SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
OLEH :
RIEZKY RHAMDANI
J 111 07 030
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Prostodonsi| 0
BAB I
PENDAHULUAN
keseluruhan fungsi tubuhnya, antara lain gigi. Untuk itu, perlu dibuat gigitiruan
mastikasi, fonetik, dan estetik. Salah satu tanda gigitiruan yang baik adalah dapat
diharapkan. Secara umum gigitiruan dapat dibedakan atas gigitiruan cekat (fixed
gigi penyangga. Untuk memperoleh suatu desain preparasi yang baik, seorang
dokter gigi harus mengikuti 5 prinsip dasar preparasi, yaitu pemeliharaan struktur
gigi, bentuk retensi dan resistensi, daya tahan restorasi, integritas tepi restorasi,
dan pemeliharaan jaringan periodonsium. Kelima prinsip ini tidak dapat berdiri
Prostodonsi| 1
Retensi adalah kemampuan dari preparasi untuk mencegah restorasi
terlepas dari gigi penyangga oleh tekanan yang datang searah dengan sumbu gigi.
Ada 4 faktor yang harus dipertimbangkan pada waktu melakukan preparasi gigi
untuk meningkatkan daerah adesi antara semen dan permukaan preparasi sehingga
Dengan kata lain, makin kasar permukaan permukaan preparasi maka daya adesi
pembuatan restorasi yang memiliki adaptasi tepi yang baik. Pengurangan jaringan
dalam jumlah yang banyak difasilitasi dengan penggunaan bur intan. Akan tetapi
diperlukan instrumen lain untuk mendapat permukaan yang halus. Untuk itu
Prostodonsi| 2
permukaan yang lebih halus dibandingkan metode preparasi konvensional yang
Dari data penelitian yang ada sebelumnya mengenai celah tepi yang
dihasilkan dari bebagai macam bur juga dapat mempengaruhi kekasaran dari
dinding preparasi.
pulling/pushing. 3
Ayad juga meneliti mengenai efek dari beberapa macam bur terhadap
dengan menggunakan tungten carbide bur, diamond bur, dan yang terkecil adalah
permukaan dari permukaan yang diberi beban tidak mempunyai pengaruh pada
Jadi, di satu sisi perlu kekasaran pada permukaan preparasi. Akan tetapi di
sisi lain penghalusan juga perlu dilakukan utamanya pada cavosurface finish line.
Sampai saat ini belum ada data mengenai pengaruh penghalusan dinding aksial
Prostodonsi| 3
preparasi akibat penggunaan bur karbit terhadap kekuatan tarik dari semen luting
restorasi tuang cekat. Tekanan geser yang akan melepaskan suatu restorasi cekat
dari tempatnya akan menimbulkan tahanan dari semen luting yang disebut
kekuatan tarik. Makin tinggi nilai kekuatan tarik semen luting, menunjukkan
kekuatan tarik semen luting dari restorasi tuang cekat. Oleh karena itu dianggap
Aksial Preparasi Terhadap Kekuatan Tarik Semen Luting Pada Lempeng Logam.
mulut
Prostodonsi| 4
1. Mengetahui kekasaran dari dinding aksial preparasi yang dapat
= 0,05
tersebut.
Prostodonsi| 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mahkota adalah restorasi yang menutupi seluruh bagian atas gigi. Mahkota
biasa digunakan untuk gigi yang pecah, gigi yang tipis dan sensitif. Mahkota juga
atau diskolorisasi. 8
Sesuai dengan klasifikasinya, retensi pasak dan inti terbagi atas dua
kategori, yaitu : 11
a. Pasak Tuang
dipreparasi.
Prostodonsi| 6
b. Pasak Buatan Pabrik
menyelubungi seluruh permukaan mahkota klinis gigi dan terbuat dari logam
Indikasi :
Sebagai restorasi tunggal / sebagai restorasi penyangga pada gigi jembatan. Pada
gigi posterior yang tidak membutuhkan estetik. Gigi dengan karies servikal,
Kontraindikasi :
1. Sisa mahkota gigi tidak cukup untuk menerima beban daya kunyah
tarnish. 12
Prostodonsi| 7
Untuk memperoleh suatu desain preparasi yang baik, preparasi harus
mengikuti 5 prinsip dasar yang saling berkaitan oleh karena kelimanya memiliki
Pengambilan jaringan gigi yang terlalu banyak pada saat preparasi akan
menghasilkan bentuk yang terlalu runcing atau terlalu pendek sehingga memberi
akibat yang kurang baik terhadap retensi maupun resistensi dari restorasi, dan
mencederai pulpa. Untuk maksud tersebut maka perlu penguasaan aspek anatomi
Kekuatan dasar dari retensi adalah terletak pada dua permukaan aksial
preparasi. Ada 4 faktor yang harus diperhatikan pada waktu melakukan preparasi
permukaan preparasi.1
Permukaan preparasi hendaknya jangan terlalu halus dipoles karena daya adesi
dari semen gigi tergantung terutama pada kekasaran permukaan yang akan bersatu
dengannya. Makin kasar permukaan, daya adesi semen gigi dapat berfungsi makin
baik.1
Prostodonsi| 8
Persiapan untuk sebuah mahkota tuang penuh dimulai dengan
pengurangan oklusal, sekitar 1,5 mm pada tonjol fungsional dan 1,0 mm pada
jika diperlukan. 1
Groove orientasi sedalam 1,0 mm dibuat pada permukaan oklusal gigi agar
pengurangan dimulai tanpa tanda orientasi, waktu akan terbuang untuk mengecek
pengambilan yang dilakukan. Bur intan taper berujung bulat digunakan untuk
membuat groove pada ridge dan groove utama pada permukaan oklusal. Jika
sudah ada jarak dengan gigi antagonis karena malposisi atau karena fraktur pada
Prostodonsi| 9
Setelah groove panduan adekuat, sisa-sisa struktur gigi diantara groove
dihilangkan dengan bur intan taper berujung bulat. Penempatan yang tepat pada
geometrik yang menjaga permukaan oklusal gigi posterior. Bevel yang luas dibuat
pada tonjol fungsional menggunakan bur intan taper berujung bulat. Groove
orientasi yang dalam juga membantu dalam pengurangan ini. Bevel tonjol
fungsional dibuat pada inklinasi bukal dari tonjol bukal rahang bawah dan
inklinasi lingual dari tonjol lingual rahang atas. Kegagalan dalam penempatan
bevel ini dapat berakibat pada hasil tuangan yang tipis atau bentuk morfologi
P r o s t o d o n s i | 10
Gambar 2.2 Bevel tonjol fungsional (Sumber: Shillingburg Jr HT,
Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of fixed
prosthodontics. 3rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 1997.
P.139-41 ) 1
diterawang dengan cahaya yang cukup untuk menentukan jarak oklusal yang
adekuat. Bagian preparasi dengan jarak oklusal yang tidak cukup akan
memberikan tanda berupa daerah yang tipis pada malam. Struktur gigi pada
daerah tersebut harus dhilangkan dan dicek kembali. Pengurangan oklusal dan
bevel tonjol fungsional dibuat dengan bur yang digunakan untuk membuat groove,
tidak boleh ada sudut yang tajam atau ridge pada pertemuan bevel. Jika ada, harus
Sisa-sisa struktur gigi pada daerah groove dihilangkan dengan tepi chamfer, dan
Dinding bukal dan lingual dikurangi dengan bur torpedo, sehingga akan
P r o s t o d o n s i | 11
Gambar 2.3 Pengurangan dinding bukal dan lingual (Sumber:
Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE.
Fundamentals of fixed prosthodontics. 3rd Ed. Illinois: Quintessence
Publishing Co. Inc.; 1997. P.139-41 ) 1
pendek. Ujung bur yang tipis bekerja pada daerah proksimal dengan gerakan
tetangga. Jika daerah yang cukup sudah didapatkan, bur torpedo digunakan untuk
P r o s t o d o n s i | 12
mungkin. Preparasi harus dilakukan disudut permukaan bukal atau lingual hingga
rata dengan menggunakan bur intan taper berujung bulat untuk membuat tepi
preparasi 21. Gunakan long fissure bur diamond 1,6 mm atau 2,1 mm. Hilangkan
Tahap akhir pada preparasi full veneer adalah pembuatan akhiran servikal.
