Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi reduksi oksidasi. Pada
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat (KMnO 4).
Percobaan Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel. Adapun bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe (dalam
percobaan ini digunakan (FeCl3), kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, asam oksalat
(H2C2O4) 0,05 N, asam sulfat (H2SO4) 1 N, asam fosfat (H3PO4) 85%, dan aquadest. Alat-
alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, corong, statif, klem, erlenmeyer,
termometer, gelas ukur, pipet tetes, bunsen, kaki tiga, kasa penangas air, penangas air
dan beaker glass. Proses pertama dari percobaan ini adalah menyiapkan larutan KMnO4.
KMnO4 yang digunakan sebanyak 0,79 gram dalam 100 ml aquadest. Setelah itu,
dilakukan standarisasi kalium permanganat (KMnO4) dengan cara menitrasi asam
oksalat, dan kemudian dilakukan proses penentuan kadar Fe dengan cara menitrasi
sampel dengan menggunakan kalium permanganat (KMnO4). Dari percobaan ini
diperoleh konsentrasi KMnO4 pada standarisasi adalah0,0375 N, persen ralat yang
diperoleh adalah 25% dimana konsentrasi KMnO4 pada penugasan adalah 0,05N. Pada
perhitungan kadar Fe diperoleh konsentrasi Fe dari sampel adalah 0,00167 N, persen
ralat yang diperoleh adalah 83,3% dimana konsentrasi FeCl3 pada penugasan adalah
0,01 N.

Kata kunci : kalium permanganat, oksidasi, reduksi, standarisasi, dan titrasi.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Percobaan


Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat,
yang merupakan oksidator kuat sebagai titran untuk penetapan kadar zat. Titrasi ini
didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Permanganat bereaksi secara beraneka,
karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Oksidasi ini dapat
berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan
dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada
beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya
hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat (Matasak, 2012).
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan
bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun.
Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya(Rahayu,2012).
Pada percobaan ini akan dilakukan metode titrasi redoks menggunakan kalium
permanganat (KMnO4) untuk menentukan kadar Fe dalam sampel. Melalui percobaan ini,
diharapkan praktikan mampu memahami dan mengerti cara penentuan kadar konsentrasi
suatu larutan dengan tepat serta perhitungan yang didasarkan dengan prinsip stokiometri dari
reaksi kimia di mata kuliah kimia analisa ini.
.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar besi (Fe) berdasarkan
pengukuran volume, melalui reaksi oksidasi-reduksi dengan menggunakan larutan kalium
permanganat sebagai oksidator.

1.3 Rumusan Masalah


Hal-hal yang dirumuskan dalam percobaan ini adalah cara-cara penentuan kadar besi
(Fe) di dalam suatu sampel dengan titrasi permanganometri dengan menggunakan larutan
standar kalium permanganat (KMnO4).

1.4 Manfaat Percobaan


Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah praktikan mengetahui cara-cara
penentuan kadar besi (Fe) dengan menggunakan metode permanganometri.

1.5 Ruang Lingkup Percobaan


Praktikum Kimia Analisa modul Penentuan kadar Fe dengan cara permanganometri ini
dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara dengan kondisi ruangan:
Tekanan : 760 mmHg
Suhu : 30oC
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe
(dalam percobaan ini digunakan FeCl3), kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N sebanyak 100
ml, larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N sebanyak 30 ml, asam sulfat (H2SO4) 1 N sebanyak
60 ml, dan asam fosfat (H3PO4) 85%. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
buret, corong, statif, klem, erlenmeyer, termometer, gelas ukur, pipet tetes, bunsen, kaki tiga,
kasa penangas air, dan beaker glass.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Permanganometri


Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium
permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa
ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti:
1.Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat
dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2.Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci,
dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian
Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.
Prinsip dari titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan
reduksi.Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi
ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion
Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar
oksalat atau besi dalam suatu sampel.Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah
kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan
indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas
sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan
suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.Kalium permanganat distandarisasikan
dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar
primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan
natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat (Rahayu, 2012).

