Referat R H
Referat R H
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
yang didasarkan atas berat badan sebenarnya bisa menghasilkan estimasi volume
darah yang melampaui batas. Volume darah pada anak-anak dihitung antara 8-9%
dari berat badan (80-90 ml/kg).3
3
inilah yang dapat menyebabkan penyakit sitemik. Kebanyakan iskemik sel terjadi
akibat trombosis, hal ini merupakan respon maladaptif untuk perdarahan.
Koagulopati menyebabkan peningkatan perdarahan dan iskemik jaringan,
sehingga terjadi kerusakan sel lebih lanjut yang dapat menyebabkan kematian.
Pemberian cairan selama perdarahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
peningkatan perdarahan, berhubungan dengan fenomena ini jika volume cairan
meningkat akan meningkatkan juga kerja jantung (Cardiac output).4
4
inotropik ini menghasilkan peningkatan tonus dan resistensi pembuluh darah
perifer. Tekanan sistolik hanya berubah minimal pada awal syok hemoragik,
karena itu sangat penting untuk lebih mengandalkan evaluasi tekanan nadi
daripada tekanan sistolik. Tanda-tanda klinis lainnya yang dapat ditemukan
pada kehilangan darah sebanyak ini meliputi perubahan pada SSP yang tidak
begitu jelas seperti cemas, takut, rasa permusuhan. Walaupun terjadi
kehilangan darah yang nyata dan perubahan-perubahan kerdiovaskuler,
produksi utin hanya terpengaruh sedikit. Aliran urin biasanya 20-30 ml per
jam untuk orang dewasa. Pada beberapa pasien kadang-kadang memerlukan
transfuse darah, tetapi awalnya dapat distabilkan dengan larutan kristaloid.
3. Perdarahan kelas III : Kehilangan volume darah 30%-40%
Kehilangan darah pada kelas III (kira-kira 2000ml pada orang dewasa), sudah
cukup parah. Pasien-pasien hampir selalu memiliki tanda-tanda klasik perfusi
organ yang tidak adekuat yang meliputi takikardi dan takipnea yang nyata,
perubahan pada status mental dan penurunan tekanan sistolik. Pada pasien
tanpa komplikasi, jumlah kehilangan darah inilah yang mulai dapat
menyebabkan menurunnya tekanan sistolik. Pada tingkat kehilangan darah ini,
pasien hampir selalu memerlukan transfuse darah. Tetapi prioritas
penangannya adalah menghentikan perdarahan, bila perlu dengan pembedahan
dalam upaya untuk menekan kebutuhan transfusi. Keputusan untuk
memberikan transfusi darah didasarkan pada respon pasien terhadap resusitasi
cairan awal serta terpenuhinya perfusi dan oksigenasi end-oergan.
4. Perdarahan kelas IV : Kehilangan volume darah lebih dari 40%
Derajat kehilangan darah pada kelas IV adalah sangat berat (segera
mengancam jiwa pasien). Gejala-gejalanya meliputi takikardi yang jelas,
penurunan tekanan darah sistolik yang signifikan dan tekanan nadi yang
sangat kecil (atau tekanan diastolic yang tidak teraba). Produksi urin hampir
tidak ada dan kesadaran jelas menurun. Kulitnya dingin dan pucat. Pasien-
pasien seringkali memerlukan transfusi dan intervensi pembedahan segera.
Hal tersebut didasarkan atas respon pasien terhadap resusitasi cairan yang
5
diberikan. Kehilangan lebih dari 50% volume darah pasien, mengakibatkan
pasien tidak sadar, penurunan denyut nadi, dan tekanan darah. 3
a) Umur pasien
b) Parahnya cidera, difokuskan pada tipe dan lokasi anatomi cedera
c) Rentang waktu antara cidera dan penangannya
d) Pemberian cairan pra-rumah sakit dan pemakaian PSAG
e) Penggunaan obat-obatan sebelumnya untuk kondisi-kondisi klinis
Tujuan dari resusitasi awal dilihat dari sumber perdarahan, jumlah darah
yang hilang,dan durasi perdarahan. Mengembalikan transport oksigen darah
normal merupakan tujuan utama dari resusitasi cairan sehingga menurunkan
resiko terjadinya iskemik jaringan. Terapi resusitasi diberikan untuk mensupport
koagulasi dan menurunkan kerja jantung untuk mempertahankan organ vital
lainnya. Terapi cairan yang diberikan tergantung dengan kondisi pasien, hal-hal
yang perlu diperhatikan diantaranya stabilisasi vital sign, hasil laboratorium dan
darah. Terapi cairan lebih lanjut harus diikuti dengan pemasangan monitor
termasuk penilain invasif dan non invasif, perfusi jaringan, analisa gas darah, dan
serum laktat. Resusitasi hemostatik yang biasa digunakan adalah mengkontrol
perdarahan dan mempertahankan keadaan hipotensi, berikut penjelasannya : 1,5
6
dimaksudkan untuk meminimalkan lama operasi, meminimalkan pemberian
cairan yang sedang berlangsung, dan menjaga pasien dalam kondisi
normothermia, sehingga mengurangi resiko pembedahan selanjutnya dan
mengurangi resiko terjadinya inflamasi yang akan timbul dari rekonstruksi
jaringan lunak. atau prosedur yang kurang penting lainnya.Konsep
pengendalian perdarahan ini sangat sering dilakukan oleh para dokter.6
Hipotensiyang disengaja
Selamaperdarahanaktif, setiappemberian cairanyangmeningkatkan
tekananarterijuga akan meningkatkankehilangan darah. Pemberian
cairanmenyebabkan peningkatanaliran balik venake jantung, sehingga
meningkatkanketegangan dinding miokard danmeningkatkancurah jantung.
Peningkatancurah jantungmengurangirefleksvasokonstriksisyok hemoragik,
yang memungkinkan peningkatanaliran darahke tempatvaskularcedera.
Peningkatantekananjugaakanmerusakdanmembersihkangumpalanekstraluminal
yang awalnyamembatasiperdarahan. Cairan
asanguineousdigunakanuntukresusitasiakanmenurunkankekentalan
darahdanakanmencairkan konsentrasifaktorpembekuan, sel-seldarah merah,
dan trombositdi lokasiperdarahan. Hasildari beberapapercobaanresusitasiyang
telah dilakukan, menunjukkan bahwakehilangan
darahberkurangselamahipotensi. Kelangsungan
hidupditingkatkandenganresusitasistrategiyang membatasijumlah cairanyang
diberikanataudititrasiuntuklebih rendahdari tekananarteri rata-ratanormal. Ada
percobaan yang menunjukkan dengan meningkatkan tensi ke tensi normal pada
perdarahan aktif, cenderung meningkatkan resiko kematian. Tetapi
mempertahankan tensi pada kondisi hipontesi ini juga memiliki berbagai risiko
misalnya orang-orangdengan penyakitkardiovaskular, geriatri, dan perdarahan
pada trauma otak.7
Resusitasi cairan dan menghindari terjadinya hipotensi merupakan
prinsip terpenting pada penanganan awal pasien akibat trauma tumpul,
terutama mereka dengan cedera kepala. Pada cedera tembus dengan
perdarahan, penundaan resusitasi cairan yang agresif hingga perdarahan benar-
7
benar terkontrol dapat mencegah terjadinya perdarahan tambahan. Walaupun
komplikasi-komplikasi yang berkaitan dengan trauma resusitasi tidak disukai,
adanya perdarahan berat sampai eks-sanguinai lebih tidak disukai lagi. Kehati-
hatian dan penanganan seimbang dengan reevaluasi yang berulang kali sangat
dibutuhkan. Keseimbangan tercapainya perfusi organ dengan resiko perdarahan
ulang pada kondisi tekanan darah yang sedikit rendah (dibawah normal)
memiliki beberapa istilah yaitu resusitasi terkontrol, resusitasi seimbang,
resusitasi hipotensif dan hipotensif permisif.3
Tujuan utamanya adalah kembalinya keseimbangan, bukan hipotensinya.
Strategi resusitasi seperti itu adalah cara, bukan pengganti tindakan bedah pada
control perdarahan.3
Dukungankoagulasi
8
adalah pemeriksaan dasar yang berharga untuk diketahui/diperoleh pada jam
pertama trauma, terutama bila pasien punya riwayat kelainan pembekuan
darah, menggunakan obat-obatan yang mengganggu koagulasi (warfirin,
aspirin atau NSAID) atau terdapat riwayat perdarahan yang tidak dapat diatasi.