Hal ini akan menghindari semua gerakan rotasi yang mungkin terjadi selama
sementasi dan akan membantu dalam proses tuangan. Groove dibuat pada
permukaan aksial dengan bagian terbesar. Hal ini biasanya dibuat pada preparasi
permukaan bukal rahang bawah dan pada preparasi permukaan lingual rahang
atas. Untuk preparasi GTC jangka panjang, harus ada groove bukal dan lingual
P r o s t o d o n s i | 13
Gambar 2.6 Pembuatan akhiran servikal (Sumber: Shillingburg Jr
HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of
fixed prosthodontics. 3rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.;
1997. P.139-41 ) 1
Semen ionomer kaca atau nama generik dari sekelompok bahan yang
menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan ini
mendapatkan namanya dari formulanya yaitu suatu bubuk kaca dan asam ionomer
yang mengandung gugus karboksil. Semen ini juga disebut sebagai semen
polialkenoat. 15
Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan
perekat, bahan base, bahan restoratif untuk restorasi konservatif kelas I dan II,
Ada tiga jenis semen ionomer kaca berdasarkan formulanya dan potensi
penggunaannya. Tipe I untuk bahan perekat, Tipe II untuk bahan restorasi, dan
tipe III untuk basis. Juga ada semen ionomer kaca yang pengerasannya dilakukan
P r o s t o d o n s i | 14
oleh sinar. Jenis ini juga disebut sebagai semen ionomer kaca modifikasi resin
Karena sifatnya yang melekat secara kimiawi dengan jaringan keras gigi
dan melepaskan fluoride dalam jangka waktu yang cukup lama, penggunaan
semen ionomer kaca menjadi semakin luas. Keuntungan adanya fluor di dalamnya
membuat semen ionomer kaca sangat cocok untuk restorasi pada gigi sulung di
anterior terutama untuk bagian proksimal. Akan tetapi tidak dianjurkan untuk
Biokompatibel
Kasar
dan tidak lama kemudian, bahan-bahan ini digunakan sebagai luting agent. 17
P r o s t o d o n s i | 15
Selain itu, semen ionomer kaca yang tersedia sebagai luting agent
dirumuskan sebagai bahan semen ionomer kaca tradisional, dan sebagai resin-
versi modifikasi. Formulasi ini banyak digunakan oleh dokter dalam beberapa
tahun terakhir, baik karena sifat fisik, dan karena kemudahan penggunaan dalam
Luting agent tradisional ini terus menjadi populer untuk restorasi tuang.
Luting agent ini memiliki kekuatan yang memadai pada ketebalan sekitar 25 m,
berada dalam batas toleransi yang diperlukan untuk membuat restorasi tuang, dan
P r o s t o d o n s i | 16
Kelebihan bahan ini dapat dengan mudah dihilangkan. Efek toksik dari
zink fosfat atau lebih khususnya asam fosforik telah banyak dilaporkan. Namun,
keberhasilan penggunaan bahan ini pada pulpa secara klinis dapat diterima selama
masih dalam batas normal dan preparasi tidak terlalu dekat dengan dasar kavitas
(pulpa). 14
P r o s t o d o n s i | 17
Bahan luting yang ideal memiliki waktu kerja / setting yang panjang,
perlekatan yang baik antara stuktur gigi dengan permukaan restorasi, tidak
Beberapa bahan semen lain yang dapat digunakan sebagai luting adalah : 14
Semen ini merupakan salah satu semen yang baru dan memebrikan bukti
Walaupun agak sulit dimanipulasi, semen ini memiliki potensi untuk adesi
3. Composite Resin
jelek. 20
4. Resin Adesif
Evaluasi jangka panjang dari bahan ini belum ada sehingga tidak dapat
P r o s t o d o n s i | 18
II.5 SIFAT SEMEN
Kekuatan Kelarutan
Kekuatan
Waktu Tebal tarik Modulus dan
tekan-24 Respon
setting lapisan diametral- elastisitas disintergrasi
jam pulpa
(mnt) (m) 24 jam (GPa) dalam air
(MPa)
(MPa) (berat %)
Zinc phosphate 5,5 20 104 5,5 13,5 0,06 Moderat
Mild to
Glass ionomer 7 24 86 6,2 7,3 1.25
Moderat
Semen resin 2-4 < 25 70 - 172 - 2,1 3,1 0,0 0,01 Moderat
Polikarboksilat 6 21 55 6,2 5,1 0,06 Mild
OSE, Tipe I 4 - 10 25 6 - 28 - - 0,04 Mild
OSE + alumnia
9,5 25 55 4,1 5,0 0,05 Mild
+ EBA (Tipe II)
OSE + polimer
6 - 10 32 48 4,1 2,5 0,08 Mild
(Tipe II)
Tampak pada Tabel 2.1, sifat dari berbagai jenis semen yang berbeda-beda.