2.2 Kalium Permanganat


Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan indikator.
Kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga larutannya,
mempunyai kestabilan yang terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N :
MnO4- + 8 H+ + 5e-Mn2+ + 4 H2O E = 1,51 V
Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruang. Untuk
mempercepat perlu pemanasan. Sedangkan reaksinya dengan As (III) memerlukan katalis.
Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena reaksi :
2 MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O 5 MnO2 + 4 H+
ungu tidak berwarna
Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksdasi dengan cara:
4 MnO4- + 2 H2O 4 MnO2 + 3 O2 + 4 OH-
Penguraiannnya dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn (II) dan MnO2.
MnO2 biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat autokatalitik. Untuk
mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan adanya MnO2. KMnO4 dapat
distandarkan terhadap Na2C2O4.
2 MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain (Khopkar,
1985).
Kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang
dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim
adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu
dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau
melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah
katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi
permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam
penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksidasi, yang
cukup kuat untuk mengoksidasiMn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan :
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan pencegahan khusus
harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis
dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam
permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari
agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya
berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat
direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untukmenghilangkan
MnO2. Larutan tersebutkemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Penentuan
besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi
permanganat.
Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida
sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi dengan
permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan
dengan reduktorJones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor Jones lebih disarankan
jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk . Jika
larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II)
klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari
sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna
kuning dari ion besi (Asroff, 2012).

2.3 Prinsip Titrasi Permanganometri


Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini,
ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam
suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi
dalam suatu sampel.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan
yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama
seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi (Arga, 2011).

2.4 Standar-standar Primer untuk Permanganat


2.4.1 Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untukpermanganat dalam
larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada
saat pengeringan, dan nonhigroskopis. Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit
dan berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai
sekitar 60C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun
kecepatannya meningkat ketika ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai
katalis, dan reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi
itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan
cepat dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3
atau +4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi
divalen.
Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain. Selama
beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh McBride, yang
mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu yang lebih tinggi dengan
pengadukan yang kuat. Belakangan, Fowler dan Brightmenyelidiki secara menyeluruh
reaksinya dan menganjurkan agar hampir semua permanganate ditambahkan secara tepat
ke larutan yang diasamkan pada suhu ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut
dipanaskan sampai 60C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini. Prosedur ini mengeliminasi
kesalahan apa pun yang disebabkan oleh pembentukan hidrogen peroksida.

2.4.2 Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar
primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi(III) yang diproduksi
selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh
permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran
besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang
lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara
bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari
As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut larutan
pencegah, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam larutan
asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan
konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa
reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan
oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya
lebih jelas(Abdillah, 2012).

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri


Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak
memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4sudah berfungsi sebagai
indicator, yaitu ion MnO4-berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn-tidak berwarna,
dan disebut juga sebagai autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama,
larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada
titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah
larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti
H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada
larutan seperti H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 H2O2+ 2CO2
H2O2 H2O + O2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi
yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan (Arga, 2011).

2.6 Aplikasi Analisa PermanganometriPengujian Air Secara Asam


Kecenderungan pemakaian air minum isi ulang (AMIU) oleh masyarakat terutama di
perkotaan semakin meningkat. Namun demikian kualitasnya masih perlu dikaji dalam
rangka pengamanan kualitas airnya yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu telah dilakukan penelitian kualitas air minum dari depot air minum isi ulang di
Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Tujuan: adalah untuk mengetahui proses pengolahan air
minum di depot AMIU, kualitas air minum isi ulang dari depot AMIU yang banyak beredar
saat ini dan mengetahui kondisi kesehatan lingkungan dan jumlah konsumsi serta pendapat
konsumen terhadap air minum dari depot AMIU. Metodologi: Jumlah sampel depot air
minum adalah 38, sedangkan untuk sampel air setiap depot diambil 1 sampel air baku dan
1 sampel air minum sehingga jumlah sampel air seluruhnya adalah 76. Parameter kualitas
air yang diperiksa meliputi parameter fisik, kimia, dan bakteriologi sesuai dengan
Permenkes 416 tahun 1990 untuk air baku (air bersih) dan Kepmenkes 907 tahun 2002
untuk air minum. Pemeriksaan sampel air berdasarkan Standard Method for Examination
Water and Wastewater dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
(BTKL) Jakarta (Syambas, 2014).
BAB III
BAHAN DAN PERALATAN

