Anda di halaman 1dari 20

Pengindraan jauh (remote sensing) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang

objek/gejala/daerah dengan sensor buatan tanpa kontak langsung.

B. Asas Indraja sistem Fotografik


C. unsur indrAJA FotogrAFik

a. sistem tenaga (energi)


1. Sinar matahari
2. Sinar bulan
3. Sinar buatan
Tenaga sinar matahari berupa gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik
terdiri dari 7 spektrum, yaitu:
SINAR ULTRA TAMPAK GELOMBANG GELOMBANG
SINAR X INFRAMERAH
GAMMA VIOLET MATA MIKRO RADIO
Dari ketujuh spektrum tersebut, spektrum yang digunakan untuk inderaja fotografik hanya
3 spektrum, yaitu spektrum inframerah, tampak mata, dan ultraviolet.

b. Atmosfer (Zat Perantara)


Tenaga sinar matahari (gelombang elektromagnetik) masuk ke bumi melalui atmosfer
karena banyak hambatan dari partikel-partikel atmosfer seperti: awan, debu, uap air,
hujan, kabut, CO2, dan ozon. Sehingga hanya sebagian kecil spektrum elektromagnetik
yang mencapai bumi. Bagian atmosfer yang dapat melanjutkan spektrum elektromagnetik
sampai ke bumi dan dapat ditangkap oleh sensor disebut ‘jendela atmosfer’.

c. objek
Objek yang di indraja berada di:
1. Daratan dan lautan: litosfer, biosfer, antroforper, dan hidrosfer.
2. Udara: atmosfer
3. Antariksa
Objek berinteraksi dengan elektromagnetik berupa serapan dan pantulan.
Contoh:
1. Objek kering, tidak menyerap sinar sehingga sinar yang dipantulkan objek sensor
banyak maka citranya cerah.
2. Objek basah, menyerap sinar sehingga sinar yang dipantulkan objek sedikit maka
citranya gelap.

d. sensor (Alat Perekam data)


1. Sensor fotografik berupa kamera
• Kamera kartografik (metrik) untuk pemetaan.
• Kamera tinjau untuk merekam kualitas objek.
• Kamera multispektral untuk memotret satu objek dengan beberapa kamera
atau satu kamera dengan beberapa lensa.
2. Detektornya berupa film
• Film pankromatik, menggunakan spektrum tampak dengan 7 saluran: me.ji.
ku.hi.bi.ni.u.
• Film ortokromatik, menggunakan saluran biru + ½ hijau.
• Film inframerah, menggunakan spektrum inframerah.
• Film inframerah modifikasi, menggunakan spektrum inframerah + saluran
jingga/hijau.
• Film ultraviolet, menggunakan spektrum ultraviolet.

Wujud terkecil yang dapat direkam oleh film disebut resolusi spasial. Semakin kecil wujud
objek yang dapat direkam, semakin baik mutu sensor dan semakin tinggi resolusinya.

e. Wahana (kendaraan Pembawa sensor)


1. Balon udara (balon stratosfer)
2. Burung merpati
3. Pesawat terbang 4. Satelit

f. keluaran (hasil)
Hasil pengindraan jauh berupa citra. Citra adalah gambaran objek yang tampak pada
sensor atau yang sudah dicetak. Sensor fotografik menghasilkan:
1. Foto udara
Hasil pemotretan kamera dari balon udara/merpati/pesawat terbang.
• Foto pankromatik hitam putih
• Foto pankromatik berwarna (true color)
• Foto ortokromatik
• Foto inframerah (false color)
• Foto inframerah modifikasi
• Foto ultraviolet
• Foto multispektral
2. Foto satelit
Hasil pemotretan kamera dari satelit.
• Foto gemini
• Foto mercury
• Foto apollo
• Foto skylab
Objek yang digambarkan pada foto udara dan foto satelit terbatas pada objek yang
tampak. Objek di bawah tanah/tertutup vegetasi, tidak dapat tergambarkan pada foto.
Namun, ada objek yang tidak tampak dapat ditafsirkan berdasarkan objek yang tampak.
Contohnya, jenis tanah pasir dapat ditafsirkan berdasarkan vegetasi penutupnya (kelapa)
dan lokasinya (di tepi laut).
Dibandingkan foto satelit, foto udara menyajikan informasi lebih rinci karena wahananya
lebih rendah. Semakin rendah terbang wahana, semakin besar citranya. Semakin besar
skalanya, semakin sempit cangkupan wilayahnya. Jadi, jarak pemotretan memengaruhi
besar atau kecilnya citra yang diperoleh. Contohnya, foto udara skala 1:5.000 dapat
membedakan jenis truk dan bis dengan jenis sedan dan jip.

