Anda di halaman 1dari 12

Bagaimana

Oleh: KH A Mustofa Bisri Aku Melihatmu


Oleh: KH A Mustofa Bisri
Bagaimana kau hendak menulis puisi dengan apa?
aku melihatmu
Huruf-huruf dan kata-kata telah aus
tersenyum bersama embun pagi
Digunakan terus menerus aku melihatmu
Oleh tikus-tikus yang rakus bernyanyi bersama burung-burung
Meruapkan bau kakus aku melihatmu
bergerak bersama mentari bersama angin dan mega-mega
Bagaimana kau hendak menulis dengan apa? aku melihatmu
Orang-orang tak bersukma terbang bersama sekumpulan burung gereja
Yang nuraninya matirasa aku melihatmu
Terus menerus mempergunkannya berenang bersama ikan-ikan dan lumba-lumba
Untuk menyembunyikan borok mereka aku melihatmu
meratap bersama mereka yang kelaparan
Bertapa sajalah aku melihatmu
Seperti rumput merintih bersama mereka yang kehausan
Bersama rumput aku melihatmu
Siapa tahu esok pagi mengaduh bersama mereka yang kesakitan
Burung-burung bersedia lagi aku melihatmu
Mengajari menyanyi berdendang bersama ibu yang meninabobokkan anaknya
Sementara kalian berbagi aku melihatmu
melangkah bersama hamba yang berjuang menggapai citanya
Embun pagi
aku melihatmu dalam gelap
Gandrung aku melihatmu dalam terang
Oleh: KH A Mustofa Bisri aku melihatmu dalam ramai
aku melihatmu dalam senyap
aku melihatmu
o, damaiku, o resahku
kau melihatku.
o teduhku, o terikku
o gelisahku, o tentramku Hanien
o, penghiburku, o fitnahku Oleh: KH A Mustofa Bisri
o harapanku, o cemasku
o tiraniku, Mestinya malam ini
selama ini bisa sangat istimewa
aku telah menghabiskan umurku seperti dalam mimpi-mimpiku
untuk entah apa. di manakah selama ini
kau ketika itu, o, kekasih ?
mengapa kau tunggu hingga kekasih, jemputlah aku
aku lelah kekasih, sambutlah aku
tak sanggup lagi
lebih keras mengetuk pintumu aku akan mengatakan kata-kata kerinduanku
menanggung maha cintamu ? dengan kata-kata biasa
benarkah dan kau cukup tersenyum memahami deritaku
kau datang kepadaku lalu ku letakkan kepalaku yang penat
o, rinduku, di haribaanmu yang hangat
benarkah ?
kekasih, tetaplah di sisiku
Guruku kekasih, tataplah mataku
Oleh: KH A Mustofa Bisri
tapi seperti biasa
Ketika aku kecil dan menjadi muridnya dari sekian banyak yang ingin kukatakan tak terkatakan
Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar sekian banyak dari yang mau kuadukan
diambilalih oleh air mataku
Ketika aku besar dan menjadi pintar
Kulihat dia begitu kecil dan lugu kekasih, dengarlah dadaku
kekasih, bacalah air mataku
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga guru malam ini belum juga
seperti mimpi-mimpiku
Ataukah kini aku tak tahu selama ini
Menghargai guru? malam ini
lagi-lagi kau biarkan sepi
mewakilimu.
Mulut Kau bisa menjulurkan lidah api
Oleh: KH A Mustofa Bisri Membakar apa saja
Dari rongga itu
Di mukamu ada sebuah rongga Bisa kau perdengarkan merdu burung berkicau
Ada giginya ada lidahnya Bisa kau perdengarkan suara bebek meracau
Lewat rongga itu semua bisa Dari rongga itu
kau masukkan ke dalam perutmu Madu lebah bisa mengucur
Lewat rongga itu semua bisa kau tumpahkan Bisa ular bisa menyembur
Lewat rongga itu air liurmu bisa Dari rongga itu
meluncur sendiri Laknat bisa kau tembakkan
pujian bisa kau hamburkan
Dari rongga itu
Orang bisa mencium bau apa saja Dari rongga itu
Dari wangi anggur hingga tai kuda Perang bisa kau canangkan
Perdamaian bisa kau ciptakan
Dari rongga itu
Mutiara atau sampah bisa masuk bisa keluar Dari rongga itu
Membuat langit cerah atau terbakar Orang bisa sangat jelas melihat dirimu
Dari rongga itu
mata air jernih bisa kau alirkan Rongga itu milikmu
Membawa kesejukan kemana-mana Terserah
kau.
Dari rongga itu

Ohoi,
Nyanyian Kebebasan Atawa Boleh Apa Saja Seniman boleh bersufi-sufi
Oleh: KH A Mustofa Bisri Sufi boleh berseni-seni
Penyair boleh berdzikir samawi
Merdeka! Muballigh boleh berpuisi duniawi
Ohoi, ucapkanlah lagi pelan-pelan Ohoi,
Merdeka Si anu boleh anu
Kau kan tahu nikmatnya Siapa boleh apa
Nyanyian kebebasan
Merdeka?
Ohoi,
Lelaki boleh genit bermanja-manja
Gelisahku
Wanita boleh sengit bermain bola Oleh: KH A Mustofa Bisri
Anak muda boleh berkhutbah dimana-mana
Orang tua boleh berpacaran dimana saja gelisahku adalah gelisah purba

Ohoi, adam yang harus pergi mengembara tanpa diberitahu


Politikus boleh berlagak kiai kapan akan kembali
Kiai boleh main film semau hati
Ilmuwan boleh menggugat ayat bukan sorga benar yang kusesali karena harus
Gelandangan boleh mewakili rakyat kutinggalkan

Ohoi, namun ngungunku mengapa kau tinggalkan


Dokter medis boleh membakar kemenyan aku sendiri
Dukun klenik boleh mengatur kesejahteraan
Saudara sendiri boleh dimaki sesalku karena aku mengabaikan kasihmu yang agung
Tuyul peri boleh dibaiki dan dalam kembaraku di mana kuperoleh lagi kasih

Ohoi, sepersejuta saja kasihmu


Pengusaha boleh melacur jauh darimu semakin mendekatkanku kepadamu
Pelacur boleh berusaha
Pembangunan boleh berjudi cukup sekali, kekasih
Penjudi boleh membangun tak lagi,

Ohoi, tak lagi sejenak pun


Yang kaya boleh mengabaikan saudaranya aku berpaling
Yang miskin boleh menggadaikan segalanya
Yang di atas boleh dijilat hingga mabuk biarlah gelisahku jadi dzikirku
Yang di bawah boleh diinjak hingga remuk
Kaum Beragama Negri Ini Mereka bukan saja ikut
Oleh: KH A Mustofa Bisri menentukan ibadah
tetapi juga menetapkan
Tuhan, siapa ke sorga siapa ke neraka.
lihatlah betapa baik
kaum beragama Mereka sakralkan pendapat mereka
negeri ini dan mereka akbarkan
mereka tak mau kalah dengan kaum semua yang mereka lakukan
beragama lain hingga takbir
di negeri-negeri lain. dan ikrar mereka yang kosong
Demi mendapatkan ridhomu bagai perut bedug.
mereka rela mengorbankan Allah hu akbar walilla ilham.
saudara-saudara mereka
untuk merebut tempat
terdekat disisiMu
Puisi Islam
Oleh: KH A Mustofa Bisri
mereka bahkan tega menyodok
dan menikam hamba-hambaMu sendiri Islam agamaku nomor satu di dunia
demi memperoleh RahmatMu Islam benderaku berkibar di mana-mana
mereka memaafkan kesalahan dan Islam tempat ibadahku mewah bagai istana
mendiamkan kemungkaran Islam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnya
bahkan mendukung kelaliman
Untuk membuktikan Islam sorbanku
keluhuran budi mereka, Islam sajadahku
terhadap setanpun Islam kitabku
mereka tak pernah
berburuk sangka Islam podiumku kelas exclussive yang mengubah cara
dunia memandangku
Tuhan, Tempat aku menusuk kanan kiri
lihatlah
betapa baik kaum beragama Islam media massaku
negeri ini Gaya komunikasi islami masa kini
mereka terus membuatkanmu Tempat aku menikam sana sini
rumah-rumah mewah
di antara gedung-gedung kota Islam organisasiku
hingga di tengah-tengah sawah Islam perusahaanku
dengan kubah-kubah megah Islam yayasanku
dan menara-menara menjulang
untuk meneriakkan namaMu Islam istansiku , menara dengan seribu pengeras suara
menambah segan Islam muktamarku, forum hiruk pikuk tiada tara
dan keder hamba-hamba
kecilMu yang ingin sowan kepadaMu. Islam bursaku
Islam warungku hanya menjual makanan sorgawi
NamaMu mereka nyanyikan dalam acara Islam supermarketku melayani segala keperluan
hiburan hingga pesta agung kenegaraan. manusiawi
Mereka merasa begitu dekat denganMu
hingga masing-masing Islam makananku
merasa berhak mewakiliMu.
Islam teaterku menampilkan karakter-karakter suci
Yang memiliki kelebihan harta Islam festifalku memeriahkan hari-hari mati
membuktikan
kedekatannya dengan harta Islam kaosku
yang Engkau berikan Islam pentasku
Yang memiliki kelebihan kekuasaan
membuktikan kedekatannya dengan Islam seminarku, membahas semua
kekuasaannya yang Engkau limpahkan. Islam upacaraku, menyambut segala
Yang memiliki kelebihan ilmu Islam puisiku, menyanyikan apa saja
membuktikan
kedekatannya dengan ilmu Tuhan Islamkah aku?
yang Engkau karuniakan.

