Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar lautan maka
hasil perikanan di Indonesia juga cukup besar yang dimanfaatkan
sebagai sektor unggulan perekonomian nasional (David, 2016). Ikan
memiliki keragaman bentuk, ukuran dan habitat serta distribusi dengan
perbedaan ruang dan waktu (Burhannudin , 2010). Morfologi ikan
secara umum mempunyai: caput : yaitu bagian ujung moncong sampai
ujung tutup ingsang paling belakang untuk mulut rahang atas, rahang
bawah, gigi, sungut, hidung, mata, ingsang, tutup ingsang, otak, jantung.
Truncus yaitu bagian badan mulai dari ujung tutup ingsang bagian
belakang sampai dengan permukaan sirip dubur yang terdapat sirip
punggung, dada, perut dan organ empedu, hati, lambung, usus, gonad,
gelembung renang, ginjal, limpa. Cauda yaitu bagian yang dimulai dari
permulaan sirip dubur sampai ujung sirip ekor bagian paling belakang
yang terdapat anus , sirip dubur, ekor, dan scute finlet (Andy, 2008).

Gambar 1. Morfologi Ikan


(Bond. C.E. 2009).
Ikan mempunyai peredaran darah tertutup, bersifat tunggal,
yaitu terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Dimulai dari jantung,
darah menuju ke ingsang untuk melakukan pertukaran gas. Kemudian
dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap organ melalui saluran-
saluran kecil. Selain itu sebagian darah dari ingsang langsung kembali e
jantung. Jantung menjadi organ utama sistem peredaran darah pada ikan
(Iqbal, 2014).

Gambar 2. Sistem peredaran darah pada ikan


(Morris et al,. 2013)
Alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang
(optonefos) yang berwarna kemerah-merahan. Mekanisme ikan pada air
tawar dan laut pasti berbeda. Ikan bernafas dengan ingsan dan urin
dikeluarkan melalui kloaka dan porus urogenitalis; dan karbondioksida
melalui ingsang. Pada ikan yang bernafas dengan paru-paru ,
karbondioksida dikeluarkan melalui paru-paru dan urin melalui kloaka.
Ikan pada air tawar mengekskresikan amonia dan aktif menyerap
oksigen melalui ingsang dan mengeluarkan urin dalam jumlah yang
besar. Sebaliknya, ikan yang hidup dilaut akan mengekskresikan amonia
melalui urin yang jumlahnya sedikit (Anthony P. Farrel, 2013).
Gambar 3. Sistem ekskresi pada ikan
(Anthony P. Farrel, 2013)
Alat pernafasan pada ikan adalah ingsang, ikan akan mengambil
oksigen yang terlarut di dalam air. Ikan yang memiliki tutup ingsang
pada fase inspirasi rongga mult akan membuka yang disebabkan adanya
gerakan samping tutup pada ingsang, dan pada fase ekspirasi air masuk
rongga celah mulut terturut. Terbukanya celah ingsang akan
menyebabkan air keluar yang akan menyentuh lembaran-lembaran
ingsang yang banyak mengandung kapiler darah, sehingga terjadi
pertukaran gas mengikat oksigen dan mengeluarkan karbon dikosida
(Goel et al,. 2008).

Gambar 4. (kiri) pernafasan menggunakan ingsang. (kanan) sistem


pernafasan pada ikan
(Goel et al,. 2008)
Bagian reproduksi pada ikan yaitu komponen kelenjar kelamin
dan gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium dan pada jantan
disebut testis dan salurannya. Pengaturan sistem reproduksi beberapa
kelenjar endokrin mempunyai peranan didalamnya sesuai organ yang
bersangkutan

Gambar 5. Reproduksi jantan (kiri) dan betina (kanan)