D. indrAJA nonFotogrAFik sistem gelomBAng mikro

a. Istilah nonfotografik berarti nonkamera (sensornya bukan kamera). Sistem gelombang


mikro artinya menggunakan spektrum gelombang mikro sebagai tenaga. Indraja
menggunakan spektrum gelombang mikro ada dua, yaitu:
1. Sistem pasif (sistem gelombang mikro)
2. Sistem aktif (sistem radar)
b. Asas sistem pasif (sistem gelombang mikro)

c. Unsur sistem gelombang mikro


1. Sumber tenaga
Menggunakan tenaga elektromagnetik yang berasal dari pancaran: objek bumi, awan,
gas-gas di atmosfer, atmosfer, sinar matahari, dan sinar dari angkasa (sinar alami).
Karena pancaran lemah, kualitas (resolusi spasial) citranya rendah dibandingkan
kualitas citra radar, citra inframerah termal, dan foto udara.
2. Objek
Seluruh permukaan bumi yang lembab, seperti: kelembaban tanah, tutupan salju,
konsentrasi es di laut, angin laut, suhu laut, kandungan uap air, dan kandungan curah
hujan, kecuali kutub utara dan kutub selatan.
3. Sensor
• Radiometer terdiri dari:
- Antena yang dipasang tetap (tidak bergerak).
- Amplifier untuk memperkuat sinyal gelombang mikro yang
lemah.
- Perekam dan penyaji data.
- Tenaga yang dipancarkan benda-benda di bumi diterima antena lalu
diperkuat sinyal oleh amplifier, kemudian direkam oleh sensor.
• Penyiam
Komponennya sama dengan radiometer. Perbedaannya antena bergerak-gerak
dengan arah tegak lurus terhadap jalur terbang.
4. Wahana
• Pesawat terbang (dari dirgantara)
• Satelit (dari antariksa)
5. Keluaran
Hasilnya citra gelombang mikro.
d. Interpretasi citra gelombang mikro
Interpretasi citra gelombang mikro berdasarkan tinggi atau rendahnya suhu objek dan nilai
pancarannya yang menghasilkan rona pada citra.
Contoh:
• Sungai dan sawah pancarannya lemah dan ronanya gelap.
• Topografi kasar dan vegetasi hutan pancarannya kuat dan ronanya cerah.
e. Keunggulan citra gelombang mikro
• Dapat beroperasi siang dan malam.
• Dapat menembus awan dan hujan.
Hal ini penting bagi daerah yang selalu tertutup awan, seperti beberapa daerah di
Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta daerah lintang tinggi di musim dingin dengan
malam hari yang lebih panjang.
f. Kelemahan citra gelombang mikro Resolusi spasialnya rendah (kualitas citranya rendah).
g. Kegunaan citra gelombang mikro
1. Pemetaan penutupan lahan
2. Pemetaan penggunaan lahan
3. Pemetaan kelembaban tanah
4. Bidang pertanian
5. Bidang hidrologi, oseanografi, meteorologi
Karena resolusi spasialnya rendah, citra gelombang mikro lebih cocok untuk inderaja
secara global dari satelit.
E. indrAJA nonFotogrAFik sistem rAdAr

Radar merupakan singkatan dari radio detection and ranging, mendeteksi jarak objek
berdasarkan gelombang radio.