Karena itu, pemilihan semen lebih ditentukan oleh tuntutan fungsional dan
P r o s t o d o n s i | 19
biologis dari situasi klinis tertentu. Jika diinginkan kinerja yang optimal, sifat
fisik, dan biologi serta karakteristik pengerjaan, misalnya waktu kerja dan setting
implan)
dasar)
5. Sistem fase yang dominan (isomorfus / fase tunggal, eutetik, peritetik, atau
antarlogam).
Ada satu logam campur yang berbahan utama tembaga yang diakui oleh
yang kaya tembaga dan timah (Cu-Sn) denga atau tanpa unsur-unsur lain seperti
seng dan fosfor, pada dasarnya terdapat logam campur perunggu dua komponen
P r o s t o d o n s i | 20
(biner), tiga komponen (terner) dan empat komponen (kuartener) yang tidak
satu yang diakui oleh ADA dapat mengandung tembaga 8188% wt, aluminium 7-
11% wt, nikel 24% wt, dan besi 14% wt. Hanya sedikit data klinis yang tersedia
yang menimbulkan karat pada pemukaan logam campu yang berbahan dasar emas
atau perak dan mengandung perak dalam jumlah yang cukup besar. 15
menentukan respon bahan dari suatu konstruksi, komponen atau rakitan fabrikasi
pada saat dikenakan beban atau deformasi dari luar. Dalam hal ini akan ditentukan
seberapa jauh perilaku inheren (sifat yang lebih merupakan ketergantungan atas
fenomena atomik maupun mikroskopis dan bukan dipengaruhi bentuk atau ukuran
1. Kekuatan Tarik
Adalah pengujian yang dilakukan pada suatu bahan padat (logam atau
P r o s t o d o n s i | 21
mengenai perilaku bahan tersebut terhadap pembebanan mekanis.
elastisitas benda uji dalam arah geser. Dalam batas elastis tegangan
geser bervariasi secara linier dari nol di bagian pusat benda uji hingga
4. Kekuatan impak
pengujian impak ini bannyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk
rumus sehingga didapatkan hasil kekuatan tarik. Rumus kekuatan tarik adalah
sebagai berikut : 2
P r o s t o d o n s i | 22
TS = F
A
Keterangan :
TS = kekuatan tarik (N/mm2)
F = gaya tarik (N)
A = luas penampang (mm2)
BAB III
KERANGKA KONSEP
GIGI
PREMOLAR
PREPARASI
RESTORASI
TUANG
KEKUATAN
RESTORASI SEMEN
TARIK
Dari kerangka konsep di atas, dapat dijelaskan bahwa semen luting yang
digunakan sebagai subyek penelitian. Adapun perbedaan bur yang digunakan pada
P r o s t o d o n s i | 23
kekuatan tarik semen luting digunakan sebagai variabel kendali, dalam hal ini
P r o s t o d o n s i | 24
BAB IV
METODE PENELITIAN
hasil preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada restorasi lempeng
logam. Berdasarkan macam atau asal datanya disebut penelitian primer karena
data dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Dengan asumsi bahwa populasinya adalah
adalah sama. Oleh karena itu digunakan rancangan eksperimen tanpa pengukuran
awal, yaitu rancangan eksperimen the posttest-only control group design. 22,23
Subyek penelitian adalah semen luting yang terdiri dari 2 macam, yaitu
glass ionomer cement dan zinc phosphate cement. Kedua macam semen luting ini
membagi 2 jumlah lempeng logam yang akan disemen pada gigi yang sudah
lempeng logam pada setiap gigi yang telah diberi 3 perlakuan berbeda dengan
jumlah 4 gigi setiap kelompok. Sehingga jumlahnya adalah 12 gigi untuk glass
IV.3 VARIABEL
P r o s t o d o n s i | 25
V. Independent : Kekasaran dinding aksial preparasi
- Jenis bur
- Alat preparasi
- Tegangan listrik
P r o s t o d o n s i | 26
PREPARASI
DINDING AKSIAL
BUR KARBIT
(PENGHALUSAN)
SEMENTASI
SEMEN 1 SEMEN 2
P r o s t o d o n s i | 27
IV.5 BAHAN PENELITIAN
GC Corporation Tokyo)
b. Zink Phosphate Cement (Elite Cement 100 GC Corporation Tokyo)
4. Lempeng Logam (Silver)
5. Akuades
IV.6 ALAT PENELITIAN
1. Handpiece (Handpiece High Speed 2 Hole NSK)
2. Spatel semen (Spatel semen ozon)
3. Agate spatel (Agate spatel prodental)
4. Glass plate
5. Paper plate
6. Alat uji kekuatan tarik (Tensile Testing Machine Type PM 100
Galdabini)
7. Mesin penuangan logam (Centrifugal Casting Machine)
IV.7 TABEL PENELITIAN
P r o s t o d o n s i | 28
1. Gigi premolar sebanyak 24 gigi dibagi menjadi 3 kelompok, yang
handpiece (High Speed 2 Hole NSK) dan bur intan (coarse). Preparasi
pada gigi premolar dilakukan dengan cara mengasah gigi pada bagian
handpiece (High Speed 2 Hole NSK) dan bur intan (fine). Preparasi
pada gigi premolar juga dilakukan dengan cara mengasah gigi pada
(fine) saja.
