Makalah UI
Makalah UI
Oleh :
NPM. 1006748835
Oleh :
NPM. 1006748835
i
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini, yang dilaksanakan
di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Karya Imiah Akhir ini
dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis
Keperawatan Medikal Bedah pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
1. Dewi Irawaty, MA, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
2. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp.,MN selaku Ketua Program Studi Pascasarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Prof.Dra.Elly Nurachmah, SKp.,M.App.Sc.,DNSc.,RN, selaku Supervisor Utama
dalam praktek residensi KMB peminatan kardiovaskuler.
4. Tuti Herawati, SKp., MN, selaku Supervisor dan Pembimbing dalam praktek
residensi ini.
5. Lestari Sukmarini, SKp., MNS, selaku Pembimbing Akademik dalam praktek
residensi ini.
6. Rita Sekarsari, SKp, Sp.KV,CVRN, MHSM selaku supervisor dan penguji
7. Nyinyi, SKp. Sp.KVselaku Kepala ruangan GP 2 lantai 3 yang telah membantu
penulis menerapkan EBN dan melakukan proyek inovasi.
8. Ade Priyanto, S.Kp.Sp.KV selaku pembimbing praktek di ruang UGD yang telah
banyak memberikan bimbingan selama praktek.
9. Direktur Utama dan Staf Pendidikan dan Latihan Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan praktek residensi ini.
10. Dosen dan Staf Akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
yang telah banyak memfasilitsi selama proses pendidikan.
vi
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
11. Direktur dan Civitas Akademika Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Manado, telah memberikan kesempatan dan kebijakan..
12. Teman-teman Spesialisasi Keperawatan Medikal Bedah FIK UI angkatan 2010
terutama pada peminatan Kardiovaskuler, yang telah memberikan dukungan
semangat kebersamaan sampai selesainya program ini.
Disadari bahwa laporan ini masih perlu banyak masukan, arahan dan saran untuk
perbaikan, sehingga diharapkan dapat digunakan dalam mengembangkan Ilmu dan
Pelayanan keperawatan/ kesehatan.
Penulis,
vii
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Abstrak
Penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi CABG, penulis
menggunakan pendekatan teori keperawatan Model Sistem Neuman. Neuman
memandang manusia atau klien secara keseluruhan (holistic) yang terdiri dari faktor
fisiologis, psikologis, sosial budaya, faktor perkembangan, dan faktor spiritual.
Sebagai perawat spesialis KMB harus menjalankan peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan, pendidik, peneliti, dan sebagai innovator. Teori MSN diterapkan pada
30 kasus resume yaitu kasus STEMI, NSTEMI ,ACS, CHF, Post CABG. Peran
perawat spesialis sebagai pemberi asuhan keperawatan dilaksanankan pada pasien
post CABG. Peran sebagai peneliti dilakukan dengan melaksanakan penilaian status
fungsional pasien gagal jantung dengan menggunakan Bathel Index.Sebagai inovator
penulis berperan melakukan inovasi pembuatan format bedside handover di GP2
lantai 3 RSPJNHK Jakarta. Dalam praktik pelayanan keperawatan, penggunaan
model teori keperawatan ini akan membantu perawat dalam mendefinisikan area
penilaian stressor dari pasien dan memberikan pedoman untuk menentukan standar
pencapaian hasil yang sesuai. Model dapat digunakan dalam pendidikan
keperawatan, riset, administrasi dan secara langsung dapat digunakan dipelayanan
keperawatan. Penulis selama menerapkan teori MSN dalam asuhan keperawatan
menerapkan prinsip legal, etik, dan humanistic.
Kata Kunci : Model Sistem Neuman, CABG, Barthel Index, Format Handover
ix
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
UNIVERSITY OF INDONESIA
SPECIALIST MEDICAL SURGICAL NURSE PROGRAM
FACULTY OF NURSING
Final Assigment, July 2013
Rolly Harvie Stevan Rondonuwu
Abstract
Application of nursing care in patients with post-CABG surgery, the authors use a
theoretical approach to nursing Neuman Systems Model. Neuman saw man or a client
as a whole (holistic) which consists of physiological factors, psychological, socio-
cultural, developmental, and spiritual factors. As a specialist nurse KMB should run
nursing role as caregiver, educator, researcher, and as an innovator. MSN theory
applied to 30 cases a resume that is the case STEMI, NSTEMI, ACS, CHF, Post
CABG. Nurse specialist role as provider of nursing care for patients post-CABG
dilaksanankan. Role as a researcher was to carry out the assessment of functional
status in heart failure patients using Barthel Index author innovator role innovation
formatting bedside handover on the 3rd floor GP2 RSPJNHK Jakarta. In practice
nursing services, the use of this model of nursing theory will assist nurses in the area
defining stressor assessment of patients and provides guidelines to determine the
appropriate standard of achievement results. Models can be used in nursing
education, research, administration and can be used directly nursing. Authors for
applying the theory of MSN in nursing to apply the principle of legal, ethical, and
humanistic.
x
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI viii
ABSTRAK... ix
ABSTRAC... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR/ BAGAN.. xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang.. 1
1.2. Tujuan Penulisan.. 6
1.2.1. Tujuan Umum.. 6
1.2.2. Tujuan Khusus. 6
1.3.Manfaat. 7
1.3.1. Bagi Pelayanan Keperawatan. 7
1.3.2. Bagi Keilmuan 7
1.3.3. Bagi Masyarakat. 7
xi
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
3.1.2. Analisa Masalah Keperawatan.. 43
3.1.3. Diagnosa Keperawatan.. 44
3.1.4. Intervensi Keperawatan 45
3.1.5. Implementasi Tindakan Keperawatan dan Evaluasi. 49
3.1.6. Outcome Keperawatan.. 55
3.2. Pembahasan... 56
3.3 Analisis Penerapan Model Sistem Neuman Pada 30 68
Kasus Resume
xii
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perbedaan Unstable Angina, Non-ST Elevasi Miokard Infark dan ST-
Elevasi Miokard Infark.. 10
Tabel 2 Klasifikasi Angina.. 16
Tabel 3 Rencana Tindakan Berdasarkan Tingkat Pencegahan 31
Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia 91
Tabel 5 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin.. 92
Tabel 6 Distribusi frekuensi status fungsional : mengendalikan rangsangan
defekasi (BAB) 92
Tabel 7 Distribusi frekuensi status fungsional : mengendalikan rangsangan
berkemih (BAK). 92
Tabel 8 Distribusi frekuensi status fungsional : berdandan/membersihkan dri
(cuci muka, sisir rambut, sikat gigi) 92
Tabel 9 Distribusi frekuensi status fungsional : penggunaan toilet masuk dan
keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan dan menyiram) 93
Tabel 10 Distribusi frekuensi status fungsional : makan 93
Tabel 11 Distribusi frekuensi status fungsional : merubah posisi dari berbaring
ke duduk. 93
Tabel 12 Distribusi frekuensi status fungsional : berpindah/berjalan 94
Tabel 13 Distribusi frekuensi staus fungsional : memakai baju 94
Tabel 14 Distribusi frekuensi status fungsional : naik turun tangga. 94
Tabel 15 Distribusi frekuensi status fungsional : mandi 94
Tabel 16 Tingkat ketergantungan pasien gagal jantung. 95
Tabel 17 Perkembangan status fungsional pasien gagal jantung 95
Tabel 18 Pencapaian kemandirian pasien... 96
Tabel 19 Sikap perawat terhadap pengadaan format handover. 108
Tabel 20 Pendapat perawat tentang manfaat format handover meringankan
pekerjaan sebagai perawat.. 108
Tabel 21 Pendapat perawat mengenai mengisi format handover sebagai bagian
dari pekerjaan.. 109
Tabel 22 Pendapat perawat bahwa format handover mengurangi intensitas dan
frekuesi bertemu pasien. 109
Tabel 23 Pendapat perawat tentang format handover memberikan manfaat untuk
perawat. 110
Tabel 24 Endapat perawat tentang format handover yang dibuat sangat praktis
digunakan. 110
Tabel 25 Pendapat perawat tentang perlunya dibuat format handover disetiap
ruang rawat.. 110
Tabel 26 Pendapat perawat tentang perlu atau tidak dukungan dari pimpinan
rumah sakit terhadap penggunaan format handover 111
xiii
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
xiv
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
2
SKA merupakan salah satu bentuk manifestasi klinis dari PJK akibat
utama dari proses aterotrombosis selain stroke iskemik serta peripheral
arterial diseas (PAD). Aterotrombosis merupakan suatu penyakit kronik
dengan proses yang sangat komplek dan multifaktor serta saling terkait.
Banyak sekali penelitian yang membuktikan bahwa inflamasi memegang
peranan penting dalam proses terjadinya aterosklerosis. Pada penyakit
jantung koroner inflamasi dimulai dari pembentukan awal plak hingga
terjadinya ketidakstabilan plak yang akhirnya mengakibatkan terjadinya
ruptur plak dan trombosis pada SKA. (Smeltzer & Bare 2002).
Perjalanan proses aterosklerosis (initiation, progression dan complication
pada plak aterosklerotik), secara bertahap berjalan dari sejak usia muda
bahkan dikatakan juga sejak usia anak-anak sudah terbentuk bercak-bercak
Universitas Indonesia
garis lemak (fatty streaks) pada permukaan lapis dalam pembuluh darah,
dan lambat-laun pada usia tua dapat berkembang menjadi bercak sklerosis
(plak atau kerak pada pembuluh darah) sehingga terjadinya penyempitan
dan/atau penyumbatan pembuluh darah.(Smeltzer & Bare 2002).
Gangguan yang terjadi pada pasien dengan post operasi CABG seperti
nyeri pada luka post operasi, serta perubahan status fungsional (Bertrand,
2002).
Adanya gejala fisik dan gangguan yang dialami pasien sangat
membutuhkan perawatan di rumah sakit maupun fasilitas pelayanan
kesehatan lain. Selama dirawat, pasien mengalami berbagai masalah
keperawatan yang membutuhkan intervensi keperawatan. Asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk pasien akan
mempengaruhi kualitas pelayanan yang diterima oleh pasien.