a. Asas sistem Aktif (sistem radar)

b. unsur sistem radar


1. Sumber tenaga
Sistem radar disebut ‘sistem aktif’ karena menggunakan tenaga elektromagnetik
yang dibangkitkan pada sensor (sinar buatan). Tenaga ini berupa “pulsa” bertenaga
tinggi yang dipancarkan sensor ke arah tertentu. Jika pulsa radar mengenai objek,
maka pulsa tersebut akan dipantulkan kembali oleh objek ke sensor. Kemudian:
• Sensor akan mengukur dan mencatat ‘waktu’ (dari saat pulsa dipancarkan
sensor, sampai kembali ke sensor), sehingga dapat mengetahui jarak dan posisi
objek.
• Sensor akan mengukur dan mencatat intensitas (kekuatan) tenaga balik pulsa,
sehingga dapat mengetahi ‘jenis’ objek.
2. Objek
Permukaan bumi sampai kutub, di bawah tanah dan lapisan udara.
3. Sensor
Menggunakan sensor SLAR (Side Looking Airbone Radar) yang dapat merekam
daerah lawan dari sampling. Sensor SLAR terdiri dari: • RAR (Real Aperture Radar),
antena panjang.
• SAR (Synthetic Aperture Radar), antena pendek tetapi berfungsi sebagai
antena panjang.
4. Wahana
• Pesawat terbang
• Satelit
• Permukaan tanah
5. Keluaran
• Data noncitra
- Sistem radar doppler
Perubahan frekuensi sinyal yang dipancarkan sensor dan kembali ke sensor
akan mengubah nada bunyi klakson (sirene) saat kendaraan mendekati
dan menjauhi radar. Efek doppler ini berguna untuk megukur kecepatan
kendaraan, seperti pesawat terbang, satelit, dan kapal.
- Radar PPI (Plan Position Indicator)
Gambaran pada layar lintas udara dan lingkaran akibat dari antena radar
yang terus berputar. PPI berguna untuk:
~ Pengawasan lalu lintas udara dan pelayaran.
~ Penerbangan dan pelayaran saat malam gelap, contohnya pesawat
pengebom.
~ Mendeteksi lintasan pesawat dan kapal.
~ Merekam daerah lawan dari samping.
~ Prakiraan
cuaca. • Citra radar

c. interpretasi radar Citra


Dengan mengamati rona:
1. Objek yang permukaan kasar (jalan terjal, hutan rimba), pantulan kasar, dan ronanya
cerah.
2. Objek yang lembab (delta sungai, hutan rawa), pantulannya besar, dan ronanya
cerah.
3. Logam (jembatan, rel K.A.), pantulannya besar, dan ronanya cerah.
4. Objek yang permukaannya halus (jalan aspal) dan objek kering (batuan),
pantulannya kecil, dan ronanya gelap. Jadi, cerah atau gelapnya objek tergantung
dari kekasaran dan kelembaban objek.

d. keunggulan Citra radar


1. Dapat mengatasi segala hambatan cuaca, khususnya di daerah tropis yang selalu
tertutup awan.
2. Dapat menembus tanah khususnya tanah kering, seperti menembus struktur geologi
dan situs perkampungan zaman batu pada kedalaman ;ebih dari 2 meter.
3. Dapat beroperasi siang maupun malam hari.
4. Dapat melakukan liputan yang lebar dan memanjang ke arah samping
5. Liputan ke arah samping menimbulkan bayangan yang memperjelas kondisi relief.
6. Sangat peka terhadap kekasaran dan kelembapan objek sehingga bermanfaat di
bidang vegetasi, geologi, dan geomorfologi.
e. kelemahan Citra radar
1. Harganya mahal sehingga jarang dipakai.
2. Resolusinya rendah sehingga tampilan objek tidak rinci.