handpiece (High Speed 2 Hole NSK) dan bur intan (coarse) dan
rata di bagian oklusal gigi. Pada kelompok ketiga ini, preparasi dari
P r o s t o d o n s i | 29
menggunakan bur karbit (fine) pada bagian permukaan oklusal gigi
tersebut.
Gambar 4.1 Bur intan dan karbit. (Dari kiri ke kanan) Bur
intan (coarse), bur intan (fine), bur karbit (fine).
pembuatan pasak pada bagian tertinggi dari pola malam tersebut agar
pendam.
P r o s t o d o n s i | 30
5. Kemudian dilakukan proses penuangan logam dengan menggunakan
P r o s t o d o n s i | 31
kemudian permukaan preparasi dikeringkan dengan air syringe
dengan glass ionomer cement dan 4 gigi lagi disemen dengan zinc
dengan glass ionomer cement dan 12 gigi lagi disemen dengan zinc
powder dan liquid adalah 1,8 gr : 1,0 gr. Waktu pengadukan selama 20
GC Corporation Tokyo).
P r o s t o d o n s i | 32
IV.9.4 UJI KEKUATAN TARIK
mengeras sempurna. 15
cement
P r o s t o d o n s i | 33
4. Lempeng logam ditarik dengan beban kontinyu sampai lempeng
pada beban tarik adalah skala Newton (N). Dapat dilihat pada gambar
4.4, lempeng logam yang terlepas dari gigi setelah di uji kekuatan
tariknya.
P r o s t o d o n s i | 34
Gambar 4.5 Alat uji kekuatan tarik (Tensile
Testing Machine Type PM 100
Galdabini).
uji Levene untuk mengetahui homogenitas sampel. Selanjutnya diolah dengan uji
Anova satu arah dan dilanjutkan dengan uji least significant different (LSD) jika
dari uji Anova diperoleh hasil yang significant ( = 0,05) untuk mengetahui
BAB V
HASIL PENELITIAN
penghalusan dinding aksial preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada
kekasaran bur serta penghalusannya, dan perbedaan semen luting yaitu glass
ionomer cement dan zinc phosphate cement, dapat dilihat pada tabel 5.1:
P r o s t o d o n s i | 35
Tabel 5.1 Perbandingan dan rerata penghalusan dinding aksial preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam dalam
satuan N/mm
2
Subyek Kelompok
Penelitian A1 A2 B1 B2 C1 C2
Keterangan :
- Kelompok A1 = Bur intan (coarse) + glass ionomer cement
- Kelompok A2 = Bur intan (coarse) + zinc phosphate cement
- Kelompok B1 = Bur intan (fine) + glass ionomer cement
- Kelompok B2 = Bur intan (fine) + zinc phosphate cement
- Kelompok C1 = Bur intan (coarse) + bur karbit (fine) + glass ionomer
cement
- Kelompok C2 = Bur intan (coarse) + bur karbit (fine) + zinc phosphate cement
Tabel 5.1 menunjukkan kekuatan tarik dari semen luting terhadap
penghalusan dinding aksial preparasi pada lempeng logam. Nilai rerata kekuatan
tarik yang paling tinggi adalah kelompok C1 ( Bur intan (coarse) + bur karbit (fine) +
glass ionomer cement), yaitu 0,47 N/mm2, dan kekuatan tarik yang paling rendah
adalah kelompok A2 (Bur intan (coarse) + zinc phosphate cement), yaitu 0,25 N/mm2
penghalusan dinding aksial preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada
lempeng logam, dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas data. Hasil
uji Levene pada pengaruh penghalusan dinding aksial preparasi terhadap kekuatan
P r o s t o d o n s i | 36
tarik semen luting pada lempeng logam diperoleh probabilitas 0,628. Berarti hasil
uji Levene p > 0,05. Hal ini berarti bahwa data tersebut homogen.
