Anda di halaman 1dari 23

PENGINDERAAN JAUH

Definisi penginderaan jauh beraneka ragam yang umumnya akan


terkait dengan pemanfaatan alat tersebut untuk membantu aktivitas kerja
atau penelitian. Berikut ini beberapa definisi penginderaan jauh yang kami
rangkum dari buku Penginderaan Jauh karya Prof. Dr. Sutanto.

Remote sensing is the science and art of obtaining information about


an object, area, or phenomenon through the analysis of data acquired
by a device that is not in contact with the object, area, or phenomenon
under investigations (Lillesand dan Keifer, 1979).

Remote sensing refers to the variety of techniques that have been


depeloped for acquisition an analysis of information about the earth.
This information is typically in the form of electromagnetic radiation
that has either been reflected or emitted from the earth surface
(Lindgren, 1985).

Pada umumnya sensor sebagai alat pengindera dipasang pada


wahana (platform) berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik, atau
wahana lainnya. Obyek yang diindera adalah obyek di permukaan bumi,
dirgantara, atau antariksa. Proses penginderaan dilakukan dari jarak jauh
sehingga sistem ini disebut sebagai penginderaan jauh.

Jenis-Jenis Inderaja

Jenis pengideraan jauh yang umum ada 3 metoda, yaitu :


Metoda foto udara.
Metoda gelombang mikro.
Metoda citra satelit (antariksa).
1. Metoda foto udara

penginderaan jarak jauh -1


Metoda foto udara berisi rekaman rinci kenampakan permukaan bumi pada
saat pemotretan. Dalam interpretasi foto udara, terdapat tujuh karakteristik
dasar yang harus dipertimbangkan, yaitu :
Bentuk, adalah konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk beberapa
objek menunjukkan ciri tertentu sehingga citranya dapat diidentifikasi
langsung hanya berdasarkan kriteria ini.
Ukuran objek, yang harus dipertimbangkan mengingat hubungannya
dengan skala foto yang digunakan.
Pola, adalah hubungan susunan spasial objek.
Bayangan, penting bagi penaksir dalam 2 hal yang saling bertentangan,
yaitu :
Bentuk atau kerangka bayangan dapat memberikan gambaran profil
suatu objek yang dapat membantu interpretasi.
Objek di bawah bayangan hanya dapat sedikit memantulkan cahaya
dan sukar diamati pada foto, yang akhirnya dapat menghalangi
interpretasi.
Rona, adalah warna atau kecerahan relatif objek pada foto.
Tekstur, adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur
merupakan hasil gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, dan
ronanya.
Situs atau lokasi objek dalam hubungannya dengan objek yang lain,
sangat berguna untuk membantu pengenalan suatu objek.

Perlengkapan interpretasi foto udara biasanya digunakan untuk tujuan :


pengamatan foto,
pengukuran kenampakan pada foto, dan
memindahkan hasil interpretasi ke peta dasar.

Karakteristik medan utama yang dapat diperkirakan dengan interpretasi foto


udara yaitu jenis batuan, bentuk lahan (landform), tekstur tanah, kerentanan
banjir, dan tebal bahan lepas di atas batuan induknya.

penginderaan jarak jauh -2


Interpretasi foto udara untuk evaluasi medan didasarkan pada pengamatan
sistematik, dan evaluasi unsur kunci (key element) yang dianalisis secara
stereoskopik. Hal ini meliputi : topografi, pola aliran, tekstur, erosi, rona foto,
vegetasi, dan penggunaan lahan. Melalui analisis ini, penaksir foto dapat
mengenali kondisi medan yang berbeda-beda dan dapat menentukan batas-
batasnya.

2. Metoda gelombang mikro

Terdapat dua kenampakan berbeda yang mencirikan tenaga gelombang


mikro, dipandang dari sudut penginderaan jauh, yaitu :
Gelombang mikro dapat menembus atmosfer dalam berbagai keadaan,
tergantung pada panjang gelombang yang digunakan. Tenaga gelombang
mikro dapat menembus kabut tipis, hujan renyai dan salju, awan, asap,
dan lainnya.
Pantulan dan emisi mikro dari material muka bumi tidak ada kaitan
langsung dengan pasangannya pada bagian spektrum tampak atau
termal. Misal permukaan yang tampak kasar pada spektrum, mungkin
tampak halus pada gelombang mikro.