(Burhanuddin AI. 2010)
Sistem pencernaan pada ikan terdiri atas mulut kerongkongan,
lambung, usus, dan anus. Kelenjar pencernaan terdiri dari hari dan
pankreas. Proses pencernaan, makanan dari rongga mulut masuk ke
kerongkongan dan selanjutnnya ke lambung. Lambung makanan masuk
ke usus, dan di usus terdapat cairan empedu yang membantu proses
pencernaan. Diusus halus, sari-sari makanan diserap dan di edarkan ke
darah seluruh bagian tubuh dan sisa makanan yang tidak diserap
dikeluarkan melalui anus (Burhanuddin AI. 2010).
Gambar 6. Sistem pencernaan pada ikan
(Afandi dkk,. 2002).
Amfibi merupakan hewan bertulang belakang yang dapat hidup
di dua alam berdarah dingin, jantung terdiri dari 3 ruang, 2 atrium, dan 1
ventrikel. Respirasi dapat secara terpisah atau dalam kombinasi paru-
paru, kulit dan ingsang. Peredaran darah tertutup. Kaki memiliki selaput
dan anggota bagian depan lebih kecil daripada anggota bagian belakang
(Duellman et al,. 2015).

Gambar 7. Morfologi katak (amfibi)


(Duellman et al,. 2015).
Sistem peredaran darah amfibi termasuk peredaran tertutup dan
ganda, karena selamanya dalam pembuluh daeah dan sekali beredar
melalui jantung sebanyak dua kali. Sistem peredaran darah katak terdiri
atas jatung, sinus venosus, konis arteriosus, aorta, arteri dan vena.
Jantung terdiri atas tiga ruangan dua atrium, dan satu ventrikel. Antara
ventrikel dan antrium terdapat katub (valvula) yang berfungsi mengatur
aliran darah. Darah dari seluruh tubuh (CO2) mengalir melalui sinus
venosis dan selanjutnya sampai di sserambi kanan (Antrium dekster),
yang akan masuk ke bilik ventrikel untuk dipompakan ke seluruh tubuh
melalui arteri pulmonalis, yang menuju ke paru paru untuk difusi CO2
dan O2. Selanjutnya mengalir ke vena pulmonalis menuju serambi kiri
(Antrium sinister), yang akan masuk ke bilik (valvula) yang
dipompakan ke konus arteolis selanjutnya ke aorta ventralis menuju ke
seluruh tubuh (Reaven J, 2003).

Gambar 7. Sistem peredaran darah pada amfibi


(Reaven J, 2003).
Sistem ekskresi pada amfibi yaitu sepasang ginjal dan paru-
paruyang berwaena merah kecoklatan, sebagai alatpenyaring yang akan
mengeluarkan zat sisa. Urin dikeluarkan melauli kantung kemih kloaka.
Kloaka merupakan saluran urin, kelamin dan pencernaan. Sedangkan
paru-pari mengeluarkan sisa pernafasan karbondioksida (Iqbal. A.B,
2014).
Gambar 8. Sistem ekskresi pada Amfibi
(Hariyanto dkk,. 2007).
Organ utama sistem pernafasan amphibi adalah paru-paru, permukaan
kulit dan insang (pada saat katak masih berudu dan hidup didalam air
(Hariyanto dkk,. 2007). Paru-paru amfibi berupa sepasang kantung tipis
dan elastis, dindingnya dikelilingi banyak kapiler darah sehingga
berwarna kemerahan. Paru-paru amfibi berisi lipatan yang membentuk
alviola (kamar-kamar kecil). Kedua kantung paru-paru dihubungkan
oleh saluran bronkus pendek, yang bersatu menuju larynx (kotak suara)
dengan lubang yang disebut glottis. Pernapasan melalui paru-paru
melibatkan difusi. Rongga mulut dan paru-paru terhubung oleh bronkus
yang pendek.
Mekanisme pernapasan diatur oleh otot rahang bawah
(musculus submandibularis), musculus sternohyoideus, musculus
geniohyoideus, dan otot perut: Inspirasi: Otot sternohioideus
berkontraksi rongga mulut membesar O2 masuk melalui koane
(celah hidung) koane menutup otot submandibularis dan otot
geniohioideus berkontraksi rongga mulut mengecil O2 terdorong ke
paru-paru melalui celah-celah terjadi pertukaran gas di paru-paru (O2
diikat oleh darah di kapiler dinding paru-paru, CO2 dilepaskan ke
lingkungan). Ekspirasi: Terjadi pertukaran gas di paru-paru otot
submandibularis berelaksasi otot perut dan sternohioideus
berkontraksi paru-paru mengecil udara tertekan keluar dan masuk ke
rongga mulut koane membuka celah tekak menutup otot
submandibularis dan geniohioideus berkontraksi rongga mulur
mengecil CO2 terdorong keluar melalui koane (Hariyanto dkk,. 2007).

Gambar 9. Sistem pernapasan paru-paru pada Amfibi


(Hariyanto dkk,. 2007).
Amfibi membuahi telur mereka dalam dua cara, yaitu fertilisasi
eksternal dan fertilisasi internal. Fertilisasi eksternal, digunakan oleh
sebagian besar katak dan kodok, dimana jantan memegang betina dalam
pose yang disebut amplexus. Dalam amplexus, sperma jantan di rilis
diatas telur betina saat mereka diletakkan. Terlalu berisiko adalah
metode yang digunakan oleh banyak salamander dimana deposito paket
sperma jantan yang disebut spermatophore diletakan ke tanah. Betina
kemudian menariknya ke kloakanya di mana fertilisasi terjadi secara
internal. Sebaliknya, caecilian dan katak ekor menggunakan fertilisasi
internal seperti reptil, burung dan mamalia. Deposito sperma jantan
langsung ke kloaka betina melalui organ intromittent (Bond. C.E. 2009).

Gambar 10. Alat reproduksi (a) betina dan (b) jantan


(Bond. C.E. 2009)
Sistem pencernaan pada katak terdiri atas mulut, kerongkongan,
lambung, usus, usus besar dan tebal dan kloaka. Sistem pencernaan
mirip dengan ikan (Iqbal. A.B, 2014).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui metode pengamatan morfologi anatomi pisces dan
amfibi
2. Mengetahui sistem peredaran darah, pencernaa, ekskresi, pernafasan,
reproduksi dan pencernaan pada pisces dan amfibi
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum yang berjudul Anatomi Pisces dan Amfibi dilaksanakan
pada hari Selasa, 14 November 2017, pukul 07.30 - 09.30 WIB, di
Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Pengamatan Sectio
Ikan dipegang pada bagian dorsum , kemudian di seksi dengan
gunting ke arah longitudinal mulai dari anus sampai ventral aparatus
opercularis. Selanjutnya seksi dilanjutkan ke arah dorsal mulai dari
ujunf pangkal pemotongan longitudinal yang telah diseksi kemudian
difeksi dengan jarum masing-masing pada bagian dorsum, venter, dan
cauda. Bagian dinding yang dibuka dipegang dengan pinset da
kemudian digambar organ-organ yang diamati dan ditentukan fungsinya
masing-masing. Diamati Pneumatocyst, Cor (jantung), Branchia,
Gonad, Ventriculus dan intestinum, Hepar, Spleen, Ren.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisa Prosedur
3.1.1 Pengamatan Pisces
Ikan nila yang sudah disiapkan oleh praktikan difoto sebelum
dibedah untuk mengamati morfologi sebelum dilakukan pembedahan
sehingga ikan nila siap untuk pembedahan. Ikan nila kemudian dibedah
menggunakan gunting dengan arah lungitudinal mulai dari anus sampai
ventral aparatus apeturalis, selanjutnya dari ujung pangkal pemotongan
longitudinal berfungsi untuk mengamati organ dalam pada ikan
sehingga bagian organ dalam ikan nila terlihat. Ikan yang sudah
terbedah kemudian difiksasi dengan jarum pentul pada pangkal dan
diamari organnya dengan bantuan pinset serta digambar dan difoto agar
terlihat organ-organ ikan nila dan diamati organ-organnya secara jelas.
3.1.2 Pengamatan Amphibi
Amfibi di masukan kedalam botol yang berisi kloroform untuk
melemaskan amfibi hingga pingsan. Kemudian setelah pingsan dan
lemas dipindahkan keatas steroform sehingga amfibi terhambat
pergerakannya yang kemudian juga difiksasi dengan jarum pentul
disetiap pangkal organnya secara melintang.. Bagian perut pada katak
dibedah dengan hati-hati dari bagian kloaka hingga bagian perut atas
lalu kebagian kanan dan kiri hingga bagian ventral terbuka sehingga
lebih mudah mengamati organ anatomi pada katak dan dilakukan
pengamatan secara sectio maupun inspectio. Sehingga setelah organ
dalam terlihat maka dapat diamati dan digambar pada lembar
pengamatan.
3.2. Analisa Hasil
3.2.1 Pengamatan Pisces
Ikan Nila dengan pengamatan secara sectio mempunyai bentuk
mulut terminal dan tipe sisik stenoid agak memanjang dan bagian pipih
kesamping mempunyai sirip ekor, punggung, dada, perut, belakang,
mempunyai linea literalis dibagian badannya dan mempunyai
operkulum untuk gills. Menurut literatur ikan nila termasuk:
Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Suku: Cichlidae
Marga: Oreochormis
Spesies: Oreochormis sp.
Mempunyai lima buah sirip yang mempunyai fungsi masing-masing,
mempunyai garis linea literalis terputus dan terbagi dua.

Gambar 11. Morfologi sectio ikan nila.


(Linnaeus, 2014).

Sirip Punggung
Linea literalis

Caudal fin

Gills
Sirip
Belakang

Sirip Perut
Sirip Dada
Gambar 12. Pengamatan ikan nila secara sectio.
Gambar 13. Anatomi organ ikan nila
()

Gambar 14. Pengamatan anatomi inspectio organ ikan nila

Berdasarkan pengamatan inspectio Ikan Nila diperoleh organ-organ


yang terdiri atas: air blader yaitu gelembung renang yang terdiri atas dua
kantung gas yang terletak dibagian dorsal yang berfungsi untuk
mengendalikan daya apung pada ikan sehingga mampu menghemat
energi untuk berenang (Djuhanda, 2010). Jantung yang terdiri dari dua
ruang yaitu atrium (auricle) dan yang berdinding tipis, vertikel yang
berdinding tebal dan serta terdapat ruang tambahan yang disebut sinus
venosus yang berfungsi sebagai sistem transportasi dan sirkulasi darah
() Ingsang sebagai alat pernafasan pada ikan. Lambung. Usus. Hati
bentuknya besar, berwarna merah kecoklat-coklatan, letaknya di bagian
depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. Fungsi hati
menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk
membanfu proses pencernaan lemak (Duellman, 2012). Kantong
empedu, bentuknya bulat bila berisi penuh, berwarna kehijau-hijauan,
terletak pada bagian depan dari hati, mempunyai saluran yang disebut
ductus cysticus yang bermuara pada usus. Kantong empedu berfungsi
untuk menampung dan menyimpan empedu dan mencurahkannya ke
dalam usus bila diperlukan. Empedu berguna untuk mencernakan lemak
(Djuhanda, 2010). Ikan nila mempunyai organ-organ yang mengacu
pada sistem pencernaan yaitu hati, pankreas, empedu, lambung dan
usus, sistem sirkulasi yaitu jantung, sistem pernafasan yaitu ingsang,
sistem ekskresi yaitu kulit, pencernaan dan ginjal (Duellman, 2012).

Gambar 15. Pengamatan Ingsang Ikan Nila

Insang selain sebagai organ pernafasan, juga salah satu organ


ekskretori utama. Insang mengeluarkan mayoritas amonia sedangkan
sisanya dari produk limbah diekskresikan melalui ginjal. Ekskresi
produk sisa metabolisme hampir sama untuk semua ikan, namun, ginjal
dan insang memainkan peran signifikan berbeda pada ikan air tawar
dibandingkan dengan peran mereka dalam ikan air laut. Ikan air tawar
yang hipertonik dibandingkan dengan lingkungan. Sebagai konsekuensi
langsung, air terus memasuki tubuh ikan melalui insang dan
pengenceran darah (Levi, 2005)
3.2.2 Pengamatan Amphibi
Berdasarkan pengamatan katak memiliki tungkai belakang
panjang dibandingkan dengan tungkai bagian depan, selain itu tungkai
bagian depan terdiri dari 4 bagian jari sedagkan bagian belakang
memiliki 5 bagian jari.

Gambar 16. Pengamatan Sectio Morfologi Katak


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Genus : fejervarya
Species : Fejervarya cancrivora
Katak memiliki caput (kepala) yang terdiri dari mulut, hidung,
mata, dan telinga. Mata katak berpasangan dan bentuknya menonjol
keluar, yang terletak di sebelah postero dorsal dari nares atau hidung.
Mata tersebut terlindung oleh dua buah palpebra atau kelopak mata,
yaitu palpebra inferior (berupa kulit yang tidak dapat digeser-geserkan).
Mata juga dilindungi oleh selaput yang disebut membran nictitans yang
dapat digerakkan ke arah superior-inferior. Selaput ini melindungi mata
saat katak berada di dalam air. Mulut katak berfunsi dalam pernafasan
dan pengambilan makanan. Mulut terletak pada ujung anterior dari
caput, lebar dan dibatasi oleh os mandibula (tulang rahang bawah) yang
tidak bergigi dan os premaksilla dan maksilla (tulang rahang atas)
dengan gigi kecil berbentuk kerucut tajam. Hidung (nares) berhubungan
dengan mulut melalui struktur yang disebut choane. Membran tympani
atau selaput gendang pendengaran terletak poste-lateral dari mata.
Membran ini dikelilingi oleh annulus tympanicus (cincin rawan) yang
ditengahnya membayang columella (tulang telinga) sebesar sebuah titik
(Radiopoertro, 2010 ).

Gambar 17. Literatur Morfologi Katak


(Iskandar, 2010)
Berdasarkan pengamatan Inspectio anatomi organ katak yang
ditemukan yaitu hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan
dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari
(duadenum) (Jasin, 2011). lambung, usus besar, usus halus, kloaka
empedu, jantung.
Hati
Empedu ka
Usus
ka Lambung
ka