Draper,D.,Felland,L.,Liebhaber,A dan Melichar,L. (2008).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita. Serah terima pasien (hand
over) merupakan suatu proses perpindahan tanggung jawab pasien dari
satu pemberi asuhan (perawat) kepada pemberi asuhan (perawat) lainnya
(Popovich, 2011) sehingga dalam timbang terima informasi yang
disampaikan harus komprehensif dan melibatkan pasien. Timbang terima
yang ideal ikut mendukung pencapaian keberhasilan patient safety.
Selain itu untuk membantu memecahkan masalah klien, salah satu metode
yang diterapkan pada model praktik keperawatan profesional adalah
dengan memperhatikan seluruh kebutuhan maupun keluhan yang
dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan
untuk merencanakan pemecahan masalahnya. Pelayanan keperawatan
yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan
timbang terima pasien yang baik dan sesuai standar keperawatan. Dimana
timbag terima keperawatan merupakan sarana bagi perawat untuk
membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan
klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan
Universitas Indonesia
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus.
1.2.1 Tujuan Umum
Menggambarkan secara umum hasil pelaksanaan dan pengalaman praktik
residensi yang menggunakan pendekatan teori keperawatan Model Sistem
Neuman dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien
post operasi CABG di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung adalah organ dalam tubuh manusia yang memerlukan suplai oksigen
sepenuhnya dari perfusi arteri koroner. Gangguan aliran darah ke miokad
melalui arteri koroner akan mengakibatkan iskemik, karena aliran darah
koroner secara langsung begantung pada tekanan perfusi dan berbanding
terbalik dengan resistensi dari pembuluh darah koroner.Homoud,M.K 2008.
8 Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
9
Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani dari kata athere, yang berarti
bubur atau lunak. Istilah ini memnggambarkan bahwa plak merupakan
sesuatu yang lunak, sedangkan aterosklerosis adalah suatu proses yang terjadi
dalam jangka waktu yang lama sebelum seseorang merasakan gejala dan
berlangsung bertahun-tahun sampai terbentuknya plak mature yang
merupakan cikal bakal terbentuknya penyumbatan pada pembuluh darah
koroner.Jika pembuluh darah berkonstriksi atau terjadi spasme, akan
menyebabkan terjadinya angina pectoris. Pasien dengan angina akan tetap
stabil dan hidup lama sepanjang plak bersifat stabil. Koyaknya plak yang
disertai dengan thrombosis merupakan penyebab utama acut coronary
syndrome (ACS) yang terdiri atas angina tidak stabil, infark miokard, dan
kematian secara mendadak.Muttaqin, A.2009.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner yang tidak dapat
dimodifikasi :
a. Hereditas
Menurut Homoud, 2008 penyakit jantung koroner dapat pula disebabkan
oleh faktor keturunan dari keluarga. Adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit ini meningkatkan resiko. Hal ini juga didukung oleh
Balck 2009 yang mengatakan bahwa anak yang lahir dari orang tua yang
memiliki penyakit jantung akan beresiko terhadap penyakit jantung.
b. Jenis kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi terkena penyakit jantung
dibandingkan dengan perempuan, Homoud 2008.
c. Umur
National clinical guidelines cardiovascular disease, 2007 mengatakan
bahwa dengan semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin
resiko terkena serangan jantung jantung. Hal ini didukung oleh Homoud,
2008 yang menjelaskan bahwa penderita jantung paling banyak berada
pada usia 55-65 tahun ke atas.
Universitas Indonesia
a. Hiperlipidemia
Didalam darah terdapat lemak yang tidak dapat larut dalam air terikat
dengan lipoprotein kemudian dibawa ke peredaran darah, yang
menyebabkan LDL dan HDL menjadi tidak normal. Kolesterol,
trigliserida dan fosofolipid adalah komponen plasma lipid sebagai hasil
asam lemak bebas yang berasal dari makanan. Kolesterol dan trigliserida
berperan dalam pembentukan aterogenesis. Rimmerman,C.M 2010.
b. Merokok
Tar, nikotin dan carbon monoksida berkontribusi merusak pembuluh
darah. Nikotin meningkatkan pelepasan epinefrin dan nonepinefrin
dimana keduanya akan menyebabkan terjadinya vasokontriksi, sehingga
menyebabkan tekanan darah meningkat, denyut nadi meningkat,
konsumsi oksigen meningkat dan memungkinkan terjadi dysritmia.
Selain itu nikotin akan mengaktifkan platelet dan menstimulasi
proliferasi sel otot didalam dinding arteri. Karbonmonoksida
menurunkan ketersediaan darah, menyebabkan terjadinya vesel pada
dinding pembuluh darah dan meningkatkan permeabilitas endotelium
Ash, 2011. Menurut Muttaqin 2009 merokok dapat memperburuk
kondidi arteri koroner melalui beberapa cara yaitu : menghirup asap
rokok yang dapat menyebabkan menigkatnya kadar CO dalam darah
sehinga mempermudah hemoglobin terikat dengan CO sehingga suplay
oksigen berkurang, selain itu nikotin yang terkandung pada rokok
menyebabkan pelepasan katekolamin sehingga terjadi vasokonstriksi
pada arteri koroner. Merokok juga menyebabkan peningkatan adhesi
trombosit yang memudahkan terbentuknya thrombus.
Universitas Indonesia
c. Diabetes Melitus
Orang yang menderita diabetes memiliki resiko terhadap aterosklerosis
yng tinggi. Kadar gula yang tinggi dalam darah menyebabkan terjadinya
peningkatan agregasi trombosit sehingga terbentuk thrombus.
d. Aktivitas fisik yang kurang
Aktivitas fisik dapat menurunkan resiko terhadap penyakit jantung,
karena aktivitas fisik dapat berguna untuk : meningkatkan HDL,
menurunkan LDL kolesterol, trigliserida, menurunkan gula darah,
meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan tekanan darah, dan
menurunkan body mass indeks. AHA merekomendasikan 30-60 menit
melakukan aktivitas fisik dalam sehari. (National clinical guidelines,
2007).
Proses terjadinya aterosklerosis menurut Muttaqin 2009 adalah :
a. Akumulasi lipid
Kadar lipoprotein plasma yang meningkat, yaitu LDL. Apabila terjadi
akumulasi koleserol pada dinding arteri akibatnya terjadi retensi LDL
sebagai akibat dari tertimbunnya lipoprotein.
b. Faktor koagulasi
Terjadinya gangguan pada fungsi endotel menyebabkan pembentukan
proses aterosklerosis sehingga proses adhesi dan agregasi trombosit
meningkat. Peningkatan proses agregasi trombosit akan menyebabkan
terbentuknya thrombus dalam pembuluh darah.
c. Trombosis plak
Apabila thrombus terbentuk akibat koyaknya plak arteri koroner akan
menyebabkan terjadinya iskemia miokardium akut. Hal ini disebabkan
karena plak yang koyak akan terbawa ke dalam pembuluh darah.
2.1.3 Patofisiologi
Aterosklerosis arteri koroner merupakan penyebab utama penyakit
jantung koroner. Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan
komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan
aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif,
Universitas Indonesia
dan suplai darah yang tidak adekuat (iskemia) yang ditimbulkannya akan
membuat sel-sel otot kekurangan komponen darah yang dibutuhkan
untuk hidup (Smeltzer & Bare, 2002).
Iskemia pada otot jantung yang terjadi dalam waktu yang lama
menyebabkan kerusakan seluler yang irreversible, otot miokard
mengalami kematian,atau nekrosis dan jika keadaan ini berlangsung terus
menyebabkan kontraksi ventrikel menurun bahkan sampai berhenti.
Jaringan iskemik mengelilingi daerah infark dan besarnya infark
tergantung dari iskemik yang berada disekitarnya. Daerah iskemik yang
bertambah besar dan menjadi nekrosis hal ini menunjukkan bahwa
jaringan tersebut tidak terjadi perbaikan sehingga menyebabkan infark
meluas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.5 Diagnostik
2.1.5.2 Laboratorium
Universitas Indonesia
2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan pada penyakit jantung adalah untuk
memperbaiki prognosis dengan cara melakukan tindakan pencegahan
terjadinya infark miokard serta kematian. Selain itu upaya ini bertujuan
mengurangi terjadinya thrombus dan gangguan pada fungsi ventrikel kiri.
Secara spesifik tujuan pengobatan ini adalah untuk mengurangi progresif
plak, menstabilkan plak, dengan mengurangi terjadinya inflamasi serta
memperbaiki endotel. Obat yang digunakan adalah golongan
antitrombolitik : aspirin, antagonis, obat untuk menurunkan kolesterol
yaitu statin; Ace Inhibitor; Beta-blocker; Calcium channel blocker.
Pengobatan penyakit jantung koroner digolongkan dalam dua cara yaitu :
Farmakologis dan revaskularisasi miokard.
2.1.6.1 Pengobatan farmakologik
a. Aspirin
Aspirin adalah antiplatelet untuk pencegahan terjadinya thrombosis
yang menhambat siklooksigenase dan sisteis tromboksan.
b. Nitrat
Sebagai vasodilator pembuluh darah koroner yang kuat, terutama pada
arteri. Sekain itu Nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada pembuluh
darah sistemik.
c. Calcium channel antagonis
Sangat cocok untuk terapi varian pada angina yaitu angina pectoris
yang terjadai karena adanya spasme pada arteri koroner, selain itu juga
dapat berfungsi pada aritmia dan hipertensi.
d. Diuretik
Furosemide merupakan golongan obat diuretic yang bekerja di
modular pada loop henle dimana terjadi penyekatan reabsopsi Na dan
Cl.
e. Angiotensin converting enzyme inhibitor
Berfungsi menghambat pembentukan angiotensi II, sehingga dapat
menurunkan tekanan darah.
Universitas Indonesia
f. Digitalis
Digitalis berfungsi sebagai obat yang mempunyai efek kronotropik
negative, sehingga dapat menurunkan denyut jantung.
g. Inotropik
Golongan inotropik terdiri dari dopamine : mempunyai efek
meningkatkan tekanan darah, cariac output dan produksi urine.
Sedangkan Dobutamin berfungsi sebagai vasodilator sehingga dapat
menurunkan tekanan darah
h. Obat anti koagulasi
Heparin sebagai mukopolisakharida yang dapat menghambat
terjadinya pembekuan pada darah dengan cara mengubah protrombin
menjadi thrombin, selain itu menghambat agregasi platelet dan
thrombin.
Warfarin sebagai antikoagulan diberikan pada pasien yang beresiko
terhadap kejadian tromboemboli seperti pada pasien infark miokard.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.7 Komplikasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
INTI
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1) Profil pasien yang terdiri dari : nama pasien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan, agama, suku
2) Persepsi Stressor dari pasien
a) Area stress utama/area yang perlu mendapat perhatian : seperti
nyeri dada, sesak nafas, mual muntah, berkeringat dingin
b) Gaya hidup meliputi : pekerjaan, tanggungan dlam keluarga
(isrti/suami anak-anak/anggota keluarga lainnya), hidup
bersama/tidak, kegiatan keagamaan, partisipasi dalam masyarakat,
dukungan keluarga, diet, olahraga, kebiasaan merokok/alcohol,
penggunaan waktu luang seperti nonton tv, dll)
c) Pengalaman sebelumnya : fatigue yang berlebihan, mudah marah
d) Antisipasi yang akan datang : perhatian terhadap kesehatan dan
kesembuhan, perubahan gaya hidup.
e) Apa yang dilakukan untuk menolong diri sendiri : diskusi bersam
keluarga dan teman, membaca kitab suci, berpikir positif dan tidak
berpikir negative, menerima diri apa adanya.
f) Harapan terhadap orang lain : kunjungan, membantu mengurangi
beban, memenuhi kebutuhan pasien, melibatkan dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kondisi
penyakitnya termasuk perawatan dan pengobatan lanjut.
Universitas Indonesia
c) Riwayat masa lalu pada situasi yang sama : seperti adanya nyeri,
fatigue, mual muntah, perubahan psikologis yang dipersepsikan
pasien dengan penyakit sebelumnya.
4) Faktor Intrapersonal
Universitas Indonesia
5) Faktor Interpersonal
6) Faktor Ekstrapersonal
Universitas Indonesia
Tabel 3
Rencana tindakan berdasarkan tindakan pencegahan
Tindakan keperawatan
Pencegahan primer Pencegahan sekunder Pencegahan tersier
Kaji tingat nyeri dan o Ajarkan tekniko Ajarkan pentingnya
karakteristik (lokasi, relaksasi rileks
kualitas, lamanya, o Beri penjelasano Libatkan keluarga
menjalar ke leher, untuk tetap rileks untuk perawatan
bahu, lengan, o Lakukan tindakan o Dorong keluarga
epigastrium) intensitas non farmakologis untuk selalu
nyeri biasanya (0-10) o Beri medikasi mendampingi
lamanya kurang lebih nyeri sesuai pasien dan
30 menit. instruksi memberikan
perawatan
psikologis
o Ajarkan keluarga
mengenai
manajemen nyeri
Nursing Theoritis (2009).Application of Betty Neumans Sistem Model
http://currentnursing.com/nursing theory/application Betty Neuman%27s
model.html
2.3.4 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan pada
rencana yang telah dibuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
pemberi layanan kesehatan, yang dihubungan dengan intervensi primer,
sekunder dan tersier.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan
mengantisipasi setiap perubahan sesuai rencana serta mengidentifikasi
factor interpersonal, intrapersonal dan ekstrapersonal stressor dari pasien.
Universitas Indonesia
2.4.1 Kekuatan
Universitas Indonesia
2.4.2 Kelemahan
4) Model sistem Neuman berguna untuk pasien tapi tidak mudah untuk
dapat memprediksi atau menggambarkan hubungan interaksi pasien
dalam setiap faktor
Universitas Indonesia
Bab ini menguraikan penerapan Model Sistem Neuman (MSN) pada kasus
kelolaan pasein dengan gangguan sisem kardiovaskuler: CAD 3 VD EF 67%; Post
operasi CABG 5 x yaitu di (1) LIMA-LAD, (2) LRA-PDA, (3) SVG-LCx, (4)
SVG-inter mediate, (5) SVG-D1 (4 & 5 Y-graft)
Profil pasien
Nama Pasien : Ny.H
Umur : 63 tahun
Satus pernikahan : Kawin
Pendidikan : Tamat SD
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Sumber : Suami/anak/pasien
Suku : Sunda
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl.dr.Wahdin Mataram No.1 RT 005/232
Tanggal masuk : masuk ICU 19 Maret 2013
Tanggal dikaji : 20 Maret 2013
No.Med.Rec : 2013-34-33-32
3.1.1.1 Stres yang dipersepsikan pasien
a. Area Stres Utama/ Masalah Kesehatan Utama:
1) Keluhan Utama: Nyeri pada daerah luka operasi, yang disebabkan
karena adanya pembedahan akibat penyumbatan pada arteri koronaria.
34 Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
35
lengan kiri. Keluhan ini dirasakan lebih sering sejak 1 bulan terakhir
ini. Pasien mengeluh merasa cepat capek ketika melaksanakan
aktivitas dirumah disertai dengan rasa nyeri. Pada tanggal 19 Maret
2013 pasien dilakukan operasi CABG berdasarkan kateterisasi
jantung : Left Mean stenosis 20%, LAD multiple stenosis 60-80 %,
LCx caliber kecil non signifikant stenosis, RCA caliber besar stenosis
60%. Saat ini pasien sudah dilakukan tindakan operasi CABG. Operasi
berjalan dengan lancar, tidak ada penyulit pada pasien selama
pelaksanaan operasi. Setelah selesai operasi pasien masuk dibawa ke
ruang ICU jam 13.20 WIB. Pasien terpasang alat bantu pernapasan
yaitu ventilator, kateter, dan alat monitor hemodinamik, terpasang
drain substernal panjang pada intra pleura kiri. Intubasi terpasang
selama 5 jam, dan pada jam 18.10 WIB dilakukan ekstubasi. Tidak
terdapat kesulitan pada saat dilakukan ekstubasi. Pasien sudah mampu
untuk bernapas spontan , tetapi pasien tetap diberikan bantuan oksigen
melalui nasal kanul. Pasien mengeluh nyeri pada daerah operasi yaitu
didaerah toraks akibat adanya luka bekas operasi.
Universitas Indonesia
5) Status nutrisi: tinggi badan 155 cm, berat badan 50 kg, Status gizi
baik.
b. Gaya Hidup.
1) Sebelum sakit : pasien masih bisa mengerjakan pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga seperti memasak, menyapu, bahkan kadang pergi
berbelanja ke pasar.
2) Pasien mempunyai perhatian/ peduli kepada keluarga suami dan
anak-anak.
3) Aktivitas keagamaan pasien tetap dilakukan oleh pasien dengan rajin
menjalankan sholat.
4) Pasien mempunyai dukungan pasangan dan keluarga; pasien
menikah dan mempunyai 2 orang putra. Hubungan pasien dengan
anak-anak baik.
5) Kebiasaan diet tidak teratur lebih banyak konsumsi daging-dagingan,
tidak berolahraga, suka makan gorengan.
6) Penggunaan waktu luang: melakukan kegiatan bersama dengan suami
anak-anak dan keluarga besarnya, di rumah.
c. Pengalaman pasien dengan masalah yang sama.
1) Pasien menyatakan dengan adanya tindakan pembedahan merasa
kurang nyaman akibat adanya rasa nyeri dan nyeri ini merupakan
pengalaman yang baru dirasakan oleh pasien.
2) Pasien belum pernah dirawat di RS dengan tindakan operasi yang
sama seperti yang dialami sekarang ini.
d. Harapan kedepan
1) Harapan pasien setelah operasi : Pasien sangat berharap dapat
melaksanakan aktivitas seperti semula setelah tindakan pembedahan.
2) Harapan pasien terhadap revaskularisasi koroner : tidak terjadi
penyempitan/sumbatan lagi pada koroner yang di bypass. Pasien
berharap dapat mempertahankan kondisi kesehatan dengan melakukan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2) Merasa nyeri pada daerah operasi dan rasa kurang nyaman/ nyeri di
daerah terpasang drain/ tubing.
c. Pengalaman pasien sebelumnya dengan situasi yang sama.
1) Pasien menyatakan belum pernah di rawat di RS dengan tindakan
pembedahan seperti sekarang. Pasien pernah merasakan nyeri tapi
tidak seperti saat ini.
2) Gangguan psikologi: pasien menerima kondisi penyakitnya saat ini
sambil tetap berharap akan kesembuhannya.
3) Pasien mempersepsikan beratnya penyakit sekarang ini.
d. Antisipasi kedepan
1) Membutuhkan dukungan keluarga dan peningkatan aktivitas.
2) Berobat teratur, kontrol makan teratur.
3) Mendiskusikan setiap permasalahn kesehatan dengan suami dan anak-
anak..
e. Hal yang dapat lakukan untuk menolong dirinya.
1) Pasien menyampaikan keluhan dan keinginannya kepada perawat/
dokter.
2) Pasien mengklarifikasikan keraguannya kepada provider kesehatan
dan menerima setiap tindakan yang dilakukan kepadanya.
3) Pasien meluangkan waktu berbicara dengan orang lain
4) Pasien menerima sepenuhnya untuk pengaturan perawatan dan
tindakan yang diberikan kepadanya.
f. Harapan pasien terhadap keluarga, teman dan caregiver.
1) Pasein memandang pemberi pelayanan yaitu tim dokter dan perawat
di RS sebagai sumber informasi, dapat memberikan penjelasan
tentang proses penyakit, prosedur tindakan, dan administrasi.
2) Memberikan perhatian, dan memenuhi kebutuhan yang
diperlukannya.
3) Cara pandang pasien berhubungan dengan stres. Dihadapi pasien
dengan bertanya, dan mengikuti setiap perlakuan yang diberikan.
