Patologi Forensik
Patologi Forensik
Patologi terdiri datas tiga bagian, yaitu Patologi anatomi, Patologi klinik dan Patologi
Forensik. Yang ketiganya tergabung dalam IAPI. Dalam perkekembangan ekonomi patologi
forensik tidak dapat menghasilkan sesuatu seperti patologi anatomi dan patologi forensik,
dan setiap kongres selalu membebani dua bagian patologi yang lain. Di UGM setiap bagian
Patologi berdiri sendiri sendiri, Patologi Forensik dapat langsung berdiri sendir di RSUP Dr.
Sardjito di Inatalasi Kamar Jenazah yang sekarang telah berganti nama menjadi Instalasi
Kedokteran Forensik yang di mulai dari tahun 1980an.
Instalasi Kedokteran Forensik tidak hanya menangani kasus patologi forensik mati, tetapi
juga menangani kasus tindak pidana hidup sperti memeriksa dan menyusun visum et
repertum. Namun demikian tidak kompeten memberikan tindakan terapi.
1. Informed concent
2. Rekam medis
3. Rahasia medis
4. PP no 10 tahun 1966
1. PP 32 tahun 1996
2. Standart tenaga profesi
3. Standar pelayanan profesi kesehatan
4. Standar sarana
5. Standar administrasi
Operasional KUHAP
Operasional KUHP
Kasus yang terjadi di masyarakat ssehingga akibat tindak pidana atau yang diduga
untuk pidana.
Meliputi kasus kecelakaan, kriminal, misteri, dan mati mendadak dan gelandangan.
KUHP antara lain pasal 90, 351, 352, 338, 339, 340, 341, 342, 287, 288, 289, 356,
347, 348, 349.
Hukum HAM adalah memperhatikan hak manusia baik secara korban, pelaku dan keluarga
pelaku.
Peristiwa, penyebab kematian terbanyak saat ini adalah kecelakaan lalu lintas darat,
laut, atau udara serat kecelakaan kerja. Tetapi untuk mengetahui apakah suatu
kejadian merupakan kecelakaan murni atau disengaja ( bunuh diri atau tindak
kriminal), perlu dilakukan pemeriksaan forensik.
Landasan hukum :
o UU No.8 tahun 1981 : dokter sebagai ahli dapat ngeluarkan surat
keterangan ahli berdasarkan permintaan penyidik.
o UU No.8 tahun1987 : sebagai tambahan proses operasiobnal yang
merupakan UU kepolisisan
o Hukum pidana
o Hukum perdata
o UU perlindungan konsumen
o Hukum kesehatan
Definisi: Tempat Kejadian Perkara adalah tempat ditemukannya benda-benda bukti dan
atau tempat terjadinya suatu peristiwa kejahatan atau yang diduga tindak kejahatan;
walaupun di kemudian hari di tempat itu tidak terbukti tindak pidana, tempat itu tetap
disebut sebagai TKP.
Suatu tindak kejahatan sebagaimana diatur dalam KUHP pasal 104 sampai pasal 448 tidak
hanya mengkait satu tempat saja, tetapi sangat mungkin melibatkan beberapa bahkan
mungkin berjauhan namun masih ada korelasinya.
Dokter sebagai salah satu dari beberapa saksi ahli sesuai dengan kewajiban perundang
undangan bila diminta oleh penyidik tidak dapat menghindar untuk mengadakan
penyidikan/pemeriksaan di tempat perkara, terutama yang berbau atau berhubungan
dengan manusia sebagai korban atau pelaku kejahatan dalam kaitannya dengan penentuan
cara kematian (manner of death) serta (cause of death) sebab kematian.
Dasar Penyidikan: suatu landasan yang digunakan untuk penyidikan dan disebut dengan
heksameter yang arah mencari jawaban pertanyaan tersebut dibawah ini:
Seperti diketahui bersama, dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,
perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat
manusia pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan.
Salah satunya adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik
pelaksanaan tindak pidana, khususnya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pindana
dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para
petugas hukum untuk mengetahui korban atau pelakunya.
Selain itu kemajuan teknologi yang dijumpai oada sarana-sarana angkutan baik itu udara,
laut, maupun darat yang menggunakan mesin-mesin modern dan canggih sehingga mampu
menempuh dalam ruang dan waktu dengan kecepatan yang sangat tinggi, begitu juga
dengan daya angkut yang besar. Hal ini semua mempunyai resiko terhadap adanya
kemungkinan terjadi musibah kecelakaan massal, atau kebakaran, demikian pula
persenjataan perang dan bencana alam yang akan dapat menghancurkan semua benda dan
manusia yang menjadi korbannya sehingga sulit atau bahkan tidak dikenali lagi. Di situlah
semua, identifikasi mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi untuk kepentingan
forensik maupun non forensik.
PENGERTIAN IDENTIFIKASI
Identifikasi adalah suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri
yang ada pada orang tak dikenal,sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan bahwa orang
itu apakah sama dengan orang hilang yang diperkirakan yang sebelumnya juga dikenal
dengan ciri-ciri itu
Dalam dfungsi pelayanan ilmu kedokteran forensik kepada masyarakat (biasanya di suatu
instalasi kedokteran forensik RS tipe C ke atas oleh dokter atau dokter ahli forensik/Sp.F
atau tim kedokteran forensik(multidisipliner)),identifikasi merupakan bagian tuga yang
mempunyai arti cukup penting.
SARANA IDENTIFIKASI
a.Pemeriksaan secara visual&fotografi mengenai ciri muka atau sinyalemen tubuh lainnya.
a.Pemeriksaan Ciri-Ciri Tubuh yang spesifik maupun non-spesifik secara medis melalui
pemeriksaan luar dan dalam waktu otopsi. Beberapa contoh ciri yang spesifik misalnya:cacat
bibir sumbing,bekas luka,hiperpigmentasi daerah kulit tertentu,tahi lalat,tato. Beberapa
contoh ciri yang non-spesifik misalnya:tinggi badan,jenis kelamin,warna kulit,warna serta
bentuk rambut dan mata.
Identifikasi forensik adalah usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan
untuk kepentingan proses peradilan. Contoh dari kasus forensik perdata antara lain kasus
paternitas seperti kasus bayi dewi dan cipluk,kasus pembunuhan bayi untuk mengetahui
asal orang tua bayi tersebut juga umur. Dari umur bayi kita bisa melihat dari panjang badan
bayi jika menurut Haase dari puncak kepala ke tumit sedangkan menuru Streeter dari
puncak kepala ke tulang ekor. Untuk mengetahui apakah bayi lahir hidup atau mati bisa
dapat diketahui dari tes apung paru atau dapat juga melalui pemeriksaan histologis garis
neonatal gigi. Pada gigi-gigi yang proses kalsifikasinya mulai prenatal yaitu gigi susu dan
geraham pertama.
Di samping kasus-kasus forensik,terdapat pula kasus non forensik yang juga memerlukan
penanganan identifikasi untuk kepentingan kemanusiaan
seperti:repatriasi,asuransi,sertifikat kematian,ahli waris sosial beberapa contoh kasus antara
lain: Kasus ditemukannya jenazah orang gelandangan atau rangka tak dikenal yang tidak
didapati adanya tanda kecurigaan sebagai korban pembunuhan. Kasus repatriasi seperti
pengembalian ke negara asal dan distribusi kepada masing-masing keluarganya atas rangka
jenazah korban Vietnam,Korea dsb.,selain itu juga kecelakaan pesawat terbang ataupun
musibah massal lainny seperti kecelakaan di Condet,musibah tempat hiburan
diskotik,kebakaran bus Kramat Jati serta musibah gedung WTC di USA. Terakhir adalah
penggalian antropologis dan arkeologis rangka nonspesifik untuk kepentingan suatu
penelitian rekonstruksi sejarah manusia dan budayanya
METODE IDENTIFIKASI
Metode ini berpeluang menghasilkan identitas sampai taraf individu. Hasil dari metode ini
hanya ada dua alternatif yaitu
a.Identifikasi Positif apabila kedua data yang dibandingkan adalah sama,sehingga dapat
disimpulkan bahwa jenazah yang tidak dikenali itu adalah sama dengan orang yang hilang.
Adapun syarat dari data ante mortem itu adalah:lengkap,akurat dan up to date