Kloa
ka

Gambar 18. Pengamatan Inspectio Anatomi Katak

Gambar 19. Literatur Anatomi Katak


(Iskandar, 2010).
Alat pencernaan pada katak terdiri dari mulut, pharink (lanjutan dari
cavum oris dengan bentuk yang pendek sekali dan menyempit),
oesophagus, gastrum (berdinding tebal dengan bagian anterior dan
melebar dibandingkan dengan bagian posteriornya), pylorus (letaknya
diantara gastrum dan duodenum dengan bentuk menyempit), intestine
dan colon. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan
pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang
terbagi lagi menjadi dua lobulus. Pankreas berfungsi menghasilkan
enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum (Jasin, 2011),
Alat pernapasan pada katak berupa insang, kulit, dan paru-paru.
Larva katak bernafas menggunakan insang luar. Katak dewasa bernafas
dengan paru-paru. Paru-paru katak merupakan dua buah kantung yang
sifatnya elastis terletak di sebelah dorsal dari gastrum dan hepar.
Permukaan sebelah dalam dari paru-paru memiliki lipatan-lipatan yang
berguna untuk memperluas bidang pencernaan. Paru-paru berhubungan
dengan udara luar melalui 2 bronkus, larynk yang mengandung tali-tali
volea, lalu pharynk dan lorong-lorong nasal. Paru-paru berhubungan
langsung dengan larynk. Larynk berhubngan dengan rongga mulut
melalui suatu celah yang disebut auditivus laryngis atau glotis (kimball,
2010).
Menurut (Kimball, 2010), sistem peredaran darah pada katak
adalah peredaran darah tertutup dan ganda. Pada peredaran darah ganda,
darah melalui jantung sebanyak dua kali dalam sekali peredarannya.
Pertama darah dari jantung menuju ke paru-paru dan kembali ke
jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju jantung dan diedarkan
kembali ke seluruh tubuh. Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu
atrium kiri, kanan, dan ventrikel. Diantara atrium dan ventrikel terdapat
klep yang mencegah agar darah dari ventrikel mengalir kembali ke
atrium. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di paru-paru. CO2 dilepaskan dan
diikat O2. Tetapi di ventrikel terjadi perncampuran CO2dan O2 yang
terjadi di dalam darah.
Pembuahan pada katak dilakukan di luar tubuh. Katak jantan
akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si
betinanya dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang katak
jantan akan memijat perut katak betina dan merangsang pengeluaran
telur. Pada saat bersamaan katak jantan akan melepaskan spermanya ke
air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang
dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa
dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah
proses yang dikenal metamorfosis (Radiopoertro, 2010).
3.2.3 Perbedaan Katak dan Ikan
Katak mempunyai tubuh yang diselubungi kulit yang berlendir,
binatang berdarah dingin, jantung terdiri dari tiga ruang , kakinya
mempunyai selaput renang yang terdapat pada jari-jarinya sehingga
dapat melompat dan berenang, matanya mempunyai selaput tambahan
yang berupa membrana niktitans yang sangat berfungsi pada saat
menyelam. Pernafasan pada saat kecebong berupa ingsang dan dewasa
menjadi kulit dan paru-paru, hidungnya yang mempunyai katub untuk
mencegah air masuk kedalam mulut ketika menyelam. Sedangkan Ikan
mempunyai tubuh yang hidup di air dan mempunyai tiga bagian kepala,
badan dan ekor, mempunyai fungsi hidung sebagai penciuman dan
mempunyai operculum sebagai tutup pernafasan pada ikan yaitu ingsang
(Ahmad, 2005)
3.2.4 Perbedaan Katak dan Kodok
Kulit katak memiliki kulit halus, lembab, dan berlendir, sedangkan
kodok atau bangkong memiliki kulit kasar, berbintil-bintil, dan kering.
Bentuk kaki belakang kaki belakang katak kuat, panjang, dan berseput
yang diadaptasikan untuk melompat, memanjat, dan berenang.
Sedangkan kaki belakang kodok pendek karena lebih disesuaikan untuk
berjalan sehingga kurang pandai melompat. Bentuk tubuh katak
memiliki bentuk tubuh yang ramping. Sedangkan kodok memiliki tubuh
yang gemuk dan pendek. Kemampuan melompat katak mampu
melompat hingga jauh bahkan jenis-jenis katak pohon mampu melompat