aksial preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam, maka
dilakukan uji statistik ANOVA satu arah dengan menggunakan = 0,05. Hasilnya
Tabel 5.2 Hasil uji ANOVA pengaruh penghalusan dinding aksial preparasi
terhadap kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam
Sumber Variasi JK Db MK F hit P
Perlakuan(BetweenGroups) 0,146 5 0,029 15,888 0,000
Sisa / Residual(WithinGroups) 0,033 18 0,002
Total 0,179 23
Keterangan :
JK : jumlah kuadrat
db : derajat bebas
MK : median kuadrat
F hit : nilai F hitung
P : probabilitas
Dari hasil uji ANOVA untuk melihat pengaruh penghalusan dinding aksial
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Dari hasil uji ANOVA tersebut
didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan yang diuji. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol (Ho) tidak
dapat diterima atau ditolak dan Ha dapat diterima, yang berarti bahwa ada
P r o s t o d o n s i | 37
Dikarenakan hasil dari uji ANOVA menunjukkan adanya pengaruh
penghalusan dinding aksial preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada
lempeng logam, maka perlu dilakukan uji lebih lanjut menggunakan uji LSD
perlakuan.
Tabel 5.3 Hasil uji LSD pengaruh penghalusan dinding aksial preparasi terhadap
kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam
Kelompok A1 A2 B1 B2 C1 C2
A1 0 0,09750* 0,09250* 0,07500* 0,12500* 0,11500*
A2 0,09750* 0 0,19000* 0,17250* 0,22250* 0,21250*
B1 0,09250* 0,19000* 0 0,01750 0,03250 0,02250
B2 0,07500* 0,17250* 0,01750 0 0,05000 0,04000
C1 0,12500* 0,22250* 0,03250 0,05000 0 0,01000
C2 0,11500* 0,21250* 0,02250 0,04000 0,01000 0
*Perbedaan rerata significant pada level 0,05
Pada tabel 5.3, dapat dilihat hasil dari uji LSD (least significant
semen luting pada lempeng logam. Dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan atau bermakna pada kelompok A1 dengan A2, B1, B2, C1 dan C2,
Ini berarti bahwa bur intan (coarse) + glass ionomer cement berbeda bermakna
dengan bur intan (coarse) + zinc phosphate cement. Selain itu bur intan (coarse) +
glass ionomer cement juga berbeda bermakna dengan bur intan (fine) + glass
ionomer cement, bur intan (fine) + zinc phosphate cement, bur intan (coarse) +
bur intan (fine) + glass ionomer cement, dan bur intan (coarse) + bur intan (fine)
+ zinc phosphate cement. Bur intan (coarse) + zinc phosphate cement berbeda
P r o s t o d o n s i | 38
bermakna dengan bur intan (coarse) + glass ionomer cement, bur intan (fine) +
glass ionomer cement, bur intan (fine) + zinc phosphate cement, bur intan
(coarse) + bur intan (fine) + glass ionomer cement, dan bur intan (coarse) + bur
P r o s t o d o n s i | 39
BAB VI
PEMBAHASAN
ionomer cement dan zinc phosphate cement karena di bidang kedokteran gigi saat
ini glass ionomer cement masih lebih sering digunakan sebagai bahan luting.
Hanya saja karena glass ionomer cement memiliki beberapa kekurangan antara
lain mudah larut dalam saliva, kasar, dan sensitif terhadap air pada saat setting
time, maka ada juga yang menggunakan zinc phosphate cement sebagai bahan
luting. 15,16
cement dan zinc phosphate cement adalah semen yang memiliki sifat kekuatan
tarik diametral 24 jam yang tinggi dibandingkan semen luting yang lain. Glass
ionomer cement memiliki kekuatan tarik diametral 24 jam sebesar 6,2 MPa.
