Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

PRODI S1 KEPERAWATAN KELAS


NONREGULER
MATA KULIAH KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT TAHUN AKADEMIK 2023/2024

NAMA : Reza Mukhlis Hidayat


NIM : 22142012030
NO SOAL POINT
NILAI
1. Sebutkan 5 pengkajian primer (primary survey) pada instalasi gawat darurat 10
2. Terangkan secara singkat penentuan triage pengelompokan korban 15
berdasarkan berat ringannya cedera dan tindakan minimal yang
dapat dilakukan
3. Terangkan Algoritma alur kerja system triage metode START 15
4. Seorang laki-laki, 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada 20
disertai sesak nafas. Hasil pengkajian pasien tampak meringis, nyeri
skala
7, pasien tampak memegangi dada sebelah kiri, pucat, TD 130/100 mmHg,
frekuensi nadi 102 x/menit, frekuensi nafas 30 x/menit. Apa masalah
keperawatan utama pada pasien tersebut? (penentuan diagnosa
5. Sebutkan beberapa intervensi keperawatan dan luaran untuk masalah 40
keperawatan pada no 4. (penentuan intervensi berdasarkan SIKI dan luaran
berdasarkan SLKI)
Nilai Maksimal 100

JAWABAN :

1. Sebutkan 5 pengkajian primer (primary survey) pada instalasi gawat darurat


Pengkajian primer, atau primary survey, merupakan langkah-langkah evaluasi cepat pada
instalasi gawat darurat untuk menentukan kondisi pasien dan menentukan prioritas intervensi.
Berikut adalah lima langkah dalam pengkajian primer:
1) Penilaian Keselamatan (Safety Assessment):
 Pastikan keamanan pasien dan tim penolong.
 Identifikasi faktor risiko atau potensi bahaya, seperti api, bahan kimia berbahaya, atau
situasi fisik yang dapat membahayakan.
2) Penilaian Respons (Responsiveness Assessment):
 Tentukan apakah pasien responsif atau tidak responsif.
 Lakukan stimulasi ringan, seperti memanggil nama pasien atau memberikan
rangsangan fisik, untuk menilai reaksi.
3) Penilaian Pernapasan (Airway and Breathing Assessment):
 Pastikan bahwa jalur napas (airway) pasien terbuka dan tidak ada hambatan.
 Evaluasi pernapasan pasien, termasuk frekuensi, kedalaman, dan kehadiran suara
abnormal.
4) Penilaian Sirkulasi (Circulation Assessment):
 Periksa tanda-tanda sirkulasi yang adekuat, seperti denyut nadi, warna kulit, dan
kehangatan ekstremitas.
 Evaluasi tanda-tanda syok, seperti kulit pucat, nadi lemah, atau tekanan darah rendah.
5) Evaluasi Disabilitas atau Gangguan Neurologis (Disability Assessment):
 Lakukan penilaian cepat terhadap fungsi neurologis, termasuk tingkat kesadaran,
respons motorik, dan respons sensorik.
 Identifikasi tanda-tanda cedera pada kepala atau leher.

Penting untuk diingat bahwa pengkajian primer ini harus dilakukan dengan cepat dan
dalam urutan yang sistematis untuk memastikan identifikasi cepat dan penanganan
kondisi yang mengancam jiwa. Jika ditemukan masalah atau keadaan darurat, intervensi
segera harus dilakukan untuk menjaga stabilitas pasien.

2. Terangkan secara singkat penentuan triage pengelompokan korban berdasarkan


berat ringannya cedera dan tindakan minimal yang dapat dilakukan
Triage adalah proses penilaian dan pengelompokan korban dalam situasi darurat atau
bencana untuk menentukan prioritas penanganan berdasarkan berat ringannya cedera. Tujuan
utama triage adalah memberikan perawatan dengan cepat kepada mereka yang membutuhkan
penanganan segera. Berikut adalah pendekatan singkat untuk menentukan triage dan tindakan
minimal yang dapat dilakukan:
1) Kategori Triage:
 Prioritas 1 (Merah): Korban dengan cedera berat yang membutuhkan
penanganan segera untuk bertahan hidup. Contohnya adalah korban dengan
pendarahan berat, henti napas, atau syok.
 Prioritas 2 (Kuning): Korban dengan cedera serius, tetapi dapat menunggu
penanganan lebih lanjut. Mereka mungkin memiliki patah tulang atau luka bakar
sedang.
 Prioritas 3 (Hijau): Korban dengan cedera ringan atau tanpa cedera yang
membutuhkan perawatan minimal. Mereka dapat menunggu lebih lama untuk
mendapatkan perhatian medis.
 Prioritas 4 (Hitam): Korban yang tidak dapat bertahan hidup atau membutuhkan
perhatian medis minimal karena cedera sangat berat atau kondisi medis kronis.

