Anda di halaman 1dari 60

KITOSAN SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI ALTERNATIF

DALAM FORMULASI GEL PEMBERSIH TANGAN


(HAND SANITIZER)

M. ANDI RAHMAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
RINGKASAN

M. ANDI RAHMAN C3408009. Kitosan Sebagai Bahan Antibakteri Alternatif


Dalam Formulasi Gel Pembersih Tangan (Hand sanitizer). Di bawah bimbingan
PIPIH SUPTIJAH dan AGOES M. JACOEB.
Masyarakat masa kini memiliki kesadaran yang tinggi akan kebersihan,
ter masuk kebersihan tangan. Hand sanitizer hadir sebagai jalan keluar dari
pe rmasalahan tersebut. Namun beberapa jenis gel antiseptik pembersih tangan
(h and sanitizer) di pasaran masih menggunakan alkohol sebagai bahan
ant ibakterinya. Penggunaan alkohol dalam pembersih tangan dirasa kurang aman
ter hadap kesehatan karena alkohol dapat melarutkan lapisan lemak pada kulit
ya ng berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi mikroorganisme dan pada
pe makaian berulang dapat menyebabkan kekeringan serta iritasi pada kulit. Salah
satu bahan alami yang dapat diharapkan sebagai alternatif yang cukup potensial
unt uk mengganti penggunaan alkohol pada hand sanitzer adalah kitosan melalui
ad sorpsi bahan aktifnya. Aplikasi kitosan sebagai antibakteri dalam gel pembersih
tan gan selain dinilai lebih aman bagi kesehatan juga dikarenakan masih sedikitnya
penelitian mengenai aplikasi sifat antibakteri dari kitosan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan aplikasi gel pembersih
tangan yang mampu mengurangi aktivitas bakteri pada tangan serta aman dan
nyaman bagi penggunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
daya aktifitas antibakteri dari kitosan yang diaplikasikan dalam pembersih tangan
(hand sanitizer).
Hasil uji konsentrasi hambat tumbuh minimum kitosan terhadap
pe rtumbuhan bakteri menunjukkan bahwa media yang berisi biakan
Sta phylococcus aureus dengan kitosan 0,75% memiliki zona bening yang paling
lua s, bahkan lebih luas dari zona bening yang dihasilkan oleh hand sanitizer
ko mersil (kontrol). Hasil yang berbeda ditunjukkan pada media yang berisi biakan
Es cherichia coli, zona bening yang paling luas dhasilkan oleh kitosan dengan
ko nsentrasi 0,50%. Hasil pengujian antibakteri dari sampel larutan kitosan
ter hadap biakan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi kitosan belum tentu menghasilkan zona bening yang
semakin luas. Hasil pengujian karakteristik formulasi terbaik gel pembersih
tangan dengan modifikasi penambahan CMC (Karboksil metil selulosa) sebagai
gelling agent yaitu daya sebar gel 4,2 cm, viskositas 28 dPa.s, pergeseran
viskositas 5,08 %, dan tingkat keasaman sebesar 4,66.
Perbedaan konsentrasi kitosan terhadap jumlah koloni bakteri yang
dihasilkan pada penelitian ini diketahui memberikan pengaruh yang berbeda nyata
dengan selang kepercayaan 95%. Hasil uji efektivitas sediaan gel ekstrak kitosan
dengan metode Replika menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kadar
ekstrak kitosan menyebabkan jumlah koloni bakteri akan semakin menurun.
Sediaan gel pembersih tangan dengan ekstrak kitosan 0,75% memiliki
ka rakteristik dan nilai efektivitas antibakteri terbaik dibandingkan dengan
formulasi sediaan gel yang lain.
KITOSAN SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI ALTERNATIF
DALAM FORMULASI GEL PEMBERSIH TANGAN
(HAND SANITIZER)

M. ANDI RAHMAN
C34080009

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan


di Departemen Teknologi Hasil Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kitosan


sebagai bahan antibakteri alternatif dalam formulasi gel pembersih tangan
d sanitizer) belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga
(han
lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga
menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan tidak
mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain
kecuali bahan sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, September 2012

M. Andi Rahman
C34080009
Judul : Kitosan sebagai bahan antibakteri alternatif dalam
formulasi gel pembersih tangan (hand sanitizer)
Nama : M. Andi Rahman
NIM : C34080009
Program Sarjana : Teknologi Hasil Perairan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Pipih Suptijah, MBA Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb. Dipl.-Biol


NIP. 19531020 198503 2 001 NIP. 19591127 98601 1 005

Mengetahui:
Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan

Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil.


NIP. 19580511 198503 1 002

Tanggal Pengesahan :................................


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23
Agustus 1990. Penulis merupakan anak ke empat dari empat
bersaudara pasangan Anom Abdullah dan Murni Juhri.
Penulis memulai jenjang pendidikan formal di TK Al-Jami
(1995-1996), selanjutnya meneruskan pendidikan di SDN 2
Sukarame (1996-2002), selanjutnya penulis meneruskan
pendidikannya di MtsN 2 Sukarame (2002-2005). Pendidikan menengah atas
ditempuh penulis di MAN 1 Bandar Lampung (2005-2008). Tahun 2008, penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Departemen Teknologi Hasil Perairan melelui jalur USMI (Undangan Seleksi
Masuk IPB).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi
kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FPIK sebagai staf
Komisi PSDM periode 2009-2010 dan staf Himpunan Mahasiswa Hasil Perairan
(HIMASILKAN) periode (2010-2011). Penulis juga aktif menjadi panitia dalam
berbagai kegiatan kemahasiswaan di Institut Pertanian Bogor. Penulis juga aktif
menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah, di antaranya Ikhtiologi (2010),
Diversifikasi dan Pengembangan Produk Perairan (2012), dan Teknologi
Pemanfaatan Hasil Samping dan Limbah Industri Perairan (2012).
Tahun 2011, penulis melaksanakan praktek lapang (PKL) dengan judul
laporan Penerapan Sistem Good Manufacturing Practice (GMP) Pada
Pembekuan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT Indokom Samudra
Persada, Lampung. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan
menulis skripsi yang berjudul Kitosan Sebagai Bahan Antibakteri Alternatif
dalam Formulasi Gel Pembersih Tangan (hand sanitizer).
KATA PENGANTAR

Ucapan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, atas karunia-


Nya, yang membuat penulis sanggup menyelesaikan usulan penelitian yang
berjudul Kitosan Sebagai Bahan Antibakteri Alternatif dalam Formulasi
Gel Pembersih Tangan (hand sanitizer). Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Ibu Dr. Pipih Suptijah MBA sebagai dosen pembimbing pertama yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb. Dipl.-Biol sebagai dosen pembimbing
kedua yang telah memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Bustami Ibrahim M.Sc atas kesediaannya menjadi dosen
penguji.
4. Bapak Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil selaku Ketua Departemen
Teknologi Hasil Perairan.
5. Keluarga terutama Ibu, Bapak, dan Kakakku yang selalu memberikan doa,
semangat dan cinta kepada Penulis.
6. Sahabat-sahabatku tercinta Fitriana, Emen, Orin dan Lina yang telah
banyak memberi semangat, doa dan kekuatan pada penulis
7. Hilda, Nona, Hana, Taufik, Siluh, Nia, Iis, dan semua teman-teman THP
45 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
banyak membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh
karena itu, Penulis mengharapkan saran dalam penyempurnaan penyusunan
skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2012

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL................................................................................................ viii


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5
2.1 Kitin dan Kitosan ....................................................................................... 5
2.2 Sumber Kitosan.......................................................................................... 7
2.3 Sifat-Sifat Kitosan sebagai Zat Antibakteri ............................................... 9
2.4 Potensi Kitosan sebagai Antibakteri ........................................................10
2.5 Gel Pembersih Tangan sebagai Antibakteri .............................................12
2.6 Jenis-jenis Bakteri Yang berperluang ada pada Tangan .............................13
3 METODOLOGI ..............................................................................................13
3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................................14
3.2 Bahan dan Alat..........................................................................................15
3.3 Prosedur Kerja ......................................................................................... 11
3.3.1 Penelitian tahap pertama................................................................... 11
3.3.2 Penelitian tahap kedua ...................................................................... 13
3.4 Analisis Penelitian ................................................................................... 14
3.4.1 Analisis viskositas ............................................................................ 14
3.4.2 Analisis pengukuran derajat deasetilasi ............................................ 14
3.4.3 Uji kimia (pH) .................................................................................. 15
3.4.4 Analisis kadar air .............................................................................. 16
3.4.5 Analisis kadar mineral ...................................................................... 16
3.4.6 Analisis kadar protein ....................................................................... 17
3.5 Rancangan Percobaan ............................................................................. 17
4 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 19
4.1 Penelitian Tahap Pertama ....................................................................... 19
4.1.1 Identifikasi mutu kitosan .................................................................. 19
4.1.2 Formulasi gel antiseptik pembersih tangan ...................................... 23
4.1.3 Pengujian karakteristik ..................................................................... 24
4.1.3.1 Uji antibakteri .......................................................................24
4.1.3.2 Uji fisik daya sebar ...............................................................25
4.1.3.3 Uji viskositas.........................................................................27
4.1.3.4 Uji perubahan viskositas gel ...................................................29
4.1.3.5 Uji kimia (pH) .......................................................................30
4.2 Penelitian Tahap Kedua ............................................................................30
5 KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................33
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................33
5.2 Saran .....................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................34
LAMPIRAN ..........................................................................................................36
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1 Spesifikasi mutu kitosan................................................................ 5
2 Zona hambat kitosan terhadap aktivitas antibakteri ...................... 7
3 Formula yang digunakan pada penelitian tahap pertama ....................13
4 Hasil analisis proksimat kitosan komersil...........................................20
5 Hasil formulasi gel antiseptik .............................................................22
6 Hasil uji konsentrasi hambat tumbuh minimum .................................24
7 Hasil pengukuran sifat fisik gel ............................................................ 26
8 Hasil pengujian tingkat keasaman.......................................................30
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1 Struktur kimia kitosan ................................................................... 3
2 Prosedur produksi hand chitosanitizer................................................12
3 Kitosan komersil .................................................................................19
4 Hasil analisis FTIR ................................................................................ 22
5 Grafik hubungan antara penambahan CMC pada berbagai
konsentrasi kitosan terhadap daya sebar gel .......................................27
6 Grafik hubungan antara penambahan CMC pada berbagai
konsentrasi kitosan terhadap viskositas gel ......................................... 28
7 Grafik hubungan antara penambahan CMC pada berbagai
konsentrasi kitosan terhadap perubahan viskositas gel ....................... 29
8 Hubungan kadar ekstrak kitosan terhadap jumlah koloni
bakteri .................................................................................................31
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1 Hasil analisis statistik daya antiseptik gel melalui uji replika.......... 39
2 Hasil analisis statistik daya sebar sediaan gel kitosan ..................... 40
3 Hasil analisis statistik viskositas gel kitosan.................................... 40
4 Hasil perhitungan uji perubahan viskositas kitosan ......................... 44
5 Hasil analisis proksimat ................................................................... 44
6 Data hasil perhitungan DD (Derajat Deasetilasi) ............................. 46
7 Foto jumlah koloni bakteri yang dihasilkan melalui uji replika ...... 47
8 Hasil uji antibakteri dengan metode paper disk............................... 48
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era modern seperti saat ini membuat masyarakat cenderung menyukai
produk instan dan praktis. Masyarakat cenderung memilih produk yang bisa
me mberikan solusi cepat dan efektif dalam memenuhi kebutuhannya, diantaranya
mu dah didapat serta mudah untuk dibawa. Seiring dengan mobilitas yang semakin
me ningkat, tidak terkecuali untuk produk gel pembersih tangan (hand sanitizer).
M asyarakat masa kini ingin serba praktis, misalnya mencari cara cepat dalam
me mbersihkan tangan. Dalam kondisi tertentu, orang susah mencari air ataupun
sabun pembersih tangan. Keberadaan sabun dan air terkadang tidak sesuai dengan
ya ng diinginkan. Air yang tersedia tidak bersih, bau serta keluar dari kran yang
su dah berkarat. Selain itu sabun yang digunakan bersama-sama, terkadang
me nimbulkan kekhawatiran atas kebersihan dan kesehatan pengguna sebelumnya.
Hand sanitizer hadir sebagai jalan keluar dari permasalahan tersebut.
Na mun beberapa jenis gel antiseptik pembersih tangan (hand sanitizer) di pasaran
ma sih menggunakan alkohol sebagai bahan antibakterinya. Penggunan alkohol
da lam pembersih tangan dirasa kurang aman terhadap kesehatan karena alkohol
me rupakan pelarut organik yang dapat melarutkan lapisan lemak dan sebum pada
kul it yang berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi mikroorganisme. Selain
itu, alkohol mudah terbakar dan pada pemakaian berulang menyebabkan
kekeringan dan iritasi pada kulit (Block 2001).
Pencarian alternatif formulasi hand sanitizer yang aman bagi kesehatan
tel ah banyak dilakukan seiring dengan meningkatnya dampak negatif yang timbul
pa da kesehatan, serta meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan
ba han alam atau back to nature. Hal ini ditanggapi dengan banyaknya produk-
produk berbahan aktif alami yang digunakan untuk perawatan kesehatan. Salah
satu bahan alami yang dapat diharapkan sebagai alternatif yang cukup potensial
unt uk mengganti penggunaan alkohol pada hand sanitzer adalah kitosan melalui
adsorpsi bahan aktifnya.
2

