Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan
jaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal
yang dinamis. Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan
oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan didalamnya,
maka dari itu dari apa yang telah diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada
baiknya berdasar pada nilai-nilai yang menjadi tolak ukur kesetaraan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yaitu pancasila.
Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai
tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, guna melaksanakan
pembangunan nasional, reformasi, dan pendidikan pada khususnya.
Sehingga di dalam kehidupan Akademik, pancasila sangat diperlukan
peranannya, baik dari SD, SMP, SMA, maupun ketika berada di bangku perguruan
tinggi, karena ketika kita di dalam kehidupan kampus, aliran informasi dan teknologi
sangatlah terasa perkembangannya baik itu bersifat positif maupun negatif, maka dari
itu di butuhkanlah pendidikan pancasila, guna untuk menjaga para mahasiswa agar
menjadi mahasiswa berilmu tapi juga bermoral.

2. RUMUSAN MASALAH

2. 1. AKTUALISASI PANCASILA.
Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul betul ada, terjadi, atau
sesungguhnya.
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai nilai Pancasila benar benar dapat
tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan
pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa.
Nilai nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat
universal, tetap dan tak berubah. Nilai nilai tersebut dapat dijabarkan dalam
setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma norma,
baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma norma moral yang harus
dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu : Aktualisasi objektif
dan aktualisasi subjektif.
1. Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk
realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif,
eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya.
2. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap pribadi,
perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap
penguasa, dan setiap orang Indonesia.

2. 2. TRIDARMA PERGURUAN TINGGI.

Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah Negara


Pancasila diarahkan untuk membentuk manusia manusia pembangunan yang
berjiwa Pancasila, membentuk manusia manusia Indonesia yang sehat
jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur,
mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia.
Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pendidikan dan pegajaran di atas perguruan tingkat
menengah berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang
meliputi : pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan Tinggi.
Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain
diarahkan untuk menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik
mahasiswa untuk berjiwa penuh pengabdian serta memiliki tanggung jawab
yang besar pada masa depan bangsa dan Negara, serta menggiatkan
mahasiswa, sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan
pengembangan daerah.

2. 3. BUDAYA AKADEMIK.

Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang


mendukungnya.
Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh masyarakat akademik
yang bersangkutan.
Pancasila merupakan nilai luhur bangsa Indonesia.
Masyarakat akademik di manapun berada, hendaklah perkembangannya dijiwai
oleh nilai budaya yang berkembang di lingkungan akademik yang bersangkutan.
Suatu nilai budaya yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja
sama, santun, mencintai kemajuan ilmu dan teknologi, serta mendorong
berkembangnya sikap mencintai seni.

2. 4. KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM.

Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian


masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai
nilai luhur.
Kampus merupakan wadah perkembangan nilai nilai moral, di mana seluruh
warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang
tinggi dan dijiwai oleh pancasila.
Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan kekuatan
moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai kebenaran dan
keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

3. BATASAN MASALAH
Disini di bahas tentang penjabaran pancasila sebagai paradigma reformasi, dan
penerapan Pancasila khususnya di ruang lingkup Akademik.

4. MAKSUD DAN TUJUAN


4.1. Maksud
Dengan makalah ini kami bermaksud memuat suatu pembelajaran mengenai
aktualisasi Pancasila didalam dunia akademik karena kami melihat masih belum banyak
pengaplikasian Pancasila didalam kehidupan akademik baik itu dari segi pengajar
terkhususkan lagi bagi para pelajar.

4.2. Tujuan
Sehingga pembuatan makalah ini kami tujukan agar kita dapat belajar bersama
mengenai aplikasi pancasila didalam kehidupan akademik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. AKTUALISASI PANCASILA

Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul betul ada, terjadi, atau
sesungguhnya. Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai nilai Pancasila benar -
benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari
aparatur dan pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa. Nilai nilai Pancasila yang
bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tak berubah.
Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara
dan dalam wujud norma norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma-
norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara
Indonesia.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi obyektif
dan subyektif. Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai
bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif,
eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya
seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang,
GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.
Aktualisasi Pancasila subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu
terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.
Aktualisasi yang subyektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat
penyelenggara negara, penguasa negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan
politik perlu mengawasi diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan
sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

2. TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

Pendidikan Tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan menara


gading yang jauh dari kepentingan masyarakat melainkan senantiasa mengemban dan
mengabdi kepada masyarakat. Menurut PP No. 60 Th. 1999, perguruan tinggi memiliki
tiga tugas pokok yang disebut Tridharma Perguruan Tinggi, yang meliputi :
2.1. Pendidikan Tinggi
Lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas melaksanakan pendidikan untuk
menyiapkan, membentuk dan menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Tugas
pendidikan tinggi adalah :
2.1.a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
2.1.b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Pengembangan ilmu di perguruan tinggi bukanlah value free (bebas nilai), melainkan
senantiasa terikat nilai yaitu nilai ketuhahan dan kemanusiaan. Oleh karena itu
pendidikan tinggi haruslah menghasilkan ilmuwan, intelektual serta pakar yang
bermoral ketuhanan yang mengabdi pada kemanusiaan.
2.2. Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan telaah yang taat kaidah, bersifat obyektif
dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan menyelesaikan masalah dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian. Dalam suatu kegiatan penelitian seluruh unsur
dalam penelitian senantiasa mendasarkan pada suatu paradigma tertentu, baik
permasalahan, hipotesis, landasan teori maupun metode yang dikembangkannya.
Dalam khasanah ilmu pengetahuan terdapat berbagai macam bidang ilmu
pengetahuan yang masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri, karena
paradigma yang berbeda. Bahkan dalam suatu bidang ilmu terutama ilmu sosial,
antropologi dan politik terdapat beberapa pendekatan dengan paradigma yang
berbeda, misalnya pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
Dasar-dasar nilai dalam Pancasila menjiwai moral peneliti sehingga suatu
penelitian harus bersifat obyektif dan ilmiah. Seorang peneliti harus berpegangan pada
moral kejujuran yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan. Suatu hasil
penelitian tidak boleh karena motivasi uang, kekuasaan, ambisi atau bahkan
kepentingan primordial tertentu. Selain itu asas manfaat penelitian harus demi
kesejahteraan umat manusia, sehingga dengan demikian suatu kegiatan penelitian
senantiasa harus diperhitungkan manfaatnya bagi masyarakat luas serta peningkatan
harkat dan martabat kemanusiaan.

2.3. Pengabdian kepada Masyarakat

Pengabdian kepada masyarakat adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan


ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kema Realisasi
pengabdian kepada masyarakat dengan sendirinya disesuaikan dengan ciri khas, sifat
serta karakteristik bidang ilmu yang dikembangkan oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan.
Aktualisasi pengabdian kepada masyarakat ini pada hakikatnya merupakan
suatu aktualisasi pengembangan ilmu pengetahuan demi kesejahteraan umat manusia.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebenarnya merupakan suatu aktualisasi
kegiatan masyarakat ilmiah perguruan tinggi yang dijiwai oleh nilai-nilai ketuhanan dan
kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

3. BUDAYA AKADEMIK
Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan
dan integritas ilmiah. Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa
mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan
tinggi. Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik sebagai
berikut :
3.1. Kritis,
Senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya
diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian.
3.2. Kreatif,
Senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang
baru dan bermanfaat bagi masyarakat.
3.3. Obyektif,
Kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada suatukebenaran
ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau ambisi pribadi.
3.4. Analitis,
Suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah yang merupakan
suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.
3.5. Konstruktif,
Harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas
kemanfaatan bagi masyarakat.
3.6. Dinamis,
Ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembangkan terus-menerus.
3.7. Dialogis,
Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus
memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan diri, melakukan kritik
serta mendiskusikannya.
3.8. Menerima kritik,
Sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu setiap insan akademik senantiasa
bersifat terbuka terhadap kritik.
3.9. Menghargai prestasi ilmiah/akademik,
Masyarakat intelektual akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi
dari suatu kegiatan ilmiah.
3.10. Bebas dari prasangka,
Budaya akademik harus mengembangkan moralitas ilmiah yaitu harus mendasarkan
kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah.
3.11. Menghargai waktu,
Senantiasa memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, terutama demi
kegiatan ilmiah dan prestasi.
3.12. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah,
Memiliki karakter ilmiah sebagai inti pokok budaya akademik.
3.13. Berorientasi ke masa depan,
Mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan suatu perhitungan
yang cermat, realistis dan rasional.
4. KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM.

Masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan budaya akademik, terutama untuk


tidak terjebak pada politik praktis dalam arti terjebak pada legitimasi kepentingan
penguasa. Hal ini bukan berarti masyarakat kampus tidak boleh berpolitik, melainkan
masyarakat kampus harus benar-benar berpegang pada komitmen moral yaitu pada
suatu tradisi kebenaran objektif.
4.1. Kampus sebagai Sumber Pengembangan Hukum
Dalam rangka bangsa indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu
agenda yang sangat mendesak untuk diwujudkan adalah reformasi dalam bidang
hukum dan peraturan perundang-undangan.
Sesuai dengan tertib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum
harus seruai dengan tertib hukum Indonesia. Berdasarkan tertib hukum Indonesia maka
dalam pengembangan hukum positif di Indonesia, maka dasar filsafat negara
merupakan sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini
berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. III/MPR/2000. Namun perlu
disadari bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional, adalah sumber
materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam
penyusunan hukum positif di Indonesia nilai Pancasila sebagai sumber materi,
konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilah hukum Tuhan
(sila I), nilai yang terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan
hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai
demokrasi yang bertumgu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan
nilai keadilan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V).
Selain ini tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum
aspirasi dan realitas kehidupan masyarakan dan rakyat adalah merupakan sumber
materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum.
4.2. Kampus sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hak Asasi Manusia
Sebagaimana dibahas di muka bahwa dalam reformasi dewasa ini bangsa
Indonesia telah mewujudkan Undang-Undang Hak Asasi Manusia yaitu UU Republik
Indonesia No. 39 Tahun 1999. Sebagaimana terkandung dalam Konsiderasi, bahwa yang
dimaksud dengan Hak Asasi Manusia adalah, seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan dilindungi
oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Di samping hak asasi manusia, UU No. 39
Tahun 1999 tersebut juga menentukan Kewajiban Dasar Manusia, yaitu seperangkat
kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan
tegaknya hak asasi manusia.
Dalam penegakan HAM tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral harus
bersifat objektif, dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan
martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuatan
politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara
Indonesia.
BAB III
KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM DENGAN
PANCASILA SEBAGAI DASARNYA

1. CONTOH KASUS
Tawuran antardua kelompok mahasiwa di
Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar,
Sulawesi Selatan, Selasa (15/11) reda. Polisi
telah berhasil mengamankan kampus, dan
mensterilkan area sekitar kampus. Tawuran
yang melibatkan mahasiswa Fakultas Teknik
(FT) dan Fakultas Kehutanan (FKeh) tak jelas
ujung pangkalnya. Sebab, masing-masing
kelompok memberi keterangan versi masing-
masing. Menurut informasi yang diterima
Reporter Metro TV, Rachel Marimbuna, mahasiswa FT menyebut, tawuran dipicu
setelah Mahasiswa Baru (Maba) FT diganggu Mahasiswa Lama (Mala/senior)
Fkehutanan. Namun, mahasiswa FKeh menyebut, justru Maba FKeh lah yang diejek,
kemudian dikeroyok mahasiswa senior FT.
Insiden pertama terjadi Senin (14/11) petang. Tawurang diawali aksi saling ejek.
Kemudian, sekitar pukul 19.00 WIta, tawuran pecah. Kemudian mahasiswa FT diduga
membakar ruangan kuliah milik Fkeh. Parahnya, tawuran tersebut tak hanya melibatkan
senior, melainkan maba dan mahasiswa fakultas lain. Mereka saling lempar batu, dan
benda tumpul lain. Akibatnya, puluhan mahasiswa terluka. Saat ini, polisi sudah berada
di area kampus Unhas. Meski mengaku terlambat, polisi sudah berhasil mengamankan
kampus. Selain itu, Retorak Unhas sudah meminta mahasiswa meninggalkan kampus
tepat pukul 18.00 Wita.1