penghalusan dinding aksial preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada
lempeng logam menunjukkan bahwa dari setiap perlakuan pengasahan pada gigi
premolar yang disemen dengan 2 macam semen luting yaitu glass ionomer
cement dan zinc phosphate cement memiliki pengaruh terhadap kekuatan tarik
semen luting. Terlihat pada tabel 5.1, menunjukkan rerata kekuatan tarik dari
glass ionomer cement pada lempeng logam terhadap gigi yang dilakukan
P r o s t o d o n s i | 40
pengasahan dengan bur intan (coarse) lebih rendah bila dibandingkan terhadap
gigi yang dilakukan pengasahan dengan bur intan (fine), dan terhadap gigi yang
dengan bur karbit (fine). Hal ini dapat terlihat pada kelompok A1 {glass ionomer
cement pada lempeng logam terhadap gigi yang dilakukan pengasahan dengan bur
{glass ionomer cement pada lempeng logam terhadap gigi yang dilakukan
pengasahan dengan bur intan (fine)} nilai reratanya sebesar 0,44 N/mm2, dan
kelompok C1 {glass ionomer cement pada lempeng logam terhadap gigi yang
Begitu juga untuk kelompok zinc phosphate cement, pada tabel 5.1
menunjukkan rerata kekuatan tarik dari zinc phosphate cement pada lempeng
logam terhadap gigi yang dilakukan pengasahan dengan bur intan (coarse) lebih
rendah bila dibandingkan terhadap gigi yang dilakukan pengasahan dengan bur
intan (fine), dan terhadap gigi yang dilakukan pengasahan dengan bur intan
(coarse) yang kemudian dihaluskan dengan bur karbit (fine). Hal ini dapat terlihat
pada kelompok A2 {zinc phosphate cement pada lempeng logam terhadap gigi
lempeng logam terhadap gigi yang dilakukan pengasahan dengan bur intan (fine)}
nilai reratanya sebesar 0,42 N/mm 2, dan kelompok C2 {zinc phosphate cement
pada lempeng logam terhadap gigi yang dilakukan pengasahan dengan bur intan
P r o s t o d o n s i | 41
(coarse) yang kemudian dihaluskan dengan bur karbit (fine)} nilai reratanya
yang memiliki adaptasi tepi yang baik. Pengurangan jaringan dalam jumlah yang
instrumen lain untuk mendapat permukaan yang halus. Untuk itu digunakan bur
Pada tabel 5.2, dapat dilihat hasil uji ANOVA terhadap nilai-nilai
kekuatan tarik dari semen luting pada lempeng logam terhadap gigi yang
dipreparasi dengan bur intan (coarse), bur intan (fine), dan yang dipreparasi
dengan bur intan (coarse) dan kemudian dihaluskan dengan bur karbit (fine)
oleh Sevgican dkk yang meneliti tentang pengaruh pemakaian 2 macam bur intan
dengan kekuatan ikatan tensil adesif ke gigi. Sevgican menggunakan 2 macam bur
intan yaitu bur intan (regular) dan bur intan (superfine). Hasil penelitiannya
P r o s t o d o n s i | 42
Dikarenakan hasil dari uji ANOVA menunjukkan adanya pengaruh
penghalusan dinding aksial preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada
lempeng logam, maka perlu dilakukan uji lebih lanjut menggunakan uji LSD
untuk melihat besarnya perbedaan dari setiap perlakuan. Pada tabel 5.3, dapat
dilihat hasil dari uji LSD pengaruh penghalusan dinding aksial preparasi terhadap
kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam. Dapat diketahui bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna pada kelompok A1 dengan A2,
B1, B2, C1 dan C2, dan kelompok A2 dengan A1, B1, B2, C1, dan C2.