Kitosan merupakan salah satu senyawa yang dapat dimanfaatkan dalam


bidang farmasi sebagai antibakteri. Kitosan merupakan senyawa turunan dari kitin
dengan rumus kimia poli (2-amino-2-dioksi--D-Glukosa) yang dapat dihasilkan
dengan proses hidrolisis kitin menggunakan basa kuat yang disebut deasetilasi.
Kitin sendiri merupakan polisakarida terbesar kedua setelah selulosa yang
mempunyai rumus kimia poli (2asetamida-2-dioksi--D-Glukosa) dengan ikatan
-glikosidik (1,4) yang menghubungkan antar unit ulangnya. Kitin tidak mudah
larut dalam air, sehingga penggunaannya terbatas. Namun dengan modifikasi
kimiawi dapat diperoleh senyawa turunan kitin yang mempunyai sifat kimia yang
lebih baik (Kaban 2009)
Pemanfaatan kitosan sebagai antibakteri mengingat kemampuan muatan
positifnya yang dapat berinteraksi dengan permukaan sel bakteri yang bermuatan
negatif, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan koloni bakteri. Kitosan sangat
potensial sebagai antibakteri karena senyawa ini merupakan polimer alami hasil
senyawa turunan kitin sehingga diharapkan aman bagi manusia. Hingga saat ini
aktivitas antibakteri oligomer kitosan dalam berbagai bidang dengan model
inovasinya masih menjadi hal baru untuk diteliti.
Aplikasi kitosan sebagai antibakteri dalam gel pembersih tangan selain
din ilai lebih aman bagi kesehatan juga dikarenakan masih sedikitnya penelitian
me ngenai aplikasi sifat antibakteri dari kitosan. Selain itu kebutuhan mendesak
ak an produk hand sanitizer alami dan praktis, maka penelitian ini dilakukan untuk
me ngembangkan aplikasi gel pembersih tangan yang mampu untuk mengurangi
akt ivitas bakteri pada tangan serta aman dan nyaman bagi penggunanya. Hand
chi tosanitizer merupakan gel pembersih tangan dengan berbahan baku kitosan
seba gai senyawa antibakteri yang sangat bermanfaat dan dapat mencegah atau
me nghambat pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi. Hand
chi tosanitizer dengan berbahan baku antibakteri dari kitosan aman serta nyaman
untuk digunakan dan tidak menimbulkan efek samping.

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan antibakteri dari
kitosan yang diaplikasikan dalam produk pembersihan tangan (hand sanitizer).
3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitin dan Kitosan


Kitosan adalah produk alami turunan dari kitin, polisakarida yang
dit emukan dalam eksoskleton krustacea seperti udang, rajungan, dan kepiting.
Se cara kimiawi, kitosan adalah sellulosa seperti serat tanaman yang mempunyai
sif at-sifat sebagai serat tetapi memiliki kemampuan untuk mengikat lemak seperti
bu sa penyerap lemak dalam saluran pencernaan. Kitosan dapat difungsikan
seba gai penyerap dan pengikat lemak sehingga menimbulkan turunnya berat
ba dan, mencegah dan menghambat LDL dan meningkatkan HDL (Suptijah 2006).
Kitosan memiliki sifat antacid (menyerap zat racun), mencegah plak,
me ncegah kerusakan gigi, membantu dalam mengontrol tekanan darah, membantu
me njaga pengkayaan kalsium (Ca) atau memperkuat tulang, dan bersifat anti
tu mor. Dalam tiga dekade terakhir kitosan digunakan dalam proses detoksifikasi
air. Apabila kitosan disebarkan diatas permukaan air maka kitosan mampu
me nyerap lemak, minyak, logam berat, dan zat yang berpotensi sebagai toksik
lai nnya (Herliana 2010). Berikut struktur molekul kitin dan kitosan disajikan
dalam Gambar 1.

Gambar 1 Struktur molekul kitin (a), kitosan (b),


Muzzarelli (1977).

Kitosan pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
asam dengan pH di bawah 6 seperti asam asetat, asam format dan asam laktat
yang digunakan sebagai pelarut kitosan dan yang sering digunakan adalah pelarut
asam asetat 1% (Nadarajah 2005). Kitosan dapat dikelompokkan berdasarkan BM
dan kelarutannya (Suptijah 2006), yaitu:
4

- Kitosan larut asam dengan BM 800.000 Dalton sampai 1.000.000 Dalton


- Kitosan mikrokristalin (larut air dengan BM sekitar 150.000 Dalton
- Kitosan nanopartikel (larut air) dengan BM 23.000 Dalton sampai 70.000
Dalton, dan dapat berfungsi sebagai imunomodulator

2.2 Sumber Kitosan


Kitin merupakan polisakarida panjang yang tidak bercabang, bernama
2-asetil-2amino dioksi-D-Glukosa, yang monomernya berikatan satu sama lain
melalui ikatan 1-4. Kitin diproduksi dari kulit rajungan melaului proses isolasi dan
purifikasi yang didahului proses demineralisasi dan dilanjutkan dengan
deproteinasi (Muzarelli 1977). Kitin adalah polisakarida yang membentuk Kristal,
dan terdapat di alam dalam bentuk kristal kitin yang dibedakan berdasarkan
susunan rantai molekul yang membangun kristalnya. Jenis-jenis kristal tersebut
adalah sebagai berikut:
(1) kitin yang mempunyai susunan anti paralel.
(2) kitin yang mempunyai susunan paralel.
(3) kitin yang mempunyai tiga rantai dan dua diantaranya tersusun paralel.
(4) kitin yang mempunyai tiga rantai dan satu rantai lainnya tersusun
antiparalel.
Fungsi utama kitin pada krustasea atau pada fungi adalah sebagai struktur
kerangka dalam yang mendukung eksoskelet hewan tersebut atau bagian dari
dinding sel fungi. Kitin yang berasal dari kulit krustasea sebagai komponon
eksoskelet, berbentuk jaring yang kompleks (matriks), yang mengandung protein
dan mineral (CaCO3), sedangkan kompleks jaring kitin dari fungi adalah
polisakarida lain seperti dan glukan, manan dan selulosa (Knorr 1982)
Kitin mempunyai banyak kegunaan diantaranya sebagai bahan talk yang
digunakan pada sarung tangan saat dilakukan operasi bedah. Selain itu kitin dapat
digunakan sebagai absorben misal arang aktif serta campuran pupuk pada
pertanian. Apabila ditambahkan pada pakan ikan hias, kitin dapat menimbulkan
efek pertumbuhan yang baik dan warna ikan yang cemerlang, hal ini diduga oleh
kandungan protein dan pigmen yang terdapat dalam kitin tersebut (Kaban 2009).
Melalui proses deasetilasi kitin dengan NaOH pekat akan terbentuk
turunannya yaitu kitosan yang mempunyai sifat berbeda dengan kitin. Penggunaan
5

NaOH 50% dengan perbandingan 1: 20 disertai dengan pemanasan pada suhu


140 oC selama 1 jam, dapat menghasilkan padatan yang hampir sama dengan
bahan awalnya (kitin) dan dengan penetralan dan pencucian sampai pH netral
menghasilkan serbuk putih yang disebut kitosan (Lesbani 2011).
Mutu kitosan ditentukan berdasarkan parameter sifat fisika dan kimia,
pa rameter fisis diantaranya penampakan, ukuran (mesh size) dan viskositas,
seda ngkan parameter kimia yaitu nilai Proksimat dan Derajat Deasetilasi (DD).
Se makin baik mutu kitosan maka semakin tinggi nilai derajat deasetilasinya dan
semakin banyak fungsinya dalam aplikasinya. Adapun spesifikasi mutu kitin
kitosan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Spesifikasi mutu kitin kitosan


Spesifikasi Kitin Kitosan
(Pangan) (Farmasi)
Penampakan Serpihan putih/ Serpihan/Bubuk
kekuningan putih/kekuningan
Kadar air <10% 10%
Kadar abu <2,5% 0,2%
Kadar N <1% 0,3%
Derajat Deasetilasi <70% 70-100%
Viskositas 600cPs < 50 cPs
Ketidaklarutan >90% < 1%
pH 7-9 7-9
Sumber : Suptijah et al (1992)

2.3 Sifat - Sifat Kitosan


Kitosan adalah polimer glukosamin yang larut dalam asam tetapi tidak
larut asam sulfat pada suhu kamar, juga tidak larut dalam pelarut organik tetapi
larut baik dalam pelarut dengan suasana asam. Pelarut kitosan yang baik adalah
asam format dan asam asetat dengan konsentrasi masing-masing 0,2-1,0% dan
1,0-2,0%. Kitosan lebih mudah larut dengan menggunakan asam asetat 1-2% dan
membentuk suatu garam ammonium asetat (Tang et al. 2007).
Kitosan mempunyai sifat mudah mengalami degradasi secara biologis,
tidak beracun, mempunyai berat molekul yang tinggi, tidak larut pada pH 6,5, dan
berat molekul rata-rata 120.000 Dalton (Protan Laboratories 1987). Menurut
Knorr (1982), kitosan mempunyai gugus amino bebas sebagai polikationik,
pengkelat dan pembentuk dispersi dalam larutan asam asetat. Ornum (1992),
6

menambahkan bahwa gugus amino bebas inilah yang banyak memberikan


kegunaan pada kitosan. Bila dilarutkan dalam asam, kitosan akan menjadi polimer
kationik dengan struktur linier sehingga dapat digunakan dalam proses flokulasi,
pembentuk film atau imobilisasi dalam beberapa agen biologi termasuk enzim.
Herliana (2010) menyatakan kitosan memiliki beberapa keunggulan
diantaranya ketersediaannya di alam berkelanjutan, biaya produksi murah, sifat
biodegradibilitas, biokompatibilitas, serta modifikasi kimia yang cukup mudah.
Hirano (1989) menambahkan kelebihan kitin dan kitosan yaitu:
(1) Merupakan komponen utama biomasa dari kulit udang.
(2) Merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui.
(3) Merupakan senyawa biopolimer yang dapat terdegradasi dan tidak mencemari
lingkungan.
(4) Tidak bersifat toksik (LD50 16 gram per kg berat badan tikus).
(5) Konformasi molekulnya dapat dirubah.
(6) Mempunyai fungsi biologis.
(7) Dapat membentuk gel, koloid dan film.
(8) Mengandung gugus amino dan gugus hidroksil yang dapat dimodifikasi.
Kitosan merupakan kerangka heksosa yang memiliki gugus amin
bermuatan, sehingga menunjukkan sifat yang unik yaitu bermuatan positif,
berlainan dengan polisakarida alam lainnya yang bermuatan negatif atau netral.
Boddu et al. (1999) menyatakan bahwa muatan positif pada polimer kitosan
mengakibatkan afinitas atau daya tarik menarik yang sangat baik dengan suspensi
dalam cairan selulosa dan polimer glikoprotein.
Mengingat banyak bahan memiliki gugus negatif misal protein, anion
polisakarida, asam nukleat, dan lain-lain. Maka gugus kitosan berpengaruh kuat
dengan gugus negatif sehingga membentuk ion netral . Kekuatan ion berpengaruh
terhadap struktur kitosan, dengan kata lain peningkatan kekuatan ion
meningkatkan sifat kekakuan matriks kitosan, daya gembung dan ukuran pori-pori
matriks. Sementara porositas granula dari kitosan berpengaruh terhadap
peningkatan keaktifan grup grup amino terhadap kitosan (Suhartono 2006).
7

2.4 Potensi Kitosan sebagai Bahan Antibakteri


Potensi kitosan sebagai antibakteri didasarkan pada interaksi awal antara
kitosan dan bakteri yang bersifat elektrostatik. Kitosan memiliki gugus fungsional
amina (-NH2) yang bermuatan positif sangat kuat, sehingga dapat berikatan
dengan dinding sel bakteri yang relatif bermuatan negatif. Ikatan ini mungkin
terjadi pada situs elektronegatif di permukaan dinding sel bakteri. Selain itu
(-NH2) juga memiliki pasangan elektron bebas sehingga gugus ini dapat menarik
2+
mineral Ca yang terdapat pada dinding sel bakteri dengan membentuk ikatan
kovalen koordinasi (Sari 2008).
Mengacu pada Herliana (2010), interaksi inilah yang menyebabkan

perubahan permeabilitas dinding sel bakteri sehingga terjadi ketidakseimbangan


tekanan internal sel dan menyebabkan kebocoran elektrolit intraseluler, seperti
kalium. Selain itu protein dengan berat molekul rendah lainnya seperti asam
nukleat dan glukosa juga ikut mengalami kebocoran. Sel bakteri pada akhirnya
akan mengalami lisis. Dengan demikian, kitosan dapat digolongkan sebagai
antibakteri yang bersifat bakterisid berdasarkan mekanisme kerja mengubah
permeabilitas dinding sel atau transport aktif sepanjang dinding sel bakteri.

