala hipokalemia
keperawatan selama ..x24
jam, perawat dapat Anjurkan pasien untuk meningkatkan makan yang
menangani dan
mengandung kalium
meminimalkan gejala
hipokalemia
Pantau keadaan pasien

Obsevasi sisi IV terhadap infiltrasi

Jika pengobatan kalium diberikan secara parenteral harus


diencerkan pada dewasa tidak boleh lebih dari 20
mEq/jam.


PK Asidosis Setelah dilakukan asuhan Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik (Pernapasan
Metabolik keperawatan selama x24 cepat dan lambat, Sakit kepala, Mual dan muntah,
jam, perawat dapat Bikarbonat plasma dan pH arteri darah rendah, Perubahan
menangani/ mengurangi tingkah laku dan mengantuk, Kalsium serum meningkat,
gejala asidosis metabolik PCO2 kurang dari 35 40 mmHg, Penurunan HCO3,
Pernapasan cepat dan lambat

Mulai dengan mengganti cairan secara IV sesuai program


tergantung penyebab dasarnya

Kaji tanda dan gejala hipokalsemia, hipokalemia dan


alkalosis setelah asidosisnya terkoreksi

Lakukan koreksi pada pada setiap gangguan


ketidakseimbangan elektrolit sesuai program dokter.
Rujuk ke PK : Ketidakseimbangan elektrolit untuk
intervensi spesifik

Pantau nilai gas darah arteri dan pH urine

PENGERTIAN

Diare adalah buang air besar dengan jumlah feces yang lebih banyak dari biasanya (normal
100-200 ml/jam feces). Dengan feces berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat)
dapat pula disertai frekuensi BAB yang meningkat.

(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi Arief Mansjoer, 2000)

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa
jam sampai 7 atau 14 hari.

(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi Arief Mansjoer, 2000)

Diare adalah BAB encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO/1980).

II. ETIOLOGI

Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain adalah faksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama,
kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kodisi lain.

- Infeksi bakteri : vibrio, escherichia coli, salmonella, shigella, campylobacter, yershinia,


dan lain-lain.

- Infeksi virus : entenevirus, (Virus ECHO, coxsackaie, poliomelitis), adenovirus,


rotovirus, dan lain-lain.

- Infeksi parasit : cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika, gardia lamblia, tricomona
hominis), jamur (candida albicans)

Infeksi diluar alat perncernaan makanan seperti : Otitis media akut (OMA), tansilitis,
aonsilotaringitis, bronco pneumonia, encetalitis

III. MANIFESTASI KLINIS

Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami naurea, muntah, nyeri perut sampai
kejang perut, deman dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan
cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan Biokimiawi seperti asidosis metabolik akan
menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik barat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120x / menit). Tekanan darah
menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin,
kadang sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal menurun
sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul
penyakit berupa nekrosis tubulas akut. Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi
2 golongan :

1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.

2. Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.

Akibat diare

- Dehidrasi.

- Asidosis metabolik.

- Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak.

- Hipoglikemi.

- Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syock.

Derajat dehidrasi

1. Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan BB 2,5 %.

2. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2,5 5 %.

3. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 5 10 %.

4. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB 10 %.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah tepi lengkap.

2. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis, plasma dan
urine.

3. Pemeriksaan urin lengkap.

4. Pemeriksaan feces lengkap dan biakan feces dari colok dubur.

5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.

V. PENATALAKSANAN
Pada anak-anak, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.

4 hal penting yang perlu diperhatikan

a. Jenis cairan.

Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan ringel laktat bila tidak
terjadi dapat diberikan cairan NaCl Isotonik ditambah satu ampul Na bicarbonat 7,5 % 50 m.

b. Jumlah cairan.

Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.

c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan.

Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral / IV.

d. Jadwal pemberian cairan.

Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode Daldiyono diberikan


pada 2 jam pertama. Selanjutnya kebutuhan cairan Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap
pada akhir jam ke tiga.

2. Identifikasi penyebab diare akut karna infeksi.

Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang yang terarah.

3. Terapi simtomatik.

Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti Loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada
infeksi salmonella, shigela dan koletis pseudomembran, karena akan memperburuk diare
yang diakibatkan bakteri entroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri
dengan epithel usus. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti metoklopopomid
dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal.

4. Terapi Definitif

Pemberian edurasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene
perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi
farmakologi. (Kapita Selekta Kedokteran 1 Edisi 2000)

VI. KOMPLIKASI

Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat hilangnya cairan dan
elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium). Pengeluaran urin kurang dari 30
ml / jam selam 2 3 hari berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi dan
anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq / liter (SI : 3 mmol /
L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia jantung (talukardio
atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur) yang dapat
menimbulkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai