Kemantapan Lereng Batuan PDF
Kemantapan Lereng Batuan PDF
Penelitian terhadap kemantapan suatu lereng harus dilakukan bila longsoran lereng yang
mungkin terjadi akan menimbulkan akibat yang merusak dan menimbulkan bencana.
Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak dan penahan yang ada pada lereng tersebut.
Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang mengakibatkan lereng longsor. Sedangkan gaya penahan
adalah gaya-gaya yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Jika gaya penahannya
lebih besar dari gaya penggerak, maka lereng tersebut dalam keadaan mantap. Kemantapan suatu
lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk Faktor Keamanan (F) dengan persamaan sebagai
berikut :
Porositas
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga akan memperkecil kemantapan
lereng.
Kandungan Air
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi besar
juga. Dengan demikian kuat geser batuannya akan menjadi semakin kecil, sehingga
kemantapannya pun berkurang.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
= c + ( + ) tg .............................................................................. (12)
Dimana :
= kuat geser batuan (ton/m2)
c = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= tekanan air pori (ton/m2)
= sudut geser dalam (derajat)
Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Kuat Geser
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined & unfined
compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength).
Batuan yang mempunyai kekuatan besar, akan lebih mantap.
Kohesi dan Sudut Geser Dalam
Semakin besar kohesi dan sudut geser dalam, maka kekuatan geser batuan akan
semakin besar juga. Dengan demikian akan lebih mantap.
Pengaruh Gaya
Biasanya gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kemantapan lereng antara
lain : getaran alat-alat berat yang bekerja pada atau sekitar lereng, peledakan, gempa
bumi dll. Semua gaya-gaya tersebut akan memperbesar tegangan geser sehingga
dapat mengakibatkan kelongsoran pada lereng.
a. Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang bidang
luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa rekahan, sesar maupun
bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah (Gambar
2.1):
Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau hampir sejajar (maksimum 200) dengan
arah lereng.
Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus muncul di muka
lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih kecil dari kemiringan
lereng.
Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya
Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran
Gambar 2.1
Longsoran Bidang
b. Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah
yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih
besar dari sudut geser dalam batuannya tetapi lebih kecil dari kemiringan lereng.
(Gambar 2.2)
Gambar 2.2
Longsoran Baji
c. Longsoran Guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya
berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya. Hoek & Bray (1981), telah membuat
grafik yang dapat memberikan gambaran kapan terjadinya longsoran tersebut (Gambar
2.3). Dari gambar tersebut dapat diartikan : Jika > dan b/h < Tan , maka balok akan
meluncur dan mengguling. Jika < dan b/h > Tan , maka balok akan langsung
mengguling.
Gambar 2.3
Posisi Balok Pada Longsoran Guling
d. Longsoran Busur
Longsoran jenis ini sering terjadi di alam, terutama pada material tanah atau batuan yang
lunak. Untuk longsoran pada batuan dapat terjadi bila batuan mempunyai pelapukan yang
tinggi dan mempunyai spasi kekar yang rapat, sehingga batuan tersebut akan mempunyai
sifat seperti tanah. (Gambar 2.4).
Gambar 2.4
Longsoran Busur
Gambar 3.1.
Jenis Longsoran & Stereoplot
Gambar 3.2.
Informasi struktur geologi dan evaluasi jenis longsoran yang mungkin terjadi dari suatu rentana
tambang open pit
Dalam menganalisis longsoran bidang dengan metode Hoek & Bray, suatu lereng
ditinjau dalam dua dimensi dengan anggapan :
Semua syarat untuk terjadinya longsoran bidang terpenuhi.
Terdapat rekahan tarik tegak (vertikal) yang terisi air sampai kedalaman Zw.
Rekahan tarik ini dapat terletak pada muka lereng maupun di atas lereng (Gambar
3.3).
Gaya W (berat blok yang menggelincir), U (gaya angkat oleh air) dan V (gaya
tekan air mendatar di rekahan tarik) bekerja di titik pusat blok. Sehingga
diasumsikan tidak ada momen penyebab rotasi.
Kuat geser () pada bidang lemah adalah =c + tan, dimana c = kohesi dan =
sudut geser dalam.
Gambar 3.3.
Geometri Longsoran Bidang Dengan Rekahan Tarik
Longsoran Baji
Dalam analisis ini, longsoran baji dianggap hanya akan terjadi pada garis
perpotongan kedua bidang lemah. Faktor keamanannya dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
F = {(3/H)(cAX+cBY)}+{A-(w/2)X}tanA+{B-(w/2)Y}tanB ................. (3-3)
Dimana :
cA dan cB = kohesi bidang lemah A dan B
A dan B = sudut geser dalam bidang lemah A dan B
= bobot isi batuan
w = bobot isi air
H = tinggi keseluruhan dari baji yang terbentuk (Gambar 3.4)
X = sin24/(sin45sin2.na)
Y = sin13/(sin35sin1.nb)
A = (cosa-cosbcosna.nb)/(sin5sin2na.nb)
B = (cosb-cosacosna.nb)/(sin5sin2na.nb)
Gambar 3.4.
Geometri Baji Untuk Analisis Kemantapan Dengan Memperhitungkan Kohesi dan Air
Gambar 3.5.
Stereoplot Data Longsoran Baji
Jika tahanan bidang longsorannya tidak terdapat kohesi, maka penentuan faktor
keamanannya dapat menggunakan persamaan berikut ini :
F = (sin/sin )(tan/tani) .............................................................. (3-4)
Sudut , dan i ini akan sangat mudah ditentukan dengan bantuan stereonet.
Longsoran Guling
Asumsi yang digunakan adalah longsoran guling yang terjadi mempunyai n buah blok
berbentuk teratur dengan lebar x dan tinggi yn (Gambar 3.6). Penomoran blok
dimulai dari bawah (toe) ke atas. Sudut kemiringan lereng adalah dan kemiringan
muka atas lereng adalah u, sedangkan dip dari bidang-bidang lemah adalah 90-.
Undak-undakan yang terjadi (akibat longsoran) berbentuk teratur dan mempunyai
kemiringan b. Konstanta a1, a2 dab b (Gambar 3.6) selanjutnya dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
a1 = x.tan(-)
a2 = x.tan(-u)
b = x.tan(-)................................................................................ (3-5)
Gambar 3.6.
Model Longsoran Guling Untuk Analisis Kesetimbangan Batas
Berdasarkan model pada Gambar 3.6, terlihat ada tiga grup blok yang mempunyai
tingkat kemantapan berbeda, yaitu :
Satu set blok yang akan tergelincir (di daerah toe)
Satu set blok yang mantap (di daerah atas)
Satu set blok yang akan terguling (di daerah tengah)
Gambar 3.7.
Kondisi Kesetimbangan Batas Blok Ke-n yang Akan Terguling dan Tergelincir
Sementara untuk gaya-gaya Qn, Qn-1, Rn dan Sn dihitung dengan persamaan berikut ini :
Qn = Pntan
Qn-1 = Pn-1tan
Rn = Wncos+(Pn-Pn-1)tan
Sn = Wnsin+(Pn-Pn-1) ............................................................... (3-7)
Dimana Wn = yn.x
Sedangkan untuk gaya-gaya Pn dan Pn-1, perhitungannya dibedakan untuk blok yang
terguling dan blok yang tergelincir.
Untuk blok ke-n yang terguling, dicirikan dengan yn/x >cot. bila >, maka :
Pn-1,t = {Pn(Mn-x.tan)+(Wn/2)(ynsin-xcos)}/Ln ......... (3-8)
Pn = 0 (untuk blok teratas dari set blok yang terguling)
= Pn-1,t (untuk blok terguling dibawahnya)
Untuk kontrol lebih lanjut bisa dilihat bahwa pada blok ini harga Rn>0 dan | Sn | <
Rn tan.
Untuk blok ke-n yang tergelincir, dicirikan dengan Sn=Rntan, maka :
Pn-1,s = Pn-{Wn(tancos-sin)}/(1-tan2)........................ (3-9)
Pn = Pn-1,t (untuk blok teratas dari set blok yang tergelincir)
= Pn-1,s (untuk blok tergelincir dibawahnya, disini akan terlihat Pn-
1,t>Pn-1,s)
telah menuangkan dalam bentuk diagram. Cara ini merupakan cara yang sangat
mudah, cepat dan hasilnya masih dapat dipertanggungjawabkan. Asumsi yang
digunakan :
Jenis tanah/batuan, dalam hal ini tanah/batuan dianggap homogen dan kontinyu.
Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran
Tinggi permukaan air tanah pada lereng.
Hoek & Bray membuat lima buah diagram untuk masing-masih kondisi air tanah
tertentu mulai dari sangat kering sampai jenuh.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut (untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.8.) :
Langkah 1 : Dengan gambar geometri lereng yang telah dibuat, tentukan kondisi
air tanah yang ada dan sesuaikan dengan Gambar 3.9. Pilih yang
paling tepat atau mendekati.
Langkah 2 : Hitung angka c/(gHtanf), kemudian cocokan angka tersebut pada
lingkaran terluar dari diagram (chart) yang dipilih.
Langkah 3 : Ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh pada langkah 2 sampai
memotong kurva yang menunjukkan kemiringan.
Langkah 4 : Dari titik pada langkah 3, kemudian ditarik ke kiri dan ke bawah untuk
mencari angka tanf/F dan c/(gHF).
Langkah 5 : Hitung faktor keamanan (F) dari kedua angka yang diperoleh dari
langkah 4 dan pilih yang paling tepat.
Gambar 3.8.
Langkah Perhitungan Faktor Keamanan Untuk Longsoran Busur Dengan Menggunakan Diagram Hoek &
Bray
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
Gambar 3.9.
Keadaan Atau Pola Aliran Air Tanah Untuk Diagram 1-5
Gambar 3.10.
Circular Failure Chart Nomor 1
Gambar 3.11.
Circular Failure Chart Nomor 2
Gambar 3.12.
Circular Failure Chart Nomor 3
Gambar 3.13.
Circular Failure Chart Nomor 4
Gambar 3.14.
Circular Failure Chart Nomor 5