dari satu pohon ke pohon lainnya. Sedangkan kodok umumnya kurang
pandai melompat (Jasin, 2012).
3.2.5 Trouble Shooting
Pada praktikum ini terjadi kesalahan saat membedah ikan
sehingga empedu pada organ anatomi ikan pecah sehingga banyak
cairan kehijauan yang memenuhi organ katak yang menyulitkan
pengidentifikasi organ lainnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa
struktur anatomi pada ikan nila dan jenis sisik adalah ikan terdiri atas
pneumatocyst, jantung, insang (brachia), gonad (kelenjar kelamin),
ventriculus dan intestinum (tractus digestivus), hepar (hati), vesica fellea
yang berwarna kehijauan, limpa berwarna merah tua yang terdapat di
sebelah ventral lobus dorsalis hepatis, ren (ginjal) yang berwarna merah
tua, terletak di sebelah ventral columna. Jenis sirip dan sisik pada ikan
nila, ikan nila mempunyai sirip dada, sirip punggung, sirip dubur dan
sirip ekor serta jenis sisik pada ikan adalah stenoid. Katak merupakan
hewan vetrebata yang hidup di dua alam kulitnya halus dan berlendir
mempunyai selaput untuk berenang dan melompat pada kakinya.
Anatomi organ katak meliputi hati, paru-paru, lambung, ginjal,
pankreas, jantung, empedu, usus besar, usus halus yang mempunyai
fungsi masing-masing dalam sistem tubuhnya.
4.2. Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan mengetahui
lebih jelas anatomi hewan yang diteliti dan berhati-hati saat membedah.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Dr. Ir. Ridwan., dan Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, MS.
2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru
Ahmad. 2005. Binatang Penular Penyakit di Sekitar Lingkungan
Rumah. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Andy Omar.S. Bin, 2008. Species Catalogue An Annotated and
Illustrated Catalogue Of Lutjanin Species Known to Date
Fosheries Synopsis. Food and Agriculture Organization of the
United Nations. Rome.
Anthony P. Farrel, 2013. Encyclopedia of Fish Physiology from
genome to eviromennt. AP Publisher Elsevier. Asterdam
Bond. C.E. 2009. Biology of Fishes. W.B Saunders Company.
Philladelphia. New York. London
Burhanuddin AI. 2010. Ikhtiologi: Ikan dan aspek kehidupannya.
Makasar: Yayasan Citra Emulsi.
David, 2016. Potensi Besar Perikanan Tangkap Indonesia. Analisis
Perekonomian pada Asisten Deputi Bidang Kelautan dan
Perikanan. Sekertariat Kabinet Republik Indonesia
Djuhanda, T. 2010. Analisa Struktur Vertebrata. Armico, Bandung.
Djuhanda, T. 2010. Anatomi dari empat Hewan Vertebrata. Armico,
Bandung.
Duellman, W.E. and L.Trueb. 2012.Biology of Amphibians. McGraw
Hill Book Company, New York.
Duellman, William E. & Linda Trueb 2015. Biology of amphibians.
Johns Hopkins University Press. USA
Goel. Aruna.U. Shyamyla. M, 2008. New Radiant Science An
Integrated Appoarch. Allied Publishers. New Delhi
Hariyanto dkk,. 2007. Atlas Binatang. Penebar Swadaya. Jakarta
Iqbal. A.B, 2014 Ikhtiologi Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.
Deepublish publisher. Yogyakarta
Iskandar, D.T. 2010. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan
Lapangan. Puslitbang Biologi-LIPI.
Jasin, M. 2012. Sistematika Hewan (Vertebrata dan Invertebrata).
Sinar Wijaya, Surabaya.
Jasin. Maskoen. 2011. Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi.
Sinar Wijaya, Surabaya.
Kimball, J. W. 2010. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Kimball, J.W. 2010. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Levi, D. M. 2005. Preceptual learning in adults with amblyopia: A
reevaluation of critical periods in human vision. Development
Physiologi 46, 222-232.
Linnaeus, 2014. Nile tilapia-Oreochormis niloticus. Food and
Agriculture Organization United Nations. http://www.fao.org.
USA.
Morris.J, Daniel.H. Knoll.A. Lue. R, 2013. Biology How Life Works.
Macmillan International Edition. USA. Canada
Radiopoertro. 2010. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Reaven J, 2003. Fish Diseasses and Disorders. PTK Woo. University
of Guelph. Canada

Anda mungkin juga menyukai