F. indrAJA nonFotogrAFik sistem termAl


Indraja sistem termal bertujuan untuk mengukur suhu objek, tepatnya mengukur
perbedaan suhu objek yang menyebabkan perbedaan ke sensor sehingga objek dapat
dikenali.

a. Asas sistem termal


1. Sensor noncitra

• Sensor pembentukan citra

b. unsur sistem termal


• Sumber tenaga
Berasal dari tenaga pancaran objek yang masuk ke sensor melalui ‘jendela atmosfer’.
Karena suhu objek berubah setiap saat sehingga jumlah tenaga termal yang
dipancarkan juga berubah-ubah. Perekaman dilakukan pada saat objek mengalami
perubahan suhu yang sangat besar. Misalkan, setelah matahari terbit dan menjelang
senja.
• Objek
Semua benda di permukaan bumi, baik yang tampak mata maupun tidak tampak mata.
• Sensor
Sensor terdiri dari pembentuk citra dan noncitra
• Wahana
Wahana terdiri dari pesawat terbang dan satelit
• Keluaran
Keluaran terdiri dari:
~ Citra inframerah termahal
Berupa gambaran 2 dimensi (gambarn piktorial) seperti televisi. ~
Noncitra
Berupa garis (kurva spektral) satu angka atau serangkaian angka yang mencerminkan
suhu pancaran objek dari waktu ke waktu.
c. interpretasi citra inframerah termal
Interpretasi citra inframerah termal selalu melihat karakteristik temporal (waktu
perekaman)
• Siang: tubuh air dan pohon lebih dingin daripada tanah dan batuan sehingga air dan
pohon ronanya gelap.
• Malam: tubuh air dan pohon lebih panas daripada tanah dan batuan sehingga air dan
pohon ronanya cerah.
• Siang: rumput dan vegetasi rendah lebih panas daripada pohon sehingga rumput dan
vegetasi rendah ronanya cerah.
• Malam: rumput dan vegetasi rendah lebih dingin daripada pohon sehingga rumput dan
vegetasi rendah ronanya gelap.
• Siang dan malam:
~ Tanah lembab lebih dingin (gelap) daripada tanah kering (cerah).
~ Permukaan logam lebih dingin (gelap) daripada sekitarnya.
~ Aspal dan batu kerikil lebih panas (cerah) daripada sekitarnya.
Jadi, objek yang panas maka nilai pancarannya tinggi. Oleh karena itu, ronanya cerah.
Objek yang dingin nilai pancarannya rendah sehingga ronanya gelap.
d. keunggulan citra inframerah termal
1. Perekaman dapat dilakukan siang maupun malam
2. Dapat merekam wujud yang tidak tampak Contoh:
• Merekam kebocoran pipa gas bawah tanah.
• Merekam kebakaran tampang batu bara bawah tanah.
• Merekam ttik panas pada bangunan industri.
• Merekam perbedaan air panas dengan air dingin. Ini semua
bermanfaat untuk pengelolaan lingkungan.

e. kelemahan citra inframerah termal


Distorsinya (penyimpangan) lebih besar dibandingkan dengan penyimpangan foto udara.

f. kegunaan citra inframerah termal


Bidang Penggunaan Sasaran Penginderaan
Jenis tanah
Jenis tanaman
1. Pertanian Penyakit tanaman
Sensus hewan
Mata air dingin dan mata air panas
Batas air tawar dan air asin
2. Hidrologi Batas air dan es
Muara sungai bawah tanah

Profil suhu
3. Meteorologi Komponen atmosfer
Sebaran suhu horizontal
Jenis batuan
Patahan dan lipatan
4. Geologi Gunung api aktif
Deteksi gua di daerah karst
Kabakaran tambang batubara bawah tanah
Kebocoran pipa gas bawah tanah
Konsentrasi energi
5. Kekotaan Titik panas bangunan industri
Model penggunaan listrik
Konservasi energi

