PENDAHULUAN
2. RUMUSAN MASALAH
2. 1. AKTUALISASI PANCASILA.
Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul betul ada, terjadi, atau
sesungguhnya.
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai nilai Pancasila benar benar dapat
tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan
pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa.
Nilai nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat
universal, tetap dan tak berubah. Nilai nilai tersebut dapat dijabarkan dalam
setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma norma,
baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma norma moral yang harus
dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu : Aktualisasi objektif
dan aktualisasi subjektif.
1. Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk
realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif,
eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya.
2. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap pribadi,
perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap
penguasa, dan setiap orang Indonesia.
2. 3. BUDAYA AKADEMIK.
3. BATASAN MASALAH
Disini di bahas tentang penjabaran pancasila sebagai paradigma reformasi, dan
penerapan Pancasila khususnya di ruang lingkup Akademik.
4.2. Tujuan
Sehingga pembuatan makalah ini kami tujukan agar kita dapat belajar bersama
mengenai aplikasi pancasila didalam kehidupan akademik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. AKTUALISASI PANCASILA
Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul betul ada, terjadi, atau
sesungguhnya. Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai nilai Pancasila benar -
benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari
aparatur dan pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa. Nilai nilai Pancasila yang
bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tak berubah.
Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara
dan dalam wujud norma norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma-
norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara
Indonesia.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi obyektif
dan subyektif. Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai
bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif,
eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya
seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang,
GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.
Aktualisasi Pancasila subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu
terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.
Aktualisasi yang subyektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat
penyelenggara negara, penguasa negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan
politik perlu mengawasi diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan
sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
Penelitian adalah suatu kegiatan telaah yang taat kaidah, bersifat obyektif
dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan menyelesaikan masalah dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian. Dalam suatu kegiatan penelitian seluruh unsur
dalam penelitian senantiasa mendasarkan pada suatu paradigma tertentu, baik
permasalahan, hipotesis, landasan teori maupun metode yang dikembangkannya.
Dalam khasanah ilmu pengetahuan terdapat berbagai macam bidang ilmu
pengetahuan yang masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri, karena
paradigma yang berbeda. Bahkan dalam suatu bidang ilmu terutama ilmu sosial,
antropologi dan politik terdapat beberapa pendekatan dengan paradigma yang
berbeda, misalnya pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
Dasar-dasar nilai dalam Pancasila menjiwai moral peneliti sehingga suatu
penelitian harus bersifat obyektif dan ilmiah. Seorang peneliti harus berpegangan pada
moral kejujuran yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan. Suatu hasil
penelitian tidak boleh karena motivasi uang, kekuasaan, ambisi atau bahkan
kepentingan primordial tertentu. Selain itu asas manfaat penelitian harus demi
kesejahteraan umat manusia, sehingga dengan demikian suatu kegiatan penelitian
senantiasa harus diperhitungkan manfaatnya bagi masyarakat luas serta peningkatan
harkat dan martabat kemanusiaan.
3. BUDAYA AKADEMIK
Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan
dan integritas ilmiah. Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa
mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan
tinggi. Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik sebagai
berikut :
3.1. Kritis,
Senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya
diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian.
3.2. Kreatif,
Senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang
baru dan bermanfaat bagi masyarakat.
3.3. Obyektif,
Kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada suatukebenaran
ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau ambisi pribadi.
3.4. Analitis,
Suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah yang merupakan
suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.
3.5. Konstruktif,
Harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas
kemanfaatan bagi masyarakat.
3.6. Dinamis,
Ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembangkan terus-menerus.
3.7. Dialogis,
Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus
memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan diri, melakukan kritik
serta mendiskusikannya.
3.8. Menerima kritik,
Sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu setiap insan akademik senantiasa
bersifat terbuka terhadap kritik.
3.9. Menghargai prestasi ilmiah/akademik,
Masyarakat intelektual akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi
dari suatu kegiatan ilmiah.
3.10. Bebas dari prasangka,
Budaya akademik harus mengembangkan moralitas ilmiah yaitu harus mendasarkan
kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah.
3.11. Menghargai waktu,
Senantiasa memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, terutama demi
kegiatan ilmiah dan prestasi.
3.12. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah,
Memiliki karakter ilmiah sebagai inti pokok budaya akademik.
3.13. Berorientasi ke masa depan,
Mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan suatu perhitungan
yang cermat, realistis dan rasional.
4. KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM.
1. CONTOH KASUS
Tawuran antardua kelompok mahasiwa di
Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar,
Sulawesi Selatan, Selasa (15/11) reda. Polisi
telah berhasil mengamankan kampus, dan
mensterilkan area sekitar kampus. Tawuran
yang melibatkan mahasiswa Fakultas Teknik
(FT) dan Fakultas Kehutanan (FKeh) tak jelas
ujung pangkalnya. Sebab, masing-masing
kelompok memberi keterangan versi masing-
masing. Menurut informasi yang diterima
Reporter Metro TV, Rachel Marimbuna, mahasiswa FT menyebut, tawuran dipicu
setelah Mahasiswa Baru (Maba) FT diganggu Mahasiswa Lama (Mala/senior)
Fkehutanan. Namun, mahasiswa FKeh menyebut, justru Maba FKeh lah yang diejek,
kemudian dikeroyok mahasiswa senior FT.
Insiden pertama terjadi Senin (14/11) petang. Tawurang diawali aksi saling ejek.
Kemudian, sekitar pukul 19.00 WIta, tawuran pecah. Kemudian mahasiswa FT diduga
membakar ruangan kuliah milik Fkeh. Parahnya, tawuran tersebut tak hanya melibatkan
senior, melainkan maba dan mahasiswa fakultas lain. Mereka saling lempar batu, dan
benda tumpul lain. Akibatnya, puluhan mahasiswa terluka. Saat ini, polisi sudah berada
di area kampus Unhas. Meski mengaku terlambat, polisi sudah berhasil mengamankan
kampus. Selain itu, Retorak Unhas sudah meminta mahasiswa meninggalkan kampus
tepat pukul 18.00 Wita.1
1
http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/11/15/139812/Tawuran-Mahasiswa-Unhas-
Berhenti
2. PEMBAHASAN
Indonesia dalam melaksanakan reformasi dewasa ini, agenda yang mendesak
untuk diwujutkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang-
undangan. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, oleh karena
itu dalam rangka melakukan penataan negara untuk mewujudkan masyarakat yang
demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok
segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum.
Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka
harus dilakukan pengembangan hukum positif.
Dalam reformasi bidang hukum, bangsa Indonesia telah mewujudkan undang-
undang Hak Asasi Manusia yaitu UU No. 39 Th. 1999. Sebagai terkandung dalam
konsideran bahwa yang di maksud hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan kebenaran manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa
dan merupakan anugrah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Di samping hak asasi manusia, undang-undang ini juga
menentukan kewajiban manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran
mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral
force? Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan
teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah
bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dalam penegakkan hak asasi manusia tersebut
mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat obyektif dan benar-benar
berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia, bukan karena
kepentingan politik terutama kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan
internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Didalam contoh kasus di atas di perlihatkan bahwa aktualisasi pancasila belum
sepenuhnya terimplementasikan, terutama di dalam kehidupan akademik, padahal di
ketahui bahwa kehidupan kampus sebagai kekuatan moral utama sebagai dasar
pengembangan hukum dan HAM, tapi dalam kenyataanya hal ini masih jauh dari yang
kita harapkan.
Kehidupan kampus masih di warnai dengan tindak anarkis dan kesewenang
wenangan, hanya dengan kasus sepele, seperti saling ejek sudah dapat memicu
tindakan yang lebih luas seperti contoh kasus di atas, hal ini membuktikan kurangnya
kesadaran dari masyarakat akdemik, terutama para mahasiswa akan pentingnnya peran
pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di dalam kehidupan kampus.
2. SARAN
Sebenarnya hal seperti di atas dapat di hindarkan, asalkan kita sebagai
mahasiswa menerapkan pancasila dalam kehidupan dikampus, namun juga tak terlepas
bagi para pengajar untuk tetap memberikan wawasan mengenai pancasila sebagai
dasar pengembangan hukum dan HAM di Indonesia, dan di dalam kehidupan kampus
terkhususnya, kurangnya perhatian dari pihak akademik dan pemerintah dalam
pengimplementasian pancasila dapat juga memicu hal ini dapat terjadi.
Namun tak kalah pentingnya juga implementasi pancasila di ajarkan juga di
dalam kehidupan keluarga, karena keluarga adalah dasar dari perkembangan moral
dasar dari seorang anak, mahasiswa pada khususnya.
Sehingga menurut pendapat kami, mengapa hal seperti tawuran antar
mahasiswa ini dapat terjadi harusnya menjadi koreksi dari semua pihak dari akademik
sebagai penyelenggara pendidikan, dari pemerintah sebagai pengawas pendidikan, dan
terutama dari keluarga sebagai pembentuk moral dasar seseorang.
Jadi marilah kita, sebagai mahasiswa yang sedang menjalankan proses
pendidikan hendaknya mengambil contoh dari kasus di atas, dan menghindarkan hal ini
terjadi di dalam lingkungan kampus kita.
Daftar Pustaka
1. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/computer-science-and-information/information-
system-s1-1/pendidikan-pancasila/aktualisasi-pancasila-di-perguruan-tinggi
3. http://nenu666.blogspot.com/2011/12/moral-force-pancasila.html
4. http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/11/15/139812/Tawuran-Mahasiswa-
Unhas-Berhenti
KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN
HUKUM DAN HAM
Di susun oleh :