4) Mendapat bantuan pelayanan kesehatan secara fisik dan psikologikal
dengan dukungan caregiver, istri dan anggota keluarga.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penatalaksanaan Medis
1 Dobutamin 5 mg/kg/jam
2 NTG 0.25 mg
3 Vascon 4/50 g/kg/jam
4 Mo 10 mikro /kg BB/jam
5 Parasetamol 2 x 1 gram
6 Sinvastatin 1x20 mg
7 Aspilet 1x160 mg
8 NaCl 0,9%
9 Total cairan 1500cc/24 jam
10 Total kalori 1500 kal/ 24 jam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
20 S:mengeluh nyeri pada daerah Agen injuri: pembedahan post op Nyeri akut
Maret operasi, nyeri bertambah bila OPCABGnyeri akut
2013 disentuh (7:pada skala 1-10)
O: meringis (+), nampak tegang Trombus/ emboli; tidak
(+)TD:100/60mmHg; HR:84x/mnt seimbangan suplai O2 miokard
dan kebutuhan nyeri akut
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pencegahan sekunder
Pencegahan tersier
Evaluasi
Setelah tiga hari perawatan curah jantung pasien dalam keadaaan normal
tidak ditemukan adanya tanda-tanda penurunan curah jantung. Hal ini
didukung dengan data :
S : Pasien mengatakan badan tidak merasa lemah, tidak ada sesak nafas, nyeri
dada tidak ada.
Universitas Indonesia
Implementasi
Pencegahan primer
Melakukan pengkajian adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan.
Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas.
Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien.
Pencegahan sekunder
Universitas Indonesia
Pencegahan tersier
Evaluasi
Setelah lima hari perawatan, pasien dapat melakukan aktivitas minimal tanpa
bantuan. seperti dapat berjalan diruangan tanpa bantuan, dapat makan dan
minum dengan bantuan minimal, dan kebutuhan personal hygiene dibantu
minimal. Hal ini didukung dengan data :
Universitas Indonesia
Implementasi
Pencegahan Primer
Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus terjadinya
nyeri.
Melakukan observasi tanda-tanda non verbal ketidaknyamanan.
Pencegahan sekunder
Pencegahan tersier
Evaluasi
Setelah lima hari perawatan nyeri yang dirasakan pasien secara berangsur-
angsur mengalami penurunan. Nyeri pada daerah operasi pada awalnya
berada pada skala 7-8. Setelah diberikan tindakan keperawatan maka nyeri
berada pada skala 1-2, dengan hemodinamik yang stabil. Hal ini didukung
dengan data :
Universitas Indonesia
Implementasi
Pencegahan primer
Memonitor adanya tanda dan gejala terjadinya infeksi sistemik dan
lokal (kemerahan, panas, bengakak, laserasi, pus).
Memonitor terhadap adanya kerentanan terjadinya infeksi.
Membatasi pengunjung yang datang.
Mempertahankan teknik asepsis pada pasien.
Pencegahan sekunder
Universitas Indonesia
Pencegahan tersier
Evaluasi
Setelah sembilan hari perawatan luka bekas operasi terawat dengan baik,
tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi, luka dalam keadaan kering.
Hal ini dudukung dengan data :
S : Pasien mengatakan tidak merasa nyeri lagi.
Keadaan umum baik, tidak lemah, kkesadaran compos mentis
O : Luka Nampak kering
Kemerahan (-), bengkak (-), pus (-)
Luka terawatt dengan bersih
A : Resiko infeksi tidak terjadi
P : Pertahankan kebersihan luka bekas operasi.
Universitas Indonesia
Setelah enam hari perawatan yang dilakukan pada Ny.H maka dapat diformulasikan
ringkasan intervensi dan evaluasi yang sudah dilakukan sebagai berikut :
Universitas Indonesia
3.2 Pembahasan
Model dan teori keperawatan yang menjadi dasar pada kasus ini adalah Model
Sistem Neuman yang dimulai dari pengkajian secara umum, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Penggunaan model teori Neuman ini dapat
menggambarkan pendekatan yang jelas antara disiplin ilmu keperawatan,
kedokteran dan ilmu kesehatan lain. Model teori ini memberikan gambaran yang
sistematis untuk mengarahkan proses keperawatan.
3.2.1 Pengkajian
Universitas Indonesia
Dalam jurnal yang ditulis oleh Kang, 2010 menjelaskan bahwa coronary
artery disease disebabkan oleh adanya gangguan suplay darah ke arteri
koroner sehingga otot jantung kekurangan nutrisi dan oksigen. Hal ini juga
didukung oleh Ignatavicius, 2010 yang mengatakan bahwa Coronary Artery
Disease terjadi ketika suplay darah dari arteri koronaria ke miokard (otot
jantung) tidak adekuat sehingga jantung tidak dapat memompakan darah
secara efektif, akibatnya perfusi darah ke organ mengalami gangguan. Organ
dan jaringan membutuhkan oksigen melalui darah dari ateri untuk tetap
mempertahankan fungsinya.
Ny.H masuk rumah sakit dengan keluhan utama terasa nyeri pada dada
sebelah kiri yang menjalar sampai ke lengan kiri. Keluhan ini dirasakan lebih
sering sejak 1 bulan terakhir ini. Pasien mengeluh merasa cepat capek ketika
melaksanakan aktivitas dirumah disertai dengan rasa nyeri. Pada tanggal 19
Maret 2013 pasien dilakukan dilakukan operasi CABG dengan hasil
kateterisasi jantung sebelumnya Left Mean stenosis 20%, LAD multiple
stenosis 60-80 %, LCx caliber kecil non significant stenosis, RCA caliber
besar, stenosis 60%. Saat ini pasien sudah dilakukan tindakan operasi CABG.
Operasi berjalan dengan lancar, tidak ada penyulit pada pasien selama
pelaksanaan operasi. Setelah selesai operasi pasien masuk dibawa ke ruang
ICU jam 13.20 WIB. Pasien terpasang alat bantu pernapasan yaitu ventilator,
kateter, dan alat monitor hemadinamik, terpasang drain substernal panjang
pada intra pleura kiri. Intubasi terpasang selama 8 jam, dan pada jam 18.10
WIB dilakukan ekstubasi. Tidak terdapat kesulitan pada saat dilakukan
ekstubasi. Pasien sudah mampu untuk bernapas spontan , tetapi pasien tetap
diberikan bantuan oksigen melalui nasal kanul. Pasien mengeluh nyeri pada
daerah operasi yaitu didaerah toraks akibat adanya luka bekas operasi.
Universitas Indonesia
2) Gaya hidup.
Pengkajian pada gaya hidup pada pasien meliputi pekerjaan, tanggungan
dalam keluarga (isrti/suami anak-anak/anggota keluarga lainnya), hidup
bersama/tidak, kegiatan keagamaan, partisipasi dalam masyarakat, dukungan
keluarga, diet, olahraga, kebiasaan merokok/alkohol, penggunaan waktu luang
seperti nonton tv, dll.
Sebelum sakit pasien sebagai ibu rumah tangga menjalankan tugasnya sebagai
ibu rumah tangga seperti memasak mengurus suami dan anak-anak.
Kebiasaan diet yang tidak teratur, suka mengkonsumsi makanan berlemak
seperti gorengan, daging dan kurang berolahraga merupakan salah satu factor
penyebab adanya stressor pada pasien.
Setelah sakit pasien mengalami perubahan gaya hidup dengan membatasi diet
makanan, intoleransi aktivitas karena keterbatasan akibat tindakan operasi
CABG.
Menurut Smeltzer & Bare (2002), bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan
yang mengandung kolesterol, maka kadar kolesterol dalam darah akan
meningkat (hiperloresterolemia), sehingga akan disimpan didalam lapisan
dinding pembuluh darah arteri yang disebut dengan plak atau ateroma, apabila
berlangsung lama plak yang terbentuk makin banyak, akan terjadi penebalan
pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga terjadi penyempitan.
Selain itu aktivitas fisik dapat menurunkan resiko terhadap penyakit jantung,
karena aktivitas fisik dapat berguna untuk : meningkatkan HDL, menurunkan
LDL kolesterol, trigliserida, menurunkan gula darah, meningkatkan
sensitivitas insulin, menurunkan tekanan darah, dan menurunkan body mass
indeks. AHA merekomendasikan 30-60 menit melakukan aktivitas fisik dalam
sehari.
3) Pengalaman pasien dengan masalah yang sama
Pasien menyatakan belum pernah di rawat di RS dengan tindakan
pembedahan seperti sekarang. Pasien pernah merasakan nyeri tapi tidak
seperti saat ini, nyeri yang pernah diraakan adalah nyeri dada karena
Universitas Indonesia
4) Harapan ke depan
Pasien sangat berharap dapat sembuh dan melaksanakan aktivitas seperti
sebelum sakit, mempertahankan kondisi kesehatan dengan melakukan control
sesuai anjuran dan menghindari factor penyebab stressor seperti makanan.
Menurut Neuman setiap pasien mempunyai kebutuhan untuk memperbaiki
kesehatan, mengubah gaya hidup yang menguntungkan kesehatan diri dan
mempunyai harapan untuk hidup sehat setelah sembuh dari sakit.
Universitas Indonesia
Pasien baru pertama kali dirawat dengan tindakan operasi seperti saaat ini, hal
ini membutuhkan dorongan dan motivasi agar pasien dapat berpartisipasi
terhadap proses perawatan.
4) Antisipasi ke depan
Universitas Indonesia
b) Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
Universitas Indonesia
2) Intoleransi aktivitas
3) Nyeri akut
Pasien memiliki stressor yang diantaranya adalah nyeri post operasi. Secara
klinis nyeri yang dirasakan akibat adanya kerusakan jaringan, meskipun
terjadi perubahan neuroplastik (yang mempengaruhi sensitisasi jaringan).
Nyeri akibat adanya tindakan pembedahan mengalami sedikitnya dua
perubahan yaitu yang pertama akibat pembedahan menimbulkan rangsangan
nosiseptif, kedua akibat pembedahan terjadi respon inflamasi pada daerah
Universitas Indonesia
sekitar operasi dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia oleh jaringan yang
mengalami kerusakan dan sel-sel inflamasi. Zat-zat kimia tersebut adalah
prostaglandin, histamine, serotonin, bradikinin. Zat-zat ini akan ditransduksi
oleh nosiseptor dan ditransmisikan oleh serabut saraf A delta dan C ke
neoroaksis. (Patel,N.B, 2010).