Mereka yang engkau anugerahi


kekuatan sering kali bahkan merasa
diri Engkau sendiri
Diterbangkan Takdir berhak atas sawah dan ladang
Oleh: KH A Mustofa Bisri berhak atas hutan dan padang
berhak atas manuasia dan binatang
diterbangkan takdir aku sampai negeri-negeri beku sejarah pasti akan menulis dengan huruf-huruf besar
wajah-wajah dingin bagai mesin bahwa di suatu kurun waktu yang lama
menyambutku tanpa menyapa pernah ada negeri kekeluargaan
kutelusuri lorong-lorong sejarah yang sukses membina dan mempertahankan
hingga kakiku kaku kemakmuran dan kebahagiaan keluarga
untung teduh wajahmu
memberiku istirah Bagaimana Aku Menirumu, O Kekasihku
hangat matamu Oleh: KH A Mustofa Bisri
mendamaikan resahku
maka kulihat bunga-bunga sebelum musimnya Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
gemuruh mesin terdengar bagai air terjun Engkau mentari
dan guguran daun-daun Aku bumi malam hari
meruap aroma dusun Bila tak kau sinari
maka dengan sendirinya Dari mana cahaya akan kucari?
kusebut namamu
dan terus kusebut namamu Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
aku ingin kasih, Engkau purnama
melanjutkan langkahku. yang menebarkan senyum kemana-mana
Aku pekat malam tanpa rona
Negeri Kekeluargaan Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Engkau mata air
meski kalian tidak bersaksi Aku di muara
sejarah pasti akan mencatat dengan huruf-huruf besar Dimana kucari jernihmu
bukan karena inilah
negeri bagai zamrud yang amat indah Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
bukan karena inilah Engkau samudra
negeri dengan kekayaan yang melimpah Aku di pantai
dan rakyat paling ramah Hanya termangu
tapi karena kalian telah membuatnya
menjadi negeri paling unik di dunia Engkau merdeka
kalian buat norma-norma sendiri yang unik Aku terbelenggu
aturan-aturan sendiri yang unik
perilaku-perilaku sosial sendiri yang unik Engkau ilmu
budaya yang lain dari yang lain Aku kebodohan
kalian buat bangsa negeri ini
tampil beda dari bangsa-bangsa lain di muka bumi Engkau bijaksana
kehidupan penuh makna kekeluargaan Aku semena-mena
yang harmonis, seragam dan serasi
dengan demokrasi keluarga Diammu tafakkur
yang manis, rukun dan damai Diamku mendengkur
dalam sistem negeri kekeluargaan
bapak sebagai kepala rumahtangga Bicaramu pencerahan
memimpin dan mengatur segalanya Bicaraku ocehan
sampai akhir hayatnya
bagi kepentingan keluarganya Engkau memberi
kepentingan keluarga adalah kepentingan semua Aku meminta
kepentingan keluarga adalah kepentingan bangsa dan
negara Engkau mengajak
keluarga harus sejahtera Aku memaksa
dan semua harus mensejahterakan keluarga
demi kesejahteraan dan kemakmuran keluarga Engkau kaya dari dalam
kepala keluarga berhak menentukan Aku miskin luar-dalam
siapa-siapa termasuk keluarga Miskin bagimu adalah pilihan
berhak memutuskan dan membatalkan keputusan Miskin bagiku adalah keterpaksaan
berhak mengatasnamakan siapa saja
berhak mengumumkan dan menyembunyikan apa saja Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
kepala keluarga demi keluarga
berhak atas laut dan dan udara
berhak atas air dan tanah
Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat
Oleh: KH A Mustofa Bisri Kalau kau sibuk dengan kulit saja
Kapan kau sempat menyentuh isinya?
Kalau kau sibuk berteori saja Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja
Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori? Kapan kau sampai intinya?
Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau memanfaatkannya? Kalau kau sibuk dengan intinya saja
Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja
Kapan kau sempat menikmati hidup? Kapan kau bersatu denganNya?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup? Kalau kau sibuk bertanya saja
Kapan kau mendengar jawaban?
Kalau kau sibuk dengan kursimu saja
Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?
Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja
Kapan kau menyadari joroknya?
Negeriku
Oleh: KH A Mustofa Bisri

Kalau kau sibuk membodohi orang saja mana ada negeri sesubur negeriku?
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan
Kapan orang lain memanfaatkannya? jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja perabot-perabot orang kaya didunia
Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja dan burung-burung indah piaraan mereka
Kapan kau pintar? berasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap
Kalau kau sibuk mencela orang lain saja
Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya? bermula dari lautku
Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja emas dan perak perhiasan mereka
Kapan kau menyadari celamu sendiri?
digali dari tambangku
Kalau kau sibuk bertikai saja air bersih yang mereka minum
Kapan kau sempat merenungi sebab pertikaian? bersumber dari keringatku
Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya? mana ada negeri sekaya negeriku?
majikan-majikan bangsaku
Kalau kau sibuk bermain cinta saja memiliki buruh-buruh mancanegara
Kapan kau sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau sibuk merenungi arti cinta saja brankas-brankas ternama di mana-mana
Kapan kau bercinta? menyimpan harta-hartaku
negeriku menumbuhkan konglomerat
Kalau kau sibuk berkhutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan khutbah? dan mengikis habis kaum melarat
Kalau kau sibuk dengan kebijakan khutbah saja rata-rata pemimpin negeriku
Kapan kau akan mengamalkannya?
dan handai taulannya
Kalau kau sibuk berdzikir saja terkaya di dunia
Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau mana ada negeri semakmur negeriku
dzikir?
Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja penganggur-penganggur diberi perumahan
Kapan kau kan mengenalNya? gaji dan pensiun setiap bulan
rakyat-rakyat kecil menyumbang
Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan bicaramu? negara tanpa imbalan
Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja rampok-rampok dibri rekomendasi
Kapan kau mengerti arti bicara?
dengan kop sakti instansi
Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja maling-maling diberi konsesi
Kapan kau sempat berpuisi? tikus dan kucing
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau memuisi? dengan asyik berkolusi
Tanggal-Tanggal Yang Tanggal
Oleh: Kh A Mustofa Bisri Bangsa Ini
Oleh: KH A Mustofa Bisri
hampi selalu
tak terasa Inilah bangsa pemberani tanpa tandingan
seperti yang lalu Bangsa yang tak takut hutang tak takut ngemplang
tanggal-tanggal Tak takut ejekan tak takut tudingan
satu-satu tanggal
seperti bulan-bulan Tak takut asap
saru-satu tanggal Tak takut api
dari penanggalan Tak takut suap
semua bertanggalan Tak takut upeti
menyisakan penyesalan
lalu lalai dan lupa Tak takut korupsi
membawa kepada pengulangan Tak takut kolusi
lalai dan lupa Tak takut polisi
membawa kepada pengulangan Tak takut demonstrasi
pengulangan dan pengulangan
lalai dan lupa Tak takut mencuri tak takut diadili
mengobati luka Tak takut mencaci tak takut dibenci
yang pernah menganga
lalai dan lupa bahkan mengajak berpesta Tak takut riba tak takut memangsa
menyambut berkurangnya usia Tak takut narkoba tak takut rajasinga
o, tak terasa
kita berjalan seperti asal berjalan Tak takut berselingkuh
peta dan kompas selalu terabaikan Tak takut dituduh
sebentar kaget oleh perubahan penanggalan Tak takut kuwalat
yang berubah satu angka ke depan Tak takut dilaknat
o, malangnya badan
yang tiba-tiba terhenti di tengah jalan Inilah bangsa pemberani tanpa tandingan
oleh lelah berputar-putar tanpa tujuan Tak takut setan tak takut Tuhan
atau mati tersesat di persimpangan
wahai, Bangsa ini hanya takut pada ketombe
jangan ucapkan selamat Tak peraya ujaran Jawa hidup hanya mampir ngombe
kepada nasib yang belum tentu selamat
berbelasungkawalah kepada usia Bangsa ini, bangsa apa?
yang jelas lepas sia-sia!
Negeri Sulapan
Sang Pemimpin Pemberani Oleh: KH. A Mustofa Bisri
Oleh: KH A Mustofa Bisri
pulang dari negeri kecil di timur tengah
Untuk: GusDur dengan kagum kang sobari bercerita bak alfu-lailah-
walailah
Seorang pemimpin pemberani tentang tanah gersang yang disulap
datang sendiri mengawal bukan dikawal umatnya menjadi taman sari yang asrioleh orang-orang badui
tentang bangsa nomad
Ketika banyak pemimpin membela diri sendiri yang menjadi majikan terhormat
Dengan berlindung pada laskar dan atasnama luar biasa, dahsyat!

Seorang pemimpin pemberani datang sendiri masih kalah dengan kita disini, kataku
Membela kaum lemah hanya dengan keyakinan dan doa disini sorga
disulap sekejap menjadi neraka
Dia tidak menggula di hadapan sesama raja-raja adiguna
Karena dia tak menyukai kepalsuan menjadi budak-budak hina-hina
zamrud katulistiwa
Dia tidak mencari muka di hadapan Tuhan menjadi tinja dimana-mana
Karena dia tahu bahwa Tuhannya Maha Tahu segala
Dihina dan dilecehkan
pemimpin pemberani memaafkan
Tanpa sedikit pun kebencian
Karena di hatinya hanya ada cinta dan Tuhan.
Negeri Haha Hihi Orang Kecil Orang Besar
Oleh: KH A Mustofa Bisri Oleh: KH A Mustofa Bisri

Bukan karena banyaknya grup lawak, Suatu hari yang cerah


maka negriku selalu kocak Di dalam rumah yang gerah
Justru grup grup lawak hanya mengganggu Seorang anak yang lugu
dan banyak yang bikin muak Sedang diwejang ayah-ibunya yang lugu
Negeriku lucu, dan para pemimpinnya suka mengocok Ayahnya berkata:
perut Anakku,
Kau sudah pernah menjadi anak kecil
Banyak yang terus pamer kebodohan Janganlah kau nanti menjadi orang kecil!
dengan keangkuhan yang menggelikan
Banyak yang terur pamer keberanian Orang kecil kecil peranannya
dengan kebodohan yang mengharukan Kecil perolehannya, tambah si ibu
Banyak yang terus pamer kekerdilan
Ya, lanjut ayahnya
dengan teriakan yang memilukan Orang kecil sangat kecil bagiannya
Banyak yang terus pamer kepengecutan Anak kecil masih mendingan
dengan lagak yang memuakkan. Ha ha ... Rengeknya didengarkan
Suaranya diperhitungkan
Penegak keadilan jalannya miring Orang kecil tak boleh memperdengarkan rengekan
Penuntut keadilan kepalanya pusing Suaranya tak suara.
Hakim main mata dengan maling
Wakil rakyat baunya pesing. Hi hi ... Sang ibu ikut wanti-wanti:
Betul, jangan sekali-kali jadi orang kecil
Kalian jual janji janji Orang kecil jika jujur ditipu
untuk menebus kepentingan sendiri Jika menipu dijur
Kalian hafal pepatah-petitih Jika bekerja digangguin
untuk mengelabui mereka yang tertindih Jika mengganggu dikerjain.
Pepatah petitih, ha ha ...
Ayah dan ibu berganti-ganti menasehati:
Anjing menggonggong kafilah berlalu, Ingat, jangan sampai jadi orang kecil
Sambil menggonggong kalian terus berlalu Orang kecil jika ikhlas diperas
Jika diam ditikam
Jika protes dikentes
Ha ha, hi hi ...
Jika usil dibedil.
Ada udang dibalik batu,
Otaknya udang kepalanya batu Orang kecil jika hidup dipersoalkan
Ha ha, hi hi Jika mati tak dipersoalkan.
Sekali dayung dua pulau terlampaui
Sekali untung dua pulau terbeli Lebih baik jadilah orang besar
Ha ha, hi hi Bagiannya selalu besar.
Gajah mati meninggalkan gading
Harimau mati meninggalkan belang Orang besar jujur-tak jujur makmur
kalian mati meninggalkan hutang Benar-tak benar dibenarkan
Ha ha, hi hi Lalim-tak lalim dibiarkan.
Hujan emas dinegeri orang, hujan batu dinegri sendiri,
Orang besar boleh bicara semaunya
Lebih baik yuk hujan hujanan caci maki. Orang kecil paling jauh dibicarakan saja.
Ha ha, hi hi
Orang kecil jujur dibilang tolol
Merata Orang besar tolol dibilang jujur
Oleh: KH A Mustofa Bisri Orang kecil berani dikata kurangajar
Orang besar kurangajar dikata berani.
hujan merata
kemarau merata Orang kecil mempertahankan hak
dingin merata disebut pembikin onar
Orang besar merampas hak
panas merata
disebut pendekar.
kebodohan merata
narkoba merata Si anak terus diam tak berkata-kata
maksiat merata Namun dalam dirinya bertanya-tanya:
korupsi merata Anak kecil bisa menjadi besar
keangkuhan merata Tapi mungkinkah orang kecil
kemiskinan merata Menjadi orang besar?
kekerasan merata Besoknya entah sampai kapan
si anak terus mencoret-coret
kebencian merata
dinding kalbunya sendiri:
O r a n g k e c i l ? ? ?
bencana merata O r a n g b e s a r ! ! !
Agama
Oleh: KH A Mustofa Bisri Kita manggut manggut, ooh...beginikah rasanya dan kita
sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang
Agama melarat.
adalah kereta kencana
yang disediakan Tuhan Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak
untuk kendaraan kalian melepas penghasilanya untuk kupon undian yang sia-sia
berangkat menuju hadiratNya Kalaupun terkeluarkan, harapan pun tanpa ukuran upaya-
Jangan terpukau keindahannya saja upaya Tuhan menggantinya lipat ganda
Apalagi sampai
dengan saudara-saudara sendiri bertikai Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri, mencari
berebut tempat paling depan pengalaman spiritual dan material, membuang uang kecil
Kereta kencana dan dosa besar.
cukup luas untuk semua hamba
yang rindu Tuhan Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi
Berangkatlah! "HAJI"
Sejak lama Kawan, lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersama-
Ia menunggu kalian Nya
atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi
Dzikir seisinya,
mensiasati dunia khalifahnya,
setiap saat
setiap mengingatmu Kawan, tak terasa kita semakin pintar, mungkin
aku menyebutmu kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses
setiap saat kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih
setiap menyebutmu Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
aku mengingatmu Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,mengacau
setiap saat dan menipu demi keselamatan
Memukul, mencaci demi pendidikan
Selamat Tahun Baru Kawan Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Oleh: KH A Mustofa Bisri Tidak berbuat apa apa demi ketenteraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian pendek kata
Kawan, sudah tahun baru lagi demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik.
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang
diri sendiri Lalu bagaimana para cendekiawan, seniman, mubaligh
Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya dan kiai sebagai penyambung lidah Nabi
Jangan ganggu mereka
Kawan siapakah kita ini sebenarnya? Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Muslimkah, mukminin, muttaqin, Para seniman sedang merenungkan apa saja
kholifah Allah, umat Muhammadkah kita? Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana
Khoirul ummatinkah kita? Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan Biarkan mereka di atas sana
lebih rendah lagi Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka
Hanya budak perut dan kelamin sendiri
Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis
dari uang kertas ribuan
Lebih pipih dari kain rok perempuan
Betapapun tersiksa, kita khusyuk didepan masa
Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-Nya
Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug,atau
pernyataan setia pegawai rendahan saja.
Kosong tak berdaya.

Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu


Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih
ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda.
Doa kita sesudahnya justru lebih serius memohon enak
hidup di dunia dan bahagia dis urga.

Puasa kita rasanya sekadar mengubah jadual makan


minum dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat
syahwat, ketika datang rasa lapar atau haus.
NASIHAT RAMADHAN (BUAT MUSTOFA BISRI) Puasakan telingamu untuk menangkap Merdu
Oleh: KH A Mustofa Bisri Puasakan rambutmu untuk menyerap Belai
Puasakan kepalamu untuk menekan Sujud
Mustofa, Puasakan kakimu untuk menapak Sirath
Jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu Puasakan tubuhmu untuk meresapi Rahmat
mengatakan Puasakan hatimu untuk menikmati Hakikat
Ramadlan bulan ampunan apakah hanya menirukan Nabi Puasakan pikiranmu untuk menyakini Kebenaran
atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah Puasakan dirimu untuk menghayati Hidup.
yang
menggerakkan lidahmu begitu. Tidak.
Puasakan hasratmu
Mustofa, hanya untukHadliratNya!
Ramadlah adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu.
Darimu hanya Mustofa,
untukNya dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan Ramadlan bulan suci katamu, kau menirukan ucapan Nabi
dianugerahkanNya atau kau telah
kepadamu. Semua yang khusus untukNya khusus merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu.
untukmu. Tapi bukankah kau masih selalu menunda-nunda
menyingkirkan kedengkian
Mustofa, keserakahan ujub riya takabur dan sampah-sampah
Ramadlan adalah bulanNya yang Ia serahkan padamu lainnya yang mampat dari
dan bulanmu comberan hatimu?
serahkanlah semata-mata padaNya. Bersucilah untukNya. Mustofa,
Bersalatlah inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan
untukNya. Berpuasalah untukNya. Berjuanglah melawan hati.
dirimu sendiri untukNya.
Mustofa,
Sucikan kelaminmu. Berpuasalah. Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala
Sucikan tanganmu. Berpuasalah. dirimu
Sucikan mulutmu. Berpuasalah. yang secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi
Sucikan hidungmu. Berpuasalah. kau puja selama ini.
Sucikan wajahmu. Berpuasalah. Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini
seperti Ramadlan-ramadlan yang lalu.
Sucikan matamu. Berpuasalah.
Sucikan telingamu. Berpuasalah.
Sucikan rambutmu. Berpuasalah. Berita-Derita
Sucikan kepalamu. Berpuasalah. Oleh: KH A Mustofa Bisri
Sucikan kakimu. Berpuasalah. hari-hari setiap hari berlarik-larik kata
Sucikan tubuhmu. Berpuasalah.
Sucikan hatimu. dengan huruf-huruf bagai jarum-jarum
Sucikan pikiranmu. berkarat menusuki mata dan hatiku yang renta
Berpuasalah.
Sucikan dirimu. berita anarki dan pelecehan hukum
berita aniaya berita derita
Mustofa,
Bukan perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering berita mengalirkan darah dan serum
yang berita pertikaian bermain senjata
mengingatkan kedlaifan dan melembutkan rasa.
Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata berita melibas tawa dan senyum
hanya penunggu
atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa.
Barangkali lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan berita mengabari kita
kelamin, lebih tahan berita mengabarkan kita
sedikit berpuasa tapi hanya kau yang tahu
hasrat dikekang untuk apa dan siapa.

Puasakan kelaminmu untuk memuasi Ridla


Puasakan tanganmu untuk menerima Kurnia
Puasakan mulutmu untuk merasai Firman
Puasakan hidungmu untuk menghirup Wangi
Puasakan wajahmu untuk menghadap Keelokan
Puasakan matamu untuk menatap Cahaya
SELAMAT IDUL FITRI yang tergelar lembut bagiku
Oleh: KH A Mustofa Bisri melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku
selamat idul fitri, bumi siang dan malam
maafkan kami mata air yang tak brenti mengalir
selama ini membasahi dahagaku
tidak semena-mena telaga tempatku bermain
kami memerkosamu berenang dan menyelam

selamat idul fitri, langit Kaulah, ibu, laut dan langit


maafkan kami yang menjaga lurus horisonku
selama ini Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
tidak henti-hentinya yang mengawal perjalananku
kami mengelabukanmu mencari jejak sorga
di telapak kakimu
selamat idul fitri, mentari
maafkan kami (Tuhan,
selama ini aku bersaksi
tidak bosan-bosan ibuku telah melaksanakan amantMu
kami mengaburkanmu menyampaikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku
selamat idul fitri, laut seperti Kau mengasihi
maafkan kami kekasih-kekasihMu
selama ini Amin).
tidak segan-segan
kami mengeruhkanmu
Cinta Ibu
selamat idul fitri, burung-burung Oleh: KH A Mustofa Bisri
maafkan kami
selama ini
tidak putus-putus Seorang ibu mendekap anaknya yang
kami membrangusmu durhaka saat sekarat

selamat idul fitri, tetumbuhan airmatanya menetes-netes di wajah yang


maafkan kami gelap dan pucat
selama ini
tidak puas-puas anaknya yang sejak di rahim diharap-
kami menebasmu harapkan menjadi cahaya
selamat idul fitri, para pemimpin setidaknya dalam dirinya
maafkan kami dan berkata anakku jangan risaukan dosa-
selama ini
tidak habis-habis dosamu kepadaku
kami membiarkanmu sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.

selamat idul fitri, rakyat Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur
maafkan kami dan darah
selama ini
tidak sudah-sudah terdengar desis mirip upaya sia-sia
kami mempergunakanmu. sebelum semuanya terpaku
kaku.
Ibu

Oleh: KH A Mustofa Bisri

Ibu
Kaulah gua teduh
tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kaulah kawah
dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
Jangan Engkau berikan kepada kami pemimpin
Doa Yang merupakan isyarat kemurkaanMu atas bangsa kami
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Wahai Maha Cahya di atas segala cahya
Kawan-kawan Indonesia Optimis akan menyelenggarakan Pancarkanlah cahyaMu di mata dan pandangan kami
17an secara virtual/digital. Aku diminta ikut terlibat baca Pancarkanlah cahyaMu di telinga dan pendengaran kami
doa, maka anakku Bisri Mustofa pun merekam doaku ini: Pancarkanlah cahyaMu di mulut dan perkataan kami
Pancarkanlah cahyaMu di hati dan keyakinan kami
Ya Allah ya Tuhan kami, Pancarkanlah cahyaMu di pikiran dan sikap kami
Wahai Keindahan yang menciptakan sendiri segala yang Pancarkanlah cahyaMu di kanan dan kiri kami
indah, Pancarkanlah cahyaMu di atas dan bawah kami
Wahai Pencipta yang melimpahkan sendiri segala Pancarkanlah cahyaMu di dalam diri kami
anugerah Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya
Wahai Maha Pemurah yang telah menganugerahi Agar kami dapat menangkap keindahan ciptaanMu dan
kami negeri sangat indah dan bangsa yang menyukai meresapinya
keindahan, dapat menangkap keindahan anugerahMu dan
Ya Allah yang telah memberi kami kemerdekaan yang mensyukurinya
indah, Agar kami dapat menangkap keindahan jalan lurusMu dan
menurutinya
Demi nama-nama agungMu yang maha indah dapat menangkap keburukan jalan sesat setan dan
Demi sifat-sifat suciMu yang maha indah menghindarinya
Demi ciptaan-ciptaanMu yang serba indah
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya
bangsa kami Agar kami dapat menangkap keindahan kebenaran dan
kepekaan menangkap dan mensyukuri keindahan mengikutinya
anugerahMu. dapat menangkap keburukan kebatilan dan menjauhinya
Keindahan merdeka dan kemerdekaan Agar kami dapat menangkap keindahan kejujuran dan
Keindahan hidup dan kehidupan menyerapnya
Keindahan manusia dan kemanusiaan dapat menangkap keburukan kebohongan dan
Keindahan kerja dan pekerjaan mewaspadainya
Keindahan sederhana dan kesederhanaan Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya
Keindahan kasih sayang dan saling menyayang Sirnakan dan jangan sisakan sekelumit pun kegelapan
Keindahan kebijaksanaan dan keadilan di batin kami.
Keindahan rasa malu dan tahu diri Ya Maha Cahya di atas segala cahya
Keindahan hak dan kerendahan hati Jangan biarkan sirik dan dengki
Keindahan tanggung jawab dan harga diri hasut dan benci
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan ujub dan takabur
bangsa kami kejam dan serakah
kemampuan mensyukuri nikmat anugerahMu dusta dan kemunafikan
dalam sikap-sikap indah yang Engkau ridlai gila dunia dan memuja diri
Selamatkanlah jiwa-jiwa kami lupa akherat dan takut mati
dari noda-noda yang mencoreng keindahan martabat serta bayang-bayang hitam lainnya
kami menutup pandangan mata-batin kami
Pimpinlah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa dari keindahan wajahMu.
kami menghalangi kami
ke jalan indah menuju cita-cita indah kemerdekaan kami mendapatkan kasihMu
Kuatkanlah lahir batin kami menghambat sampai kami
untuk melawan godaan keindahan-keindahan imitasi kepadaMu.
yang menyeret diri-diri kami dari keindahan sejati
kemanusiaan dan kemerdekaan kami Ya Allah ya Tuhan kami,
Merdekakanlah kami dari belenggu penjajahan apa saja Ampunilah dosa-dosa kami
selain penjajahanMu Dosa-dosa para pemimpin dan bangsa kami
termasuk penjajahan diri kami sendiri Merdekakanlah kami dan kabulkanlah doa kami.
Kokohkanlah jiwa raga kami Amin.
untuk menjaga keindahan negeri kami.
Ya Malikal Mulki Ya Allah yang Maha Kuasa dan Maha
Perkasa
Jangan kuasakan atas kami --karena dosa-dosa kami--
penguasa-penguasa yang tak takut kepadaMu
dan tak mempunyai belas kasihan kepada kami.
Anugerahilah bangsa kami pemimpin yang hatinya
penuh dengan keindahan cahaya kasihsayangMu
sehingga kasihsayangnya melimpahruahi rakyatnya
Nazar Ibu Di Karbala dan kebeningan hati
Oleh: KH A Mustofa Bisri tuhan,
kalau aku boleh meminta ganti
pantulan mentari gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku
senja dari kubah keemasan dengan kepasrahan yang utuh
mesjid dan makam sang cucu nabi dan semangat yang penuh
makin melembut untuk terus melangkah
pada genangan pada jalan lurusmu
airmata ibu tua dan sadarkanlah manusia
bergulir-gulir agar tak terus menumpahkan darah
berkilat-kilat mereka sendiri sia-sia
seolah dijaga pelupuk tuhan,
agar tak jatuh inilah nazarku
indah warnanya
menghibur bocah berkaki satu terimalah."
dalam gendongannya
tapi jatuh juga akhirnya
manik-manik bening berkilauan Karbala, 1409
menitik pecah
pada pipi manis kemerahan
puteranya Pesona
Oleh: KH A Mustofa Bisri
"ibu menangis ya, kenapa?"
meski kehilangan satu kaki di antara seribu malam
bukankah ananda selamat kini inikah malam kita
seperti yang ibu pinta?"
"airmata bahagia, anakku kulihat semua bintang
kerna permohonan kita dikabulkan menjelma purnama
kita ziarah kemari hari ini dalam langit cahaya
memenuhi nazar ibumu." tiada tara benderangnya
cahaya lembut masih memantul-mantul
dari kedua matanya lalu semuanya tiada
ketika sang ibu tiba-tiba brenti semuanya lenyap
berdiri tegak di pintu makam dalam senyap
menggumamkan salam: semesta fana
"assalamu 'alaika ya sibtha rasulillah
tiba-tiba ya Ilahi
silau aku
salam bagimu, wahai cucu rasul oleh kilas
salam bagimu, wahai permata zahra." wajah
lalu dengan permatanya sendiri Mu
dalam gendongannya yang menderas
hati-hati maju selangkah-selangkah dalam takjubku
menyibak para peziarah
yang begitu meriah dan aku pun
tak ingin
yang lain
disentuhnya dinding makam seperti tak sengaja tak ingin yang lain
dan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblat hanya Kau
membisik munajat: dimana
"terimakasih, tuhanku Kau?
dalam galau perang yang tak menentu kemana
engkau hanya mengujiku Kau?
sebatas ketahananku
engkau hanya mengambil suami
gubuk kami
dan sebelah kaki
anakku
tak seberapa
dibanding cobamu
terhadap cucu rasulmu ini
engkau masih menjaga
kejernihan pikiran

Anda mungkin juga menyukai