3.1 Bahan
3.1.1 Kalium Permanganat (KMnO4)
Fungsi :sebagai larutan penitrasi
A. SifatFisika
1. Berat molekul : 158,03 gr/mol
2. Densitas : 2,7 gr/cm3
3. Berwarna ungu tua
4. Bentuk fisika : padat
5. Tidak berbau

B. Sifat Kimia
1. Sangat reaktif dengan senyawa organik.
2. Merupakan oksidator yang kuat.
3. Garam mangan di udara mengoksidasi SO2menjadi SO3.
4. Dapat menyebakan iritasi.
5. Hasil degradasi kurang berbahaya dibandingkan dengan KMnO4 itu sendiri.
(ScienceLab, 2013d)

3.1.2 Asam Oksalat (H2C2O4)


Fungsi :sebagai larutan untuk menstandarisasi.
A. Sifat Fisika
1. Berat molekul : 90,04 g/mol
2. Tidak berwarna (putih)
3. Titik lebur : 189,5 oC
4. Tidak berbau
5. Densitas : 1,9 gr/cm3
B. Sifat Kimia
1. Bersifat higroskopis.
2. Reaktif dengan logam.
3. Merupakan senyawa asam organik dan padatan korosif.
4. Dapat terbakar pada suhu tinggi.
5. Hasil pembakaran yaitu CO dan CO2.
(ScienceLab, 2013b)

3.1.3 AsamSulfat (H2SO4)


Fungsi :sebagai larutan untuk menstandarisasi.
A. SifatFisika
1. Berat molekul : 98,08 g/mol
2. Tidak berwarna
3. Titik lebur : -35 oC
4. Titik didih : 270 oC
5. Densitas : 1,84gr/cm3

B. Sifat Kimia
1. Tidak dapat terbakar.
2. Bersifat korosif
3. Merupakan cairan beracun.
4. Bersifat higroskopis.
5. Bereaksi hebat dengan air.
(ScienceLab, 2013e)

3.1.4 Asam Fosfat (H3PO4)


Fungsi :sebagai penentu suasana asam.
A. SifatFisika
1. Tidak berbau
2. Berwujud cair
3. Titikleleh :21oC
4. Titikdidih : 158oC
5. Densitas : 1,685 gr/cm3

B. Sifat Kimia
1. Bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen.
2. Melepas panas ketika bereaksi dengan alkohol, glikol, aldehid, dan amida.
3. Bersifat korosif.
4. Campuran dengan nitro metana bersifat eksplosif.
5. Sangat korosif dengan adanya aluminium.
(ScienceLab, 2013c)

3.1.5 Besi (III) Klorida (FeCl3)


Fungsi :sebagai penentuan kadar Fe
A. Sifat Fisika
1. Berat molekul : 162,21 g/mol
2. Berwujud padat
3. Titikleleh :306oC
4. Titikdidih : 316oC
5. Densitas : 2,9gr/cm3

B. Sifat Kimia
1. Hasil degradasi lebih berbahaya dari produk awal.
2. Peningkatan suhu atau tekanan dapat menjadikan FeCl3 reaktif.
3. Bersifat korosif.
4. Dapat bereaksi hebat dengan air melepaskan gas beracun.
5. Dapat menyebabakan iritasi.
(ScienceLab, 2013a)

3.1.6 Air (H2O)


Fungsi :sebagaipelarut
A. SifatFisika
1. Berat molekul : 18,02 g/mol
2. Berwujud cair
3. Tidak berwarna
4. Tidak berbau
5. Titikdidih : 100 oC

B. Sifat Kimia
1. Tidak bersifat korosif
2. Tidak menyebabkan iritasi
3. Tidak berbahaya
4. Tidak beracun
5. Merupakan produk yang stabil
(ScienceLab, 2013f)