Tabel 2 Zona hambat kitosan (mm) terhadap aktivitas antibakteri


Konsentrasi 1000 800 600 400 (ppm)
Zona hambat (mm)
E. coli 10 10 8 8
S. aureus 13 13 12 10
Sumber : Islam et al. (2011)

Kitosan memiliki keunggulan sebagai antibakteri karena ketersediaannya


di alam, biaya produksi yang murah, sifat biodegradibilitas, biokompatibilitas, dan
bioresobsibilitas yang baik, serta modifikasi kimia yang cukup mudah
(Setya 2008). Kitosan memiliki biokompatibilitas yang baik karena strukturnya
yang mirip dengan glukosamin pada matriks ekstraselular. Glukosamin
merupakan senyawa alami yang terdapat dalam tubuh manusia, yang terdiri dari
glukosa dan asam amino glutamin. Kemiripan struktur kitosan dengan glukosamin
menyebabkan efek biokompatibilitasnya terhadap jaringan menjadi lebih baik.
Kitosan tidak bersifat toksik, mudah terurai, bersifat non-alergenik, memiliki
8

spektrum yang luas dan mudah diserap oleh tubuh (Herliana 2010). Berbagai
karakteristik dan mekanisme aksi antibakteri kitosan membuat kitosan memiliki
potensi yang sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai antibakteri dalam produk
gel pembersih tangan (hand sanitizer).

2.5 Gel Pembersih Tangan (Hand Sanitizer)


Gel pembersih tangan merupakan gel yang memiliki kemampuan sebagai
antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri (Retnosari dan
Isadiartuti 2006). Banyak dari gel ini berasal dari bahan beralkohol atau etanol
yang dicampurkan bersama dengan bahan pengental, misal karbomer, gliserin,
dan menjadikannya serupa jelly, gel, atau busa untuk memudahkan penggunaan
dan menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol. Gel ini mulai
populer digunakan karena penggunaannya yang mudah dan praktis, karena tidak
membutuhkan air dan sabun. Gel sanitasi ini menjadi alternatif yang nyaman bagi
para orang tua yang tidak sempat berulangkali ke wastafel untuk mencuci tangan
mereka saat harus merawat anak mereka yang sakit. Walaupun mencuci tangan
dengan sabun dan air efektif untuk mengurangi penyebaran sebagian besar infeksi
namun untuk melakukannya dibutuhkan wastafel dan air.
Sesuai perkembangan zaman, dikembangkan juga gel pembersih tangan
non alkohol. Akan tetapi jika tangan benar-benar dalam keadaan kotor, baik oleh
tanah, darah, ataupun lainnya, maka penggunaan air dan sabun untuk mencuci
tangan lebih disarankan karena gel pencuci tangan baik yang berbahan dasar
alkohol maupun non alkohol walaupun efektif membunuh kuman gel ini tidak
membersihkan tangan, ataupun membersihkan material organik lainnya.
Alkohol banyak digunakan sebagai antiseptik/desinfektan untuk disinfeksi
permukaan dan kulit yang bersih, tetapi tidak untuk luka. Alkohol sebagai
disinfektan mempunyai aktivitas bakterisidal, bekerja terhadap berbagai jenis
bakteri, tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Akan tetapi alkohol merupakan
pelarut organik sehingga dapat melarutkan lapisan lemak dan sebum pada kulit,
dimana lapisan tersebut berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi
mikroorganisme (Retnosari dan Isadiartuti 2006). Selain itu alkohol mudah
terbakar dan pada pemakaian berulang menyebabkan kekeringan dan iritasi pada
kulit.
9

2.6 Jenis-jenis Bakteri yang Berpeluang terdapat pada Tangan


Bakteri banyak ditemukan disekitar manusia, misal tangan manusia yang
ba nyak berinteraksi dengan dunia luar. Terdapat berbagai jenis bakteri yang ada
dit angan manusia. Adapun bakteri yang umum ditemukan pada tangan
dia ntaranya adalah Staphylococcus aureus, E. coli, Salmonella, Vibrio cholerae,
da n Shigella (BSN Medical. 2009). Bakteri Staphylococcus aureus memilki
pot ensi untuk menyebabkan penyakit yang didapat pada tubuh manusia melaui
salura n pernafasan, saluran pencernaan dan infeksi melalui kulit. Bahan makanan
yang disiapkan dengan kontak tangan langsung tanpa proses mencuci tangan,
sangat berpotensi terkontaminasi Staphylococcus aureus.
Bakteri Esherichia coli dapat menyebabkan berbagai penyakit dan infeksi
terhadap saluran pencernaan pada manusia, diantaranya adalah enterotoksigenik,
enterohaemorrhagik, enteropatogenik, enteroinuasiue, dan enteroagregatif. Bakteri
memiliki spektrum yang sangat luas. Makan disaat kondisi tangan kotor juga
dapat memicu hadirnya infeksi bakteri. Bakteri Shigella dapat menyebabkan
infeksi berbagai saluran pencernaan. Shigella biasa berada pada air yang
terkontaminasi bahkan yang terlihat jernih sekalipun. Untuk membunuh koloni
bakteri ini, diperlukan lagi bantuan sabun antiseptik pada proses mencuci tangan
(Todar 2004 dalam Rostinawati 2009).
10

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2012. Proses
pelarutan kitosan, uji antibakteri, uji efektivitas antibakteri, uji pH, kadar air,
mineral, nitrogen, dan protein bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Hasil
Perikanan dan Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi
Hasil Perairan. Pengujian FTIR MB-3000 (Fourier Transform InfraRed)
dilakukan di Laboratorium Analisis FTIR dan PCR, Departemen Fisika.
Pengujian fisik hand sanitizer yang meliputi viskositas, daya sebar dan stabilitas
dilakukan di Laboratorium Rekayasa Pengolahan Pangan, Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap yaitu penelitian tahap pertama
dan penelitian tahap kedua yang dilengkapi dengan analisis data. Penelitian tahap
pertama berupa analisis mutu kitosan, penentuan formula gel antiseptik,
penentuan karakteristik gel antiseptik terhadap kombinasi kitosan dan CMC
(Karboksil Metil Selulosa) serta pengujian kitosan sebagai bahan antibakteri.
Sedangkan penelitian tahap kedua berupa uji efektivitas kemampuan antibakteri
dari hand sanitizer yang dihasilkan dan membandingkannya dengan hand
sanitizer komersil.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan serbuk
yang diperoleh dari Laboratorium Bioteknologi Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, bahan
kimia: asam asetat 1%, CMC (Karboksil Metil Selulosa), serbuk kitosan, esens
apel, alkohol 70% (antiseptik), media NA (Nutrient Agar), media NB (Nutrient
Broth), media MHA (Mueller Hinton Agar), biakan Escherichia coli, biakan
Staphylococcus aureus, bromcherosol green-methyl red dan aquades. Peralatan
yang digunakan meliputi, timbangan digital, magnetic stirer, viskometer
brookfield tipe DVE, FTIR MB-3000 (Fourier Transform Infra Red), vortex,
autoklaf, pipet mikro, inkubator, labu erlenmeyer, oven, bunsen, ruang laminar,
11

tabung reaksi, beaker glass, sudip, penangas air, plastik wrap, cawan petri, batang
pengaduk, pH meter dan jarum ose.

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian tahap
pertama dan penelitian tahap kedua.

3.3.1 Penelitian Tahap Pertama


Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mengetahui mutu kitosan yang
akan digunakan pada penelitian utama. Mutu kitosan yang diamati meliputi
pengujian kadar air, kadar mineral, kadar nitrogen, kadar protein dan derajat
deasetilasi. Selain itu dilakukan juga pengujian kemampuan kitosan sebagai
antibakteri, penentuan formula gel antiseptik yang bertujuan untuk menentukan
formula terbaik pembuatan gel antiseptik dan mengetahui karakteristik gel
antiseptik terhadap kombinasi kitosan dan CMC (Karboksil Metil Selulosa).
Pengujian kitosan sebagai antibakteri bertujuan untuk melihat kemampuan kitosan
dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Uji antibakteri menggunakan metode
paper disk.
Tahap pertama yang dilakukan adalah peremajaan bakteri. Jenis bakteri
ya ng digunakan yaitu, S. aureus dan E. coli. Biakan bakteri dipindahkan ke dalam
o
me dia NA lalu diikubasi selama 24 jam pada suhu 37 C di dalam inkubator.
Ta hap kedua, biakan yang telah diikubasi lalu dipindahkan dari media NA ke
o
me dia NB dan kembali diikubasi selama 24 jam pada suhu 37 C didalam water
bat h inkubator. Tahap ketiga yaitu pemindahan biakan bakteri ke dalam media
M HA. Tahap selanjutnya adalah media MHA di masukkan ke dalam autoklaf
o
selama 1,5 jam pada suhu 121 C. Kemudian siapkan paper disk lalu masing-
masing paper disk ditetesi sampel sebanyak 20 L dengan menggunakan pipet
mikro. Tahap terakhir yaitu paper disk diletakkan di atas cawan petri lalu
o
diikubasi selama 24 jam pada suhu 37 C di dalam inkubator. Setiap jenis bakteri
dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Setelah diikubasi dilakukan pengukuran zona
bening yang terdapat disekitar paper disk. Semakin besar zona bening yang
dihasilkan menunjukkan semakain baik kemampuan kitosan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri (Islam et al. 2011).
12

Selanjutnya dilakukan penentuan formula gel antiseptik yang bertujuan


untuk menentukan komposisi bahan-bahan gel antiseptik yang dapat
menghasilkan karakteristik gel antiseptik yang terbaik. Prosedur pembuatan gel
antiseptik pembersih tangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Kitosan 0,75 %

Dilarutkan dalam asam asetat CH3COOH 1%

Penambahan aquades hingga mencapai 100 ml

Penghomogenan (Magnetic stirrer 5000 rpm, 60 menit)

Micel kitosan

Pembuatan sediaan gel menggunakan CMC 0,5% dalam air hangat (70 oC)

Penghomogenan (Magnetic stirrer 5000 rpm, 60 menit)

Penambahan esens apel sebagai pemberi aroma dan warna

Hand chitosanitizer

Gambar 2 Prosedur produksi Hand chitosanitizer

Proses pembuatan hand sanitizer ini diawali dengan proses pelarutan


kit
osan 2% dalam larutan asam asetat tepat jenuh 1% kemudian larutan kitosan
dit
ambahkan aquades hingga mencapai 100 ml, lalu dihomogenkan agar
me
mperoleh ukuran partikel yang lebih kecil dengan menggunakan magnetic
sti
rrer pada kecepatan 5000 rpm selama 1 jam. Setelah itu ditambahkan secara
pe
rlahan CMC 0,5% yang telah dilarutkan di dalam aquades sebagai basis gel
da
lam kondisi hangat, kemudian diaduk. Partikel kitosan tersebut lalu dicampur
de
ngan esens apel sebagai pemberi warna dan aroma pada hand sanitizer sampai
ter
campur rata.
13

Selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh kombinasi


kitosan dan CMC. Perlakuan formulasi gel antiseptik dilakukan terhadap kitosan.
Kitosan dibuat dalam empat taraf perbedaan konsentrasi yaitu, 0,25%, 0,50%,
0,75%, dan 1%, sedangkan CMC dibuat dalam satu perlakuan konsentrasi yaitu
0,5% sehingga didapatkan empat perlakuan. Penentuan konsentarsi CMC sebesar
0,5% didasarkan pada hasil dari penelitian tahap pertama, yakni CMC dengan
konsentrasi 0,5% untuk menghasilkan basis gel terbaik lalu dicampurkan kedalam
kitosan. Selain itu, pemilihan konsentrasi CMC sebesar 0,5% juga didasarkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Sugita et al. (2007) yang telah melakukan
sintesis dan optimalisasi gel kitosan-karboksimetil selulosa (CMC) pada ragam
konsentrasi CMC 0,00% sampai 1% (b/v).
Selanjutnya masing-masing perlakuan diuji karakteristiknya menggunakan
pengujian fisik yang meliputi stabilitas, daya sebar, viskositas dan uji kimia (pH).
Formulasi pada penelitian tahap pertama dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Formula yang digunakan pada penelitian tahap pertama


Perlakuan
Bahan
K11 K12 K13 K14
Kitosan (%) 0,25% 0,50% 0,75% 1%
Aquades (ml) 50 ml 50 ml 50 ml 50 ml
CMC (%) 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
Esens apel (ml) 0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml

3.3.2 Penelitian Tahap Kedua


Pada penelitian tahap kedua, formulasi sediaan gel kitosan yang telah
dilakukan dari penelitian tahap pertama dibandingkan daya antiseptiknya dengan
daya antiseptik kontrol positif (sedian gel antiseptik tangan dengan bahan aktif
etanol dan triklosan). Pengujian daya antiseptik dilakukan dengan metode Replika
(Retnosari dan Isadiartuti 2006) sebagai berikut: Telapak tangan dicuci dengan air
kran, kemudian dikeringkan. Selanjutnya pada telapak tangan diteteskan 0,5 ml
gel kemudian diratakan dan didiamkan. Selanjutnya sidik ibu jari ditempelkan
pada media padat nutrient agar dalam cawan petri dan dilakukan secara duplo.
Media diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Setelah diinkubasi, jumlah
koloni bakteri dihitung. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Telapak tangan
dicuci dengan air, kemudian dikeringkan. Selanjutnya pada telapak tangan
14

diteteskan 0,5 ml gel kemudian diratakan dan didiamkan selama satu menit.
Selanjutnya dilakukan kontak sidik ibu jari pada media dalam cawan petri. Media
diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam.
Setelah diinkubasi jumlah koloni bakteri dihitung. Replikasi dilakukan
nyak 3 kali. Selain itu untuk melihat efektivitas kemampuan kitosan dalam
seba
menghambat pertumbuhan bakteri dilakukan kontak sidik ibu jari pada media
nutrient agar yang terdapat dalam cawan petri dengan selang waktu jam ke-0, jam
ke-0,5, dan jam ke-1. Penentuan selang waktu pengambilan sampel didasarkan
pada interval waktu yang dibutuhkan bakteri untuk membelah diri. Setiap jenis
bakteri memiliki interval waktu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Misalnya: E. coli membelah diri setiap 15-29 menit dan S. aureus membelah diri
setiap 27-30 menit (Entjang 2003). Data hasil perhitungan jumlah koloni bakteri
masing-masing formula tersebut dianalisis dengan menggunakan rancangan acak
kelompok dan bila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan.

3.4 Analisis Penelitian


Prosedur analisis meliputi analisis viskositas, analisis pengukuran derajat
de asetilasi, uji kimia, analisis kadar air, analisis kadar mineral, dan analisi kadar
protein.

3.4.1 Analisis viskositas (AOAC.1995)


Larutan kitosan dengan konsentrasi 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1%
dip anaskan dalam bak air mendidih sambil diaduk secara teratur sampai suhu
me ncapai 75 C. Viskositas diukur dengan menggunakan Viscosimeter Brookfield.
Spindel terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 75 C kemudian
dip asangkan ke alat ukur Viscosimeter Brookfield tipe DVE. Posisi spindel
da lam larutan panas diatur sampai tepat, viscometer dihidupkan dan suhu larutan
diu kur. Ketika suhu larutan mencapai 75 C, thermometer dikeluarkan dan nilai
vis kositas diketahui dengan pembacaan viskosimeter pada skala 1 sampai 100.
Pe mbacaan dilakukan setelah satu menit putaran penuh. Hasil bacaan digandakan
5 kali untuk spindel no.1 dengan kecepatan 12 rpm, dan digandakan 2 untuk
spi ndel yang sama dengan kecepatan 60 rpm. Hal ini berfungsi untuk menyatakan
viskositas mutlak dalam satuan centipoises (cP).
15

3.4.2 Analisis pengukuran derajat deasetilasi (Domsay 1985)


Kitosan sebanyak 0,2 gram digerus menggunakan KBr dalam mortar agate
sampai homogen, kemudian dimasukkan dalam cetakan pelet, dicetak dengan
dip adatkan dan divakum sampai optimum, selanjutnya pelet ditempatkan dalam
sel dan dimasukkan ke dalam tempat sel pada spektrofotometer inframerah IR-
408 yang sudah dinyalakan dan stabil. Kemudian tekan tombol pendeteksian,
akan muncul histogram FTIR pada rekorder yang memunculkan puncak-puncak
dari gugus fungsi yang terdapat pada sampel kitosan. Histogram yang diperoleh
dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif misalnya analisis
kuantitatif derajat deasetilasi dari kitosan.
Pengukuran derajat deasetilasi berdasarkan kurva yang tergambar oleh
spektrofotometer. Puncak tertinggi (P0) dan puncak terendah (P) dicatat dan
diukur dengan garis dasar yang dipilih. Nisbah absorbansi dihitung dengan
rumus:
A = log Po
P

Keterangan: P0 = Jarak antara garis dasar dengan garis singgung antara dua
puncak tertinggi dengan panjang gelombang 1.655cm-1
P = Jarak antara garis dasar dengan lembah terendah dengan
panjang gelombang 1.655cm-1 atau 3.450 cm-1.
Perbandingan absorbansi pada 1.655cm-1 dengan absorbansi 3.450 cm-1
digandakan satu per standar N-deasetilasi kitosan (1,33). Dengan mengukur
absorbansi pada puncak yang berhubungan, nilai persen N-deasetilasi dapat
dihitung dengan rumus:

Keterangan: A1.655 = Absorbansi pada panjang gelombang 1.655 cm-1.


A3.450 = Absorbansi pada panjang gelombang 3.450 cm-1.
1,33 = konstanta untuk derajat deasetilasi yang sempurna.
16

3.4.3 Uji kimia (pH)


Sebelum dilakukan pengukuran, pH meter terlebih dahulu dikalibrasi
de ngan menggunakan buffer pH. Setelah itu, elektroda dibersihkan dengan air
sul ing dan dikeringkan. Kemudian elektroda dimasukkan ke dalam sampel sabun
o
cair yang akan diperiksa, pada suhu 25 C. Selanjutnya pH meter dibiarkan selama
be berapa menit sampai nilai pada monitor pH meter stabil. Setelah stabil, nilai
yang ditunjukkan dicatat sebagai pH sampel.

3.4.4 Analisis kadar air (SNI 2006)


Analisis kadar air dilakukan mengacu pada SNI 01-2356-2006. Cawan
po rselen dikeringkan dalam oven selama 30 menit, lalu didinginkan dalam
de sikator selama 15 menit. Selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 5 g dalam
o
cawa n dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100 C dalam tekanan tidak lebih
dari 10 mmHg selama 5 jam atau sampai beratnya konstan. Cawan beserta isinya
kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan kadar air
dapat dilihat sebagai berikut :

Keterangan :
A = berat cawan kosong (g)
B = berat cawan + sampel awal (g)
C = berat cawan + sampel kering (g)

3.4.5 Analisis kadar mineral (AOAC 2005)


Cawan pengmineralan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu
o
105 C, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang
hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke
dalam cawan pengmineralan dan dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak
berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengmineralan dengan suhu
o
600 C selama 1 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan.
Kadar mineral ditentukan dengan rumus:
17

Keterangan : A = Berat cawan porselen kosong (g)


B = Berat cawan dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (g)

3.4.6 Analisis kadar protein (AOAC 1980)


Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap
yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 g, kemudian
dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 0,25 g selenium
dan 3 ml H2SO4 pekat. Contoh didestruksi pada suhu 410 oC selama kurang lebih
1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu
Kjeldahl ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40%, kemudian dilakukan
o
proses destilasi dengan suhu destilator 100 C.
Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 ml yang berisi
campuran 10 ml asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcherosol
green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai
40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Lalu
destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda.
Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh.
Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung. Kadar protein
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Faktor konversi alat = 2,5

Faktor konversi = 6,25

3.5 Rancangan Percobaan


Pada penelitian tahap pertama rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan percobaan ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi kitosan terhadap sifat fisik gel
18

yamg meliputi, daya sebar, viskositas dan perubahan viskositas. Perlakuan yang
diberikan terdiri dari 4 taraf yaitu, konsentrasi kitosan 0,25%, 0.50%, 0,75%, dan
1% dengan ulangan masing-masing sebanyak 3 kali. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis ragam ANOVA. Apabila hasil analisis ragam memberikan
pengaruh yang berbeda nyata (tolak Ho), maka dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan. Model matematis yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = + Pi + ij

Keterangan :
Yij : Pengamatan perlakuan ke-i dan ulagan ke-j
: Rataan Umum
Pi : Pengaruh perlakukan ke-i dan
ij : Galat perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

Pada penelitian tahap kedua, rancangan percobaan yang digunakan adalah


Rancangan Acak Kelompok (RAK). Rancangan percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi kitosan terhadap jumlah koloni
bakteri yang dihasilkan pada 3 kelompok waktu yang berbeda. Perlakuan yang
diberikan terdiri dari 6 taraf, yaitu konsentrasi kitosan 0% (kontrol negatif),
0,25%, 0,50%, 0,75%, 1%, dan kontrol positif (hand sanitizer komersil) dengan
dilakukan pada 3 kelompok rentan waktu yang berbeda, yakni jam ke-0, jam ke-
0,5, dan jam ke-1. Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam ANOVA.
Apabila hasil analisis ragam memberikan pengaruh yang berbeda nyata (tolak
Ho), maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Model matematis yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = + Ki + Pj + ij

Keterangan :
Yij : Pengamatan Kelompok ke-i dan Perlakuan ke-j
: Rataan Umum
Ki : Pengaruh Kelompok ke-i
Pj : Pengaruh Perlakuan ke-j dan
ij : Galat Kelompok ke-i dan Perlakuan ke-j
19

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Tahap Pertama


Tahap pertama penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mutu kitosan
komersil yang digunakan, antara lain meliputi kadar air, kadar abu, kadar
nitrogen, kadar protein, derajat deasetilasi dan uji antibakteri.

4.1.1 Identifikasi mutu kitosan


Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli (2-amino-2-dioksi-
-D-Glukosa) yang dapat dihasilkan dengan proses hidrolisis kitin menggunakan
basa kuat yang disebut deasetilasi (Balley et al. 1977). Kitosan yang digunakan
pada penelitian ini adalah kitosan komersil yang berasal dari daerah Cirebon.
Kitosan tersebut kemudian dilarutkan dalam asam organik yaitu asam asetat 1%
(v/v). Pemilihan konsentrasi asam asetat 1% sebagai pelarut kitosan didasarkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Tang et al. (2007) yang menyatakan bahwa
kitosan lebih mudah larut dalam asam asetat 1-2% dan akan membentuk suatu
garam ammonium asetat. Kitosan komersil yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Kitosan komersil.

Kitosan sebagian besar diperoleh dari bahan baku cangkang krustasea,


kapang, cumi-cumi dan lain-lain, melalui proses demineralisasi menggunakan
HCl 1:7 (v/v), dilanjutkan dengan proses deproteinasi menggunakan NaOH 1:10
(v/b), dan deasetilasi menggunakan NaOH 50%. Masing-masing proses memiliki
tujuan berbeda. Proses demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan kandungan
20

mineral dalam cangkang, deproteinasi bertujuan untuk menghilangkan protein


yang terdapat pada cangkang, sedangkan proses deasetilasi bertujuan untuk
menghilangkan gugus asetil. Proses ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas
fungsi dari kitosan (Angka dan Suhartono 2000).
Kitosan larut asam harus memiliki mutu yang baik, hal ini bertujuan agar
kitosan dapat bekerja secara efektif dan hasil aplikasi yang digunakan seragam.
Tabel 4 menyajikan hasil uji mutu kitosan larut asam dan standar mutu kitosan
yang ada :

Tabel 4 Hasil analisis proksimat kitosan komersil


Spesifikasi Hasil Uji Standar Kitosan*
Penampakan Serpihan Serpihan/Bubuk Putih
Kadar air (%berat kering) 9% 10%
Kadar abu (%berat kering) 0,7% 2%
Kadar N (%berat kering) 1,9% <5%
Derajat deasetilasi 73,44% >70%
*Sumber Suptijah et al. (1992)

Hasil analisis proksimat kitosan menunjukan bahwa nilai kadar air kitosan
komersil yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai yang lebih kecil jika
andingkan dengan standar, sedangkan menurut Multazam (2002)
dib dalam
Rochima (2004), kadar air kitosan dari cangkang udang yang baik adalah 10%.
ai persentase kadar air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya
Nil
disebabkan waktu penyimpanan dari bahan baku tersebut serta lingkungan yang
lembab. Faktor lingkungan yang lembab merupakan faktor yang memberikan
pengaruh besar terhadap nilai kandungan air dalam kitosan. Selain itu kitosan
a memiliki sifat yang mudah menyerap air, sehingga apabila kitosan terlalu
jug
lama dalam penyimpanan dan berada pada kondisi lingkungan lembab maka
jumlah kadar air kitosan semakin meningkat (Kumar 2000).
Kadar mineral kitosan larut asam yang diperoleh adalah sebesar 0,8%.
Nilai tersebut telah memenuhi syarat untuk persentase kadar mineral. Menurut
Suptijah et al. (1992) standar mutu kadar mineral kitosan larut asam adalah
kurang dari 2%. Faktor yang memiliki pengaruh terhadap kandungan kadar
mineral kitosan adalah kualitas air yang digunakan ketika proses penetralan pH
kitosan serta efektivitas proses demineralisasi yang dilakukan.
21

Proses demineralisasi yang diakukan akan mempengaruhi kandungan


mi neral dalam kitosan, semakin efektif proses demineralisasi maka semakin
ba nyak menghilangkan mineral yang ada pada kitosan sehingga pengotor semakin
ba nyak tereduksi dan pada akhirnya kinerja kitosan semakin optimal. Selain itu
ku alitas air yang digunakan untuk proses penetralan juga ikut mempengaruhi
(A ngka dan Suhartono 2000). Air yang digunakan dalam proses penetralan
seba iknya tidak mengandung mineral karena dapat meningkatkan kadar mineral
da lam bahan, sehingga jumlah pengotor semakin meningkat dan disarankan untuk
me nggunakan akuades/air yang telah dilakukan proses penghilangan mineral
melalui destilasi (Suptijah 2006).
Kandungan nitrogen dari kitin bervariasi dari 5 sampai 8% tergantung
pada kuatnya deasetilasi, sedangkan nitrogen dalam kitosan sebagian besar dalam
bentuk kelompok amino alifatik primer, yang mengalami reaksi khas amina,
dimana N-asilasi dan reaksi Schiff adalah yang paling penting. Kadar nitrogen
kitosan larut asam adalah 2,3%. Kadar nitrogen ini telah sesuai dengan standar
mutu yang telah ditetapkan. Kadar nitrogen ini menunjukkan tingkatan derajat
deasetilasi dan nitrogen dalam kitosan sebagian besar terdapat dalam bentuk
kelompok amino alifatik primer (Kumar 2000).
Derajat deasetilisasi kitosan dipengaruhi oleh konsentrasi NaOH dan
su hu proses. Kitosan dengan derajat deasetilasi sebesar 84% dapat dihasilkan
de ngan melakukan pemanasan pada suhu 130 C selama 4 jam atau suhu 120 C
selama 67 jam. Perendamanan dengan NaOH selain dapat meningkatkan derajat
de asetilasi dapat juga mengakibatkan terjadinya depolimerisasi, oleh karena itu
pe rendaman dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan waktu yang singkat
(Suptijah 2006)
Derajat deasetilasi dari kitosan menentukan banyaknya gugus asetil yang
telah hilang selama proses deasetilasi kitin menjadi kitosan. Semakin besar derajat
deasetilasi, maka kitosan akan semakin aktif karena semakin banyak gugus amina
menggantikan gugus asetil. Gugus amina lebih reaktif dibandingkan gugus asetil
karena adanya pasangan elektron bebas pada atom nitrogen dalam struktur kitosan
(Kencana 2009). Derajat deasetilasi kitosan sangat penting untuk menentukan
karakteristik kitosan dan akan mempengaruhi penggunaannya. Semakin tinggi
22

de rajat deasetilasinya maka semakin tinggi tingkat kemurniannya yang berarti


kit in dan kitosan sudah murni dari pengotornya yaitu protein, mineral dan pigmen
serta gugus asetil untuk kitosan yang disertai kelarutannya yang sempurna dalam
asam asetat 1% (Suptijah 2006).
Hasil analisis FTIR diperoleh puncak-puncak spektrogram Gambar 4.

Gambar 4 Spektrum FTIR kitosan.

Gambar 4 menunjukkan spektrum FTIR kitosan teruji, dan berdasarkan


perhitungan spektrum tersebut diperoleh derajat deasetilasi (DD) sebesar 73,44%.
Perhitungan DD dicantumkan pada Lampiran 6. Hal ini menandakan bahwa
kitosan yang digunakan sudah cukup optimal berdasarkan nilai derajat deasetilasi
kitosan standar, yakni >70%, karena menurut Muzarelli (1997) kitin dengan nilai
derajat deasetilasi lebih dari 70% dapat dikatakan sebagai kitosan. Selain itu
terlihat juga hasil deteksi FTIR yang dibandingkan dengan standar menunjukkan
hasil yang tidak berbeda secara signifikan terhadap gugus fungsinya. Hasil ini
menunjukkan bahwa proses modifikasi sudah dapat menghasilkan kitosan dengan
gugus fungsi yang cukup identik dengan standar walaupun terdapat sedikit
pergeseran bilangan gelombangnya karena sedikit perbedaan kadar air.
23

4.1.2 Formulasi gel antiseptik pembersih tangan (hand sanitizer)


Formulasi gel antiseptik pembersih tangan (hand sanitizer) dilakukan
dengan mencoba beberapa macam formula untuk menghasilkan produk terbaik.
Formulasi yang menghasilkan produk yang terbaik dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil formulasi gel antiseptik


Nama bahan konsentrasi jumlah Keterangan
Kitosan 0,75% 0,75 gr Bahan dasar
antibakteri
CMC 0,50% 10 ml Bahan basis gel
Aquades - 60 ml Ditambahkan
hingga 100 ml
Esens apel - 1 ml Pemberi aroma gel
Asam asetat 1% 25 ml Pelarut kitosan

Salah satu faktor terpenting dari keberhasilan pembuatan produk gel


pembersih tangan dari kitosan adalah menghasilkan formulasi yang memiliki
kemampuan sebagai antibakteri. Selain itu penggabungan bahan-bahan
pembentuk juga menjadi faktor penting sehingga akan menghasilkan gel yang
cukup kental dan homogen, pH yang tidak terlalu basa (di bawah 10), tidak
mengalami perubahan akibat penyimpanan, serta tidak menyebabkan terjadinya
iritasi pada kulit (Retnosari dan Isadiartuti 2006).
Pada penelitian ini, kitosan digunakan sebagai bahan antibakteri pada gel
pe mbersih tangan. Formulasi untuk konsentrasi kitosan dibuat berdasarkan
ko nsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) kitosan. Kitosan dengan
ko nsentrasi 0,125% menunjukkan kemampuan sebagai antibakteri terhadap
pe rtumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Wulandari
20 08). Pada formula gel pembersih tangan dicobakan beberapa konsentrasi larutan
sto k CMC. Penggunaan CMC pada pembuatan gel pembersih tangan adalah
seba gai gelling agent. Penentuan tingkat konsentrasi larutan stok CMC yang akan
dig unakan didasarkan oleh tingkat kekentalannya. Jika larutan stok CMC yang
dig unakan kurang dari 0,5% maka produk gel pembersih tangan telalu cair.
Se dangkan pada larutan stok CMC yang digunakan lebih dari 0,5% akan
me nghasilkan produk gel pembersih tangan yang teralalu kental. Menurut
Ga ndasasmita (2009), jika konsentrasi CMC yang digunakan teralalu kecil, maka
gel tidak akan terbentuk dan sebagai gantinya viskositas produk akan meningkat.
24

4.1.3 Pengujian Karakteristik Gel Pembersih Tangan


Pengujian karakteristik adalah kelanjutan dari tahap penelitian formulasi.
Karakteristik gel pembersih tangan yang diamati adalah kemampuan antibakteri,
sifat fisik yang meliputi, stabilitas, viskositas, daya sebar, dan sifat kimia (pH).

4.13.1 Uji antibakteri


Mengacu Wulandari (2008), konsentrasi hambat tumbuh minimum
(KHTM) kitosan terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus adalah sebesar 0,125%. Berdasarkan penelitian tersebut
maka penentuan konsentrasi kitosan sebagai bahan antibakteri dalam gel
pembersih tangan dibagi menjadi empat perlakuan, yaitu 0,25%, 0,50%, 0,75%,
dan 1%. Hasil uji konsentrasi hambat tumbuh minimum kitosan terhadap
pertumbuhan bakteri (mm) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji konsentrasi hambat tumbuh minimum (mm)


Konsentrasi (%) Escherichia coli Staphylococcus aureus
Kitosan 0,25% 7 mm 7 mm
Kitosan 0,50% 11 mm 7 mm
Kitosan 0,75% 7 mm 13 mm
Kitosan 1% 7 mm 10 mm
Kontrol 7 mm 7 mm

Hasil uji konsentrasi hambat tumbuh minimum menunjukkan bahwa pada


media yang berisi biakan Staphylococcus aureus dengan kitosan 0,75% memiliki
zona bening yang paling luas, bahkan lebih luas dari zona bening yang dihasilkan
oleh hand sanitizer komersil (kontrol). Hasil berbeda ditunjukkan pada kitosan
1% yang mengalami penurunan luas zona bening yakni dari 13 mm menjadi
10 mm. Kitosan 0,50% menunjukkan zona bening yang terluas pada biakan
E.coli.
Hasil pengujian antibakteri dari sampel kitosan terhadap biakan
Es cherichia coli dan Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa semakin tinggi
ko nsentrasi kitosan belum tentu menghasilkan zona bening yang semakin luas.
Ko ndisi ini terjadi karena tingkat kekentalan larutan kitosan yang semakin tinggi
seiring dengan meningkatnya konsentrasi kitosan. Hal ini berhubungan dengan
ke mampuan penyerapan larutan kitosan pada paper disk karena semakin banyak
25

kitosan yang diserap maka akan menghasilkan perubahan yang besar terhadap
struktur dinding sel dan permeabilitas membran sel bakteri (Fajrina 2008).
Aktivitas antibakteri pada kitosan berhubungan dengan kemampuan
penyerapan dinding sel bakteri. Kitosan dapat menyerap lebih baik pada bakteri
gram negatif dibandingkan dengan gram positif karena muatan negatif pada
permukaan sel bakteri gram negatif lebih banyak dari gram postif. Muatan positif
dari kitosan yang didistribusikan menuju permukaan dinding sel bakteri gram
negatif yang selanjutnya akan menghambat aktivitas bakteri yang diujikan
(Meidina et al. 2006).
Larutan kitosan terbukti dapat menghambat aktivitas bakteri yang diujikan
(bakteriostatik). Terbukti dari adanya zona bening yang terdapat dalam cawan
petri yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Zona bening menunjukkan sejauh mana
kitosan mampu menghambat aktivitas bakteri yang diujikan. Semakin luas zona
bening yang dihasilkan menunjukkan semakin kuat kemampuan kitosan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri. Aktivitas antibakteri tersebut beragam
tergantung jenis bakteri uji dan konsentrasi kitosan (Islam et al. 2011).
Hong et al. (2002), mengemukakan bahwa ketentuan kekuatan antibakteri
antara lain, hambatan 2 cm atau lebih berarti menunjukkan kemampuan
antibakteri yang sangat kuat, daerah hambatan 1 - 2 cm berarti menunjukkan
kemampuan antibakteri yang kuat, daerah hambatan 0,5 - 1 cm berarti
menunjukkan kemampuan antibakteri yang sedang, dan daerah hambatan 0,5 atau
kurang berarti menunjukkan kemampuan antibakteri yang lemah sehingga kurang
optimum dalam menghambat jumlah pertumbuhan bakteri.

4.13.2 Uji fisik daya sebar


Mengacu Dwiastuti (2010), untuk memenuhi syarat sediaan gel yang baik
da n dapat diterima konsumen dapat dilihat dari sifat fisik dan stabilitas fisiknya.
Sif at fisik yang diukur adalah daya sebar gel dan viskositas gel. Untuk stabilitas
fisi k bisa dilihat dari perubahan viskositas gel selama penyimpanan. Perubahan
il kekentalan setelah penyimpanan merupakan indikator ketidakstabilan n
prof
selama penyimpanan. Daya sebar gel diukur dengan mengukur diameter ling
sediaa
pa panjang pada skala kaca bulat. Daya sebar yang baik menjamin pemerataan
26

gel saat diaplikasikan pada kulit. Pengukuran viskositas digunakan untuk melihat
profil kekentalan gel. Hasil pengukuran sifat fisik gel sebagai berikut:

Tabel 7 Hasil pengukuran sifat fisik sediaan kitosan


Daya sebar Viskositas (cP) Pergeseran
Formula minggu ke-1 & 2 viskositas (%)
(cm)
Kitosan 0,25% 5,2 9,5 9 5,26
Kitosan 0,50% 4,6 15 14,5 6,67
Kitosan 0,75% 4,2 29,5 27 6,78
Kitosan 1% 3,4 32 29,5 7,81

Kualitas fisik sediaan gel dipengaruhi oleh komposisi bahan-bahan yang


digunakan. Modifikasi kimia pada gel kitosan yang telah dilaporkan ialah
penambahan hidrokoloid alami, diantaranya gom guar, alginat, dan karboksil
metil selulosa (CMC). Modifikasi ini meningkatkan sifat reologi gel kitosan yang
meliputi viskositas, daya sebar dan stabilitas. Dalam penelitian ini, gel antiseptik
pembersih tangan dari kitosan dibuat dengan menggunakan CMC sebagai
pengental. CMC dapat digunakan dalam sediaan gel kitosan karena CMC
memiliki stabilitas yang baik pada suasana asam maupun basa (pH 2-10). CMC
mampu berikatan dengan air sehingga meminimalkan pengerutan atau
meningkatkan kemampuan pengikatan air (Sugita et al. 2007).
Hasil pengukuran sifat fisik gel antiseptik pembersih tangan dari kitosan
menunjukkan bahwa respon daya sebar pada berbagai konsentrasi kitosan
menghasilkan respon daya sebar yang berbeda. Grafik hubungan antara berbagai
kitosan terhadap daya sebar gel dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Grafik hubungan berbagai konsentrasi kitosan terhadap


daya sebar gel
27

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa, perbedaan dari tinggi dan
rendahnya konsentrasi kitosan memberikan pengaruh terhadap daya sebar gel.
Secara kuantitatif, besar efek perbedaan konsentrasi kitosan (0,25%, 0,50%,
0,75%, 1%) terhadap daya sebar gel secara berturut-turut yaitu sebesar 5,2, 4,6,
4,2, 3,4 (cm). Pada konsentrasi kitosan yang lebih tinggi respon daya sebar
mengalami penurunan, maupun sebaliknya. Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, perbedaan konsentrasi kitosan memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya sebar gel yang dihasilkan
(Sig. < 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan,
maka daya sebar dari gel akan semakin menurun dan sebaliknya, semakin rendah
konsentrasi kitosan maka daya sebar gel akan semakin meningkat.
Kondisi ini terjadi karena tingkat kekentalan larutan kitosan akan semakin
tinggi seiring dengan meningkatnya konsentrasi. Sebaliknya, kekentalan larutan
kitosan akan semakin rendah seiring dengan menurunnya konsentrasi kitosan
(Dwiastuti 2010). Melalui uji lanjut Duncan, diketahui bahwa konsentrasi kitosan
0,25% dan 0,50% dengan 0,75% dan dengan 1% memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap daya sebar gel yang dihasilkan. Data dan hasil analsis
statistik daya sebar gel dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.13.3 Uji viskositas


Pengukuran viskositas digunakan untuk melihat profil kekentalan gel.
ai viskositas dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan yang dipilih, proporsi
Nil
fase terdispersi dan ukuran partikel. Viskositas sediaaan akan menurun jika
temperatur dinaikkan, dan viskositas sediaan akan meningkat pada temperatur
dah. Hal ini dikarenakan adanya panas sehingga akan memperbesar jarak antar
ren
partikel sehingga gaya antar partikel akan berkurang, jarak menjadi renggang
yang mengakibatkan viskositas sediaan menjadi menurun. Hasil pengukuran sifat
k gel antiseptik pembersih tangan dari kitosan menunjukkan bahwa respon
fisi
viskositas gel pada berbagai konsentrasi kitosan menghasilkan respon viskositas
gel yang berbeda. Grafik hubungan antara berbagai konsentrasi kitosan terhadap
viskositas gel dapat dilihat pada Gambar 6.
28

Ganbar 6 Grafik hubungan berbagai konsentrasi kitosan terhadap


viskositas gel

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa, fenomena pada respon


viskositas gel berbanding terbalik dengan daya sebar gel. Secara kuantitatif, besar
efek perbedaan konsentrasi kitosan (0,25%, 0,50%, 0,75%, 1%) terhadap
vis kositas pada minggu pertama secara berturut-turut sebesar 9,5, 15, 29,5, dan 32
(c P). Sedangkan uji viskositas pada minggu kedua menunjukkan hasil yang
be rbeda, viskositas gel mengalami penurunan berturut-turut yaitu sebesar 9, 14,5,
27, dan 29,5 (cP). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada tingkat
ke percayaan 95%, perbedaan konsentrasi kitosan memberikan pengaruh yang
be rbeda nyata terhadap viskositas gel yang dihasilkan (Sig. < 0,05) sehingga dapat
dik atakan bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan maka viskositas gel akan
semakin meningkat. Sebaliknya, semakin rendah konsentrasi kitosan maka
viskositas gel akan semakin menurun.
Selain karena pengaruh tingkat kekentalan sediaan gel yang dihasilkan,
pe nurunan viskositas gel juga dipengaruhi kondisi lingkungan penyimpanan misal
ke lembapan udara. Faktor lingkungan yang lembab merupakan faktor yang
me mberikan pengaruh besar terhadap nilai kandungan air dalam kitosan karena
kit osan memiliki sifat yang mudah menyerap air, sehingga apabila kitosan terlalu
la ma dalam penyimpanan dan berada pada kondisi lingkungan lembab maka
ju mlah kadar air kitosan semakin meningkat dan menyebabkan viskositasnya
semakin menurun (Kumar 2000). Selain itu, kemasan yang kurang kedap dapat
me nyebabkan gel menyerap uap air dari luar sehingga menambah volume air
29

dalam gel (Wathoni et al. 2009). Melalui uji lanjut Duncan, diketahui bahwa
konsentrasi kitosan 0,25% dan 0,50% dengan 0,75% dan dengan 1% memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap viskositas gel yang dihasilkan. Data dan
hasil analsis statistik viskositas gel pada minggu 1 dan 2 dapat dilihat pada
Lampiran 3.

4.13.4 Uji perubahan viskositas gel


Perubahan kekentalan gel merupakan indikator ketidakstabilan sediaan gel
selama penyimpanan. Stabilitas fisik dilihat dari perubahan viskositas gel selama
pe nyimpanan. Perubahan profil kekentalan setelah penyimpanan merupakan
ind ikator ketidakstabilan sediaan selama penyimpanan. Grafik hubungan antara
be rbagai konsentrasi kitosan terhadap perubahan viskositas gel dapat dilihat pada
Gambar 7.

Gambar 7 Grafik hubungan berbagai konsentrasi kitosan terhadap


perubahan viskositas gel

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa perbedaan konsentrasi


kitosan memberikan pengaruh terhadap perubahan viskositas gel yang dihasilkan.
Secara kuantitatif, besar efek perbedaan konsentrasi kitosan (0,25%, 0,50%,
0,75%, 1%) terhadap perubahan viskositas gel secara berturut-turut yaitu sebesar
5,26%, 6,67%, 6,78%, dan 7,81%. Pada konsentrasi kitosan yang lebih tinggi
respon perubahan viskositas gel mengalami peningkatan. Sebaliknya, pada
konsentrasi kitosan yang lebih rendah respon perubahan viskositas mengalami
penurunan.
30

Besarnya perubahan viskositas dihitung dengan rumus:

(%) : t - 0
0

Ket :
t : Nilai viskositas minggu ke-1
0 : Nilai viskositas minggu ke-2

Perubahan viskositas sediaan gel merupakan indikator ketidakstabilan


sediaan selama penyimpanan. Perubahan viskositas sediaan dari waktu ke waktu
perlu menjadi perhatian utama, karena viskositas merupakan hal yang penting
dalam mempengaruhi stabilitas dan karakteristik sediaan (Anggraeni 2008).
Faktor dominan yang bertanggung jawab dalam perubahan viskositas selama
penyimpanan antara lain bahan yang dapat meningkatkan viskositas atau interaksi
bahan tersebut dengan sistem dispersi (Zats et al. 1996). Semakin tinggi
konsentrasi kitosan, maka perubahan viskositas akan semakin meningkat atau
tidak stabil dan sebaliknya, semakin rendah konsentrasi kitosan maka perubahan
viskositas gel akan semakin menurun atau stabil (Dwiastuti 2010). Data dan hasil
perhitungan perubahan viskositas gel dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.13.5 Uji kimia (pH)


Derajat keasaman (pH) merupakan parameter penting pada produk
kosmetika, karena pH dapat mempengaruhi daya absorpsi pada kulit. Secara
umum produk kosmetika yang baik memiliki pH yang berkisar antara 4-10
(SNI 06-4085-1996). Jika pH sediaan gel berada diluar rentang nilai tersebut,
dikhawatirkan akan menyebabkan kulit menjadi bersisik (Anggraeni 2008). Hasil
pengukuran pH terhadap gel pembersih tangan pada berbagai perlakuan
konsentrasi kitosan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil pengujian tingkat keasaman


Konsentrasi kitosan Nilai pH
Kitosan 0,25% 4,17
Kitosan 0,50% 4,50
Kitosan 0,75% 4,66
Kitosan 1% 4,72
31

Hasil pengujian terhadap pH gel pembersih tangan yang telah dibuat


menunjukkan bahwa produk gel pembersih tangan cenderung memiliki pH asam.
Hal ini karena bahan dasar penyusun gel pembersih tangan yang dihasilkan adalah
kitosan yang bersifat asam karena dilarutkan menggunakan asam asetat. Selain itu
untuk mendapatkan gel pembersih tangan yang pH nya mendekati netral perlu
dilakukan pengenceraan kitosan pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan
aquades. Menurut Gandasasmita (2009), untuk mendapatkan produk kosmetik
yang pH nya mendekati netral diperlukan penambahan bahan sintetis misal asam
sitrat, asam miristat dan asam borat. Pada penelitian ini hal tersebut tidak
dilakukan karena dikhawatirkan penambahan bahan kimia sintetis dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.

4.2 Penelitian Tahap Kedua


Tahap penelitian kedua berupa uji efektivitas daya antiseptik dari sediaan
gel kitosan dan dibandingkan daya antiseptiknya dengan daya antiseptik sediaan
gel komersil (sedian gel antiseptik tangan dengan bahan aktif etanol dan
triklosan).

