Analitik 5.1
Analitik 5.1
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi reduksi oksidasi. Pada
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat (KMnO 4).
Percobaan Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel. Adapun bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe (dalam
percobaan ini digunakan (FeCl3), kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, asam oksalat
(H2C2O4) 0,05 N, asam sulfat (H2SO4) 1 N, asam fosfat (H3PO4) 85%, dan aquadest. Alat-
alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, corong, statif, klem, erlenmeyer,
termometer, gelas ukur, pipet tetes, bunsen, kaki tiga, kasa penangas air, penangas air
dan beaker glass. Proses pertama dari percobaan ini adalah menyiapkan larutan KMnO4.
KMnO4 yang digunakan sebanyak 0,79 gram dalam 100 ml aquadest. Setelah itu,
dilakukan standarisasi kalium permanganat (KMnO4) dengan cara menitrasi asam
oksalat, dan kemudian dilakukan proses penentuan kadar Fe dengan cara menitrasi
sampel dengan menggunakan kalium permanganat (KMnO4). Dari percobaan ini
diperoleh konsentrasi KMnO4 pada standarisasi adalah0,0375 N, persen ralat yang
diperoleh adalah 25% dimana konsentrasi KMnO4 pada penugasan adalah 0,05N. Pada
perhitungan kadar Fe diperoleh konsentrasi Fe dari sampel adalah 0,00167 N, persen
ralat yang diperoleh adalah 83,3% dimana konsentrasi FeCl3 pada penugasan adalah
0,01 N.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4.2 Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar
primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi(III) yang diproduksi
selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh
permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran
besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang
lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara
bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari
As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut larutan
pencegah, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam larutan
asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan
konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa
reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan
oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya
lebih jelas(Abdillah, 2012).
3.1 Bahan
3.1.1 Kalium Permanganat (KMnO4)
Fungsi :sebagai larutan penitrasi
A. SifatFisika
1. Berat molekul : 158,03 gr/mol
2. Densitas : 2,7 gr/cm3
3. Berwarna ungu tua
4. Bentuk fisika : padat
5. Tidak berbau
B. Sifat Kimia
1. Sangat reaktif dengan senyawa organik.
2. Merupakan oksidator yang kuat.
3. Garam mangan di udara mengoksidasi SO2menjadi SO3.
4. Dapat menyebakan iritasi.
5. Hasil degradasi kurang berbahaya dibandingkan dengan KMnO4 itu sendiri.
(ScienceLab, 2013d)
B. Sifat Kimia
1. Tidak dapat terbakar.
2. Bersifat korosif
3. Merupakan cairan beracun.
4. Bersifat higroskopis.
5. Bereaksi hebat dengan air.
(ScienceLab, 2013e)
B. Sifat Kimia
1. Bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen.
2. Melepas panas ketika bereaksi dengan alkohol, glikol, aldehid, dan amida.
3. Bersifat korosif.
4. Campuran dengan nitro metana bersifat eksplosif.
5. Sangat korosif dengan adanya aluminium.
(ScienceLab, 2013c)
B. Sifat Kimia
1. Hasil degradasi lebih berbahaya dari produk awal.
2. Peningkatan suhu atau tekanan dapat menjadikan FeCl3 reaktif.
3. Bersifat korosif.
4. Dapat bereaksi hebat dengan air melepaskan gas beracun.
5. Dapat menyebabakan iritasi.
(ScienceLab, 2013a)
B. Sifat Kimia
1. Tidak bersifat korosif
2. Tidak menyebabkan iritasi
3. Tidak berbahaya
4. Tidak beracun
5. Merupakan produk yang stabil
(ScienceLab, 2013f)
3.2 Alat
3.2.1 Nama Alat dan Fungsi
1. Buret
Fungsi :untuk menitrasi sampel.
2. Statif dan klem
Fungsi :sebagai tempat menggantungkan/ menjepit buret.
3. Penangas
Fungsi :untuk memanaskan larutan.
4. Termometer
Fungsi :untuk mengukur suhu larutan yang dipanaskan.
5. Gelas ukur
Fungsi :untuk mengukur volume bahan yang akan digunakan.
6. Erlenmeyer
Fungsi :sebagai tempat larutan yang akan dititrasi.