3.2 Alat
3.2.1 Nama Alat dan Fungsi
1. Buret
Fungsi :untuk menitrasi sampel.
2. Statif dan klem
Fungsi :sebagai tempat menggantungkan/ menjepit buret.
3. Penangas
Fungsi :untuk memanaskan larutan.
4. Termometer
Fungsi :untuk mengukur suhu larutan yang dipanaskan.
5. Gelas ukur
Fungsi :untuk mengukur volume bahan yang akan digunakan.
6. Erlenmeyer
Fungsi :sebagai tempat larutan yang akan dititrasi.
7. Beaker glass
Fungsi :sebagai wadah untuk bahan-bahan yang digunakan.
8. Pipet tetes
Fungsi :untuk mengambil zat dalam jumlah kecil.
9. Corong
Fungsi :sebagai alat bantu untuk menuang ke gelas ukur atau buret
10. Bunsen
Fungsi: sebagais umber api dalam pemanasan larutan.
11. Kasa penangas air
Fungsi :sebagai penghantar panas dari spiritus ke erlenmeyer agar tidak berkontak
langsungdenganerlenmeyer.
12. Neraca Digital
Fungsi :sebagai alat untuk menimbang sampel maupun endapan.
13. Batang Pengaduk
Fungsi : sebagai alat untuk mengaduk larutan.
14. Spatula
Fungsi : sebagai alat untuk mengambil bahan berupa padatan

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 0,05 N
1. Ditimbang sebanyak0,79 gram kristal KMnO4 dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
2. Ditambahkan aquadest hingga 100 ml ke beaker glass.
3. Larutan diaduk rata dan dipanaskan hingga mendidih.
4. Setelah mendidih, larutan tersebut didinginkan.

3.3.2 Prosedur Standarisasi Larutan KMnO4 0,05 N


1. Sebanyak 10 ml larutan H2C2O4 0,05 N ke dalam Erlenmeyer dan dicampurkan
dengan10 ml H2SO41 N.
2. Larutan diaduk rata dan dipanaskan sampai suhu 70-80 oC.
3. Dititrasi dengan larutan KMnO4sampai didapat warna merah rosa yang stabil.
4. Dicatat volume KMnO4 yang dipakai.
5. Diulangi percobaan di atas sebanyak tiga kali.
6. Dihitung konsentrasi KMnO4.

3.3.3 Prosedur Penentuan Kadar Besi (Fe)


1. Sebanyak 10 ml sampel Fe 0,01 N dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 10 ml H2SO41 N dan 2 ml H3PO4 85%.
3. Dilakukan titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO4 0,05 N hingga didapat larutan
dengan warna merah rosa yang stabil.
4. Dicatat volume KMnO4 yang terpakai.
5. Diulangi percobaan di atas sebanyak tiga kali.
6. Dihitung kadar Fe dalam sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Latar Belakang Percobaan


4.1.1 Pembuatan Larutan KMnO4 0,05 N
Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Larutan KMnO4 0,05 N
Massa KMnO4 BM KMnO4 Volume H2O
Normalitas KMnO4
(gram) (gram/mol) (ml)
0,79 gram 158 gram/mol 100 ml 0,05 N

4.1.2 Percobaan Standarisasi Larutan KMnO4 0,05 N


Tabel 4.2 Hasil Percobaan Standarisasi

Volume Volume Volume Normalitas KMnO4


Run % Ralat
H2C2O4 H2SO4 KMnO4 Nt Np
1 10 ml 10 ml 12 ml
2 10 ml 10 ml 16 ml
0,05 N 0,0375 N 25 %
3 10 ml 10 ml 12 ml
Rata-rata 10 ml 10 ml 13,33 ml
4.1.3 Percobaan Penentuan Kadar Fe
Tabel 4.3 Hasil Penentuan Kadar Fe

Volume Volume Volume Volume Normalitas Fe


Run % Ralat
sampel H2SO4 H3PO4 KMnO4 Nt Np
1 10 ml 10 ml 2 ml 2 ml
2 10 ml 10 ml 2 ml 2 ml
3 10 ml 10 ml 2 ml 1 ml 0,01N 0,00167N 83,33 %

