Laporan Kasus Tonsilitis Kronis
Laporan Kasus Tonsilitis Kronis
Laporan Kasus Tonsilitis Kronis
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An.EP
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp.Neglasari
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
ANAMNESIS
(Alloanamnesis, Tgl: 28 Oktober 2014)
Keluhan utama
Nyeri menelan dan rasa ada yang mengganjal ditenggorokan.
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang dibawa oleh ibunya ke poli THT RSUD Soreang
dengan keluhan nyeri menelan dan rasa ada yang mengganjal
ditenggorokan sejak 1 tahun yang lalu. Dalam satu bulan pasien
merasaakan nyeri dua kali. Bila nyeri timbul, pasien merasakan badannya
mulai panas.Amandel nyeri setelah pasien mengkonsumsi es krim dan
minuman dingin.Pasien juga tidur mendengkur,tetapi hal ini dirasakan sejak
5 bulan terakhir ini.
Sejak + 2 bulan sebelum masuk rumh sakit, nyeri saat menelan
semakin sering dirasakan os. Selain keluhan nyari menelan, os. juga
mengeluh susah menelan, baik makanan biasa ataupun makanan lunak.
Tenggorokan terasa berlendir (+), terasa kering (-), sulit membuka mulut
(-). Demam (+). Demam hilang timbul tanpa disertai menggigil. Batuk
berdahak (+), pilek (+).
3
+ 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, os merasa keluhan semakin
memberat. Os juga merasakan nyeri tenggorokan saat menelan air liur.
Keluhan demam (-), batuk (-), pilek (-).Ibu pasien mengaku nafas anaknya
juga terkadang bau.
Riwayat pengobatan
pasien sudah pernah dibawa berobat ke dokter klinik dan didiagnosa
mengalami tonsilitis. pasien diberikan obat minum dan dokter tersebut
menyarankan untuk operasi jika keluhan berulang. Setelah berobat, hanya keluhan
demam dan batuk yang berkurang. Keluhan dibiarkan saja dan lama kelamaan
keluhan hilang sendiri.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengkonsumsi ice cream dan minuman botol yang dingin.
Pasien juga suka mengkonsumsi makanan yang pedas-pedas dan panas. Ibu pasien
sehari-hari memasak masakan menggunakan penyedap rasa. Ketika tidur, pasien
tidak pernah mengorok.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mm/Hg
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 96 x/menit
4
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Stridor inspirasi : (-)
Pemeriksaan fisik
a) Telinga
Telinga Kanan Kiri
Daun Telinga
- Anotia, mikrotia, makrotia - -
- Keloid
- -
- Perikondritis
- Kista - -
- Fistel
- -
- Ott hematom
- Nyeri tekan tragus/daun telinga - -
- Warna daun telinga
- -
+ -
Merah muda Merah muda
Liang Telinga
- Atresia - -
- Serumen prop
- -
- Epidermis prop
- Korpus alineum - -
- Jaringan granulasi
- -
- Exositosis
- Osteoma - -
- Furunkel
- -
- -
- -
Membran timpani
- Warna Seperti mutiara Seperti mutiara
- Reflek cahaya
Jam 7 Jam 5
- Hiperemis
- Retraksi - -
- Bulging
- -
- Atropi
- Perforasi - -
- Bula
- -
5
- Sekret - -
- -
Minimal Minimal
Retro auricular
- Fistel - -
- Kista
- -
- Abses
- -
Pre auricular
- Fistel - -
- Kista
- -
- Abses
- -
b) Hidung
Hidung Kanan Kiri
Rinoskopi anterior
- Vestibulum Nasi Lebar lubang Lebar lubang
hidung normal, hidung normal,
krusta (-), bisul (-) krusta (-), bisul (-)
- Kavum Nasi Hiperemis (-), Hiperemis (-),
sekret (-), sekret (-),
rambut (+) rambut (+)
- Selaput Lendir Hiperemis (-), Hiperemis (-),
edema (-) edema (-)
- Septum Nasi Deviasi (-), massa Deviasi (-), massa
(-) (-)
- Lantai + dasar hidung Licin, massa (-) Licin, massa (-)
- Konka inferior Hiperemis (-), Hiperemis (-),
edema (-), edema (-),
permukaan licin permukaan licin
- Meatus nasi inferior Sekret (-) Sekret (-)
- Konka media Sulit dinilai Sulit dinilai
- Meatus nasi media Sekret (-), polip (-) Sekret (-), polip (-)
- Polip - -
- Korpus alienum - -
- Massa tumor - -
- Fenomena palatum mole Sulit dinilai Sulit dinilai
Rinoskopi posterior
6
- Kavum Nasi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
- Selaput Lendir
Lendir (-) Lendir (-)
- Koana
- Septum nasi Sulit dinilai Sulit dinilai
- Konka superior
Deviasi (-) Deviasi (-)
- Meatus nasi media
- Muara tuba Sulit dinilai Sulit dinilai
- Adenoid
Secret (-), polip(-) Secret (-), polip(-)
- Massa tumor
- Polip Sulit dinilai Sulit dinilai
Sulit dinilai Sulit dinilai
- -
- -
Transluminasi sinus Kanan Kiri
Sinus maksilaris Tampak bayangan Tampak bayangan
seperti bulan sabit seperti bulan sabit
Sinus frotal Tampak cahaya Tampak cahaya
c) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut Hiperemis (-), Edema (-), ulkus (-), massa (-)
Bibir Stomatitis (-), Lembab, hiperemis (-), krusta
(-), ulkus (-)
Lidah Hiperemis (-), Edema (-), atropi (-), ulkus (-),
gerakan segala arah
Gigi Lengkap, karies (+) M1 rahang kiri bawah
Kelenjar ludah Ptialismus (-)
d) Faring
Hasil
Uvula Ditengah, hiperemis (-), edema (-), ulkus
(-), permukaan licin.
Palatum molle Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-)
Palatum durum Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-),
benjolan (-).
Plika anterior Hiperemis (-), edema (-)
Tonsil Ukuran : T3 T3
Hiperemis (-/-), kripta melebar (+/+),
detritus (-/-)
7
Plika posterior Hiperemis (-), Edema (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-)
f) Tes Audiologi
Tes pendengaran Kanan Kiri
Rinne + +
Weber Tidak ada lateralisasi
Scwabach normal Normal
Kesimpulan : Fungsi pendengaran normal
DIAGNOSIS
Tonsilitis Kronis
PENATALAKSANAAN
a. Diagnostik
Rontgen Thoraks
8
b. Terapi
Pro Tonsilektomi
Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)
c. KIE
Puasa 6 jam sebelum operasi
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
EMBRIOLOGI
ANATOMI
10
tonsila palatina (tonsil faucium), dan tonsila lingualis yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
11
Gambar 2. Anatomi cincin waldayer
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus.
Apabila adenoid membesar maka akan tampak sebagai sebuah massa yang
terdiri dari 4-5 lipatan longitudinal anteroposterior serta mengisi sebagian besar
atas nasofaring. Berlainan dengan tonsil, adenoid mengandung sedikit sekali
kripta dan letak kripta tersebut dangkal. Tidak ada jaringan khusus yang
memisahkan adenoid ini dengan m. konstriktor superior sehingga pada waktu
12
adenoidektomi sukar mengangkat jaringan ini secara keseluruhan. Adenoid
mendapat darah dari cabang-cabang faringeal A. Karotis interna dan sebagian
kecil dari cabang-cabang palatina A. Maksilaris. Darah vena dialirkan sepanjang
pleksus faringeus ke dalam V. Jugularis interna. Sedangkan persarafan sensoris
melelui N. Nasofaringeal yaitu cabang dari saraf otak ke IX dan juga melalui N.
Vagus.
Tonsila Lingualis
Tonsila Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
13
dengan panjang 2-5 cm. Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan
mempunyai lekukan yang merupakan muara dari kripta tonsil. Jumlah kripta
tonsil berkisar antara 20-30 buah, berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng. Beberapa kripta ada yang berjalan kearah dalam substansia tonsil
dan berakhir dibawah permukaan kapsul.. Kripta dengan ukuran terbesar terletak
pada pole atas tonsil dan disebut kripta superior, normalnya mengandung sel-sel
epitel, limfosit, bakteri, dan sisa makanan. Kripta superior sering menjadi tempat
pertumbuhan kuman karena kelembaban dan suhunya sesuai untuk pertumbuhan
kuman, juga karena tersedianya substansi makanan di daerah tersebut.Tonsil tidak
selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar
Fossa tonsilaris di bagian depan dibatasi oleh pilar anterior (arkus plalatina
anterior), sedangkan di bagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus
palatina posterior), yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjutnya bersama-
sama dengan m. Palatina membentuk palatum molle. Bagian atas fossa tonsilaris
kosong dinamakan fossa supratonsiler yang merupakan jaringan ikat longgar.
Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan
berhubungan dengan fascia faringobasilaris yang melapisi M. konstriktor
faringeus. Kapsul tonsil tersebut masuk ke dalam jaringan tonsil, membentuk
septa yang mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.
14
Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika
triangularis, dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-kadang
membesar. Plika ini penting karena sikatrik yang terbantuk setelah proses
tonsilektomi dapat menarik folikel tersebut ke dalam fossa tonsilaris, sehingga
dapat dikelirukan sebagai sisa tonsil.
Pole atas tonsil terletak pada cekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut
sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak, letaknya
dekat dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris mukosa dari Weber,
yang penting peranannya dalam pembentukan abses peritonsil. Pada saat
tonsilektomi, jaringan areolar yang lunak antara tonsil dengan fosa tonsilaris
mudah dipisahkan.
15
Gambar 3.Potongan sagital rongga hidung, rongga mulut, faring, dan laring.
Di sekitar tonsil terdapat 3 ruang potensial yang secara klinik sering menjadi
tempat penyebaran infeksi dari tonsil. Ketiga ruang potensial tersebut adalah :
- Anterior : m. palatoglosus
- Lateral & posterior : m. palatofaringeus
16
- Dasar segitiga : pole atas tonsil
Dalam ruang ini terdapat kelenjar salivarius Weber, yang bila terinfeksi dapat
menyebar ke ruang peritonsil, menjadi abses peritonsil.
2. Ruang retromolar
Terdapat tepat di belakang gigi molar 3, berbentuk oval, merupakan sudut yang
dibentuk oleh ramus dan korpus mandibula. Di sebelah medial terdapat m.
Buccinator, sementara pada bagianpostero-medialnyaterdapat m.
Pterygoideusinternus dan bagian atas terdapatfasikuluslongus M. temporalis. Bila
terjadi abses hebat pada daerah ini akan menimbulkan gejala utama trismus
disertai sakit yang amat sangat, sehingga sulit dibedakan dengan abses peritonsil.
- Ruang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena : radng tonsil,
mastoiditis, parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.
- Ruang post-styloid, lebih kecil, di dalamnya terdapat : A. karotis interna, V.
Jugularis, N. Vagus dan saraf-saraf simpatis.
Ruang parafaring ini hanya dibatasi oleh fascia yang tipis dengan ruang retro
faring.
17
Ruang retrofaring
18
Vaskularisasi Tonsil
19
Interna. Pembuluh vena tonsil berjalan dari palatum, menyilang bagian lateral
kapsula dan selanjutnya menembus dinding faring.
Persarafan Tonsil
Persarafan tonsil berasal dari saraf trigeminus dan saraf glossopharingeus.
Nervus trigeminus mempersarafi bagian atas tonsil melalui cabangnya yang
melewati ganglion sphenopaltina yaitu n. palatina. Bagian bawah tonsil
dipersarafi n. glossopharingeus.
20
permulaan kehidupan terhadap infeksi mukosa nasofaring dari udara pernafasan
sebelum masuk ke dalam saluran nafas bagian bawah.
Pada tonsil terdapat sistem imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel
membran), makrofag, sel dendrit, dan APCs yang berperan dalam transportasi
antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis imunoglobin spesifik. Juga
terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa IgG. Tonsil
merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari
keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B dan T pada
tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%.
Tonsil merupakan organ limfotik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2
fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif;
2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik.
Kuman-kuman patogen yang terdapat dalam flora normal tonsil dan faring
tidak menimbulkan peradangan, karena pada daerah ini terdapat mekanisme
pertahanan dan hubungan timbal balik antara berbagai jenis kuman.
21
1. Mekanisme pertahanan non spesifik
Berupa kemampuan sel limfoid untuk menghancurkan mikroorganisme.