1
http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/11/15/139812/Tawuran-Mahasiswa-Unhas-
Berhenti
2. PEMBAHASAN
Indonesia dalam melaksanakan reformasi dewasa ini, agenda yang mendesak
untuk diwujutkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang-
undangan. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, oleh karena
itu dalam rangka melakukan penataan negara untuk mewujudkan masyarakat yang
demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok
segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum.
Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka
harus dilakukan pengembangan hukum positif.
Dalam reformasi bidang hukum, bangsa Indonesia telah mewujudkan undang-
undang Hak Asasi Manusia yaitu UU No. 39 Th. 1999. Sebagai terkandung dalam
konsideran bahwa yang di maksud hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan kebenaran manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa
dan merupakan anugrah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Di samping hak asasi manusia, undang-undang ini juga
menentukan kewajiban manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran
mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral
force? Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan
teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah
bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dalam penegakkan hak asasi manusia tersebut
mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat obyektif dan benar-benar
berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia, bukan karena
kepentingan politik terutama kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan
internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN
Didalam contoh kasus di atas di perlihatkan bahwa aktualisasi pancasila belum
sepenuhnya terimplementasikan, terutama di dalam kehidupan akademik, padahal di
ketahui bahwa kehidupan kampus sebagai kekuatan moral utama sebagai dasar
pengembangan hukum dan HAM, tapi dalam kenyataanya hal ini masih jauh dari yang
kita harapkan.
Kehidupan kampus masih di warnai dengan tindak anarkis dan kesewenang
wenangan, hanya dengan kasus sepele, seperti saling ejek sudah dapat memicu
tindakan yang lebih luas seperti contoh kasus di atas, hal ini membuktikan kurangnya
kesadaran dari masyarakat akdemik, terutama para mahasiswa akan pentingnnya peran
pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di dalam kehidupan kampus.

2. SARAN
Sebenarnya hal seperti di atas dapat di hindarkan, asalkan kita sebagai
mahasiswa menerapkan pancasila dalam kehidupan dikampus, namun juga tak terlepas
bagi para pengajar untuk tetap memberikan wawasan mengenai pancasila sebagai
dasar pengembangan hukum dan HAM di Indonesia, dan di dalam kehidupan kampus
terkhususnya, kurangnya perhatian dari pihak akademik dan pemerintah dalam
pengimplementasian pancasila dapat juga memicu hal ini dapat terjadi.
Namun tak kalah pentingnya juga implementasi pancasila di ajarkan juga di
dalam kehidupan keluarga, karena keluarga adalah dasar dari perkembangan moral
dasar dari seorang anak, mahasiswa pada khususnya.
Sehingga menurut pendapat kami, mengapa hal seperti tawuran antar
mahasiswa ini dapat terjadi harusnya menjadi koreksi dari semua pihak dari akademik
sebagai penyelenggara pendidikan, dari pemerintah sebagai pengawas pendidikan, dan
terutama dari keluarga sebagai pembentuk moral dasar seseorang.
Jadi marilah kita, sebagai mahasiswa yang sedang menjalankan proses
pendidikan hendaknya mengambil contoh dari kasus di atas, dan menghindarkan hal ini
terjadi di dalam lingkungan kampus kita.
Daftar Pustaka

1. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/computer-science-and-information/information-
system-s1-1/pendidikan-pancasila/aktualisasi-pancasila-di-perguruan-tinggi

2. Buku Pendidikan Pancasila Penerbit: GUNADARMA


http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_10261/title_kampus-sebagai-
pengembang-ham/

3. http://nenu666.blogspot.com/2011/12/moral-force-pancasila.html

4. http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/11/15/139812/Tawuran-Mahasiswa-
Unhas-Berhenti
KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN
HUKUM DAN HAM

Di susun oleh :

1. Dea Lestari (160523610820)


2. Evani Nurul Achmad (160523610875)
3. Galoh Noor Fajri (160523601790)
4. Ria Setiorini (160523610890)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM S1 TEKNIK SIPIL
MALANG
2016

Anda mungkin juga menyukai