2.1. Radar (Radio Detection and Ranging)

Radar merupakan sensor gelombang mikro aktif. Sesuai dengan namanya,


radar dikembangkan sebagai suatu cara yang menggunakan gelombang
radio untuk mendeteksi adanya suatu objek dan menentukan jarak
(posisinya).

2.2. SLAR (Side Looking Airborne Radar)

Sistem SLAR menghasilkan jalur citra yang berkesinambungan yang


menggambarkan daerah medan luas serta berdekatan dengan jalur terbang.
SLAR merupakan suatu sistem pengintaian kemiliteran yang ideal, tidak

penginderaan jarak jauh -3


hanya memberikan kemungkinan dapat diandalkan dalam segala cuaca
tetapi juga merupakan sistem aktif, sistem pencitraan siang malam.

Gambar 1. Asas pengoperasian radar pandang samping wahana udara


(SLAR).

Gambar 2. Pengoperasian sistem radar pandang samping wahana udara


(SLAR).

penginderaan jarak jauh -4


Selain sistem SLAR, juga terdapat sistem penginderaan Mikro Pasif. Sistem
ini tidak menggunakan tenaga penyinaran sendiri, tetapi penginderaan
tenaga gelombang mikro yang diperoleh secara alamiah dalam medan
pandangnya.

Pengoperasian sistem ini hampir sama dengan radiometer termal. Teori


radiasi benda hitam merupakan inti bagi pemahaman konseptual
penginderaan gelombang mikro pasif, tetapi sensor gelombang mikro pasif
lebih menekankan penggunaan antena, bukan unsur deteksi. Sinyal
gelombang mikro pada umumnya terdiri dari sejumlah komponen sumber
yang sebagian dipancarkan, sebagian dipantulkan, dan sebagian
ditransmisikan (Gambar 3).

Gambar 3. Komponen sinyal gelombang mikro pasif

Penginderaan gelombang mikro pasif bermanfaat sekali dalam bidang


oceanografi. Pemanfaatan ini berupa pengukuran daya pantul es laut, arus,
dan angin, juga untuk mendeteksi pencemaran minyak dan memperkirakan
jumlahnya. Meskipun sedikit penelitian yang berhubungan dengan
penginderaan gelombang mikro pasif dalam hidrologi, tapi potensinya besar
untuk mendapatkan informasi tentang kondisi pencairan salju, temperatur
tanah, dan kelembaban tanah untuk daerah yang luas.

3. Metoda citra satelit (penginderaan jauh dari antariksa)

penginderaan jarak jauh -5


Satelit-satelit yang digunakan dalam metoda ini adalah :
Satelit Landsat
Sistem satelit sumber daya bumi, Seasat-1, pesawat antariksa ulang alik
(space shuttle), SPOT
Satelit cuaca, satelit NOAA/TIROS, satelit GOES, satelit Nimbus, program
satelit cuaca pertahanan (Defense Meteorological Satellite
Program/DMSP)

3.1. Satelit Landsat

Penginderaan jauh dari antariksa dengan Satelit Landsat terutama bertujuan


untuk pengamatan sumberdaya bumi. Satelit Landsat dimuati 2 sistem
penginderaan jauh pada wahananya, yaitu :
Sistem Return Beam Vidicom (RBV) dengan 3 saluran.
Sistem penyiam multispektral (MSS) dengan 4 saluran.
Konfigurasi pengoperasian sistem MSS ditunjukkan pada Gambar 4,
sedangkan Gambar 5 menunjukkan konfigurasi sistem RBV pada landsat.

