Analisis Hygiene Dan Sanitasi Lapas Kelas Iia Salemba
Analisis Hygiene Dan Sanitasi Lapas Kelas Iia Salemba
Oleh:
KELOMPOK :
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip hygiene sanitasi makanan dan
minuman di Lembaga Permasyarakatan kelas IIA Salemba.
BAB II
ANALISIS
Lembaga Permasyarakatan Salemba termasuk Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA.
Menurut Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.HH-05.OT.01.01 tahun 2011, Lapas
Kelas IIA terdiri dari sub bagian tata usaha, seksi bimbingan narapidana atau anak didik dan
kegiatan kerja, seksi administrasi keamanan dan tata tertib, dan kesatuan pengamanan lapas.
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) adalah narapidana, tahanan, anak didik dan klien
pemasyarakatan.Narapidana adalah seorang yang sedang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di Lapas. Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan di Rutan untuk kepentingan
penyelidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan
Berdasarkan hasil survei diperoleh beberapa data terkait dengan Hygiene Sanitasi
Makanan dan Minuman sebagai berikut:
Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan
1. Pengamanan / Pemilihan Bahan Makanan
a. Pemilihan Bahan Makanan
Di Lapas Salemba tidak melakukan pemilihan bahan makanan sendiri, tetapi pihak lapas
sudah memberikan kepercayaan terkait pasokan bahan makanan kepada pemborong yang sudah
diberikan tanggung jawab dan dipercaya yang setiap hari bertugas untuk menyediakan bahan
makanan di Lapas. Upaya pemilihan bahan makanan di Lapas Salemba didasarkan atas sifat dan
karakteristik dari bahan makanan itu sendiri, antara lain bahan makanan mentah (segar) dan
bahan makanan tahan lama. Bahan makanan mentah (segar), misalnya sayur mayur, sedangkan
bahan makanan yang tahan lama misalnya beras.
Pengamanan bahan makanan merupakan upaya untuk mengamankan bahan makanan dari
supliyer sampai ke Lapas Salemba melalui proses pengangkutan bahan makanan. Pengangkutan
ini dilakukan dengan menggunakan becak yang biasanya dilakukan pada pukul 04.00 WIB setiap
hari. Dari hasil pengamatan, proses pengangkutan bahan makanan di Lapas Salemba masih
kurang baik karena selama perjalanan menuju lapas, bahan makanan tidak dipisahkan oleh suatu
sekat dan peletakannya tidak ditata dan terkadang ditumpuk sehingga memungkinkan terjadinya
kerusakan fisik pada bahan makanan. Jika bahan makanan tersebut sudah mengalami kerusakan
secara fisik maka mempermudah kemungkinkan terjadinya kontaminasi.
2. Lapas Salemba telah menerapkan ketujuh prinsip Hygiene Sanitasi Makanan, tetapi masih
terdapat beberapa hal yang kurang sesuai dengan penerapan prinsip HSM. Hal ini terlihat
pada :
a. Upaya pengamanan bahan makanan yang masih kurang baik, yaitu melakukan pengangkutan
bahan makanan hanya dengan menggunakan becak terbuka, tanpa dipisahkan, dan ditumpuk
begitu saja. Selain itu bahan makanan seperti beras, ikan asin, dan kelapa disimpan di gudang
penyimpanan yang kondisi fisik bangunannya kurang baik, serta tidak adanya sekat dan tempat
khusus untuk rempah-rempah.
b. Upaya pengumpulan bahan makanan sudah baik, hanya saja tempat pengumpulan bahan
makanannya masih menggunakan wadah terbuka.
c. Upaya pengolahan bahan makanan di Lapas Salemba sudah dilakukan dengan baik mulai dari
kebersihan tempat, bangunan fisik, dan tersedianya fasilitas sanitasi. Namun untuk penjamah
makanan, Lapas Salemba masih kurang memperhatikan hygiene dari penjamah. Buktinya,
penjamah makanan belum menggunakan celemek, penutup kepala, atau baju khusus memasak,
bahkan merokok saat mengolah makanan.
d. Upaya pengangkutan makanan juga cukup baik.
e. Upaya penyimpanan makanan dilakukan dengan baik untuk nasi yang masih tersisa.
Sedangkan untuk makanan lain, langsung disajikan, tanpa disimpan terlebih dahulu.
f. Upaya penyajian makanan kurang baik, karena menggunakan wadah plastik tanpa tutup yang
diigunakan berulang-ulang. Sedangkan untuk upaya pengemasan, di Lapas Salemba tidak
menggunakan makanan yang perlu untuk dikemas, jadi tidak dilakukan prinsip yang ketujuh
ini.
4.2 Saran
Bagi petugas yang mengawasi dapur di Lapas Salemba, seharusnya lebih memperketat
hygiene dari penjamah makanan. Misalnya dengan mewajibkan penjamah untuk menggunakan
celemek, memakai penutup kepala, tidak merokok saat memasak, dan membiasakan diri mencuci
tangan sebelum serta sesudah memasak. Untuk tempat yang digunakan untuk menyajikan
makanan bagi para Napi dan tahanan, hendaknya menggunakan tempat yang tertutup dan tidak
diletakkan begitu saja di lantai guna mencegah kontaminasi makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Candra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran
Purnawijayanti, Hiasinta. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja Dalam Pengolahan
Makanan. Yogyakarta: Penerbit Konisius
Mukono, J.H. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University
Press.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Di Lembaga
Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara. [seril online]
[http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/download/pedoman-PMB-Lapas-2009.pdf ] (29
Oktober 2014).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0. 715/MENKES/SK/V/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga [seril
onlinehttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20715%20ttg
%20Persyaratan%20Hygiene%20Sanitasi%20Jasaboga.pdf] (29 Oktober 2014)
file.upi.edu/Direktori/.../JUR.../SUSIWI-28)._Kerusakan_Pangan.pdf
http://kmpvtb.wordpress.com/2011/08/14/mengenal-istilah-food-borne-disease/
Sumber: Mia (2007), Van de Venter (1999) dan drh. Hernita Rini Damayanti (2008)
(www.pdhi-online.org)
http://artikelkesehatanwanita.com/artikel-penyakit-akibat-makanan.html
https://www.academia.edu/5029255/BAB_4