Transmisi lebih lanjut ditentukan oleh modulasi kompleks yang
mempengaruhi medulla spinalis. Beberapa impuls diteruskan ke anterior dan
anterolateral dorsal horn untuk respon reflex segmental. Respon reflex
segmental diasosiasikan dengan operasi termasuk adanya peningkatan tonus
otot lurik dan spasme yang diasosiasikan dengan meningkatnya konsumsi
oksigen dan produksi asam laktat. Simulasi dari saraf simpatis menyebabkan
takikardi, peningkatan cardiac output, kerja jantung dan konsumsi oksigen
miokard.
(Lamont,L.A.,Tranquilli,W.J.,Grimm,K.A, 2000).
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan mortorik yang tidak
menyenangkan, dan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan.
Penanggulangan nyeri post operasi sangat efektif untuk mengatasi masalah
hal ini dikarenakan :
Nyeri post operasi bersifat individual, respon dari individu yang lain
berbeda-beda.
Banyak pasien yang kurang mendapatkan terapi yang efektif untuk
mengatasi nyeri post operasi.
Apabila pasien terbebas dari rasa nyeri dapat mengurangi komplikasi
pasca bedah.
Berat ringannya nyeri yang dirasakan juga dipengaruhi oleh fisik, psikis atau
emosi, karakter individu dan sosial cultural maupun pengalaman masa lalu
terhadap rasa nyeri itu.
Rasa nyeri bagi pasien umumnya akan menimbulkan reaksi
kecemasan/stress. Hal dapat terjadi karena pasien merasa asing/tidak
bersahabat dengan lingkungan barunya saat ini, berpisah dengan keluarga
Universitas Indonesia
4) Resiko infeksi
Prinsip pencegahan infeksi menurut Hidayat 2009, pencegahan infeksi luka
operasi harus dilakukan, karena jika tidak dilakukan maka akan
mengakibatkan bertambahnya waktu rawat inap pasien, peningkatan biaya
perawatan, resiko kecacatan dan kematian. Pencegahan tersebut harus
melibatkan peran dari pasien, dokter, perawat dan tim kesehatan lainnya.
Prinsip pencegahan yaitu mengurangi resiko infeksi dari pasien dan
mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas, lingkungan, instrument
dan pasien itu sendiri.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penerapan teori Model Sistem Neuman pada 30 kasus resume dimulai dengan
melakukan pengkajian untuk mendapatkan data dasar pasien melalui interaksi
dengan pasien berdasarkan variable dalam format pengkajian yaitu fisiologi,
psikologi, sosial budaya, perkembangan dan spiritual. Selain itu dilakukan
identifikasi terhadap persepsi pasien atau persepsi sistem pasien dan persepsi
perawat terhadap stressor, setelah itu dibandingkan antara persepsi dari pasien
dan persepsi perawat. Setiap kasus resume dilakukan pengkajian mengenai
profil pasien serta data demografi.
Universitas Indonesia
Keluhan lain yang dirasakan oleh pasien adalah sesak nafas, rasa tidak nyaman
pada daerah toraks, merasa lemah, hal ini bisa terjadi akibat curah jantung yang
kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatnya energy yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi
akibat distress pernapasan dan batuk. (Smeltzer, 2002).
Universitas Indonesia
Terdapat beberapa riwayat penyakit yang dimiliki oleh pasien seperti hipertensi
dengan riwayat pengobatan yang tidak teratur, Diabetes serta memiliki fakor
resiko terhadp kejadian penyakit jantung koroner seperti merokok, kurang
aktivitas, BB yang lebih. Tar, nikotin dan carbon monoksida berkontribusi
merusak pembuluh darah. Nikotin meningkatkan pelepasan epinefrin dan
nonepinefrin dimana keduanya akan menyebabkan terjadinya vasokontriksi,
sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat, denyut nadi meningkat,
konsumsi oksigen meningkat dan memungkinkan terjadi dysritmia. Selain itu
nikotin akan mengaktifkan platelet dan menstimulasi proliferasi sel otot didalam
dinding arteri. Karbonmonoksida menurunkan ketersediaan darah,
menyebabkan terjadinya vesel pada dinding pembuluh darah dan meningkatkan
permeabilitas endotelium Aish, 2011.
Aktivitas fisik dapat menurunkan resiko terhadap penyakit jantung, karena
aktivitas fisik dapat berguna untuk : meningkatkan HDL, menurunkan LDL
kolesterol, trigliserida, menurunkan gula darah, meningkatkan sensitivitas
insulin, menurunkan tekanan darah, dan menurunkan body mass indeks. AHA
merekomendasikan 30-60 menit melakukan aktivitas fisik dalam sehari.
(National clinical guidelines, 2007).
Universitas Indonesia
Lingkungan berperan aktif terdapat stressor pasien, dimana pasien berada pada
rentang sehat sakit yang dipengaruhi oleh factor intrapersonal, interpersonal,
dan ekstrapersonal. Lingkungan mempengaruhi status fungsional pasien seperti
intoleransi aktivitas karena sesak, kelemahan, sementara beberapa kasus lainnya
masih dapat melakukan aktivitas ringan seperti makan, miunum, berjalan ke
toilet karena dapat beradaptasi dengan stressor yang ada.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini menjelaskan tinjauan tentang penilaian status fungsional pada pasien
gagal jantung dengan menggunakan Barthel Index, praktik keperawatan
berdasarkan pembuktian dan pembahasannya.
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.
76 Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
77
Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit,
4,7% wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun
diperkirakan 2,3 3,7 perseribu penderita pertahun.2 Kejadian gagal jantung
akan semakin meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia
harapan hidup dan
berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan
harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.
Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk mempertahankan curah
jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh. Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan
edema paru dan bendungan di system vena, maka keadaan ini disebut gagal
jantung kongestif (Kabo & Karim, 2002). Gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare,
2001).
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
78
menyenangkan atau rasa tidak nyaman. Perubahan status fungsional ini akan
mempengaruhi kondisi pasien dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Peran perawat untuk dapat mengetahui perubahan status fungsional sangat
perlu untuk membuat intervensi selanjutnya. (Scottish Intercollege Guidelines
Network, 2007).
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta merupakan
rumah sakit rujukan nasional yang melaksanakan tindakan perawatan
terhadap masalah gangguan system kardiovaskuler, salah satunya adalah
gagal jantung. Gedung Perawatan 2 lantai 3 Rumah Sakit Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita Jakarta merupakan ruang rawat inap kelas 3 untuk
pasien pasien dengan masalah jantung non bedah yang bukan lagi dalam fase
krisis, termasuk didalamnya adalah pasien dengan gagal jantung. Jumlah
perawat dengan kapasitas di atas secara keseluruhan adalah 24 perawat yang
terdiri dari 2 orang perawat dengan pendidikan S1 Keperawatan dan dengan
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
79
Salah satu format pengkajian yang dapat digunakan adalah Barthel Index
yang terdiri dari 10 item pertanyaan untuk menilai kemandirian pasien dalam
melakukan ADL. Format ini mudah digunakan dan memudahkan dalam
perumusan diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan
ketidakmampuan fungsional.
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
80
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
81
KETERANGAN
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
82
Penyusunan EBN ini didasarkan pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh
Formiga, F., Chivite, D., Casas, S., Manito, N., and Pujol, R 2006 dengan
judul Functional Assessment of Elderly patients admitted for heart failure.
a. Problem/Populasi
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
83
4.3.3 Validitas
Dalam pengembangan alat ukur ini, akan digunakan uji validitas konstruk
(construct validity), yaitu validitas yang menggambarkan seberapa jauh
Barthel Index memiliki item-item pertanyaan yang dilandasi oleh konstruk
status fungsional
4.3.4 Reliabilitas
4.3.5 Important
4.3.6 Applicability
4.4.1 Judul jurnal : Modified Barthel Index and Self Assessment Scores of
Level of Independence of Individuals in Subacute Care.
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
84
Sampel : Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di sub unit
akut yang terdiagnosa pada sistem neurological, cardiopulmonary dan
orthoedik dengan jumlah 73 pasien.
Hasil : Skor Barthel Index pada saat masuk rumah sakit dengan mean 51.18
dan saat keluar 89.21. Sedangkan untuk skor self assessment pada saat masuk
rumah sakit 66.10 dan saat keluar 92.16.
Penelitian oleh : Putten, V.D., Hobart, J.C., Freeman, J.A., Thompson, A.J
Institute of Neurology, Queen square, London (1999).
Sampel : Sampel dalam penelitian ini ialah pasien dengan multiple sklerosis
(201) dan pasien post stroke (82) yang akan menjalani pemulihan saraf.
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
85
Kesimpulan :
Sampel pada penelitian ini terdiri dari 201 untuk pasien multiple sclerosis
dan 82 pasien dengan poststroke.Barthel Index dan FIM valid digunakan
untuk mendeteksi perubahan status fungsional pasien, namun pada aspek
cognitive Barthel Index lebih baik digunakan dibandingkan dengan FIM
dengan nilai p = 0.0001.
4.4.3 Judul jurnal : Relationship between Barthel Index scores during the
acute phase of rehabilitation and subsequent ADL in
stroke.
Sampel : Sampel dalam penelitian ini sebanyak 191 pasien yang terdiri dari
102 dengan cerebral infarction, 56 dengan cerebral hemorrhage, 22
subarchnoid, dan 11 dengan penyakit lain.
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
86
Hasil : Barthel Index dapat menilai secara dini kemandirian pasien stroke
terhadap ADL sehingga Barthel Index baik digunakan pada pasien dengan
stroke
4.4.4 Judul jurnal : Use of the Barthel Index and the Functional
Independence Measure during early inpatient
rehabilitation after single incident brain injury.
Penelitian oleh : Henry Houlden, mark Edwards, Jane McNeil and Richard
Greenwood (Regional Neurological Rehabilitation Unit) tahun 2005.
Hasil : Barthel Index dengan N=152 memiliki mean 9.0 pada rentang 0-20
sedangkan FIM dengan N=152 memiliki mean 69.8 pada rentang 18020.
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
87
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
88
Penulis melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur Barthel
Index yang digunakan untuk mengukur status fungsional pasien dengan
gagal jantung. Suatu skala atau instrumen pengukuran dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas
rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran.
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
89
Dalam pengembangan alat ukur ini, akan digunakan uji validitas konstruk
(construct validity), yaitu validitas yang menggambarkan seberapa jauh
Barthel Index memiliki item-item pertanyaan yang dilandasi oleh
konstruk status fungsional. Instrumen disusun secara rasional berdasarkan
konsep yang sudah diuraikan .Validitas konstruk status fungsional dapat
dinilai dengan uji statistik yaitu dengan menguji apakah item-item
pertanyaan yang telah disusun mengukur hal yang sama dan berkorelasi
tinggi satu dengan yang lainnya atau sebaliknya. Item Barthel Index dalam
alat ukur staus fungsional adalah item dengan korelasi tinggi dengan skor
total skala atau menurut Nunnaly (1994) r 0.3 (Dharma,2011).
Item-Total Statistics
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
90
Uji Reliabilitas
.841 10
Uji reliabilitas alat ukur Barthel Index pada status fungsional pasien gagal
jantung menggunakan alpha cronbachs dari 6 item didapatkan nilai
0,841. Hasil ini menunjukan bahwa alat ukur pada dimensi ini telah
memenuhi kriteria reliabilitas yaitu konsistensi interna.
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
91
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
92
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
93
Tabel 11. Distribusi frekuensi status fungsional : merubah posisi dari berbaring
ke duduk
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
94
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
95
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
96
20 15 16 18 19 20
Tn.S 68 L
21 12 13 14 14 17
Ny.Z 53 P
22 16 16 18 18 20
Tn.A 52 L
23 11 11 15 16 18
Ny.R 65 P
24 9 11 13 14 17
Ny.A 55 P
25 13 14 13 16 19
Tn.B 70 L
26 12 13 14 17 19
Tn.E 59 L
27 12 13 14 11 10
Tn.S 55 L
28 12 13 13 14 15
Tn.R 61 L
29 12 12 15 17 20
Ny.O 70 P
30 9 10 12 15 16
Tn.E 68 L
Uraian Mean
Hari pertama dirawat 11.8
Hari ke lima dirawat 15.6
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
97
Dari hasil penilaian status fungsional pada 30 pasien gagal jantung dengan
menggunakan Barthel Index didapatkan bahwa 18 pasien (60 %) memiliki
tingakt ketergantungan ringan, 9 pasien (30 %) memiliki tingkat
ketergantungan sedang, dan 3 pasien (10 %) memiliki tingkat
ketergantungan berat. Selanjutnya rata-rata pencapaian kemandirian
pasien sejak hari pertama dirawat samapai hari ke lima menunjukkan
adanya peningkatan nilai mean. Hari pertama nilai mean 11.8 sedangkan
pada hari ke lima dirawat nilai mean 15.6.
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
98
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
BAB 5
Bab ini menguraikan tentang pengalaman residensi terkait dengan inovasi tentang
optimalisasi pelaksanaan Bedside Handover perwat dengan menggunakan format
Handover di Gedung Perawatan 2 Lantai 3 Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita Jakarta.
5. 1 Analisa Situasi
Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kualitas pelayanan keperawatan. Hal ini juga berkaitan
dengan peningkatan asuhan keperawatan, standar keperawatan, kepuasan
kerja dan kepercayaan konsumen yang tentunya berdampak pada keuntungan
dan eksistensi institusi. Dengan kata lain, pemilihan model asuhan
keperawatan profesional yang tepat sesuai dengan sumber daya yang dimiliki
merupakan kunci dari keberhasilan peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.
Gedung Perawatan 2 lantai 3 Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita Jakarta merupakan ruang rawat inap kelas 3 untuk pasien pasien dengan
masalah jantung non bedah yang bukan lagi dalam fase krisis. Jumlah
perawat dengan kapasitas di atas secara keseluruhan adalah 24 perawat yang
terdiri dari 2 orang perawat dengan pendidikan S1 Keperawatan dan dengan
predikat Spesiali Keperawatan kardiovaskular, 6 perawat dengan pendidikan
S1 Keperawatan, 16 pendidikan D-3 Keperawatan. Dengan dasar jumlah
tenaga dan variasi latar belakang pendidikan tersebut, model asuhan
keperawatan profesional yang dipilih adalah metode tim, dimana setiap ruang
rawat dipimpin oleh ketua tim yang membawahi beberapa perawat pelaksana.
99 Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
100
Universitas Indonesia
5.2 Tujuan
5.3 Persiapan
Universitas Indonesia
b. Weakness (Kelemahan)
1) Hasil pengumpulan data dari perawat menyatakan bahwa pelaksanaan
pencatatan asuhan keperawatan belum optimal karena proses
pencatatan memerlukan waktu lama dan format terlalu berbelit-belit,
tidak lengkap dan tidak sesuai dengan kondisi klien.
2) Pelaksanaan timbang terima pasien dalam metode tim belum optimal
3) Pelaksanaan metode tim tidak berjalan baik, tetapi dalam pelaksaan
menggunakan metode tim dengan modifikasi.
c. Opportunity (Peluang)
1) Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita merupakan rumah
sakit rujukan nasional untuk kasus-kasus kardiovaskular.
2) Adanya perhatian dari pihak manajemen ruangan (kepala ruangan)
untuk melaksanakan timbang terima pasien antar shift.
3) Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita merupakan
Rumah Sakit pendidikan dan terbuka untuk proses berubah.
4) Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita mempunyai
komitmen untuk menerapkan dokumentasi keperawatan dan
memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan
asuhan keperawatan yang optimal
d. Threat (Ancaman)
1) Masyakarat semakin kritis menyebabkan tuntutan terhadap kualitas
pelayanan keperawatan semakin meningkat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.3.4 Manfaat
a. Bagi Pasien
Pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas
b. Bagi Perawat
Perawat dapat melakukan kegiatan asuhan keperawatan yang lebih
fokus dan berkelanjutan, meningkatkan kemampuan komunikasi
antar perawat, menjalin suatu hubungan kerjasama dan
bertanggungjawab antar perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap klien yang berkesinambungan, perawat dapat mengikuti
perkembangan klien secara paripurna.
c. Bagi Rumah sakit
Meningkatnya kualitas pelayanan keperawatan terhadap pasien sehingga
kepuasan pasien meningkat.
5.4 Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain
laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang
berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
5.4.1 Tujuan.
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
c. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
5.4.2 Langkah-langkah
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang
akan disampaikan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.6.2 Pelaksanaan
NO KEGIATAN TANGGAL
1 Sosialisasi pelaksanaan proyek inovasi 08 April 2013
optimalisasi pelaksanaan serah terima (hand
over) pasien dalam model keperawatan
profesional motode tim.
Universitas Indonesia
Perawat shift pagi melaporkan pasiennya ke shift sore dan seterusnya shift
sore ke malam dengan mengunakan format hand over yang sudah dibuat oleh
kelompok. Untuk melihat manfaatnya kelompok selalu melakukan observasi,
wawancara, diskusi dan evaluasi dengan kuisioner terhadap pelaksanaan oleh
perawat.
5.7 Evaluasi
Setelah perawat diruangan melaksanakan handover antar shift dengan
mengunakan format yang dibuat oleh mahasiswa, maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap kepuasan dan kefektifan format dalam membantu
meringankan tugas perawat. Evaluasi dilakukan pada 20 orang perawat
dengan menggunakan kuesioner. Hasil evaluasinya adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 24. Pendapat perawat tentang format handover yang dibuat sangat
praktis digunakan
Pendapat perawat Jumlah Presentase (%)
Setuju 12 60
Ragu-ragu 5 25
Tidak setuju 3 15
20 100
Universitas Indonesia
Tabel 26. Pendapat perawat tentang perlu atau tidak dukungan dari
pimpinan rumah sakit terhadap penggunaan format handover
Pendapat perawat Jumlah Presentase (%)
Setuju 16 80
Ragu-ragu 3 15
Tidak setuju 1 5
20 100
5.8 Pembahasan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.9 Kesimpulan
Untuk meningkatkan atau mengoptimalkan timbang terima pasien
diperlukan format khusus pada tiap ruangan yang mencirikan kegiatan
atau tindakan khusus pada masing-masing ruangan. Pembuatan format
tersebut harus melibatkan perawat pada masing masing ruangan sehingga
isi dari format handover yang dibuat tepat sesuai materi yang biasanya
dioperkan selama ini sehingga akan mengurangi penolakan perawat, tidak
menambah beban kerja perawat, tidak bersifat duplikasi dari dokumentasi
perawatan dan memudahkan perawat pelaksana dalam melakukan
timbang terima perawat pelaksana. Disamping itu juga perlunya
dukungan yang kuat dari pembuat keputusan dari bidang perawatan dan
menjadikan pengadaan format hand over sebagai salah satu standar untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Disarankan untuk pelaksanaan handover dengan menggunakan format
yang dibuat kelompok sebaiknya tetap dilanjutkan dan diperbaiki secara
berkala format yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan yang pada
akhirnya memudahkan perawat dalam melakukan serah terima pasien
setiap shift.
Universitas Indonesia
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Peran perawat sebgai pemberi asuhan keperawatan yaitu dengan menerapkan
Model Sistem Neuman pada pasien kelolaan yaitu pasien dengan post
operasi CABG, serta 30 kasus resume yang terdiri dari
ACS/STEMI/NSTEMI, CHF yang dikembangkan berdasarkan pada teori
Neuman dan memandang pasien sebagai suatu sistem terbuka yang
bereaksi terhadap stressor dan lingkungan. Variabel pasien adalah
fisiologis, psikologis, social budaya, perkembangan dan spiritual. Intervensi
keperawatan terjadi melalui tiga cara pencegahan yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tertier. Model ini digunakan dalam pendidikan keperawatan,
riset, administrasi dan langsung dipelayanan keperawatan.
6.1.2 Peran perawat terhadap perawatan pasien post operasi CABG dengan
menggunakan Model Sistem Neuman sangat dibutuhkan dimana perawat
membantu menangani berbagai macam sumber stressor pada pasien dan
melakukan intervensi dalam mengurangi stresor meliputi intervensi primer,
sekunder dan tersier, yang dapat dihubungan dengan berbagai tatanan
dimana pasien bisa menemui perawat.
6.2 Saran
6.2.1.3 Bagi institusi pelayanan kiranya terus melakukan inovasi dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan serta mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam hal ini asuhan keperawatan.