Gambar 4. Konfigurasi pengoperasian sistem MSS landsat

penginderaan jarak jauh -6


Gambar 5. Konfigurasi sistem RBV pada landsat

Skala citra dan luas daerah liputan per kerangka sangat berbeda antara citra
landsat dan foto udara konvensional. Sebagai contoh untuk meliput satu citra
landsat diperlukan lebih dari 1600 foto udara berskala 1 : 20.000 tanpa
adanya overlap. Hasil landsat bila dibandingkan dengan foto udara adalah :
untuk suatu kenampakan geologi yang panjangnya ratusan kilometer akan
tampak lebih jelas pada citra landsat,
untuk mengkaji suatu pemukiman, foto udara lebih efektif karena
penelitian dilakukan dengan ketinggian rendah, dan
citra landsat hanya dapat dipelajari dalam 2 dimensi, sedangkan foto
udara sebagian besar dapat dilihat tiga dimensi.
oleh sebab itu citra landsat harus dianggap sebagai alat interpretasi
pelengkap dan bukan sebagai pengganti foto udara berskala besar.

3.2. Sistem satelit sumber daya bumi yang lain

Misi pemetaan kapasitas panas (HCMM) merupakan yang pertama di antara


seri Misi Peneliti Terapan (Application Explorer Missions/AEM) yang kecil dan
relatif tidak mahal biayanya. Satelit percobaan ini memiliki ketepatan orbit
dan stabilitas ketinggian yang kurang teliti bila dibandingkan dengan landsat
yang lebih besar, sehingga satelit ini diarahkan bagi percobaan kelayakan.
HCMM merupakan wahana antariksa pertama yang dibuat untuk menguji
kelayakan dalam melakukan pengukuran variasi termal kenampakan di muka

penginderaan jarak jauh -7


bumi untuk memperoleh identitas dan kondisinya. Data HCMM telah
diterapkan pada berbagai bidang seperti :
Penggunaan pengukuran termal untuk membedakan jenis batuan dan
lokasi sumber daya mineral.
Pengukuran temperatur tajuk tumbuhan pada interval waktu tertentu yang
sering digunakan untuk menentukan laju transpirasi tumbuhan dan tingkat
kesehatannya.
Pengukuran parameter kelembaban tanah dengan pengamatan siklus
temperatur tanah.
Pemetaan aliran termal alamiah.
Perbaikan prakiraan aliran air oleh mencairnya salju.

Sedangkan jenis SPOT-1 (Satellite Probobtoire Pour 1Observation de la


Terre) merupakan satelit Perancis yang pertama. Sistem penginderaan yang
diusulkan untuk misi ini terdiri atas 2 scanner spektrum sinar tampak
beresolusi tinggi (High Resolution Visible/HRV).

3.3. Satelit cuaca

Satelit cuaca jenis NOAA mengorbit dekat kutub bumi dan sejajar dengan
orbit matahari, serupa dengan landsat. Sedangkan Satelit Meteorologi
Selaras (Synchronous Meteorology Satellite/MSS) atau Satelit Operasional
Lingkungan Geostasioner (Geostationary Operational Environmental
Satellites/GOES) merupakan bagian jaringan global satelit cuaca yang
ditempatkan pada jarak sekitar 700 bujur di seluruh dunia.

Aplikasi Penginderaan Jauh

1. Bidang Geologi

penginderaan jarak jauh -8


Metoda fotogeologi merupakan penggunaan pemotretan udara untuk
mendapatkan informasi geologi baik kualitatif maupun kuantitatif. Pemotretan
udara saat ini digunakan untuk identifikasi dan pemetaan muka bumi, pola
drainase, kenampakan struktur seperti patahan dan lipatan, dan unit-unit
batuan atau litologi. Foto udara umumnya digunakan untuk jenis studi
geologi seperti berikut :
Mengkompilasi peta-peta topografi dan geologi.
Eksplorasi mineral, hidrokarbon, dan air tanah.
Identifikasi kenampakan tempat-tempat yang membahayakan seperti
patahan gempa bumi yang aktif dan tempat-tempat yang mudah
mengalami longsoran.
Identifikasi dan pemetaan perubahan muka bumi yang disebabkan oleh
musibah alami seperti angin topan dan gempa bumi.
Pemilihan wilayah yang potensial untuk konstruksi fasilitas-fasilitas bidang
rekayasa seperti bendungan dan bangunan-bangunan tenaga nuklir.
Kuantitas dan kualitas informasi geologi yang dapat diinterpretasi dari
pemotretan udara tergantung pada faktor-faktor berikut ini :
jenis dataran, vegetasi, dan tanah penutup, serta tahapan siklus erosi,
jenis dan skala pemotretan,
ketersediaan stereopair untuk mengamati bagian vertikal melalui model
stereografis,
pelatihan dan pengalaman orang yang melakukan interpretasi dalam
bidang geologi dan inderaja.