2) Tindakan Minimal:
 Prioritas 1 (Merah): Lakukan penanganan segera seperti penghentian
pendarahan, pemulihan jalur napas, dan pemberian oksigen. Segera evakuasi ke
fasilitas medis.
 Prioritas 2 (Kuning): Berikan perawatan intermediate, stabilkan kondisi, dan
siapkan untuk evakuasi. Tetap awasi tanda-tanda vital.
 Prioritas 3 (Hijau): Berikan perawatan ringan atau pertolongan pertama pada
luka ringan. Pastikan korban tetap nyaman dan aman.
 Prioritas 4 (Hitam): Tidak memberikan perawatan medis aktif. Fokus pada upaya
penyelamatan untuk mereka yang masih dapat dibantu.
Triage memerlukan keputusan cepat dan rasional berdasarkan evaluasi cepat kondisi
pasien. Meskipun tindakan minimal dapat dilakukan pada tahap triage, penting untuk
segera merujuk pasien dengan cedera berat ke fasilitas medis yang dapat
memberikan perawatan lebih lanjut. Triage harus selalu diikuti dengan pemantauan
terus-menerus dan penyesuaian prioritas berdasarkan perubahan kondisi korban.

3. Terangkan Algoritma alur kerja system triage metode START


Sistem triage START (Simple Triage and Rapid Treatment) adalah metode triage yang
dirancang untuk memberikan penilaian cepat dan pengelompokan korban berdasarkan tingkat
keparahan cedera. Algoritma ini dimaksudkan untuk digunakan dalam situasi bencana atau
kejadian darurat dengan jumlah korban yang besar. Berikut adalah alur kerja sistem triage
START:
1) Evaluasi Keselamatan:
 Langkah pertama adalah memastikan keselamatan tim penolong dan korban. Pastikan
bahwa tidak ada ancaman langsung terhadap keselamatan.
2) Panggilan Umum:
 Panggilan umum diberikan kepada korban untuk menilai respons kesadaran dan
kemampuan pergerakan. Tim penolong dapat menggunakan perintah sederhana,
seperti meminta korban untuk merespons atau bergerak.
3) Pengelompokan Berdasarkan Respons:
 Korban yang merespons panggilan umum dan mampu bergerak dianggap sebagai
prioritas tinggi (Prioritas 3 - Hijau) karena cedera mereka dianggap ringan atau tidak
ada.
 Korban yang tidak merespons panggilan umum dianggap sebagai prioritas tinggi
(Prioritas 1 - Merah).
4) Evaluasi Pernapasan:
 Korban yang merespons panggilan umum tetapi memiliki masalah pernapasan
dianggap sebagai prioritas tinggi (Prioritas 1 - Merah).
 Korban yang tidak merespons panggilan umum dan tidak bernapas dianggap sebagai
prioritas tertinggi (Prioritas 0 - Hitam).
5) Penanda Penuh Nafas (Respiratory Distress):
 Jika ada banyak korban yang pernapasannya terganggu, gunakan tanda penanda penuh
nafas (misalnya, pita merah) untuk menandai mereka sebagai prioritas tinggi (Prioritas
1 - Merah).
6) Triage Lanjutan:
 Setelah triage awal, tim penolong dapat memberikan tanda tambahan atau
memberikan penanganan lanjutan pada korban dengan prioritas tinggi untuk
memastikan bahwa pasien dengan cedera berat segera mendapatkan perawatan.
7) Evakuasi dan Perawatan Lanjutan:
 Korban dengan prioritas tinggi (Prioritas 1 dan 2) harus segera dievakuasi ke fasilitas
medis dan mendapatkan perawatan lanjutan.
 Korban dengan prioritas rendah (Prioritas 3 - Hijau) dapat menunggu untuk dievakuasi
atau menerima perawatan lebih lanjut sesuai kebutuhan.

Sistem triage START dirancang untuk memberikan penilaian cepat dan sederhana dalam
situasi darurat dengan jumlah korban yang besar. Ini membantu mengidentifikasi korban
dengan cedera berat yang membutuhkan perawatan segera untuk meningkatkan peluang
bertahan hidup.