Rata-
10 ml 10 ml 2 ml 1,67 ml
rata

4.2 Pembahasan
Pembuatan larutan KMnO4 0,05 N, yaitu dengan melarutkan 0,79 gram dalam 100 ml air
dengan persamaan reaksi:
MnO4- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O (Arga, 2011).
Pada penugasan konsentrasi KMnO4 sebesar 0,05 N, dan pada praktikum didapat
konsentrasi KMnO4sebesar 0,0375 N,Pada percobaan standarisasi larutan KMnO4 didapat ralat
sebesar 25%. Ralat yang sangat besar ini terjadi karena kurang telitinya praktikan dalam
melakukan titrasi dan perhitungan.
Pada penentuan kadar Fe dari larutan FeCl3 0,01 N, Pada penugasan konsentrasi Fe sebesar
0,01 N, dan pada praktikum didapat konsentrasi Fe sebesar 0,00167 N, dan persen ralat Fe
adalah 83,33% dari larutan sampel. Besarnya persen ralat yang didapat, dapat disebabkan oleh
banyak hal. Persamaan reaksi antara sampel Fe dengan larutan KMnO4 adalah sebagai berikut:
5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+ 5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O (Arga, 2011).
Besarnya persen ralat yang diperoleh disebabkan oleh:
1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret

Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena
sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan
presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa, sehingga menyebabkan
reaksi:

MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O


2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang
terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ :
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang
terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai
menjadi air :
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
(Dahlia, 2009)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. Titrasi permanganometri harus berlangsung dalam suasana asam karena reaksi tersebut tidak
terjadi bolak balik.
2. Larutan KMnO4 berperan sebagai auto-indikator karena larutan KMnO4 dapat menyebabkan
perubahan warna pada larutan yang dititrasi ketika mencapai kesetimbangan titrasi.
3. Pembuatan larutan KMnO4 0,05 N, yaitu dengan melarutkan 0,79 gram dalam 100 ml air.
4. Larutan KMnO4 distandarisasi dengan asam oksalat dan asam sulfat pada suhu 75oC,
sehinggga diperoleh konsentrasi KMnO4 adalah sebesar 0,0375 N dan konsentrasi penugasan
0,05N sehingga persen ralat sebesar 25%.
5. Konsentrasi Fe adalah sebesar 0,00167 N dan konsentrasi penugasan 0,01 N sehingga persen
ralatnya 83,33%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikan selanjutnya adalah:
1. Praktikan hendaknya menjaga agar larutan KMnO4 tidak tersinari oleh sinar matahari
berhubung KMnO4bereaksi secara langsung dengan sinar matahari.
2. Praktikan hendaknya menutup beaker-glass dengan aluminium foil saat memanaskan larutan
KMnO4agar cepat mendidih dan larutan KMnO4 tidak berkurang jumlahnya karena menguap.
3. Praktikan hendaknya menutup buret pada waktu larutan KMnO4 didalamnya karena
KMnO4 mudah teroksidasi.
4. Pada saat pengukuran suhu, termometer tidak boleh menyentuh dasar beaker glass untuk
menghindari kesalahan pada pembacaan suhu.
Sebaiknya penentuan kadar besinya tidak hanya dilakukan secara permanganometri saja
tetapi dapat dilakukan dengan titrasi redoks lainnya seperti iodimetri atau dikromatometri,
sehingga pengetahuan praktikan dapat bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Indah. 2012. Titrasi Permanganometri. http://catatankimia.com/. Diakses pada


tanggal 22 Maret 2014.
Arga, Puput. 2011. Titrasi Permanganometri. http://syadharzyarga.blogspot.com/. Diakses pada tanggal
23 Maret 2014.
Asroff. 2012. Titrasi Permanganometri. http://esek-esek.pun.bz/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
Ayu, Nana. 2009. Laporan Praktikum Titrasi Permanganometri. http://2.bp.blogspot.com/. Diakses
pada tanggal 22 Maret 2014.
Dahlia, 2009. Tugas Kelompok Kimia Analitik I Permanganometri. Universitas Negeri Makassar:
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Khopkar, S.M. 1985. Konsep Dasar Kimia analitik. Depok : UI Press.
Matasak, Jerwyyiana. 2012. Permanganometri. http://jeforanal.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 22
Maret 2014.
Rahayu, Mira. 2012. Titrasi Permanganometri. http://mira-rahayu.blogspot.com/. Diakses pada tanggal
23 Maret 2014.
ScienceLab. 2013a. Ferric Chloride. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22
Maret 2014.
_________. 2013b. Oxalic Acid. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013c. Phosphoric Acid. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013d. Potassium Permanganate. www.ScienceLab.com/. Diakses pada
tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013e. Sulfuric Acid. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
_________. 2013f. Water. www.ScienceLab.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai