A. Profil Parmalat
Parmalat SpA (Societa per Azione) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
produksi makanan dan produk dairy, dengan induk perusahaan yang terletak di Italia.
Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 1961 oleh Calisto Tanzi, seorang
mahasiswa drop-out, yang membuka pusat pasteurisasi di Parma. Parmalat berasal dari
bahasa Italia, kata Parma yang berarti lembah makanan dan Lat singkatan dari latte yang
berarti susu. Tahun 80-an adalah saat ekspansi dari Parmalat. Parmalat mengkonsolidasikan
posisinya sebagai pemimpin dunia dalam pasar susu dan kemudian memperluas ke pasar
makanan lain, seperti produk roti, saus tomat, dan jus buah. Penawaran saham perdana (IPO)
ke Milan Stock Exchange tahun 1990 dan sejak saat itu, Parmalat terus berekspansi.
Inovasi utama Parmalat adalah susu UHT (Ultra High Temperature) yang
dikembangkan di Swedia, yang memungkinkan susu bisa disimpan dalam waktu yang lama
tanpa harus didinginkan. Produk tersebut sukses dengan iklan olahraga, termasuk Formula
One Racing dan Alphine Sky Championships.
Penjualan Parmalat berkembang pesat di seluruh Eropa, Amerika Latin, dan secara
total di lebih dari 30 negara. Parmalat dengan cepat berkembang menjadi sebuah kerajaan
keluarga, perusahaan makanan terbesar di Italia, perusahaan makanan terbesar keempat di
Eropa dengan lebih dari 36.000 karyawan di 139 pabrik dan bercabang ke berbagai industry
termasuk minuman, televisi, pariwisata, cookies, dan sepak bola.
Pada tahun 1997, Parmalat mulai mengakuisisi perusahaan lain, khususnya di
Amerika. Salah satu pembelian besar pada tahun 1997 adalah Beatrice Foods, produsen besar
AS. Sebagian besar akuisisi Parmalat dibiayai dengan utang, sehingga secara bertahap utang
Parmalat semakin memburuk. Namun, pada tahun 2002, penjualan Parmalat mencapai 13
miliar.
B. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2003, pendiri Parmalat yaitu Calisto Tanzi terlibat kasus manipulasi keuangan
yang menyebabkan bangkutnya perusahaan Parmalat. Kasus ini melibatkan 16 tersangka,
antara lain Chief Financial Officer Parmalat, saudara dan dua anak Calisto Tanzi, akuntan-
akuntan Parmalat, dan direktur-direktur Parmalat. Kasus ini juga melibatkan auditor-auditor
yang mengaudit Parmalat, yaitu Italaudit, Deloitte & Touche, dan Grant Thornton, serta
bank-bank seperti Bank of America. Tanzi dan rekan-rekannya diduga melakukan manipulasi
harga saham, menerbitkan laporan keuangan palsu, menyesatkan regulator laporan pasar
saham di Italia, dan menghalangi audit. Terkait laporan keuangan palsu, Parmalat
menggelapkan dana sebesar 14.000.000.000 dari laporan keuangan.
Kasus ini berakhir dengan diberikannya hukuman 10 tahun penjara kepada Tanzi,
dimana hukuman ini lebih ringan dari tuntutan jaksa yaitu 13 tahun. Sanksi juga diberikan
kepada auditor Parmalat sebesar 240.000 dan aset mereka sebesar 455.000 disita. Bank of
America juga diberi sanksi sebesar $98.500.000.000. Kepengurusan Parmalat diserahkan
kepada Enrico Bondi, yang ditunjuk oleh pemerintah, dimana ia melakukan tuntutan kepada
bank-bank yang terlibat dalam kasus Parmalat untuk mendapatkan kembali sejumlah dana
bagi Parmalat dan investornya.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Epicurum
Rencana untuk mengupayakan penggalangan dana senilai 300.000.000.000
dijatuhkan pada bulan September 2003, dan saham perusahaan disusutkan secara signifikan.
Krisis Parmalat mengemuka ke public saat sejumlah pertanyaan dilontarkan seputar transaksi
reksadana Epicerum sebuah perusahaan asal Cayman yang menyebabkan Parmalat jatuh.
Kemudian Ferraris mengundurkan diri kurang dari seminggu setelah kejadian tersebut, dan
digantikan oleh Del Soldato. Del Soldato juga mengundurkan diri pada bulan Desember,
karena tidak bisa mendapatkan dana dari Epicurum untuk membayar utang dan obligasi yang
telah jatuh tempo, sebesar minimal 150.000.000, jumlah yang kelihatannya kecil mengingat
Parmalat perusahaan besar dan menonjol.
G. Kelalaian Bank
Peran jelek beberapa bank internasional yang terkenal, seperti Citigroup dan UBS
terungkap. Kelemahan dari bank-bank besar dan lembaga keuangan tersebut meminjamkan
pinjaman kepada Parmalat tanpa jaminan berdampak negatif. Bank dan lembaga keuangan
begitu sibuk mengumpulkan dana melalui hubungannya dengan Parmalat tanpa
mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya.
Dalam hal yang serupa, peringkat kredit Parmalat mendapatkan peringkat kredit yang
tinggi tanpa memeriksa data keuangan Parmalat.
H. Isu Utama Pelanggaran
1. Parmalat tidak memiliki dewan kebebasan
2. Parmalat adalah perusahaan milik keluarga Tanzi, Tanzi adalah pendiri sekaligus
chairman dan CEO perusahaan.
3. Parmalat juga lemah di komposisi inti dewan komite.
4. Parmalat tidak memiliki direktur independen sesuai dengan SOX.
5. Komite audit dan komite renumerasi sangat tergantung pada keluarga Tanzi.
I. Pelanggaran Hukum
1. Tanggung jawab dari keduanya (chairman dan CEO) tidak berbeda (sama).
2. Perusahaan induk mengontrol hak suara, yang pada akhirnya menjadi milik keluarga
Tanzi.
3. Kesalahan pengungkapan laporan keuangan. Perusahaan menghadapi utang yang lebih
dari 2x lipat dari yang telah diungkapkan dalam laporan keuangan.
4. Sesuai SOX, dewan seharusnya mempunyai lebih dari 50% direktur independen. Tetapi
di Parmalat, dewan terdiri dari 3 direksi independen, sisanya adalah eksekutif direksi.
5. Kurangnya pemantauan operasi perusahaan oleh dewan direksi.
6. Parmalat memiliki 3 auditor internal yang ditunjuk oleh perusahaan, dan tidak satupun
dari mereka yang ditunjuk oleh pemegang saham minoritas untuk melindungi hak-hak
mereka.
7. Kurangnya rotasi auditor eksternal, sesuai tata kelola perusahaan Italia, auditor eksternal
harus diputar setelah 3 tahun.
J. Manajemen Parmalat
1. Pendiri, Chairman, dan CEO : Calisto Tanzi
Tidak ada perbedaan antara peran CEO dan chairman
Tanpa memahami kondisi keuangan perusahaan yang diakuisisi, banyak perusahaan
di industri makanan yang mengalami kerugian secara financial.
Memanipulasi laporan keuangan dengan menyembunyikan kerugian.
Mengalihkan 500.000.000 dari cadangan perusahaan untuk Parmatour (yang
termasuk anak perusahaannya) tanpa meminta persetujuan dari pemegang saham dan
pemangku kepentingan yang lainnya.
3. Direktur Independen :
Menjadi direktur independen dari Parmalat, mereka tidak mempertanyakan
malpraktek perusahaan.
4. Internal Auditor:
Memanipulasi laporan keuangan (neraca) dengan mengurangi setengah utang
Parmalat, dengan tujuan untuk memberikan gambaran keuangan Parmalat yang baik.
Menutupi kerugian Parmalat.
5. Auditor Eksternal
Lorenz Penca dari KAP Grant Thomton, kepala auditor selama 9 tahun, padahal
pemerintah Italia memiliki aturan harus merotasi auditor setelah 3 tahun.
Tidak menjadi direktur independen yang berhubungan dengan salah satu anak
perusahaan.
Terlibat dalam aktivitas penipuan dan pencucian perusahaan.
Perusahaan tidak memiliki rekening di Bank of America. Grant Thomton menyatakan
bahwa rekening ini ada untuk menunjukkan konfirmasi pihak ketiga.
6. Senior Manajemen
Tidak efisien dalam meminimalkan resiko perusahaan dan tidak mempertanyakan
kegiatan direktur utama.
7. Direktur Utama
Perusahaan memiliki 7 direktur utama, semuanya sama-sama terlibat dalam
malpraktek perusahaan. Mereka juga menerima kompensasi atas keterlibatan mereka.
8. Investor institusi:
Tidak menemukan kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya dan berincestasi
150.000.000.
Membantu perusahaan go public, mengumpulkan dana dari pasar.
K. Aksi Sipil
Secara terpisah, jaksa Italia melakukan percobaan untuk 27 orang. 11 dari mereka,
termasuk 3 mantan kepala keuangan Parmalat, dijatuhi hukuman hingga 2,5 tahun penjara,
sementara siding terpisah dimulai pada bulan Januari untuk 2 akuntan yang bekerja di Grant
Thornton.
Jaksa di Parma, mengadili Tanzi dan puluhan lainnya dikarenakan tuduhan yang lebih
serius. Alessandro Bassi, akuntan yang bekerja selama 32 tahun di bawah kepemimpinan
CFO Tonna, bunuh diri dengan melemparkan dirinya dari jembatan dekat dengan kantor
pusat perusahaan di Italia Utara.
Pendiri Parmalat, Calisto Tanzi akhirnya harus mendekam di penjara selama 10
tahun. Tanzi dinyatakan bersalah dalam kasus manipulasi keuangan sekaligus kebangkrutan
korporasi terbesar dalam sejarah Eropa pada tahun 2003. Tanzi, 70 tahun, merupakan pendiri
Parmalat yang sukses mengubah perusahaan susu miliknya menjadi produsen makanan
terkemuka dunia, sekaligus menjadi simbol kemakmuran pasca perang dunia II. Namun kisah
sukses Tanzi itu akhirnya berakhir setelah Parmalat bangkrut. Tanzi dituduh melakukan
manipulasi harga saham, membuat laporan keuangan palsu sekaligus menghalangi audit.
L. Keruntuhan
Skandal Parmalat telah dijelaskan oleh SEC sebagai salah satu penipuan keuangan
perusahaan terbesar dan paling tidak bermoral dalam sejarah. Kasus Parmalat
melambangkan masalah yang paling penting, pemegang saham pengendali yang lebih
mementingkan untuk memanfaatkan perusahaan daripada memantau manajernya. Struktur
pemerintahan Parmalat sangat kurang terbuka. Meskipun kurang terbuka masalah struktur
pemerintahannya, Parmalat menikmati peringkat investasi kredit dan mampu meminjam
sejumlah modal dari investor. Dua jaringan besar auditor (Grant Thornton International dan
Deloitte Tousche Tohmatsu) gagal untuk mendeteksi penipuan.
Beberapa bank internasional yang ada di peringkat atas diduga membantu senior
manajer Parmalat dalam menata dan melaksanakan transaksi keuangan yang kompleks yang
bertujuan untuk menyembunyikan situasi Parmalat yang sesungguhnya.
Dari kasus tersebut, dapat terlihat bahwa Parmalat tidak menjalankan bisnisnya secara
etis. Mereka tidak menunjukkan integritas karena tidak melakukan apa yang mereka telah
janjikan, yaitu membayar utang mereka kepada pemberi pinjaman dan memberi pembagian
untung kepada shareholders. Untuk menjadi entitas yang berintegritas, perusahaan harus
menyatakan secara bertanggung jawab apabila tidak dapat memenuhi kewajiban dan perjanjian
mereka. Seharusnya Parmalat menyatakan kepada publik, terutama investor ketika mereka
mengalami penurunan kinerja dan kesulitan untuk membayar utang. Sebaliknya, mereka
menutupi informasi tersebut dengan kebohongan yaitu melakukan manipulasi informasi
keuangan. Hal ini justru menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.
Parmalat juga tidak memiliki good corporate governance dan etika bisnis yang baik,
karena terlihat bahwa adanya kolusi antar eksekutif dan pihak eksternal lain secara besar-
besaran. Ini menunjukkan bahwa budaya perusahaan tidak mendorong keterbukaan, kejujuran,
dan integritas sehingga tidak dapat mencegah insentif berbagai pihak untuk melakukan
kecurangan. Terlebih lagi sikap yang tercela dan tindakan fraud ini dilakukan salah satunya oleh
pendiri perusahaan yang seharusnya dihormati dan menjadi model bagi karyawan lainnya.
Sebagian besar eksekutif juga ikut terlibat, dimana mereka memiliki tanggung jawab untuk
menurunkan budaya positif dan integritas ke karyawan yang berada di bawahnya.
Pengawasan dari komisaris dan komite audit juga sangat lemah. Hal ini dikarenakan
sebagian besar anggota board Parmalat adalah keluarga dan kerabat Calisto Tanzi. Menurut
orang dalam yang terlibat dengan komisaris, para anggota sebenarnya melihat kejanggalan di
keuangan Parmalat jauh sebelum kebangkrutan terjadi, namun mereka memilih untuk diam
karena adanya subjektivitas akibat hubungan kekeluargaan tersebut. Para anggota juga pernah
meminta Tanzi untuk menaikkan anggotan independen ke komisaris, namun hal ini ditolak oleh
Tanzi dan anggota komisaris pun tidak lagi membahasnya. Kurangnya anggota independen pada
dewan komisaris, juga menunjukkan bahwa perusahaan tidak menjalankan prinsip corporate
governance yang baik, dan design dari usahanya tidak etis karena ada unsur kesengajaan untuk
memberi kelongaaran bagi esksekutif untuk melakukan kecurangan.
Parmalat mengambil keputusan yang menguntungkan secara jangka pendek yaitu cara
untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan perusahaan tanpa mempertimbangkan dampak jangka
panjangnya. Mereka tidak memperhatikan kepentingan shareholders dan perusahaan secara
jangka panjang, dimana kedua pihak tersebut yang paling dirugikan. Hal ini menunjukkan bahwa
para eksekutif Parmalat hanya memandang perusahaan sebagai tempat mencari profit jangka
pendek. Mereka tidak memiliki contribution ethics atau insentif untuk memberi manfaat yang
signifikan secara jangka panjang bagi perusahaan, shareholders, dan komunitas.
Seharusnya kurangnya independensi dari komisaris menjadi red flag bagi pengawas pasar
modal dan regulator di Italia, karena sangat rawan dengan fraud. Para regulator seharusnya dapat
melihat bahwa design usaha dari Parmalat tidak mendukung integritas. Berbagai pihak
menyatakan bahwa tindakan fraud yang dilakukan oleh eksekutif perusahaan sudah dilakukan
sejak tahun 1980-an, namun baru terungkap pada tahun 2003. Ini dikarenakan adanya kolusi
besar-besaran dengan banyak pihak yang menyebabkan sulitnya terungkap kasus yang disebut
sebagai Enronnya Eropa. Oleh karena itu, sulit bagi regulator untuk menjadi pemikul tanggung
jawab kepatuhan perusahaan terhadap regulasi, meskipun mereka seharusnya juga melakukan
pengawasan dengan lebih teliti. Hal ini mengharuskan perusahaan yang mengambil tanggung
jawab untuk menjunjung tinggi integritas dan etika bisnis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://eunikekuswanti.blogspot.com/2012/08/parmalat.html
http://www.slideshare.net/AbhishekYadav23/parmalat-scandalby-abhishek-yadav?related=1
http://www.slideshare.net/uplakshgupta/the-parmalat-scandal?related=2