Evapotranspirasi
6. Vegetasi Kebakaran hutan
Gangguan hama pada hutan
g. indrAJA nonFotogrAFik sistem sAtelit
a. unsur satelit landsat
1. Sumber tenaga
Berupa tenaga elektromagnetik dengan spektrum tampak, spektrum gelombang
mikro, dan spektrum inframerah termal. Jika menggunakan spektrum tampak,
hasilnya foto satelit. Jika menggunakan spektrum gelombang mikro atau spektrum
inframerah termal, hasilnya citra satelit dan data digital (non-citra).
2. Objek
• Bumi
•Antariksa
3. Sensor satelit landsat
•Kamera RBV (Return Beam Vidicon)
~ Bekerja secara elektronik (digital) dengan detektor foto konduktor, sedangkan
foto udara bekerja secara fotografik dengan detektor film.
~ Merekam secara serentak wilayah seluas 185 km x 185 km
~ Hasil rekamannya disebut ‘citra landsat RBV’, dalam bentuk gambar
(analog).
•Penyiam MSS (Multi Spectral Scanner)
~ Merekam bagian demi bagian wilayah seluas 56 m x 79 m (1 pixel).
~ Hasil rekamannya disebut ‘citra landsat MSS’, dalam bentuk citra hitam putih
dan citra komposit warna.
Keduanya dapat mengatasi hambatan atmosfer.

b. Asas
1. Asas RBV

dikirim ke stasiun penerima data di bumi


2. Asas MSS
c. Jenis satelit

1. Jenis satelit berawak


Sensornya fotografik, hasilnya foto satelit.
•Gemini
•Merkurius
•Apollo
•Skylab: stasiun eksperimen antaraiksa
•Surveyor: memotret bulan
•Mariner: memotret Mekurius, Venus, Mars
•Pioneer: memotret Jupiter
•Vayoger: memotret Jupiter dan Saturnus 2. Jenis satelit tak berawak
Sensornya nonfotografik, hasilnya citra satelit.
•Satelit sumber daya bumi: landsat, spot, ERS, MOS, dan seasat.
•Satelit cuaca: NOAA, Nimbus, GOES, dan Meteosat.

d. kegunaan
1. Identifikasi jenis tanah/tanah.
2. Identifikasi jenis tanaman.
3. Inventarisasi tanaman padi pada sawah irigasi.
4. Menaksir produk perhektar.
5. Menaksir luas tanaman, luas hutan.
6. Perhitungan luas permukaan air dan volume air.
7. Menilai kerusakan hutan.
8. Pemetaan: intruksi batuan beku, perubahan garis pantai, klasifikasi hutan.
9. Klasifikasi bentuk penggunaan lahan.
10. Mendeteksi bentang budaya: kota, jalan raya.
11. Mendeteksi: objek di bawah permukaan air, kualitas air, garis batas antara air, dan
daratan.
12. Pembedaan lahan kota dengan lahan desa.
13. Perencaan wilayah.
14. Pemetaan jaringan transportasi.
15. Mendeteksi akibat bencana alam.
A. PERBEDAAN SENSOR FOTOGRAFIK DENGAN SENSOR NONFOTOGRAFIK
Sensor Fotografik Sensor Elektronik

a. Berupa kamera a. Nonkamera (alat elektronik)


b. Skala lebih besar b. Skala lebih kecil
c. Wilayah cakupan lebih sempit c. Wilayah cakupan lebih luas
d. Hasilnya lebih rinci d. Hasilnnya kurang rinci, tetapi lebih
e. Resolusi lebih rinci tepat
f. Biayanya lebih murah e. Resolusi lebih rendah
g. Caranya sederhana f. Biayanya lebih mahal
h. Integritas geometri bagus g. Caranya rumit
i. Dapat menghindari awan h. Integritas geometri buruk
j. Hasilnya berupa foto penginderaan i. Dapat mengatasi hambatan atmosfer
jauh (foto udara dan foto satelit) j. Hasilnya berupa citra pengindraan
jauh (citra dan data noncitra)

B. MENENTuKAN SKAlA CITRA

panjang fokus sensor (cm)


Skala Citra =
jarak objek ke sensor (cm)

C. INTERPRETASI CITRA
Interpretasi, yaitu:
a. Menafsirkan dan mengklasifikasi citra berdasarkan karakteristiknya sehingga objek
dapat dikenali.
b. Menganalisis citra dengan melakukan pemisahan wujud rona atau warna objek.
c. Menganalisis citra berdasarkan unsur objek.

D. uNSuR INTERPRETASI CITRA


a. Rona
Rona adalah cerah atau gelapnya objek.
Contoh:
1. Pada foto pankromatik hitam putih, air tampak gelap.
2. Pada foto inframerah hitam puih, air tampak gelap sekali.
Ronanya objek dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu:
1. Karakteristik objek
2. Waktu pemotretan/perekaman
3. Cuaca
4. Letak objek, jenis objek, jarak objek dari sensor
5. Bahan (emulsi film) yang digunakan 6. Proses

b. Warna
Warna terbentuk oleh proses aditif (biru, hijau, merah) dan proses substratif (cyan,
kuning, magenta). Warna lain terbentuk sesuai dengan jenis emulsi filmnya.
Contoh:
1. Pada foto pankromatik berwarna, air dan pohon tampak hijau.
2. Pada foto inframerah berwarna, air tampak biru dan pohon tampak magenta.

c. Bentuk
Bentuk adalah kerangka objek.
Contoh:
Gunung api dan pohon pinus berbentuk kerucut, lapangan sepak bola berbentuk persegi,
dan gedung sekolah berbentuk letter I.L.U.

d. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail objek atau memperjelas profil objek.
Contoh:
Tembok stadion dan gawang sepak bola, cerobong asap, dan menara yang bayangannya
sangat tampak. Bayangan objek menunjukkan posisi objek di daerha tinggi, miring, atau
terjal.

e. Situs
Situs adalah letak objek terhadap objek lain.
Contoh:
Situs pemukiman di tepi jalan, rel kereta api, sungai, pantai, dan tanggul alam; situs teh di
pegunungan.

f. Pola
Pola adalah susunan keruangan, contohnya:
1. Pola pemukiman transmigrasi, teratur.
2. Pola pemukiman di tepi jalan/rel kereta api/sungai/pantai memanjang.
3. Pola delta di muara, menandakan DAS hulu mengalami kerusakan (erosi besar).

g. Asosiasi

Asosiasi adalah hubungan antarobjek, contohnya:


1. Gawang berasosiasi dengan lapangan sepak bola.
2. Rel kereta yang bercabang berasosiasi dengan stasiun.
3. Perkampungan berasosiasi dengan jalan dan lahan pekarangan.

h. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra, contohnya:
1. Hutan bertekstur kasar.
2. Belukar bertekstur sedang.
3. Sawah bertekstur halus.
4. Air bergelombang bertekstur kasar.

i. ukuran
Ukuran antara lain jarak, luas, tinggi, kemiringan, volume, contohnya:
1. Ukuran rumah berbeda denga pabrik.
2. Ukuran lapangan berbeda dengan pekarangan.
E. KARAKTERISTIK CITRA
Karakteristik citra, antara lain:
a. Karakteristik spektral: rona warna.
b. Karakteristik spasial: bentuk, bayangan, situs, asosiasi, tekstur, ukuran.
c. Karakteristik temporal: waktu pemotretan, unsur objek, umur objek.

F. TAhAPAN INTERPRETASI CITRA


Ada pun tahapan interpretasi citra, yaitu:
a. Deteksi
b. Identifikasi
c. Analisis
d. Dedukasi
e. Klasifikasi

G. DASAR-DASAR INTERPRETASI CITRA FOTOGRAFIK


Berikut dasar-dasar interpretasi citra fotografik, yaitu:
a. Rona gelap: hutan hujan tropis, hutan rawa/mangrove, hutan sagu, hutan bakau,
laut, dan sungai.
b. Rona agak gelap: hutan musim/gugur, hutan bambu, perkebunan tebu, perkebunan
kelapa, dan kelapa sawit.
c. Rona cerah/terang: hutan lumut (tunra), nipah, savana, stepa, sawah, rawa, gurun,
delta, kipas aluvial, jalan raya, rel kereta api, dan stasiun.
d. Tekstur kasar, gelap: hutan hujan tropis, hutan rawa/mangrove, hutan sagu, hutan
bakau, laut, dan jalan bergelombang.
e. Tekstur sedang, agak gelap: hutan musim, hutan bambu, perkebunan tebu,
perkebunan kelapa, dan kelapa sawit.
f. Tekstur halus, cerah/terang: hutan lumut, stepa, sungai, delta, kipas aluvial, sawah,
rawa, gurun, jalan raya, rel kereta api, dan sekolah.
g. Tinggi tidak seragam, gelap: hutan hujan tropis, hutan rawa, dan hutan sagu.
h. Tinggi seragam, cerah/agak gelap: hutan musim, stepa, nipah, hutan bambu,
perkebunan tebu, perkebunan kelapa dan sawit, hutan baku, hutan lumut, sawah,
serta pemukiman desa.
i. Bertajuk bintang: sagu, nipah, kelapa sawit, dan palem.
j. Bentuk kerucut: pinus dan gunung api.

h. KEuNGGulAN CITRA PENGINDERAAN JAuh


a. Cara kerja cepat, akurat, dan tepat.
b. Hemat waktu, biaya, dan tenaga.
c. Dapat meliput daerah yang luas.
d. Gambar/citra yang direkam bersifat permanen.
e. Dapat menghasilkan gambar 3 dimensi jika dilihat dengan stereoskop.
f. Merupakan satu-satunya cara pemetaan daerah bencana.
g. Merupakan alat pemantau terhadap perubahan bentang alam dan bentang budaya.
h. Tanpa resiko yang besar.
i. Ketelitiannya dapat diandalkan khususnya daerah terestrial (daratan).

I. KElEMAhAN CITRA PENGINDRAAN JAuh


Kelemahan citra pengindraan jauh, yaitu tidak dapat mengenali: a.
Saat (waktu) terjadinya bencana.
b. Komposisi tanah, batuan, dan bahan tambang(harus dianalisis di laboratorium).
c. Batas wilayah dan batas persil kepemilikan tanah (harus dicek langsung di lapangan).
d. Status tanah, status bangunan, pemiiliki tanah, dan pemilik bangunan.
e. Status penduduk dan komposisi penduduk.
f. Sensor fotografik dengan tenaga elektromagnetik hanya bisa beroperasi siang hari.

J. ASAS STEREOSKOPIK
Pengamatan stereoskop menafsirkan citra dengan menggunakan stereoskop sehingga
menghasilkan gambaran atau foto 3 dimensi. Umumnya, pengamatan stereoskopik
dilakukan pada citra foto udara. Perwujudan 3 dimensi menunjukkan beda tinggi dan
kemiringan lereng sehingga bermanfaat untuk pembuatan peta kontur (peta topograf).
Pengamatan stereoskopik juga bisa dilakukan dengan cara:
a. Sepasang foto udara bertabrakan yang menggambarkan daerah yang sama.
b. Masing-masing foto disinari proyektor. Proyektor kiri dipasang filter hijau dan
proyektor kanan dipasangi filter merah.
c. Sinar proyektor yang mengenai foto, yaitu sinar hijau mengenai foto kiri dan sinar
merah mengenai foto kanan.
d. Pengamat menggunakan kaca mata filter. Filter hijau di kiri dan filter merah di mata
kanan.
e. Mata kiri melihat foto kiri dan mata kanan melihat foto kanan. Dengan demikian,
terjadi fusi otak yang menimbulkan gambaran 3 dimensi.

K. MANFAAT PENGAMATAN STEREOSKOPIK


Kenampakan 3 dimensi memudahkan pengenalan objek, menghasilkan modul medan
ikonik (mirip wujud aslinya), mengetahui tinggi, dan lereng dengan teliti.
l. MANFAAT CITRA PENGINDRAAN JAuh
Berikut ini manfaat dari citra pengindraan jauh berdasarkan bidang-bidangnya, antara lain:
a. Bidang pertanian
1. Pengenalan jenis tanaman dan jenis pohon.
2. Evaluasi kondisi tanaman.
3. Estimasi jumlah produksi.
4. Sensus hewan ternak.
5. Identifikasi situs pertanian.
6. Memantau penggunaan lahan pertanian dan lahan ternak.
b. Bidang kehutaan
1. Identifikasi spesies pohon dan kerusakan lahan hutan.
2. Perkiraan volume kayu.
3. Inventarisasi hasil hutan.
4. Memantau perkembangan hutan.
5. Memetakan kerusakan hutan oleh kebakaran hutan.
c. Manfaat pada bidang sumber daya bumi
1. Pemetaan tanah, bentuk lahan, dan tata guna lahan.
2. Inventarisasi sumber daya alam.
3. Mendeteksi pencemaran.
4. Evaluasi kerusakan alam oleh banjir.
d. Bidang perlindungan satwa liar1. Mendeteksi habitat.
2. Mendeteksi pencacahan jumlah populasi hewan.
e. Bidang lingkungan hidup
Penilaian dampak lingkungan akibat ulah manusia, seperti:
1. Peningkatan zat pencemaran.
2. Perubahan kondisi aliran air, erosi, dan sedimentasi.
3. Perubhana suhu, perubahan kekeruhan air.
4. Perubahan vegetasi akibat penebangan.
5. Perubahan populasi.
f. Bidang perencanaan kota dan wilayah
1. Penaksiran jumlah penduduk.
2. Studi kualitas perumahan.
3. Pemilihan letak berbagai bangunan.
4. Studi lalu lintas, penentuan jalur transportasi.
5. Pemilihan jalur transmisi.
6. Menentukan batas wilayah kota.
7. Pemetaan penggunaan lahan kota.
g. Bidang oseanografi
1. Mendeteksi garis batas daratan dan laut.
2. Mendeteksi suhu permukaan air laut, salinitas air laut, arus laut dan gelombang,
pencemaran air laut, sedimentasi pelabuhan, banjir rob, dan pengelolaan ikan.
3. Mengamati perubahan pantai.
h. Bidang hidrologi
1. Mendeteksi air permukaan: air sungai, danau, rawa, mata air, geyser, dan saluran
irigasi.
2. Analisis pola aliran sungai, sebaran salju, kondisi es, serta batas air tawar dan air
asin.
3. Pemetaan DAS, banjir, dan kelembaban tanah.
i. Bidang geologi
1. Mengenali jenis batuan, patahan dan lipatan, pegunungan dan daratan, serta
gunung api aktif.
2. Mendeteksi gua di daerah karst.
3. Eksplorasi mineral.
4. Inventarisasi sumber daya mineral dan struktur litologi (batuan dan tanah).
j. Bidang meteorologi
1. Mendeteksi komposisi atmosfer.
2. Pemetaan profil suhu atmosfer.
3. Prakiraan cuaca.
4. Mendeteksi kecepatan angin dan kandungan uap air di atmosfer.
k. Bidang kartograf
1. Pemetaan topografi wilayah.
2. Pemetaan korografi.
3. Memantau perubahan penggunaan wilayah.
1. Sebuah pesawat terbang dengan ketinggian 3.000 m, terpasang kamera dengan panjang
fokus 30 cm. Maka foto yang dibuat mempunyai skala ... Pembahasan : panjang fokus
sensor (cm)
Skala Citra =
jarak objek ke sensor (cm)

30 cm 150 mm 1
= = =
3000 m 300000 cm 10000

= 1:10000

2. Sebuah pesawat yang terbang pada ketinggian 5.000 m, ketinggian objek 2.000 m di atas
muka laut. Panjang fokus perekam objek 150 mm. Berapa skala foto yang dihasilkan?
Pembahasan : panjang fokus sensor (cm)
Skala Citra =
jarak objek ke sensor (cm)

150 mm 150 mm 1 1
= = =
=
5000-2000 m 3000 cm 300000 mm 20000

= 1:10000

Anda mungkin juga menyukai