Foto udara oblique sering digunakan oleh ahli foto udara, tapi saat ini
sebagian besar studi menggunakan foto udara vertikal dan diikuti oleh
analisis stereoskopis.

Foto udara berskala sedang sampai besar merupakan pilihan terbaik untuk
studi detail melokalisir suatu daerah, sedangkan yang berskala kecil seperti
yang dilakukan dari orbit bumi banyak digunakan untuk survei-survei
regional.

penginderaan jarak jauh -9


1.1. Informasi kualitatif dari foto udara

Informasi geologi yang dapat diinterpretasi dari pemotretan udara


dikelompokkan dalam 4 kategori utama, yaitu : litologi, struktur, drainase, dan
bentuk muka bumi.

Litologi yang umum atau jenis batuan diklasifikasikan beserta dengan proses
terbentuknya. Unit batuan dapat terbentuk melalui :
secara langsung dari material yang mengalami pelelehan (beku),
dari partikel-partikel batuan yang terbentuk lebih dulu atau dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan (sedimen), dan
oleh pengaruh panas dan tekanan terhadap batuan yang terbentuk lebih
dulu (metamorf).
Kenampakan umum yang sering diidentifikasi dalam foto udara meliputi :
kipas aluvial, ambang sungai berpasir dan daerah tanjung yang berpasir,
teras-teras sungai, esker, drumlin, bukit pasir, dan talus.

1.2. Informasi kuantitatif dari foto udara

Contoh pengolahan kuantitatif ini adalah menentukan tinggi kenampakan


topografi dengan mengukur perbedaan paralaks pada stereopair, tapi dalam
kondisi tertentu dapat dihitung dari pengukuran panjang bayangan.
Pengukuran langsung dapat juga dilakukan pada foto udara vertikal dengan
skala yang tepat (Gambar 6) untuk menentukan kemiringan dan jurus dari
suatu struktur planar (misalnya bidang perlapisan, patahan atau dike).

Sudut kemiringan () dalam permukaan topografi ditentukan dengan rumus


berikut : tan = H / D ,
di mana :
H = perbedaan tinggi atau elevasi antara 2 titik, yang dapat diketahui dari
pengukuran paralaks stereoskopis
D= jarak horisontal antara 2 titik yang sama

penginderaan jarak jauh - 10


Gambar 6. Diagram garis jurus dan sudut kemiringan pada suatu
perlapisan batuan sedimen.

Batuan sedimen yang kemiringannya hampir horisontal dapat ditentukan


tebalnya secara langsung dengan mengkonversi menjadi satuan meter atau
kaki dari perbedaan paralaks antara top dan bottom dari bidang perlapisan
yang tampak pada stereopair.

Rumus yang dipakai adalah : T = (H) cos + (D) sin ,


di mana :
T = ketebalan stratigrafi
= sudut kemiringan yang ditentukan dari rumus sebelumnya
H = perbedaan tinggi antar beberapa titik pada batas lapisan yang paling
bawah.
D = jarak horisontal yang terkoreksi antar titik yang terukur pada batas
lapisan bagian atas dan bawah

1.3. Pola dan struktur drainase

Jenis sistem drainase yang umum pada suatu permukaan dataran dikontrol
oleh jenis tanah atau endapan surfisial, lereng, material induk, dan struktur
yang hadir.

penginderaan jarak jauh - 11


Beberapa pola drainase yang umum (Gambar 7) adalah : pola dendritik, pola
trelis, pola rektangular, pola paralel, pola radial, pola anular, pola dikotomik,
pola memita atau mengelabang (braided), pola anastomotik, pola deranged
(kacau atau menggila), pola sinkhole, pola pinnate.