4. Seorang laki-laki, 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada disertai sesak nafas.
Hasil pengkajian pasien tampak meringis, nyeri skala 7, pasien tampak memegangi dada
sebelah kiri, pucat, TD 130/100 mmHg, frekuensi nadi 102x/menit, frekuensi nafas 30
x/menit. Apa masalah keperawatan utama pada pasien tersebut? (penentuan diagnosa
berdasarkan SDKI)
Berdasarkan pengkajian yang disediakan, masalah keperawatan utama pada pasien tersebut
dapat diidentifikasi sebagai "Nyeri Akut" atau "Angina Pektoris." Berikut adalah pertimbangan
untuk menetapkan diagnosa keperawatan:
1) Nyeri Dada:
 Pasien mengalami nyeri dada dengan tingkat skala 7, yang menunjukkan tingkat
nyeri yang cukup tinggi.
 Pasien tampak meringis dan memegangi dada, tanda-tanda nyeri yang signifikan.
 Nyeri dada seringkali merupakan gejala dari masalah kardiovaskular, seperti angina
pektoris atau infark miokardium.
2) Gejala Sesak Nafas:
 Pasien mengeluh sesak nafas, yang dapat menjadi gejala tambahan dari masalah
kardiovaskular, terutama jika terkait dengan nyeri dada.
3) Pucat dan Vital Sign Tidak Stabil:
 Pasien tampak pucat, yang dapat mengindikasikan penurunan perfusi atau sirkulasi
yang tidak memadai.
 Tekanan darah tinggi (130/100 mmHg) dan frekuensi nadi dan nafas yang
meningkat dapat menunjukkan adanya ketidakstabilan hemodinamik
4) Faktor Risiko Kardiovaskular:
 Pasien adalah laki-laki berusia 45 tahun, usia yang dapat meningkatkan risiko
masalah kardiovaskular.
 Gejala nyeri dada, sesak nafas, dan tanda-tanda vital yang tidak stabil memerlukan
penilaian lebih lanjut dan penanganan segera untuk menentukan apakah pasien
mengalami masalah kardiovaskular akut seperti infark miokardium.

Dengan mempertimbangkan gejala-gejala tersebut, prioritas keperawatan utama pada pasien


ini adalah menangani dan memonitor nyeri dada serta mengidentifikasi dan mengelola
masalah kardiovaskular yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Evaluasi dan
intervensi yang cepat diperlukan untuk mengurangi risiko komplikasi yang lebih lanjut..

5. Sebutkan beberapa intervensi keperawatan dan luaran untuk masalah keperawatan pada
no 4. (penentuan intervensi berdasarkan SIKI dan luaran berdasarkan SLKI)
Untuk masalah keperawatan "Nyeri Akut" atau "Angina Pektoris" pada pasien dengan
gejala nyeri dada, sesak nafas, dan tanda-tanda vital yang tidak stabil, beberapa intervensi
keperawatan dan luaran yang mungkin dilakukan adalah:
1) Intervensi Keperawatan:
a. Pengelolaan Nyeri:
 Berikan analgesik atau obat antiangina sesuai protokol.
 Monitor skala nyeri untuk mengevaluasi efektivitas pengelolaan nyeri.
b. Pemantauan Tanda-tanda Vital:
 Monitor tekanan darah, nadi, dan frekuensi nafas secara teratur.
 Pantau saturasi oksigen untuk mengevaluasi fungsi respirasi.
c. Stabilisasi Hemodinamik:
 Jaga kestabilan hemodinamik dengan memantau tekanan darah dan frekuensi
nadi.
 Berikan terapi untuk mengendalikan tekanan darah jika diperlukan.
d. Oksigenasi:
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk memastikan pasien mendapatkan
oksigenasi yang adekuat.
e. Pemantauan Elektrokardiogram (EKG):
 Lakukan EKG untuk menilai aktivitas listrik jantung dan mengidentifikasi
perubahan iskemik atau infark.
f. Edukasi Pasien:
 Sampaikan informasi kepada pasien tentang kondisi kardiovaskularnya dan
rencana perawatan yang direncanakan.

2) LUARAN (OUTCOME):
a. Pengurangan Nyeri:
 Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri pada skala nyeri.
b. Stabilisasi Tanda-tanda Vital:
 Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi nafas) stabil dalam batas
normal.
c. Perbaikan Fungsi Respirasi:
 Pasien mengalami perbaikan dalam fungsi respirasi dan tidak lagi mengeluh
sesak nafas.
d. Pemantauan EKG yang Stabil:
 Hasil EKG menunjukkan aktivitas listrik jantung yang stabil tanpa perubahan
iskemik yang signifikan.
e. Kepuasan Pasien dan Keluarga:
 Pasien dan keluarga merasa puas dengan informasi yang diberikan dan merasa
terlibat dalam perencanaan perawatan.
f. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan:
 Terlibat dalam kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menentukan rencana
perawatan jangka panjang dan tindak lanjut pasien.
g. Keamanan dan Kesejahteraan Pasien:
 Pasien mengalami peningkatan keamanan dan kesejahteraan setelah penanganan
dan intervensi yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai