Ohoi,
Nyanyian Kebebasan Atawa Boleh Apa Saja Seniman boleh bersufi-sufi
Oleh: KH A Mustofa Bisri Sufi boleh berseni-seni
Penyair boleh berdzikir samawi
Merdeka! Muballigh boleh berpuisi duniawi
Ohoi, ucapkanlah lagi pelan-pelan Ohoi,
Merdeka Si anu boleh anu
Kau kan tahu nikmatnya Siapa boleh apa
Nyanyian kebebasan
Merdeka?
Ohoi,
Lelaki boleh genit bermanja-manja
Gelisahku
Wanita boleh sengit bermain bola Oleh: KH A Mustofa Bisri
Anak muda boleh berkhutbah dimana-mana
Orang tua boleh berpacaran dimana saja gelisahku adalah gelisah purba
Kalau kau sibuk membodohi orang saja mana ada negeri sesubur negeriku?
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan
Kapan orang lain memanfaatkannya? jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja perabot-perabot orang kaya didunia
Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja dan burung-burung indah piaraan mereka
Kapan kau pintar? berasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap
Kalau kau sibuk mencela orang lain saja
Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya? bermula dari lautku
Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja emas dan perak perhiasan mereka
Kapan kau menyadari celamu sendiri?
digali dari tambangku
Kalau kau sibuk bertikai saja air bersih yang mereka minum
Kapan kau sempat merenungi sebab pertikaian? bersumber dari keringatku
Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya? mana ada negeri sekaya negeriku?
majikan-majikan bangsaku
Kalau kau sibuk bermain cinta saja memiliki buruh-buruh mancanegara
Kapan kau sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau sibuk merenungi arti cinta saja brankas-brankas ternama di mana-mana
Kapan kau bercinta? menyimpan harta-hartaku
negeriku menumbuhkan konglomerat
Kalau kau sibuk berkhutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan khutbah? dan mengikis habis kaum melarat
Kalau kau sibuk dengan kebijakan khutbah saja rata-rata pemimpin negeriku
Kapan kau akan mengamalkannya?
dan handai taulannya
Kalau kau sibuk berdzikir saja terkaya di dunia
Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau mana ada negeri semakmur negeriku
dzikir?
Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja penganggur-penganggur diberi perumahan
Kapan kau kan mengenalNya? gaji dan pensiun setiap bulan
rakyat-rakyat kecil menyumbang
Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan bicaramu? negara tanpa imbalan
Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja rampok-rampok dibri rekomendasi
Kapan kau mengerti arti bicara?
dengan kop sakti instansi
Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja maling-maling diberi konsesi
Kapan kau sempat berpuisi? tikus dan kucing
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau memuisi? dengan asyik berkolusi
Tanggal-Tanggal Yang Tanggal
Oleh: Kh A Mustofa Bisri Bangsa Ini
Oleh: KH A Mustofa Bisri
hampi selalu
tak terasa Inilah bangsa pemberani tanpa tandingan
seperti yang lalu Bangsa yang tak takut hutang tak takut ngemplang
tanggal-tanggal Tak takut ejekan tak takut tudingan
satu-satu tanggal
seperti bulan-bulan Tak takut asap
saru-satu tanggal Tak takut api
dari penanggalan Tak takut suap
semua bertanggalan Tak takut upeti
menyisakan penyesalan
lalu lalai dan lupa Tak takut korupsi
membawa kepada pengulangan Tak takut kolusi
lalai dan lupa Tak takut polisi
membawa kepada pengulangan Tak takut demonstrasi
pengulangan dan pengulangan
lalai dan lupa Tak takut mencuri tak takut diadili
mengobati luka Tak takut mencaci tak takut dibenci
yang pernah menganga
lalai dan lupa bahkan mengajak berpesta Tak takut riba tak takut memangsa
menyambut berkurangnya usia Tak takut narkoba tak takut rajasinga
o, tak terasa
kita berjalan seperti asal berjalan Tak takut berselingkuh
peta dan kompas selalu terabaikan Tak takut dituduh
sebentar kaget oleh perubahan penanggalan Tak takut kuwalat
yang berubah satu angka ke depan Tak takut dilaknat
o, malangnya badan
yang tiba-tiba terhenti di tengah jalan Inilah bangsa pemberani tanpa tandingan
oleh lelah berputar-putar tanpa tujuan Tak takut setan tak takut Tuhan
atau mati tersesat di persimpangan
wahai, Bangsa ini hanya takut pada ketombe
jangan ucapkan selamat Tak peraya ujaran Jawa hidup hanya mampir ngombe
kepada nasib yang belum tentu selamat
berbelasungkawalah kepada usia Bangsa ini, bangsa apa?
yang jelas lepas sia-sia!
Negeri Sulapan
Sang Pemimpin Pemberani Oleh: KH. A Mustofa Bisri
Oleh: KH A Mustofa Bisri
pulang dari negeri kecil di timur tengah
Untuk: GusDur dengan kagum kang sobari bercerita bak alfu-lailah-
walailah
Seorang pemimpin pemberani tentang tanah gersang yang disulap
datang sendiri mengawal bukan dikawal umatnya menjadi taman sari yang asrioleh orang-orang badui
tentang bangsa nomad
Ketika banyak pemimpin membela diri sendiri yang menjadi majikan terhormat
Dengan berlindung pada laskar dan atasnama luar biasa, dahsyat!
Seorang pemimpin pemberani datang sendiri masih kalah dengan kita disini, kataku
Membela kaum lemah hanya dengan keyakinan dan doa disini sorga
disulap sekejap menjadi neraka
Dia tidak menggula di hadapan sesama raja-raja adiguna
Karena dia tak menyukai kepalsuan menjadi budak-budak hina-hina
zamrud katulistiwa
Dia tidak mencari muka di hadapan Tuhan menjadi tinja dimana-mana
Karena dia tahu bahwa Tuhannya Maha Tahu segala
Dihina dan dilecehkan
pemimpin pemberani memaafkan
Tanpa sedikit pun kebencian
Karena di hatinya hanya ada cinta dan Tuhan.
Negeri Haha Hihi Orang Kecil Orang Besar
Oleh: KH A Mustofa Bisri Oleh: KH A Mustofa Bisri
selamat idul fitri, rakyat Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur
maafkan kami dan darah
selama ini
tidak sudah-sudah terdengar desis mirip upaya sia-sia
kami mempergunakanmu. sebelum semuanya terpaku
kaku.
Ibu
Ibu
Kaulah gua teduh
tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kaulah kawah
dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
Jangan Engkau berikan kepada kami pemimpin
Doa Yang merupakan isyarat kemurkaanMu atas bangsa kami
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Wahai Maha Cahya di atas segala cahya
Kawan-kawan Indonesia Optimis akan menyelenggarakan Pancarkanlah cahyaMu di mata dan pandangan kami
17an secara virtual/digital. Aku diminta ikut terlibat baca Pancarkanlah cahyaMu di telinga dan pendengaran kami
doa, maka anakku Bisri Mustofa pun merekam doaku ini: Pancarkanlah cahyaMu di mulut dan perkataan kami
Pancarkanlah cahyaMu di hati dan keyakinan kami
Ya Allah ya Tuhan kami, Pancarkanlah cahyaMu di pikiran dan sikap kami
Wahai Keindahan yang menciptakan sendiri segala yang Pancarkanlah cahyaMu di kanan dan kiri kami
indah, Pancarkanlah cahyaMu di atas dan bawah kami
Wahai Pencipta yang melimpahkan sendiri segala Pancarkanlah cahyaMu di dalam diri kami
anugerah Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya
Wahai Maha Pemurah yang telah menganugerahi Agar kami dapat menangkap keindahan ciptaanMu dan
kami negeri sangat indah dan bangsa yang menyukai meresapinya
keindahan, dapat menangkap keindahan anugerahMu dan
Ya Allah yang telah memberi kami kemerdekaan yang mensyukurinya
indah, Agar kami dapat menangkap keindahan jalan lurusMu dan
menurutinya
Demi nama-nama agungMu yang maha indah dapat menangkap keburukan jalan sesat setan dan
Demi sifat-sifat suciMu yang maha indah menghindarinya
Demi ciptaan-ciptaanMu yang serba indah
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya
bangsa kami Agar kami dapat menangkap keindahan kebenaran dan
kepekaan menangkap dan mensyukuri keindahan mengikutinya
anugerahMu. dapat menangkap keburukan kebatilan dan menjauhinya
Keindahan merdeka dan kemerdekaan Agar kami dapat menangkap keindahan kejujuran dan
Keindahan hidup dan kehidupan menyerapnya
Keindahan manusia dan kemanusiaan dapat menangkap keburukan kebohongan dan
Keindahan kerja dan pekerjaan mewaspadainya
Keindahan sederhana dan kesederhanaan Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya
Keindahan kasih sayang dan saling menyayang Sirnakan dan jangan sisakan sekelumit pun kegelapan
Keindahan kebijaksanaan dan keadilan di batin kami.
Keindahan rasa malu dan tahu diri Ya Maha Cahya di atas segala cahya
Keindahan hak dan kerendahan hati Jangan biarkan sirik dan dengki
Keindahan tanggung jawab dan harga diri hasut dan benci
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan ujub dan takabur
bangsa kami kejam dan serakah
kemampuan mensyukuri nikmat anugerahMu dusta dan kemunafikan
dalam sikap-sikap indah yang Engkau ridlai gila dunia dan memuja diri
Selamatkanlah jiwa-jiwa kami lupa akherat dan takut mati
dari noda-noda yang mencoreng keindahan martabat serta bayang-bayang hitam lainnya
kami menutup pandangan mata-batin kami
Pimpinlah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa dari keindahan wajahMu.
kami menghalangi kami
ke jalan indah menuju cita-cita indah kemerdekaan kami mendapatkan kasihMu
Kuatkanlah lahir batin kami menghambat sampai kami
untuk melawan godaan keindahan-keindahan imitasi kepadaMu.
yang menyeret diri-diri kami dari keindahan sejati
kemanusiaan dan kemerdekaan kami Ya Allah ya Tuhan kami,
Merdekakanlah kami dari belenggu penjajahan apa saja Ampunilah dosa-dosa kami
selain penjajahanMu Dosa-dosa para pemimpin dan bangsa kami
termasuk penjajahan diri kami sendiri Merdekakanlah kami dan kabulkanlah doa kami.
Kokohkanlah jiwa raga kami Amin.
untuk menjaga keindahan negeri kami.
Ya Malikal Mulki Ya Allah yang Maha Kuasa dan Maha
Perkasa
Jangan kuasakan atas kami --karena dosa-dosa kami--
penguasa-penguasa yang tak takut kepadaMu
dan tak mempunyai belas kasihan kepada kami.
Anugerahilah bangsa kami pemimpin yang hatinya
penuh dengan keindahan cahaya kasihsayangMu
sehingga kasihsayangnya melimpahruahi rakyatnya
Nazar Ibu Di Karbala dan kebeningan hati
Oleh: KH A Mustofa Bisri tuhan,
kalau aku boleh meminta ganti
pantulan mentari gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku
senja dari kubah keemasan dengan kepasrahan yang utuh
mesjid dan makam sang cucu nabi dan semangat yang penuh
makin melembut untuk terus melangkah
pada genangan pada jalan lurusmu
airmata ibu tua dan sadarkanlah manusia
bergulir-gulir agar tak terus menumpahkan darah
berkilat-kilat mereka sendiri sia-sia
seolah dijaga pelupuk tuhan,
agar tak jatuh inilah nazarku
indah warnanya
menghibur bocah berkaki satu terimalah."
dalam gendongannya
tapi jatuh juga akhirnya
manik-manik bening berkilauan Karbala, 1409
menitik pecah
pada pipi manis kemerahan
puteranya Pesona
Oleh: KH A Mustofa Bisri
"ibu menangis ya, kenapa?"
meski kehilangan satu kaki di antara seribu malam
bukankah ananda selamat kini inikah malam kita
seperti yang ibu pinta?"
"airmata bahagia, anakku kulihat semua bintang
kerna permohonan kita dikabulkan menjelma purnama
kita ziarah kemari hari ini dalam langit cahaya
memenuhi nazar ibumu." tiada tara benderangnya
cahaya lembut masih memantul-mantul
dari kedua matanya lalu semuanya tiada
ketika sang ibu tiba-tiba brenti semuanya lenyap
berdiri tegak di pintu makam dalam senyap
menggumamkan salam: semesta fana
"assalamu 'alaika ya sibtha rasulillah
tiba-tiba ya Ilahi
silau aku
salam bagimu, wahai cucu rasul oleh kilas
salam bagimu, wahai permata zahra." wajah
lalu dengan permatanya sendiri Mu
dalam gendongannya yang menderas
hati-hati maju selangkah-selangkah dalam takjubku
menyibak para peziarah
yang begitu meriah dan aku pun
tak ingin
yang lain
disentuhnya dinding makam seperti tak sengaja tak ingin yang lain
dan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblat hanya Kau
membisik munajat: dimana
"terimakasih, tuhanku Kau?
dalam galau perang yang tak menentu kemana
engkau hanya mengujiku Kau?
sebatas ketahananku
engkau hanya mengambil suami
gubuk kami
dan sebelah kaki
anakku
tak seberapa
dibanding cobamu
terhadap cucu rasulmu ini
engkau masih menjaga
kejernihan pikiran