Pola drainase dapat lebih jauh diklasifikasikan menurut variasi densitas kanal
per unit luas (ditentukan secara subjektif), yang disebut dengan tekstur
drainase dan dibagi dalam 3 kategori (Gambar 8) berikut :
Drainase bertekstur halus, memiliki densitas drainase yang tinggi dan
terbentuk pada formasi yang mudah mengalami erosi sehingga runoff
permukaan tinggi. Tekstur ini dapat berasosiasi dengan srata sedimentasi
lemah atau tanah berpermeabilitas kecil (misalnya serpih dan lempung).
Drainase bertekstur sedang, memiliki densitas drainase sedang dan
terbentuk di tanah atau bedrock yang memiliki permeabilitas sedang
(misalnya batupasir dengan perlapisan yang tipis).
Drainase bertekstur kasar, memiliki densitas drainase rendah dan
terbentuk pada formasi batuan yang keras dan resistan (misalnya granit,
gneiss, dan kuarsit) serta pada material yang sangat permeabel (misalnya
pasir dan kerikil) sehingga hanya sedikit air yang dapat menjadi runoff
permukaan.

penginderaan jarak jauh - 12


Gambar 7. Sketsa dari 12 pola drainase yang umum (diambil dari von
Bandat [1962] dan Strandberg [1967])

Gambar 8. Sketsa dari pola drainase dendritik dengan tekstur halus, sedang,
dan kasar (diambil dari gambar di U.S. Geological Survey).

1.4. Analisis litologi

Karakteristik utama batuan sedimen yang mempengaruhi kenampakan


medan pada foto udara meliputi : bidang perlapisan, bidang rekahan, dan
daya tahan terhadap erosi. Sebagai contoh adalah batupasir yang sering

penginderaan jarak jauh - 13


tampak jelas pada foto udara terutama bila lapisan batupasir berada di atas
formasi yang lebih lunak dan mudah tererosi seperti serpih. Bidang rekahan
tampak jelas dengan sistem rekahan yang terdiri dari dua atau tiga arah
utama. Kenampakan endapan sedimen yang berselang-seling pada foto
udara tergantung pada ketebalan dan kemiringan bidang perlapisan.

Batuan beku dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu intrusif dan
ekstrusif. Sebagai contoh adalah kenampakan foto udara untuk batuan
granitik, yaitu : memiliki pola topografi masif membulat, tidak berlapis, bukit
berbentuk seperti kubah dengan ketinggian puncak bervariasi dengan lereng
yang terjal. Kenampakan aliran lava pada foto udara adalah : memiliki pola
topografi berupa serangkaian aliran berbentuk seperti lidah yang mungkin
bertindihan atau berselang-seling, dan sering berasosiasi dengan kerucut
bara. Identifikasi foto udara untuk batuan basal adalah : memiliki pola
topografi yang permukaannya hampir datar, sering terpotong oleh sungai
utama dan membentuk lembah yang dalam.

Identifikasi foto udara untuk batuan metamorf lebih sulit dibandingkan


dengan batuan yang lainnya, dan cara identifikasinya belum dikembangkan
dengan baik. Selain itu batuan metamorf umumnya memiliki penyebaran
yang terbatas.

2. Bidang Rekayasa

Proyek-proyek rekayasa yang memanfaatkan pemotretan udara banyak


dilakukan oleh teknisi di bidang geologi dan teknik sipil. Beberapa bidang
rekayasa yang menggunakan pemotretan udara adalah :
Survei-survei material konstruksi.
Pemilihan rute-rute lokasi untuk sistem transportasi.
Pemilihan lokasi yang potensial untuk struktur-struktur rekayasa yang
kritis, seperti bendungan, pembangkit tenaga nuklir, dan terowongan.
Penyelidikan longsoran.

penginderaan jarak jauh - 14


Survei-survei kerusakan akibat bencana alam.
Penyelidikan polusi air.
Pengawasan gangguan-gangguan di lokasi pertambangan.
Inventarisasi stockpile.

2.1 Survei material konstruksi

Survei-survei material konstruksi melalui studi stereoskopis foto udara adalah


untuk pendekatan analisis dataran (Mintzer et al., 1983). Bentuk muka bumi
pertama kali diidentifikasi dan digambarkan secara regional, sehingga secara
umum dapat diperkirakan tentang jenis material yang diharapkan. Landform
yang paling prospek dianalisis secara detail tentang topografi, pola drainase,
erosi, rona atau warna tanah, vegetasi penutup, dan lokasi yang terbaik
sebagai tempat penyelidikan di lapangan. Skala fotografi yang digunakan
pada survei ini bervariasi dari satu wilayah ke wilayah selanjutnya, tapi
pankromatik awal dengan skala 1 : 15.000 sampai 1 : 25.000 lebih sering
digunakan.

2.2 Lokasi rute jalan raya

Dalam proyek-proyek transportasi, foto udara digunakan pada tahap-tahap


perencanaan, peninjauan lokasi, dan konstruksi. Informasi yang diharapkan
dari foto udara untuk suatu proyek jalan raya adalah :
informasi kualitatif dari interpretasi fotografi, dan
informasi kuantitatif dari teknik-teknik fotogrametrik.
Sedangkan pemilihan rute jalan raya yang baru dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Survei-survei pengamatan atau peninjauan awal.
Membandingkan rute-rute yang dapat digunakan.
Survei detail rute yang terbaik.

Data-data yang diharapkan pada survei peninjauan awal adalah :


bentuk muka bumi (landform),
pola dan tekstur drainase,

penginderaan jarak jauh - 15


jenis tanah dan batuan, dan
pola penggunaan tanah.
Skala fotografi yang digunakan pada fase ini sekitar 1 : 20.000 sampai 1 :
80.000. Selanjutnya terdapat beberapa kontrol lokasi yang dapat
diidentifikasi pada stereopair, yaitu :
kondisi dataran (misalnya elevasi, perbukitan, atau daerah pegunungan)
yang secara ekonomis mempengaruhi derajat tikungan dari jalan yang
diinginkan,
tanah yang tidak stabil, seperti daerah lempungan yang dapat mengalami
penyusutan dan membengkak dengan perubahan kadar air, atau daerah
yang mudah longsor,
barrier-barrier fisik, seperti bukit pasir di daerah pesisir, rawa, atau danau,
daerah-daerah yang mudah terkena banjir dan longsoran salju,
kenampakan-kenampakan khusus seperti gunung-gunung, terowongan,
dan perpotongan sungai-sungai yang sempit,
daerah-daerah yang berpotensial memiliki material konstruksi,
perpotongan jalan-jalan raya dan jalan kereta api,
batas-batas kota atau perkotaan,
daerah-daerah hutan yang baru dibuka atau operasi cut-and-fill,
daerah-daerah yang sensitif secara ekologi, dan
jarak.

Pada fase membandingkan rute, digunakan skala foto antara 1:2500 dan
1:5000. Fotografi pada fase ini digunakan untuk :
Menguji kondisi fisik dan tingkat budaya dengan teliti sepanjang tiap
koridor dalam kenampakan tiga dimensi.
Menghitung tinggi, elevasi, dan grade dengan pengukuran gambar
paralaks pada stereopair.
Menyiapkan peta topografi skala besar dengan interval kontur antara 2-3
m untuk setiap koridor.

Selama konstruksi jalan raya baru, foto udara dan peta topografi dapat
digunakan untuk sejumlah tugas-tugas berikut :

penginderaan jarak jauh - 16


melakukan sedikit penyusunan ulang untuk menghindari penghambat
yang tidak tampak pada fase kontruksi awal,
memperkirakan volume cut-and-fill,
menemukan tambahan sumber-sumber material konstruksi, dan
menentukan lokasi yang tepat untuk saluran bawah permukaan.

2.3. Penyelidikan lokasi bendungan

Terdapat beberapa faktor fisik yang menentukan kelayakan lokasi


bendungan yang sebagian besar dapat diidentifikasi dan dievaluasi dengan
interpretasi foto udara. Faktor-faktor tersebut meliputi :
Karakteristik lembah, yang meliputi landform, jenis tanah, dan dimensi.
Karakteristik watershed, yang meliputi jaringan drainase dan vegetatif
penutup.
Karakteristik daerah yang dialiri, yang meliputi sistem transportasi yang
harus diganti dan tipe wilayah (misalnya berupa daerah terbuka, daerah
hutan, dan daerah yang dikembangkan).
Identifikasi dan pertimbangan kenampakan geologi regional maupun
lokal.
Akses ke lokasi bendungan dengan berjalan kaki atau berkendaraan.
Lokasi dan tingkat longsoran atau lereng-lereng yang mudah longsor di
dekat lokasi bendungan yang diusulkan.
Ketersediaan dan kecocokan material konstruksi yang digunakan untuk
membangun bendungan.

2.4. Penyelidikan daerah longsoran

Fotografi dengan skala 1 : 15.000 sampai 1 : 30.000 biasa digunakan untuk


pengenalan dan klasifikasi longsoran (Gambar 9), tetapi jika daerahnya
terlalu rumit atau longsorannya kecil, foto udara yang digunakan untuk
analisis berskala 1 : 5000 sampai 1 : 10.000 (Belcher et al., 1960).
Sedangkan beberapa kondisi yang dapat menimbulkan longsoran meliputi :

penginderaan jarak jauh - 17


Lereng yang curam (misalnya jurang yang terjal, ngarai, lembah-lembah
yang mengalami glasiasi, dan patahan besar).
Batuan yang licin dan impermeabel (misalnya serpih, batulempung,
batulanau, batusabak, dan sekis yang terfoliasi kuat).
Bedrock yang yang mengalami rekahan, khususnya saat rekahan paralel
atau rekahan yang melintasi lereng.
Lapisan batuan yang miring menuju ujung lereng.
Endapan permukaaan tak terkonsolidasi yang memiliki daya geser yang
lemah.
Tanah lempungan, yang mudah bergerak saat basah.
Lapisan es abadi yang paling atas jika mencair pada musim kemarau.
Lereng bukit yang gundul atau yang memiliki tumbuhan berakar dangkal.

Longsoran dikenal melalui pemotretan udara dengan kondisi seperti berikut


ini :
Lereng bukit yang tampak tergores.
Pola tanah dan vegetasi yang mengalami gangguan.
Perubahan pola lereng atau drainase.
Permukaan (topografi) yang tidak teratur.
Depresi yang kecil dan tidak mengalir.
Teras-teras yang mirip anak tangga.
Lereng bukit yang curam.

penginderaan jarak jauh - 18


Gambar 9. Sketsa yang menggambarkantipe dasar longsoran tanah : (A)
longsoran debris, (B) slump, (C) aliran tanah (earthflow), dan
(D) reruntuhan batu (rockfall) (diambil dari Nilsen et al., 1979).

Pemotretan udara juga berguna untuk mengenal dataran yang mudah


mengalami longsoran.

2.5. Survei kerusakan akibat bencana alam

Film pankromatik sering digunakan bersamaan dengan kamera pemetaan


untuk menaksir kerusakan, karena :
memiliki cakupan ruang gerak yang lebar dan sesuai untuk berbagai
kondisi pencahayaan,
memiliki kemampuan untuk menembus tingkat perlakuakn atmosferik
yang berbeda saat dilakukan penyaringan (filtering) dengan tepat,
memiliki resolusi yang bagus (beberapa film dapat diperbesar lebih dari
15 kali tanpa kehilangan gambar yang detail), dan
memiliki kemampuan memproses dan mencetak pada waktu yang tepat.

penginderaan jarak jauh - 19


Skala pemotretan udara yang berbeda digunakan untuk variasi jenis
penaksiran tempat-tempat yang mengalami kerusakan. Foto skala kecil
(misalnya 1 : 50.000 atau lebih kecil lagi) biasa digunakan untuk mempelajari
zone-zone kerusakan yang terbatas dalam suatu kenampakan wilayah yang
besar (Gambar 10). Sedangkan pemotretan udara skala sedang (misalnya
1 : 20.000 sampai 1 : 50.000) memberikan kenampakan yang cukup detail
terhadap wilayah yang dilanda bencana.

Gambar 10. Foto udara vertikal daerah Xenia, Ohio setelah mengalami
kerusakan akibat badai tornado pada bulan April 1974, dengan
skala foto 1 : 73.000 (dari Rush et al., 1977; U.S. Air Force
photograph)

2.6. Penyelidikan polusi air

Secara prinsipal, yang merupakan polutan-polutan air adalah :


Sebagian pembuangan kotoran baik yang terpelihara maupun tidak.
Sampah-sampah industri.
Sisa-sisa pemrosesan pertambangan dan mineral.
Sisa-sisa kegiatan pertanian (misalnya hasil pencucian pupuk dan
pestisida).
Vegetasi yang membusuk.

penginderaan jarak jauh - 20


Sisa-sisa minyak mentah dan petrokimia.
Air panas buatan (berupa polusi panas).
Sedimen-sedimen yang terlalu banyak mengalami suspensi (berupa
polusi sedimen).