dari sebuah gigitiruan cekat. Retensi adalah kemampuan dari preparasi untuk
mencegah restorasi terlepas dari gigi penyangga oleh tekanan yang datang searah
dengan sumbu gigi. Ada 4 faktor yang harus dipertimbangkan pada waktu
Dapat dilihat jelas pula dalam tabel 5.1 perbandingan antara semen
luting glass ionomer cement dengan zinc phosphate cement di setiap kelompok 3
kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan zinc phosphate cement terhadap
kekasaran dinding yang tidak dihaluskan maupun yang dihaluskan. Pada hasil uji
P r o s t o d o n s i | 43
yang diuji. Untuk kelompok glass ionomer cement dan zinc phosphate cement,
dari hasil uji LSD dapat dilihat bahwa hanya terdapat perbedaan yang signifikan
pada kelompok A1 dan A2. Ini berarti bahwa pada perbandingan antara glass
ionomer cement dan zinc phosphate cement hanya pada kelompok yang
sedangkan pada kelompok bur intan (fine) dan bur intan (coarse) + bur karbit
(fine) tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena glass ionomer cement memiliki beberapa sifat yang menguntungkan, yaitu
perlekatan yang bagus dengan struktur gigi, dan memiliki retensi yang cukup
tinggi. Perbedaan yang tidak bermakna antara glass ionomer cement dan zinc
phosphate cement pada kelompok bur intan (fine) dan bur intan (coarse) + bur
ionomer cement sebanding dengan zinc phosphate cement, dan kekuatan tarik
diametral glass ionomer cement sedikit lebih tinggi daripada zinc phosphate
cement. Modulus elastisitas glass ionomer cement hanya separuh dari zinc
phosphate cement. Jadi glass ionomer cement tidak terlalu kaku dan lebih peka
dipreparasi dengan bur intan (coarse) dan tidak dihaluskan lebih rendah daripada
kekuatan tarik semen luting glass ionomer cement dan zinc phosphate cement dari
hasil preparasi yang dinding aksial preparasinya dipreparasi dengan bur intan
(fine) dan tidak dihaluskan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada
P r o s t o d o n s i | 44
preparasi yang menggunakan bur intan (coarse) akan menghasilkan permukaan
yang tidak rata dan tidak teratur, sehingga mengurangi kekuatan perlekatan semen
luting terhadap permukaan dinding pada lempeng logam. Selain itu, permukaan
tidak dihaluskan berarti masih ada kekasaran dalam skala kecil, yang berarti
protesis cekat ditempatkan di atas gigi yang sudah dipreparasi, ada celah
permukaan gigi yang sudah dipreparasi tampak kasar, yaitu ada bagian puncak
dan ada bagian lembahnya. Pada preparasi yang tidak dihaluskan, permukaan
permukaannya tampak bergerigi halus. Kekuatan tarik semen luting lebih tinggi
pada permukaan yang luas dibandingkan permukaan yang sempit. Sehingga jika
P r o s t o d o n s i | 45
BAB VII
PENUTUP
VI.1 SIMPULAN
aksial preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam dapat
disimpulkan bahwa :
tarik yang paling tinggi bagi semen luting adalah yang dipreparasi dengan
bur intan (coarse) dan kemudian dihaluskan dengan bur karbit (fine).
3. Kekuatan tarik semen luting glass ionomer cement dari hasil preparasi
4. Kekuatan tarik semen luting glass ionomer cement dari hasil preparasi
dan tidak dihaluskan sebesar 0,35 N/mm2 lebih rendah daripada kekuatan
tarik semen luting glass ionomer cement dari hasil preparasi yang dinding
P r o s t o d o n s i | 46
5. Kekuatan tarik semen luting zinc phosphate cement dari hasil preparasi
dan tidak dihaluskan sebesar 0,25 N/mm2 lebih rendah daripada kekuatan
tarik semen luting zinc phosphate cement dari hasil preparasi yang dinding
6. Kekuatan tarik glass ionomer cement lebih tinggi daripada kekuatan tarik
VI.2 SARAN
dari semen luting dengan menggunakan variabel semen luting yang lain.
P r o s t o d o n s i | 47
DAFTAR PUSTAKA
and marginal fit using a newly developed microfinishing bur and new
P r o s t o d o n s i | 48
11. Tarigan R. Perawatan pulpa gigi (endodonti). 2nd Ed. Jakarta : EGC: 2006. P.
200-1
12. ._____. Mahkota selubung (jaket crown). [serial on the internet]. 20 April
http://www.potooloodental.blog.com/2010/04/20/mahkota-selubung-jacket-
crown/
13. Goldstein RE. Universal crown and bridge preparation the all-ceramic crown
ionomer_28.html
17. Berg JH. Glass ionomer cement. Pediatric Dent 2002 ; 24:430-8
18. ._____. Porcelain fused to metal crown placement. [serial on the internet]. 09
http://costdentures.com/fixed/porcelain-fused-to-metal-crown-placement/
19. ._____. Zink Phosphate Cement. [serial on the internet]. 2008 [cited 2011
http://www.mediceptdental.com/products/dental-cements/zinc-phosphate-
cement.html
20. Baum L, Phillips RW, Lund MR. Buku ajar ilmu konservasi gigi (textbook of
operative dentistry). 3rd Ed. Alih bahasa: Tarigan R. Jakarta : EGC; 1997
21. Yuwono AH. Buku panduan praktikum karakterisasi material 1 pengujian
P r o s t o d o n s i | 49
23. Marzuki. Metodologi riset. Yogyakarta; 1983
P r o s t o d o n s i | 50