Pada beberapa tempat lapisan mukosa tonsil sangat tipis sehingga menjadi tempat
yang lemah terhadap masuknya kuman ke dalam jaringan tonsil. Dengan
masuknya kuman ke dalam lapisan mukosa, maka kuman ini akan ditangkap oleh
sel fagosit, dalam hal ini adalah elemen tonsil. Selanjutnya sel fagosit akan
membunuh kuman dengan proses oksidasi dan digesti.
Bila ada alergen, maka alergen tersebut akan bereaksi dengan IgE sehingga
permukaan sel membrannya terangsang dan terjadilah proses degranulasi. Proses
ini akan menyebabkan keluarnya histamin sehingga timbul reaksi hipersensitivitas
tipe 1, yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema.
22
Apabila terjadi peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin waldeyer, maka dapat terjadi pembesaran tonsil, berikut pembagian
menurut Thane & Cody :
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar
anterior uvula
T2 : batas medial tonsil melewati pilar anterior-uvula sampai jarak
pilar anterior-uvula
T3 : batas medial tonsil melewati pilar anterior-uvula sampai jarak
pilar anterior-uvula
T4 : batas medial tonsil melewati pilar anterior-uvula sampai uvula atau
lebih.
Histologi tonsil
Secara mikroskopis tonsil memiliki tiga komponen yaitu jaringan ikat, jaringan
interfolikuler,jaringan germinativum. Jaringan ikat berupa trabekula yang
berfungsi sebagai penyokong tonsil. Trabekula merupakan perluasan kapsul tonsil
23
ke parenkim tonsil. Jaringan ini mengandung pembuluh darah, syaraf, saluran
limfatik efferent. Permukaan bebas tonsil ditutupi oleh epitel statified
squamous.1,16. Jaringan germinativum terletak dibagian tengah jaringan tonsil,
merupakan sel induk pembentukan sel-sel limfoid. Jaringan interfolikel terdiri dari
jaringan limfoid dalam berbagai tingkat pertumbuhan.16,18. Pada tonsilitis kronis
terjadi infiltrasi limfosit ke epitel permukaan tonsil. Peningkatan jumlah sel
plasma di dalam subepitel maupun di dalam jaringan interfolikel. Hiperplasia dan
pembentukan fibrosis dari jaringan ikat parenkim dan jaringan limfoid
mengakibatkan terjadinya hipertrofi tonsil.
24
TONSILITIS
II. 3. TONSILITIS
II. 3. 1. Definisi
II. 3. 2. Epidemiologi
II. 3. 3. Etiologi
25
Faktorpresdiposisi :
II. 3. 4. Patofisiologi
26
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan
kelenjar getah bening melemah didalam daerah submandibuler, sakit pada sendi
dan otot,kedinginan, seluruh tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada
telinga.Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang
tenggorokan akan terasa mengental.Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut
biasanya berakhir setelah 72 jam.
27
Gambar 7.Patogenesis tonsillitis kronik
II. 3. 5. Klasifikasi
28
Bagan 1.Klasifikasitonsilitis
Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut
Gambar 7.Tonsilitisakut
29
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus .Detritus
merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
Tonsilitis Folikularis : Adalah tonsillitis akut dengan detritus yang
jelas
Tonsilitis Lakunaris :Bila bercak detritus ini memjadi satu
membentuk alur- alur .
2. Tonsilitis membranosa
30
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang
termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu
hidung, faring dan laring.Sering dituemukan pada anak berusia< 10 tahun
dan frekuensi tertinggi pada usia 2 5 tahun walaupun pada orang dewasa
masih mungkin menderita penyakit ini .
Gambar 10.TonsilitisDifteri
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi
dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit
ini jarang ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan
31
defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39 C, nyeri kepala ,
badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.
4. Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak
adekuat kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-
kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.
Gambar 11.Tonsilitiskronis
Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut
yang berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada
tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal
di kerongkongan bila menelan,terasa kering dan pernafasan berbau.
32
Tonsillitis akut :
Seperti gejala common cold, rasa gatal/ kering ditenggorokan, lesu, nyeri sendi
odinafagia, anoreksia, otalgia, suara serak (bila laring terkena), tonsil
membengkak, demam, nafsu makan menurun .
Tonsilitis membranosa :
Demam sampai 39C, nyeri kepala, badan lemah dan terkadnag terdapat
gangguan pencernaan, rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah .
Tonsilitiskronik :
Rasa mengganjal di tenggorokan,nafasberbau, tenggorokterasakering,
II. 3. 7. Diagnosis
33
b. Pemeriksaan fisik
Tonsilitis akut :
Tonsilitis tampak hiperemis, membengkak, detritus (+) berbentuk folikel
atau lacuna atau tertutup membrane semu, kelenjar submandibular
membengkak dan nyeri tekan .
Tonsilitis membranosa :
Tonsil membengkak ditutupi bercak putih, KGB membengkak (bull neck),
kelumpuhan otot palatum dan pernafasan, demam, nyeri kepala, badan
lemah, hipersaliva, gigi dan gusi mudah berdarah, nyeri tenggorok .
Tonsilitis kronik :
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis
Kronis yang mungkin tampak, yakni :
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan
kejaringan sekitar, kripta yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripta
yang melebardan ditutupi eksudat yang purulen.
II. 3. 8. Penatalaksanaan
34
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
TONSILEKTOMI
Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil
palatina. Tonsiloadenoidektomi adalah pengangkatan tonsil palatina dan jaringan
limfoid di nasofaring yang dikenal sebagai adenoid atau tonsil faringeal.
Menurut The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery
Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan indikasi tonsilektomi :
35
1. Indikasi Absolut (AAO)
Tonsil yang besarhinggamengakibatkangangguanpernafasan, nyeritelan
yang berat, gangguantidurataukomplikasipenyakit-
penyakitkardiopulmonal.
Absesperitonsiler (Peritonsillar abscess) yang
tidakmenunjukkanperbaikandenganpengobatan
Tonsillitis yang mengakibatkankejangdemam.
Tonsil yang
diperkirakanmemerlukanbiopsijaringanuntukmenentukangambaranpatolog
isjaringan.
Kontraindikasiabsolut:
36
a. Penyakitdarah: leukemia, anemia aplastik, hemofiliadanpurpura
b. Penyakitsistemik yang tidakterkontrol: diabetes melitus,
penyakitjantungdansebagainya.
Kontraindikasirelatif:
a. Anemia (Hb<10 gr% atau HCT <30%)
b. Infeksiakutsalurannafasatau tonsil (tidaktermasukabsesperitonsiler)
c. Poliomielitisepidemik
d. Usia di bawah 3 tahun (sebaiknyaditunggusampai 5 tahun)
37
Gambar .Tonsilektomi
TehnikTonsilektomi
II. 3. 9. Komplikasi
Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan
abses.
38
Abses Peritonsilar (Quinsy)
Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau
pembuluh darah.Infeksi berasal daridaerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid,
kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
Abses Retrofaring
Kista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan
ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa
cekungan, biasanya kecil dan multipel.
39
40
BAB III
KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Boies A, dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta. Penerbit
EGC
2. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok. Balai Penerbit FKUI. Edisi ke-5. Jakarta
3. Andrina YMR. Tonsilitis. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorokan Universitas Sumatera Utara. 2003. Diunduh
dari:repository.usu.ac.id pada tanggal 15 April 2011.
4. Baba Y, Kato Y, Saito H, Ogawa K. Management of deep neck infection by
a transnasal approach: a case report. Journal of Medical Case
Report. 3: 7317, 2009. Diunduh dari:www.jmedicalcasereports.com pada
tanggal 22 April 2011
5. Ballenger, John Jacob. M.S, M.D. Penyakit Telinga Hidung, Tenggorok
Kepala dan Leher. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal : 295-97, 318-23, 346-55
6. E, Steyer, Terrence, M.D, Peritonsiller Abscess: Diagnosis and Treatment.
Available at: www.aafp.org/afp, Accesed on Okt, 2010.
7. Fachruddin,Darnila, Abses Leher Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokkan, editor Soepardi EA, Iskandar N, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, edisi keenam, Jakarta, 2007:
185-8.
8. Mehta, Ninfa. MD. Peritonsillar Abscess. Available from.
www.emedicine.com. Accessed at Okt 2010.
9. Murray A.D. MD, Marcincuk M.C. MD. Deep neck infections.
[Diperbaharui Juli 2009] Diunduh dari: www.eMedicine
Specialties//Otolaringology and facial plastic surgery.com pada tanggal 25
April 2011
10. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Dalam: Adams, Boies, dan Higler, editors. Boies: Buku ajar
penyakit THT Edisi VI. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 1997.
hal. 320-355.
42