Beberapa bentuk polusi air dapat dideteksi secara langsung dengan


pemotretan udara dan yang lainnya, secara tidak langsung. Deteksi langsung
memungkinkan jika polutan memiliki tanda-tanda spektral dalam spektrum
fotografi. Sedangkan deteksi tidak langsung diperhatikan dengan mengamati
perubahan lingkungan akuatik yang disebabkan oleh agen-agen penyebab
polusi yang tidak terlihat secara visual.

2.7. Pengamatan gangguan di lokasi pertambangan

Kegiatan pengerukan tailing di area pertambangan mineral-mineral placer


(Gambar 11) dapat mempengaruhi lingkungan dengan sejumlah cara yang
meliputi :
Penempatan tailing yang merupakan subjek terjadinya erosi dan
mempengaruhi tempat-tempat dan sejumlah aliran air di sekitarnya.
Flora, fauna, dan tempat-tempat ikan bertelur untuk memancing di
daerah-daerah bekas pengerukan yang telah rusak.
Jumlah sedimen yang sangat besar yang mengalami suspensi dapat
mempengaruhi lingkungan akuatik.

Sejumlah studi yang menggunakan pemotretan udara untuk pengawasan


operasi tambang permukaan. Sebagai contoh seperti yang dilakukan oleh
Mamula (1978) yang menggunakan pankromatik dan fotografi udara warna
inframerah dalam berbagai skala untuk mengidentifikasi dan
menggambarkan beberapa kategori operasi tambang permukaan dan tahap
reklamasi yang terjadi bersamaan di area pertambangan batubara besar di
dekat Colstrip, Montana.
Kategori-kategori yang termasuk dalam interpretasi meliputi :

penginderaan jarak jauh - 21


Area jenjang-jenjang dan highwall yang aktif.
Spoil pile yang tidak berguna.
Area-area yang ditingkatkan dan dikontur ulang.
Area yang dihijaukan pada tahun pertama dan tahun kedua.
Area yang dihijaukan pada tahun ketiga dan tahun keempat.
Kenampakan air permukaan alami dan yang jumlahnya terbatas.

Gambar 11. Stereogram yang menggambarkan wilayah pertambangan emas


placer di Yuba County, California. Kegiatan pengerukan
dilakukan di daerah yang dilingkari. Skala foto adalah 1 : 20.000
(diambil dari U.S. Department of Agriculture).

2.8. Inventarisasi stockpile

Stockpile material dasar yang besar seperti batubara, batugamping, pasir


dan kerikil, mineral-mineral bijih, dan pupuk harus diukur secara periodik
untuk inventarisasi dan perhitungan biaya. Volume (kubik) material dasar

penginderaan jarak jauh - 22


pada stockpile dapat ditentukan dengan akurat dan efisien menggunakan
metoda fotogrametrik. Beberapa keuntungan yang diperoleh adalah :
Metoda tersebut cukup akurat, ekonomis, dan sesuai.
Inventarisasi dapat dilakukan dalam satu hari, karena semua fotografi
dapat dilakukan dalam sekali waktu.
Kontrol lapangan hanya dilakukan sekali saja.
Metoda tersebut memberikan catatan permanen terhadap ukuran pile
pada saat fotografi diambil; volume dapat diperiksa pada masa
mendatang jika timbul pertanyaan terhadap keakuratan catatan.
Tidak ada perataan dan pencucian pile yang diharapkan, sebaliknya
operasi-operasi tersebut biasanya diperlukan dalam metoda penampang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Evans, A.M., Introduction of Mineral Exploration., Blackwell Science Ltd,


1995.

2. Avery, T.E., and G.L. Berlin., Fundamentals of Remote Sensing and


Airphoto interpretation., Fifth Edition., Mac. Millan,
1992.

penginderaan jarak jauh - 23

Anda mungkin juga menyukai