4.2.1 Uji efektivitas daya antiseptik gel melalui uji replika


Hasil uji efektivitas sediaan gel kitosan dengan menggunakan metode
rep lika menunjukkan bahwa sediaan gel kitosan dapat menurunkan jumlah flora
normal kulit. Semakin meningkatnya kadar kitosan maka jumlah koloni akan
semakin menurun dan pada kadar kitosan 0,75% menunjukkan tidak adanya
pe rtumbuhan mikroorganisme pada media. Hasil uji efektivitas daya antiseptik
sediaa n gel pada berbagai perlakuan konsentrasi kitosan dapat dilihat pada
La mpiran 7. Uji statistik dilakukan terhadap jumlah koloni yang tumbuh dari uji
da ya antiseptik dengan metode replika. Dari hasil uji statistik Anava diketahui
ba hwa F hitung > F tabel, yang menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna dari
da ya antiseptik sediaan gel dengan perbedaan konsentrasi kitosan yang digunakan
dalam penelitian ini.
Selanjutnya dari hasil uji Tukey HSD diketahui bahwa kadar kitosan
dengan konsentrasi 0,25% dan 0,50% menunjukkan hasil yang berbeda nyata
dengan kadar ekstrak kitosan 0,75%, 1%, serta kontrol positif dan negatif. Uji
32

HSD menunjukkan bahwa kadar ekstrak kitosan 0,25% tidak menunjukkan hasil
yang berbeda nyata dengan kadar 0,50%, akan tetapi pada kadar tersebut mampu
mengurangi jumlah koloni sampai 50%. Daya antiseptik sediaan gel pembersih
tangan dari kitosan dengan konsentrasi 0,50% mulai menunjukkan kemampuan
menurunkan jumlah mikroorganisme sampai dibawah 50%. Sedangkan sediaan
dengan konsentrasi 0,75% dan 1% mampu menghilangkan semua
mikroorganisme pada tangan.
Hubungan kadar kitosan dalam sediaan gel dan jumlah koloni setelah
pemakaian dengan selang waktu pengambilan sampel (jam ke-0, jam ke-0,5 dan
jam ke-1) pada uji efektivitas dengan metode replika dapat dilihat pada
Gambar 8.

Dosis kitosan (%) Ulangan


Lama (jam)
1 2 3
0 16 14 11
0,25 % 0,5 9 10 7
1 5 3 4
0 9 11 14
0,50% 0,5 6 5 6
1 4 2 3
0 4 2 5
0,75 % 0,5 0 0 0
1 0 0 0
0 0 0 0
1% 0,5 0 2 0
1 0 0 0
0 0 2 0
Kontrol + 0,5 0 0 0
1 0 0 0
0 25 31 23
Kontrol - 0,5 14 17 12
1 10 9 7

Gambar 8 Efek kitosan dalam sediaan terhadap jumlah koloni bakteri pada
selang waktu tertentu.

Hasil uji statistik sediaan gel komersil apabila dibandingkan dengan


sediaa
n gel kitosan diketahui bahwa sediaan gel kitosan dengan konsentrasi 5%
0,7 mempunyai daya antiseptik yang sama dengan sediaan gel komersil
be rbahan aktif alkohol. Kadar kitosan 0,75% dan 1% mampu mengurangi jumlah
33

koloni mikroorganisme hingga 100% dan setara dengan kemampuan sediaan gel
komersil. Hasil analisis statistik terhadap interaksi antara konsentrasi kitosan
dalam sediaan gel dengan selang waktu pengambilan sampel (0, 0,5, 1 jam)
menunjukkan bahwa interakasi antara konsentrasi dan waktu pengambilan sampel
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap jumlah koloni
mikroorganisme yang dihasilkan.
Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri yang
tumbuh mengalami penurunan seiring dengan perbedaan selang waktu
pengambilan sampel. Pada berbagai konsentrasi kitosan, jumlah koloni bakteri
pada jam ke-0 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah koloni bakteri pada jam
ke -1. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan selang waktu pengambilan sampel
me mberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah koloni bakteri yang dihasilkan.
Berdasarkan uji lanjut Duncan (Lampiran 1), jumlah koloni bakteri yang
dih asilkan pada jam ke-1 yang didapatkan dari semua perlakuan konsentrasi
sediaa n gel pembersih tangan berhasil menurunkan jumlah koloni bakteri lebih
dari 50%. Sedangkan pada konsentrasi ekstrak kitosan 0,75% dan 1%, pada jam
ke-1 terbukti berhasil menurunkan jumlah bakteri hingga 100%. Sediaan gel
ekstrak kitosan dengan konsentrasi 0,25% dan 0,50% memiliki kemampuan
efektivitas antiseptik yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan sediaan
gel ekstrak kitosan lainnya. Perbedaan daya efektivitas antiseptik yang terjadi
pada setiap taraf konsentrasi sediaan gel kitosan didukung oleh pernyataan Liu
(2003), yang menjelaskan bahwa aktivitas antibakteri tergantung pada konsentrasi
kitosan dalam larutan. Aktivitas antibakteri dari kitosan dalam medium akan
meningkat jika konsentrasi kitosan meningkat.
34

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kitosan terbukti memiliki kemampuan sebagai bahan antibakteri sehingga
da pat diaplikasikan sebagai sediaan gel pembersih tangan (hand sanitizer).
Ko nsentrasi kitosan yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Sta phylococcus aureus dan Escherichia coli adalah sebesar 0,75% dan 0,50%
de ngan luas zona hambat yang dihasilkan sebesar 13 mm dan 11 mm. Hasil
pe ngujian karakteristik formulasi terbaik gel pembersih tangan dengan modifikasi
pe nambahan CMC (Karboksil metil selulosa) sebagai pengental yaitu daya sebar
ge l sebesar 4,2 cm, viskositas sebesar 27 cP, pergeseran viskositas sebesar 6,78
%, dan pH sebesar 4,66. Pengujian kemampuan efektivitas sediaan gel ekstrak
kitosan dengan menggunakan metode Replika menunjukkan bahwa semakin
me ningkatnya kadar konsentrasi kitosan menyebabkan jumlah koloni bakteri akan
semakin menurun. Sediaan gel pembersih tangan dengan konsentrasi kitosan
0,75% memiliki karakteristik dan nilai efektivitas kemampuan antibakteri terbaik
dibandingkan dengan formulasi sediaan gel yang lain.

5.2 Saran
Penelitian mengenai gel pembersih tangan dari kitosan merupakan
pe nelitian tahap awal pada produk baru sehingga dibutuhkan beberapa
pe nyempurnaan atau penelitian lanjutan terhadap produk ini seperti penelitian
lan jutan tentang umur simpan sediaan gel pembersih tangan yang dihasilkan dan
pe mbuatan sediaan gel dengan menambahkan bahan-bahan alami yang bersifat
seba gai antibakteri serta aplikasi ekstrak kitosan pada berbagai produk
diantaranya deodorant, betadine dan tissu basah.
35

DAFTAR PUSTAKA

Angka SL, Suhartono MT. 2000. Pemanfaatan Limbah Hasil Laut : Bioteknologi
Hasil Laut. Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB.
Anggraeni CA. 2008. Pengaruh Bentuk Sediaan Gel dan Salep Terhadap Penetrasi
Aminofilin Sebagai Antiselulit Secara In vitro Menggunakan Sel Difusi
Franz [skripsi]. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
UI.
AOAC 1995. Official Methode of Analysis of Analytical Chemist. AOAC
International. UK. Editor Cunniff PA. Elsevier Science Ltd.
Balley JE, Ollis DF. (1977), Biochemical Engineering Fundamental, Mc. Graw
Hill Kogakusha, ltd. Tokyo.
Block S. 2001. Disinfection, Sterilization and Preservation. 4th. Edition. Williams
and Wilkins. P.
Boddu VM, Smith ED. 1999. A Composite Chitosan Biosorbent for Adsorption
of Heavymetal from Waste Waters. Champaign. US Army Eng Research
and Developpment Center.
BSN Medical. 2009. Bakteri luka yang umum di temukan dalam
luka terinfeksi. http://www.cutimed-sorbact.com/Indonesia/start.html. (20
Desember 2011).
Domsay TM, Robert. 1985. Evaluation of Infra Red Spectroscopic Techniques for
analyzing Chitosan. Macromol Chem 186, 1671
Dwiastuti R. 2010. Pengaruh penambahan cmc (carboxymethyl cellulose) sebagai
gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel
sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau (Camellia sinensis L). Jurnal
Penelitian, Vol.13, No.2
Entjang I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan
Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung. hal 88-89.
Fajrina IH, Djamaludin AM, Habibie MS, Haratanti, Sari RF. 2008. Potensi
kitosan sebagai bahan antibakteri. Laporan Akhir PKM, Institut Pertanian
Bogor.
Gandasasmita HDP. 2009. Pemanfaatan kitosan dan karagenan pada produk sabun
cair [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Herliana P. 2010. Potensi Khitosan Sebagai Anti Bakteri Penyebab Periodontitis.
Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi, Vol (1).
Hirano S. 1989. Production and Application of Chitin and Chitosan in Japan. In
Chitin and Chitosan Chemistry, Biochemistry, Physical Properties and
Application. New York. Sanford Ed. Esevier Science Publ. Co. Inc.
36

Hong KN, Young NA, Ho PS, Lee, Meyer SP. 2002. Antibacterial activity of
chitosan oligomers with different molecular weughts. Internat J. Food
Microbial. 74:65-72.
Islam M, Masumb S, Mahbuba KR, Haque Z. 2011. Antibacterial Activity of
Crab-Chitosan against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Journal
of Advanced Scientific Research, 2(4): 63-66.
Kaban J. 2009. Modifikasi Kimia dari Kitosan dan Aplikasi Produk yang
Dihasilkan. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Kimia FMIPA USU Medan.
Kencana A. 2009. Perlakuan sonikasi terhadap kitosan: viskositas dan bobot
molekul kitosan [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Knorr D. 1982. Functional Properties Chitin and Chitosan. Journal of Food
Science. 47. 593-595.
Kumar RMNV. 2000. Chitin and Chitosan Fibries an Overview on Chitin and
Chitosan application. Reactive and Fanet Polym.
Lesbani A, Yusuf S, Melviana MRA. 2011. Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari
Cangkang Kepiting (Scylla Serrata). Jurnal Penelitian Sains, Vol:14, No: 3
(C) 14307
Liu J. 2003. Preparation and Characteritation of Chitosan Cu II Affinity
Membrane for Area Adsorption. J. of Applied Polymer Science. 9. 1508-
1112.
Meidina, Sugiyono, Jenie, MT Suhartono. 2006. Aktivitas Antibakteri Oligomer
Kitosan yang Diproduksi menggunakan Kitonase dari Isolat B. licheniformis
MB-2 [Thesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Muzzarelli RAA, Peter MG. 1977. Chitosan Handbook. European Chitin Society.
Nadrajah K. 2005. Development and characterization of antimicrobial edible films
from crawfish chitosan [thesis]. Peradeniya: The Departement of Food
Science. University of Paradeniya.
Ornum JU. 1992. Shrimp Waste Must It Be Wasted. Infofish. 6 : 48-51.
Plezar MJ, Chan, ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Protan Lab. 1987. Cation Polymer for Recovery Valuable by Products from
Processing Waste. Burgess.
Retnosari, Dewi Isadiartuti, 2006. Studi efektivitas sediaan gel antiseptik tangan
ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.). Majalah Farmasi Indonesia, 17(4),
163-169
Sahidi F, Arachi JKV, Yon JJ. 1999. Food Aplication of Chitin and Chitosan.in
Food Science and Technology.10.,37-5
Sari Y. 2008. Pengaruh Pemberian Biodek terhadap Kualitas Limbah Cair Tahu.
Universitas Lambung Mangkurat
S etya M. 2008 Efek Khitosan terhadap Kultur Galur Sel HSC-4 dan HAT-7
secara in-vitro. Jakarta: Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; hlm. 2-9.
37

Simpson BK 1997. Utilazation of Chitosan for Preservation of Raw Shrimp.