Transfusi trombosit, cryopresipitate, dan plasma beku hendaknya didasarkan
atas parameter-parameter pembekuan tersebut di atas, termasuk jumlah
fibrinogen. Penggunaan rutin produk-produk tersebut pada umumnya tidak
dianjurkan kecuali bila pasien diketahui mempunyai kelainan koagulasi atau
pernah diberikan antikoagulan untuk penanganan suatu masalah medis yang
spesifik.3
Pemberian agenanti fibrinolytik sangat dibutuhkan, seperti asam
traneksamat dapat diberikan jika berpotensiperdarahan masif.
Uncrossmatchedsel darah merahjenis-Omemiliki catatankeamanan yang sangat
baikdanmerupakan produkresusitasipilihanpada pasiensyok hemoragik berat.
RasiooptimalplasmaunitRBCmasih kontroversial. Seluruhdarah segar,
cairanresusitasiyang ideal, memiliki rasio1:1. Cairansalinenormalmempunyai
rasio 1:1, pemberian carian menjadi titikawal resusitasiketikatingkat
keparahanperdarahan meningkat tanpa harus menunggu nilai laboratoriumyang
tersedia. Untuk pasien dengan perdarahan aktif dapat dilakukan
pengujiankoagulasi. Beberapa
penelitiantentangpenggunaanpengujianviskoelastikseluruhdarahuntuk
memanduresusitasiyangsedang berlangsung.Tes
viskoelastikjugadapatmenilaibeberapa aspekdarifungsi trombosit, kadar
fibrinogen, danfibrinolisis. Pengujianviskoelastikjuga dapat digunakanuntuk
memandufaktor berbasisresusitasi.
Dukunganawalkoagulasimeliputiadministrasisenyawaanti fibrinolytic,
biasanyaasam traneksamatuntukmenjaga stabilitasbekuanselama resusitasi.
Asam traneksamat sudah terbukti dapat meningkatkan kelangsungan
hidupyang signifikan pada terapi resusitasi syok perdarahan yang mungkin
mempunyai efek lain selain anti fibrinolitik.2,8,9
9
Memulihkanperfusi jaringan
Salah satu komponen dari praktek resusitasi modern yang telah terbukti
menguntungkan, dan termasuk dalam algoritma militer dan sipil adalah
administrasi awal dan agresif agen anestesi untuk mengurangi aliran simpatis
dan vasodilatasi pembuluh darah. Di mana anestesi tidak memiliki efek
samping. Sayangnya, obat-obatan yang mengurangi kesadaran atau nyeri juga
akan mengurangi aliran simpatik, dan cardiac output. Banyak anaesthetics
umum seperti propofol, midazolam, gas volatile adalah vasodilator langsung
dan inotropik negatif. Tetapi relatif sangat aman pada pasien dengan kondisi
darah normal. Pemberian ketamin, opioid, etomidate dapat menyebabkan
hipotensi mendadak dan bahkan henti jantung bila diberikan pada pasien
dalam syok hemoragik. Konsekuensi hipotensi baik vasodilatasi langsung dan
tidak langsung dalam pengurangan pelepasan katekolamin lebih diperburuk
lagi dengan intubasi dan institusi ventilasi tekanan positif. Belum ada studi
terkontrol yang menilai kedalaman anestesi dengan aktivitas otak selama
perdarahan berat. Tetapi banyak pasien syok hemoragik di ruang operasi yang
telah menerima dosis kecil dari amnestik (misalnya skopolamin), agen
neuromuscular blocking, dan tidak ada analgesik atau obat penenang lainnya.
Dengan infus intra vena cepat, dan obat-obatan onset cepat, ahli anestesi
memiliki kemampuan untuk melakukan titrasi misalnya, dengan pemberian
bolus kecil cairan (200 ml) dengan dosis kecil fentanil (50-100 mg). Hal ini
akan meningkatkan perfusi jaringan, pengurangan pelepasan senyawa
fibrinolitik dan inflamasi, tanpa dengan meningkatkan laju perdarahan. Untuk
saat ini bagaimanapun, tidak ada studi klinis yang telah mengevaluasi
penggunaan awal anestesi yang mendalam pada pasien trauma.10,11
10
BAB III
KESIMPULAN
11
12