7. Beaker glass
Fungsi :sebagai wadah untuk bahan-bahan yang digunakan.
8. Pipet tetes
Fungsi :untuk mengambil zat dalam jumlah kecil.
9. Corong
Fungsi :sebagai alat bantu untuk menuang ke gelas ukur atau buret
10. Bunsen
Fungsi: sebagais umber api dalam pemanasan larutan.
11. Kasa penangas air
Fungsi :sebagai penghantar panas dari spiritus ke erlenmeyer agar tidak berkontak
langsungdenganerlenmeyer.
12. Neraca Digital
Fungsi :sebagai alat untuk menimbang sampel maupun endapan.
13. Batang Pengaduk
Fungsi : sebagai alat untuk mengaduk larutan.
14. Spatula
Fungsi : sebagai alat untuk mengambil bahan berupa padatan
Rata-
10 ml 10 ml 2 ml 1,67 ml
rata
4.2 Pembahasan
Pembuatan larutan KMnO4 0,05 N, yaitu dengan melarutkan 0,79 gram dalam 100 ml air
dengan persamaan reaksi:
MnO4- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O (Arga, 2011).
Pada penugasan konsentrasi KMnO4 sebesar 0,05 N, dan pada praktikum didapat
konsentrasi KMnO4sebesar 0,0375 N,Pada percobaan standarisasi larutan KMnO4 didapat ralat
sebesar 25%. Ralat yang sangat besar ini terjadi karena kurang telitinya praktikan dalam
melakukan titrasi dan perhitungan.
Pada penentuan kadar Fe dari larutan FeCl3 0,01 N, Pada penugasan konsentrasi Fe sebesar
0,01 N, dan pada praktikum didapat konsentrasi Fe sebesar 0,00167 N, dan persen ralat Fe
adalah 83,33% dari larutan sampel. Besarnya persen ralat yang didapat, dapat disebabkan oleh
banyak hal. Persamaan reaksi antara sampel Fe dengan larutan KMnO4 adalah sebagai berikut:
5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+ 5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O (Arga, 2011).
Besarnya persen ralat yang diperoleh disebabkan oleh:
1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena
sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan
presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa, sehingga menyebabkan
reaksi:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. Titrasi permanganometri harus berlangsung dalam suasana asam karena reaksi tersebut tidak
terjadi bolak balik.
2. Larutan KMnO4 berperan sebagai auto-indikator karena larutan KMnO4 dapat menyebabkan
perubahan warna pada larutan yang dititrasi ketika mencapai kesetimbangan titrasi.
3. Pembuatan larutan KMnO4 0,05 N, yaitu dengan melarutkan 0,79 gram dalam 100 ml air.
4. Larutan KMnO4 distandarisasi dengan asam oksalat dan asam sulfat pada suhu 75oC,
sehinggga diperoleh konsentrasi KMnO4 adalah sebesar 0,0375 N dan konsentrasi penugasan
0,05N sehingga persen ralat sebesar 25%.
5. Konsentrasi Fe adalah sebesar 0,00167 N dan konsentrasi penugasan 0,01 N sehingga persen
ralatnya 83,33%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikan selanjutnya adalah:
1. Praktikan hendaknya menjaga agar larutan KMnO4 tidak tersinari oleh sinar matahari
berhubung KMnO4bereaksi secara langsung dengan sinar matahari.
2. Praktikan hendaknya menutup beaker-glass dengan aluminium foil saat memanaskan larutan
KMnO4agar cepat mendidih dan larutan KMnO4 tidak berkurang jumlahnya karena menguap.
3. Praktikan hendaknya menutup buret pada waktu larutan KMnO4 didalamnya karena
KMnO4 mudah teroksidasi.
4. Pada saat pengukuran suhu, termometer tidak boleh menyentuh dasar beaker glass untuk
menghindari kesalahan pada pembacaan suhu.
Sebaiknya penentuan kadar besinya tidak hanya dilakukan secara permanganometri saja
tetapi dapat dilakukan dengan titrasi redoks lainnya seperti iodimetri atau dikromatometri,
sehingga pengetahuan praktikan dapat bertambah.
DAFTAR PUSTAKA