Dalam Foof Biotechnology II. 25-44
Sugita P, SjahrizaA, Rachmanita. 2007. Sintesis dan optimalisasi gel kitosan-
karboksilmetilselulosa. Prosiding Seminar Nasional Himpunan Kimia
Indonesia 437-443.
Suhartono, MT. 2006. Pemanfaatan Kitin, Kitosan, Kitooligosakarida.
Foodreview 1 No. 6: 30 33.
Suptijah P. 2009. Nanokalsium Hewani dari Perairan. Di dalam: Buklet 101
Inovation. Penerbit: BIC Kementrian Ristek.
Suptijah P. 2006. Deskripsi Karakterisasi Fungsional dan Aplikasi Kitin dan
Kitosan. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Kitin Kitosan. Bogor:
Departemen Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Suptijah P, Salamah E, Sumaryanto H, Purwaningsih S, Santoso J. 1992.
Pengaruh Berbagai Isolasi Khitin Kulit Udang Terhadap Mutunya. Laporan
Penelitian Jurusan Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB.
Bogor.
Tang ZX, Shi L, Qian J. 2007. Neutral Lipase from Aqueous Solutions on
Chitosan Nano Particles. Journal Biochemical Engineering. 34: 217-223.
Todar K. 1997. The Control of Microbial Growth. Wisconsin: University of
Wisconson.
Wathoni N, Soebagio B, Rachim AM. 2009. Formulasi Gel Antioksidan Kitosan
dengan Menggunakan Basis Aqupec 505 HV. Farmaka, Vol:7, No:3.
Wulandari N. 2008. Uji antibakteri kitosan dari kulit udang windu (penaeus
monodon) dengan metode difusi cakram kertas [skripsi]. Semarang:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Diponegoro.
Zats JL, Berry JJ, Alderman DA. 1996. Viscosity-Imparting Agents in Disperse
Systems. Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System Vol.II Edition:
287-309, Marcell Dekker Inc. New York.
38

LAMPIRAN
39

Lampiran 1 Hasil analisis statistik daya antiseptik gel melalui uji replika
ANOVA
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2290,778(a) 7 327,254 34,015 ,000
Intercept 1666,667 1 1666,667 173,236 ,000
Waktu 416,333 2 208,167 21,637 ,000
Konsentrasi 1874,444 5 374,889 38,967 ,000
Error 442,556 46 9,621
Total 4400,000 54
Corrected Total 2733,333 53

Mean
Difference
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower Lower
Bound Bound Bound Upper Bound Bound
LSD 0,25% 0,50% 2,11 1,462 ,156 -,83 5,05
0,75% 7,56(*) 1,462 ,000 4,61 10,50
1% 8,78(*) 1,462 ,000 5,83 11,72
KP 8,56(*) 1,462 ,000 5,61 11,50
KN -7,67(*) 1,462 ,000 -10,61 -4,72
0,50% 0,25% -2,11 1,462 ,156 -5,05 ,83
0,75% 5,44(*) 1,462 ,001 2,50 8,39
1% 6,67(*) 1,462 ,000 3,72 9,61
KP 6,44(*) 1,462 ,000 3,50 9,39
KN -9,78(*) 1,462 ,000 -12,72 -6,83
0,75% 0,25% -7,56(*) 1,462 ,000 -10,50 -4,61
0,50% -5,44(*) 1,462 ,001 -8,39 -2,50
1% 1,22 1,462 ,408 -1,72 4,17
KP 1,00 1,462 ,497 -1,94 3,94
KN -15,22(*) 1,462 ,000 -18,17 -12,28
1% 0,25% -8,78(*) 1,462 ,000 -11,72 -5,83
0,50% -6,67(*) 1,462 ,000 -9,61 -3,72
0,75% -1,22 1,462 ,408 -4,17 1,72
KP -,22 1,462 ,880 -3,17 2,72
KN -16,44(*) 1,462 ,000 -19,39 -13,50
KP 0,25% -8,56(*) 1,462 ,000 -11,50 -5,61
0,50% -6,44(*) 1,462 ,000 -9,39 -3,50
0,75% -1,00 1,462 ,497 -3,94 1,94
1% ,22 1,462 ,880 -2,72 3,17
KN -16,22(*) 1,462 ,000 -19,17 -13,28
KN 0,25% 7,67(*) 1,462 ,000 4,72 10,61
0,50% 9,78(*) 1,462 ,000 6,83 12,72
0,75% 15,22(*) 1,462 ,000 12,28 18,17
1% 16,44(*) 1,462 ,000 13,50 19,39
KP 16,22(*) 1,462 ,000 13,28 19,17
40

Lampiran 2 Hasil analisis statistik daya sebar sediaan gel kitosan

Tests of Between-Subjects Effects

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model a
5.130 3 1.710 57.000 .000
Intercept 227.070 1 227.070 7.569E3 .000

L 5.130 3 1.710 57.000 .000

Error .240 8 .030

Total 232.440 12

Corrected Total 5.370 11

a. R Squared = ,955 (Adjusted R Squared = ,939)

Multiple Comparisons

95% Confidence Interval


Mean Difference
(I) L (J) L (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
LSD 0.25 0.5 .6000 .14142 .003 .2739 .9261
*
0.75 1.0000 .14142 .000 .6739 1.3261
*
1 1.8000 .14142 .000 1.4739 2.1261
*
0.5 0.25 -.6000 .14142 .003 -.9261 -.2739
*
0.75 .4000 .14142 .022 .0739 .7261
*
1 1.2000 .14142 .000 .8739 1.5261
*
0.75 0.25 -1.0000 .14142 .000 -1.3261 -.6739
*
0.5 -.4000 .14142 .022 -.7261 -.0739
*
1 .8000 .14142 .000 .4739 1.1261
*
1 0.25 -1.8000 .14142 .000 -2.1261 -1.4739
*
0.5 -1.2000 .14142 .000 -1.5261 -.8739
*
0.75 -.8000 .14142 .000 -1.1261 -.4739
41

Hasil uji lanjut Duncan daya sebar gel


dayasebar

Subset

L N 1 2 3 4

Duncana 1 3 3.4000

0.75 3 4.2000

0.5 3 4.6000

0.25 3 5.2000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Lampiran 3 Hasil analisis statistik viskositas gel kitosan


Minggu 1

Tests of Between-Subjects Effects

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 1081.500 3 360.500 1.154E3 .000
Intercept 5547.000 1 5547.000 1.775E4 .000

L 1081.500 3 360.500 1.154E3 .000

Error 2.500 8 .312

Total 6631.000 12

Corrected Total 1084.000 11

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,997)

Multiple Comparisons

95% Confidence Interval


Mean Difference
(I) L (J) L (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
LSD 0.25 0.5 -5.5000 .45644 .000 -6.5525 -4.4475
*
0.75 -20.0000 .45644 .000 -21.0525 -18.9475
*
1 -22.5000 .45644 .000 -23.5525 -21.4475
*
0.5 0.25 5.5000 .45644 .000 4.4475 6.5525

*
0.75 -14.5000 .45644 .000 -15.5525 -13.4475
42

*
1 -17.0000 .45644 .000 -18.0525 -15.9475
*
0.75 0.25 20.0000 .45644 .000 18.9475 21.0525
*
0.5 14.5000 .45644 .000 13.4475 15.5525
*
1 -2.5000 .45644 .001 -3.5525 -1.4475
*
1 0.25 22.5000 .45644 .000 21.4475 23.5525
*
0.5 17.0000 .45644 .000 15.9475 18.0525
*
0.75 2.5000 .45644 .001 1.4475 3.5525

Hasil uji lanjut Duncan viskositas gel minggu 1


viskositas

Subset

L N 1 2 3 4
a
Duncan 0.25 3 9.5000

0.5 3 15.0000

0.75 3 29.5000

1 3 32.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Minggu 2
Tests of Between-Subjects Effects

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 871.500 3 290.500 2.324E3 .000

Intercept 4800.000 1 4800.000 3.840E4 .000

L 871.500 3 290.500 2.324E3 .000

Error 1.000 8 .125

Total 5672.500 12

Corrected Total 872.500 11

a. R Squared = ,999 (Adjusted R Squared = ,998)


43

Multiple Comparisons

95% Confidence Interval


Mean Difference
(I) L (J) L (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
LSD 0.25 0.5 -5.5000 .28868 .000 -6.1657 -4.8343
*
0.75 -18.0000 .28868 .000 -18.6657 -17.3343
*
1 -20.5000 .28868 .000 -21.1657 -19.8343
*
0.5 0.25 5.5000 .28868 .000 4.8343 6.1657
*
0.75 -12.5000 .28868 .000 -13.1657 -11.8343
*
1 -15.0000 .28868 .000 -15.6657 -14.3343
*
0.75 0.25 18.0000 .28868 .000 17.3343 18.6657
*
0.5 12.5000 .28868 .000 11.8343 13.1657
*
1 -2.5000 .28868 .000 -3.1657 -1.8343
*
1 0.25 20.5000 .28868 .000 19.8343 21.1657
*
0.5 15.0000 .28868 .000 14.3343 15.6657
*
0.75 2.5000 .28868 .000 1.8343 3.1657

Hasil uji lanjut Duncan viskositas gel minggu 2


viskositas

Subset

L N 1 2 3 4
a
Duncan 0.25 3 9.0000

0.5 3 14.5000

0.75 3 27.0000

1 3 29.5000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000


44

Lampiran 4 Hasil perhitungan uji perubahan viskositas gel kitosan

Rata-rata
formula Ulangan 0 t (%)
Pergeseran (%)
1 9,5 9 5,26
0,25% 2 9,5 9 5,26 5,26
3 9,5 9 5,26
1 15 14,5 3,33
0,50% 2 16 15 6,25 3,19
3 14 14 0
1 29,5 27 5,08
0,75% 2 29 27 6,89 7,3
3 30 27 10
1 32 29,5 7,8
1% 2 32 29 9,37 5,7
3 30 30 0

Lampiran 5 Hasil analisis proksimat


a. Kadar air
Kadar air Rata-
Sampel ulangan A (g) B (g) C (g) rata
(%) (%)
Kitosan 1 5,05 25,0 29,55 9,90
Komersil 2 9,60%
5,03 27,0 31,56 9,34
Keterangan :
A = bobot sampel awal (g)
B = bobot cawan kosong (g)
C = bobot cawan + sampel setelah dioven (g)

% kadar air ulangan 1 = (A+B) - C x 100 %


A
= 30,05 g 29,55 g x 100 %
5,05 g
= 9,90 %
% kadar air ulangan 2 = (A+B) - C x 100 %
A
= 32,03 g 31,56 g x 100 %
5,03 g
= 9,34 %
% kadar air rata-rata = 9,90 % + 9,34 % = 9.60 %
2
45

b. Kadar abu
Kadar abu Rata-rata
Sampel ulangan A (g) B (g) C (g)
(%)
(%)
1 5,03 35,05 35,09 0,795
Kitosan
2 5,04 23,84 23,87 0,595 0,69
Komersil
Keterangan :
A = bobot sampel (g)
B = bobot cawan kosong (g)
C = bobot sampel + cawan setelah ditanur (g)
% kadar abu ulangan 1= C-B x 100 %
A
= 35,09 g 35,05 g x 100 %
5,03
= 0,795 %
% kadar abu ulangan 2 = C-B x 100 %
A
= 23,87 g 23,84 g x 100 %
5,04 g
= 0,595 %
% kadar abu rata-rata = 0,795 % + 0,595 %
2
= 0,69 %

c. Kadar protein
Ulanga bobot V HCl rata-rata
Sampel %N
n sampel (g) (mL) (%N)
Kitosan 1 1,00 1,85 2,6249
Komersi 2,27%
2
l 1,00 1,35 1,9155
Keterangan :
V blanko = 0 mL FP = 10 Mr HCl = 14,007
N HCl = 0,1013
% N ulangan 1 = (V HCl - V blanko) x N HCl x FP x Mr HCl x 100%
mg contoh
= (1,85 - 0) x 0,1013 x 10 x 14,007 x 100%
1,00 x 103
= 2,6249 %
% N ulangan 2 = (V HCl - V blanko) x N HCl x FP x Mr HCl x 100%
mg contoh
= (1,35 - 0) x 0,1013 x 10 x 14,007 x 100%
1,00 x 103
= 1,9155 %
46

Lampiran 6 Data Hasil Perhitungan DD (Derajat Deasetilasi).

DD = [1 - ( x( ) ] x 100%

A
3455 =
A
1655 = =

DD = [1 -[ ( x ( ) ] ] x 100%
[1 -[0,353 x 0,752] ] x 100%
[1 0,2654] x 100%
[0,7345] x 100%

DD = 73,45 %

Lampiran 7 Foto jumlah koloni bakteri yang dihasilkan melalui uji Replika.

Sediaan gel dengan konsentrasi kitosan 0,25%

Sediaan gel dengan konsentrasi kitosan 0,50%


47

Sediaan gel dengan konsentrasi kitosan 0,75%

Sediaan gel dengan konsentrasi kitosan 1%

Sediaan gel dengan perlakuan kontrol positif (komersil)

Sediaan gel dengan perlakuan kontrol negatif (cuci tangan dengan air kran)
48

Lampiran 8 Hasil uji antibakteri dengan metode paper disk

Ket : Hasil zona hambat berbagai konsentrasi kitosan terhadap biakan


Staphylococcus aureus

Ket : Hasil zona hambat berbagai konsentrasi kitosan terhadap biakan E. coli

Anda mungkin juga menyukai