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
116
Universitas Indonesia
Analisis praktek.., Rolly Harvie, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Aish, A., & Isenberg, M. (1996). Effects of orem based nursing intervention on
nutritional self care of miocardial infraction patients. International Journal
Nurs, 33 (3) : 259-270.
Bertrand,M.E, Chair, Maarten, Keith,A., Fox, Lars et all (2002) Management of acute
coronary syndrome in patirnts presenting without persistent ST-segment
elevation. European Heart Journal (23) : 1809-1840.
Black (2009) Medical surgical nursing, clinical management for positive outcomes.
Souders Elseiver (8):1410-1412.
Formiga, F., Chivite, D., Casas, S., Manito, N., Pujol, R (2006) Functional
assessment of elferly patients admitted for heart failure. Rev Ep cardio (7) 740.
Freese, B.T. (2006). Neuman model in Tomey, A.M., & Alligood, M.R. Nursing
theorists and their work. St.Louis, Missouri. Hal.318-354.
Heyman, P., & Wolfe, S. (2000). Neuman system model: Criticims. University
of Florida. (2000, http://www.patheyman.com/essays/neuman/criticisms.htm
diunduh 30 Mei 2013).
Holland, R., Rechel, B., Stepien, K., Harvey, I. (2010) Patients Self Assessed
Functional Status in Heart Failure by New York Heart Association Class : A
Prognostic Predictor of Hospitalization, Quality of Life and Death. Journal of
Cardiac Failure (16) : 150-156
Houlden, H., Edwards, M., McNeil, J., Greenwood, R., (2006) Use of the Barthel
Index and the functional independence measure during early inpatient
rehabilitation after single incident brain injury. Clinical Rehabilitation (20) :
153-159.
Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L (2006). Medical surgical nursing: critical
thinking for collaborative care 5th-ed. Missouri: Elsevier.
Kang, Y., Yang, I-S., & Kim, N. (2010). Corelates of health bahaviour in patients
with coronary artery disease. Asian Nursing Research. 4 (1), 45-55.
Muttaqin, A (2009) Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler dan hematologi. Jakarta Salemba Medika.
Nakao, S., Takata, S., Uemura, H., Kashihara, M., Osawa, T., Komatsu, K.,(2010)
Relationship between Barthel Index scores during the acute phase of
rehabilitation and subsequent ADL in stroke patient. The Journal of Medical
Investigation (57) :81-88.
Neuman,B.(2005).NeumansystemModel.Dalamhttp://www.nursingtheory.net/models_
neumansystems.html di unduh tanggal 1 Juni 2013.
Nirmala, V (2010) Modified Barthel Index and self assessment scores of the level
independence of individuals in subacute care.
Neuman,B.(2005).NeumansystemModel.Dalamhttp://www.nursingtheory.net/models_
neumansystems.html di endu tanggal 20 November 2009.
Parker, M.E. (2001) Nursing theories and nursing practice. Philadelphia: F.A. Davis
Company, 338-341.
Putten, V.D., Hobart, J.C., Freemen, J.A., Thompson, A.J (1999) Measuring change
in disability after inpatient rehabilitation : comparison of the responsiveness of
the Barthel Index and functional independence measure. Journal of
Neurology, Neurosurgery and Psychiatry (66): 480-484.
RimemmermanC.M(2010)Coronaryarterydisease.Dalamhttp://www.clevelandclinicm
eded.com/medicalpubs/diseasemanagement/cardiology/coronary-artery-
disease/ diunduh tanggal 20 April 2013.
Smeltzer & Bare (2002) Buku ajar keperawatan medikal bedah, ed 8. Jakarta : EGC.
Tomey, A.N., & Alligood, M.R.(2006). Nursing theorists and their work. (6th ed). St.
Louis: Mosby Elsevier.
jantung
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
NIC
Airway management
sesak nafas, batuk tidak ada. Bersihan jalan nafas terkontrol dengan pengobatan.
Tuan A mengonsumsi makanan dan minuman yang diberikan. Bersihan jalan
nafas tetap dipertahankan sampai hari ketiga post pemasangan PPM.
jantung
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
NOC
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
NIC
Airway management
Pencegahan primer : Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Implementa
Tuan M.D memperlihatkan jalan nafas bersih, tidak ada sesak nafas, batuk tidak
Evaluasi
ada. Bersihan jalan nafas terkontrol dengan pengobatan. Bersihan jalan nafas tetap
dipertahankan tetap maksimal sesuai kebutuhan pasien.
3 Resume : Kasus 3 Acut STEMI Anterior, onset 24 jam timi 4/14 Killip II.
Tuan S, 60 tahun, mengeluh nyeri pada ulu hati dengan durasi > 20 menit, menjalar
Pasien
ke lengan kiri, disertai dengan keringat dingin, membasahi baju, disertai rasa
Profil
pusing. tanggal 24 Februari 2013 masuk rumah sakit dan langsung di UGD
jantung (+), infiltrat (-), kongesti (-)EKG: SR. QRS.Rate 60x/mnt, axis (N), PR int
0,18, QRS durasi 0.06 , ST elevasi II,II,aVF, T Inv V2-V4. Psikologikal :
Membatasi diri untuk beraktivitas-sakit, sadar akan kondisi, merasa masih banyak
yang perlu diselesaikan.. Sosial budaya : komunikasi dengan anak-anak dan istri
terbuka. Perkembangan : memenuhi kebutuhan perkembangan dewasa
produktif.Spiritual : Tuan S menyatakan beragama Islam dan rajin menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya...Faktor Interpersonal : Tuan S anak ke-3 dari 5
bersaudara, ibu nya sudah lama meninggal.. Faktor ekstrapersonal : Tuan S
mempunyai rumah sendiri, mempunyai usaha sendiri, dan pembiayaan di
tanggung oleh askes.Prorgam terapi : Aspilet 1x80 mg, plavix 1x75
mg,sinvastatin 1x20 mg,laxadine 1x5 mg ISDN 3x5 mg.Diet jantung II
jantung
Pain management
seperti ditekan benda berat, tidak menjalar. Selain itu pasien juga mengalami
keringat dingin, sampai membasahi baju, pandangan terasa gelap.
Persepsi pasien terhadap Stressor : Pasien bertanya tentang keadaan
penyakitnya,banyak istirahat..Persepsi perawat terhadap stressor : Stressor
utama Tuan W yaitu perubahan kondisi kesehatannya yaitu nyeri didada
seperti ditusuk dan ditindih beban berat. Pasien merasa tidak berdaya
dengan pembatasan aktivitas. Kesan singkat Faktor Intrapersonal :
Fisiologikal: TD:79/49 mmHg, HR 70-80x/mnt, RR 18-20x/mnt, SB 36.4.
Sat O2 98%. Rontgen Thorax : CTR 55%, Seg Ao dilatasi, Po (N), pinggang
Pengkajian
jantung (+), infiltrat (-), kongesti (-)EKG: SR. QRS.Rate 83x/mnt, axis
LAD, PR int 0,18, QRS durasi 0.06 , ST elevasi II,II,aVF. Psikologikal :
Membatasi diri untuk beraktivitas-sakit, sadar akan kondisi, merasa masih banyak
yang perlu diselesaikan. Sosial budaya : komunikasi dengan anak-anak dan istri
terbuka.Perkembangan : Tuan W menikah dan mempunyai 4 orang anak,
menyelesaikan pendidikan pada tingakt Diploma 3.Spiritual : Tuan W
menyatakan beragama Islam dan rajin menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya...Faktor Interpersonal : Tuan W memiliki 2 saudara, dan selalu
berkomunikasi dengan baik Faktor ekstrapersonal : Tuan W tinggal
dirumah sendiri, masih aktif bekerja dan biaya perawatan ditanggung
perusahan.
Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemik/ infark miokard.
DX
Pain management
Pencegahan primer : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
Impleentasi
gangguan perfusi. aktivitas tetap dibantu oleh perawat dan tidak merasa ada nyeri
atau sesak. Hal ini menunjukan masalah nyeri teratasi.
int 0,12, QRS durasi 0.08 , ST elevasi III,aVF. Psikologikal : Pasien mengalami
keterbatasan dalam melakukan aktivitas dan merasa kurang nyaman dengan
kondisinya sekarang. Sosial budaya : komunikasi dengan anak-anak dan suami
terbuka. Perkembangan Ny.S menikah dan mempunyai 4 orang anak,.Spiritual :
Ny.S menyatakan beragama Islam dan rajin menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya...Faktor Interpersonal : Ny.S memiliki 5 bersaudara, dan selalu
berkomunikasi dengan baik Faktor ekstrapersonal : Ny.S mempunyai rumah
sendiri di Jakarta, mempunyai usaha warung dan pembiayaan perawatan
ditanggung oleh jaminan kesehatan
Prorgam terapi : Lasix 2 amp, valco 1x75 mg, nopertin 1x10 mg, biscor 1x2.5
mg, Aldactone 1x12.5 mg
Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi,
DX
Cardiac care
sebelum masuk rumah sakit, disertai dengan mual muntah, rasa cepat capek,
20x/mnt, SB 36.8. Sat O2 100%. EKG: SR. QRS.Rate 108x/mnt, axis LAD, PR
int 0,12, QRS durasi 0.08 , ST elevasi III,aVF. T inverted di aVL. Psikologikal :
Pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas Sosial budaya :
komunikasi dengan anak-anak terbuka Perkembangan : Tn.A menikah dan
mempunyai 2 orang anak,.Spiritual : Tn.A menyatakan beragama Islam dan rajin
menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya...Faktor Interpersonal : Semua
saudara pasien sudah meninggal sehingga yang berkunjung hanya anak-anak
pasien. Faktor ekstrapersonal : Tn.A tinggal di Jakarta Barat dengan status
rumah sendiri mempunyai usaha kontrakan dan pembiayaan perawatan
ditanggung oleh askes.Prorgam terapi : Lasix 2 amp, valco 1x75 mg, nopertin
1x10 mg, biscor 1x2.5 mg, Aldactone 1x12.5 mg
Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi,
DX
Cardiac care
Pencegahan primer Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
Impleentasi
7 Resume : Kasus 7. UAP NSTEMI timi 3/7 grace 133, Hipertensi stg I
Pasien Tn.M.H umur 67 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan saat sedang duduk-duduk, terasa
Profil
seperti tertindih benda berat, di ulu hati, menjalar ke leher, kemudian ke lengan
dengan durasi > 30 menit, hilang setelah dipijat.
Persepsi pasien terhadap Stressor : Tuan M.H memberi arti bahwa akibat sesak
nafas menyebabkan tubuh merasa lelah hal ini berhubungan dengan gaya hidup
dan usianya semakin tua. Persepsi perawat terhadap stressor : Stressor utama
Pasien yaitu perubahan kondisi kesehatannya yaitu sesak nafas dan tidak dapat
beraktivitas. Kesan singkat Faktor Intrapersonal : Fisiologikal: Neurologi:
kompos mentis, tidak ada kelainan dalam batas normal.Kardiovaskuler: rerata
frekuensi jantung 80-100x/menit, bunyi S1/S2 (+),murmur (-), denyut nadi apeks
(+), perabaan diatas iktus kordis (+)TD:148/74 mmHg, HR 80-100x/mnt, RR
Pengkajian
20x/mnt, SB 36.8. EKG: SR. QRS.Rate 108x/mnt, axis LAD, PR int 0,12, QRS
durasi 0.08 , ST elevasi III,aVF. T inverted di aVL. Psikologikal : dapat
menceritakan perasaannya dengan perawat, tentang diagnosa, rencana tindakan.
Sosial budaya : komunikasi dengan anak-anak terbuka Perkembangan : Tn.A
menikah dan mempunyai 6 orang anak,.Spiritual : Tn.MH menyatakan beragama
Islam dan rajin menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya...Faktor
Interpersonal : Saudara kandung Tn M.H yang ke 3 meningal dengan riwayat
penyakit jantung. . Faktor ekstrapersonal : M.H tinggal di Sumatra Selatan
dengan status rumah sendiri mempunyai usaha kontrakan dan pembiayaan
perawatan ditanggung sendiri.Prorgam terapi : Aspilet 160, plavix 300, ISDN
3x5 mg, Sinvastatin 1x20 mg, diazepam 1x5 mg, Captopril 3x6.25, heparinisasi
dengan lavenox 2x0.6 cc 12 jam, Diit jantung 2000 kkal/24 jam
Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemik/ infark miokard.
DX
Pain management
jantung.
NOC
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
NIC
Airway management
status oksigen pasien Pencegahan sekunder : Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam.Pencegahan tersier : Pastikan kebutuhan oksigen Auskultasi suara
nafas sebelum dan sesudah memberikan oksigen
tidak ada sesak nafas, batuk tidak ada. Bersihan jalan nafas terkontrol dengan
pengobatan. Ny.S mengonsumsi makanan dan minuman yang diberikan.
keadaan kondisinya, tidak bisa beraktifistas lebih seperti semula merasa cepat
lelah, sulit tidur.. Sosial budaya Kepala keluarga dan ayah untuk anak-anaknya,
sangat dekat dengan anak-anak dan berkomunikasi baik. Tn.S selalu mengharapkan
perhatian dari keluarganya. Perkembangan : Tn.S memenuhi kebutuhan
perkembangan sebagai orang dewasa menengah, berkeluarga/ kawin dan
mempunyai 3 anak, . Spiritual : Tn.S menyatakan beragama Islam dan rajin
menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya...Faktor Interpersonal : Pasien
adalah anak pertama dari 3 bersaudara, kedua orang tuanya masih ada.
Mempunyai hubungan komunikasi dengan keluarga dari kakak dan adik-adiknya. .
Faktor ekstrapersonal : Tinggal serumah, dengan anak-anaknya. Mendapat
dukungan dari keluarga. Dukungan dana sepenuhnya dari Istri dan jaminan
kesehatan. Perusahan.
Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemik/ infark miokard.
DX
NIC
Pain management
NIC
tanda-tanda curah jantung terkontrol Pola nafas teratasi, tidak merasa sesak lagi,
namun masih mengalami kelemahan fisik, mobilisasi bertahap walaupun masih
dibantu oleh perawat dan keluarga.
seperti ditindih beban berat menjalar ke bahu dan lengan kiri, muncul saat istirahat
dengan durasi 30 menit dan disertai sesak nafas.
Persepsi pasien terhadap Stressor.Pasien menerima keadaan kondisinya, dan
banyak mencari informasi kepada perawat dan dokter mengenai kondisi
penyakitnya..Persepsi perawat terhadap stressor : perubahan kondisi
kesehatannya yaitu adanya nyeri dada selain itu tidak dapat beraktivitas. Kesan
singkat Faktor Intrapersonal : Fisiologikal: Neurologi: kompos mentis, tidak
ada kelainan dalam batas normal.Kardiovaskuler: HR 80-100x/menit, bunyi S1/S2
(+),murmur (-), denyut nadi apeks (+), perabaan diatas iktus kordis (+)TD:154/78
mmHg, HR 70-74x/mnt, RR 20-22x/mnt, SB 36.9. Sat O2 100%. : EKG: AF.
QRS.Rate 74x/mnt, axis normal, PR int 0,22, QRS durasi 0.08 .T inverted di
Pengkajian
Pain management
Pencegahan primer Observasi tanda-tanda non verbal ketidaknyamanan
Implementasi
akral hangat, Pola nafas teratasi, tidak merasa sesak lagi, bantuan nafas tetap
diberikan, namun masih mengalami kelemahan fisik, mobilisasi bertahap walaupun
masih dibantu oleh perawat dan keluarga.
11 Resume : Kasus 11. Acut Inferior STEMI onset 21 jam Killip II timi 6/4
Pasien Tn. K umur 59 tahun, masuk Rumah sakit dengan keluhan sesak nafas, dialami 21
jam sebelum masuk RS, timbul pada saat pasien sedang tidur, tidak hilang dengan
Profil
denyut nadi apeks (+), perabaan diatas iktus kordis (+)TD:135/77 mmHg, HR 70-
80x/mnt, RR 20x/mnt, SB 36.6. Sat O2 100%. : EKG Sinus Rytem, QRS rate
90x/mnt, axis (N), P wave (N), PR int 0.20, QRS durasi 0.10, ST Depresi I, aVL,
II, aVF, V3-V6.Psikologikal : Tn. K menerima keadaan kondisinya, tidak bisa
beraktifistas lebih seperti semula merasa cepat lelah, sulit tidur. Sosial budaya
:sangat dekat dengan anak-anak dan berkomunikasi baik. Perkembangan :
berkeluarga/ kawin dan mempunyai 1 anak, . Spiritual : Tn.K menyatakan
beragama Islam dan rajin menjalankan ibadah sholat 5 waktu setiap hari .Faktor
Interpersonal : Mempunyai hubungan komunikasi dengan keluarga dan kerabat
serta teman kerja dengan baik. Faktor ekstrapersonal : Tinggal serumah, dengan
anak-anaknya. Mendapat dukungan dari keluarga.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplay darah yang tidak adekuat
DX
NOC
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah)
NIC
Management Airway
sangat membantu. Nampak lebih tenang, nyeri berkurang, sesak tidak ada, namun
pasien masih mengeluh pausing.aktivitas makan dan minum dilakukan sendiri.
Hal ini menunjukan masalah nyeri teratasi sebagian.
terasa berdebar, sering pingsan, mual, muntah, keringat dingin. Nyeri dada terasa
Profil
100x/mnt, ST elevasi di V1-V4, PR int 0.20, QRS durasi 0.10, axix (N)
Psikologikal : Pasien juga cemas dengan pemasangan PPM sehingga pasien
meragukan perannya nanti setelah keluar rumah sakit. Sosial budaya Sebagai Istri
keluarga dan ibu untuk anak-anaknya, sangat dekat dengan anak-anak dan
berkomunikasi baik. Perkembangan : Pasien memenuhi kebutuhan perkembangan
sebagai orang dewasa menengah, berkeluarga/ kawin dan mempunyai 2 anak, .
Spiritual : Pasien menyatakan beragama Kristen dan rajin menjalankan ibadah
setiap hari minggu di gereja .Faktor Interpersonal : Pasien adalah anak ke dua
dalam keluarga,. Faktor ekstrapersonal : Tinggal serumah, dengan anak-
anaknya. Mendapat dukungan dari keluarga. Dukungan dana sepenuhnya dari Istri.
Prorgam terapi : Aspilet 1x80 mg,ISDN 3x5 mg,plavix 1x75 mg,Diazepam 1x5
mg,sinvastatin 1x20 mg,lasix 1x40 mg,Amlodipine 1x5 mg.
Nyeri berhubungan dengan adanya pemasangan TPM
DX
NOC
Pain Management
Pencegahan primer : Kaji secara komprehensif nyeri termasuk lokasi,
Implementasi
dapat beradaptasiNy.R dapat istirahat dan tidur tanpa gangguan nyeri. Hal ini
menyatakan bahwa Ny.R dapat mengontrol atau beradaptasi dengan nyeri ringan.
13 Resume : Kasus 13. ADHF pada CHF fc.III.ec Old acut MCI post ALO
Pasien Tn.V umur 57 tahun. Masuk Rumah sakit dengan keluhan sesak napas. Keluhan
ini dirasakan sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas dirasakan ketika
Profil
pasien sedang istirahat dirumah yaitu menonton TV. Sesak napas semakin
bertambah ketika pasien beranjank dari tempat duduk.
Persepsi pasien terhadap Stressor : Pasien menerima keadaan kondisinya, dan
banyak mencari informasi kepada perawat dan dokter mengenai kondisi
penyakitnya..Persepsi perawat terhadap stressor : Stressor utama Pasien yaitu
perubahan kondisi kesehatannya yaitu adanya sesak nafas pada saat rumah sakit
selain itu tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. Kesan singkat Faktor
Intrapersonal : Fisiologikal:.Kardiovaskuler: HR 70-80x/menit, bunyi S1/S2
(+),murmur (-), denyut nadi apeks (+), perabaan diatas iktus kordis (+)TD:135/85
mmHg, HR 80-90x/mnt, RR 18-20x/mnt, SB 36.8. Sat O2 100%.: EKG Sinus
Rytem, QRS rate 90x/mnt, axis (N), P wave (N), PR int 0.20, QRS durasi 0.10, ST
Pengkajian
Depresi I, aVL, II, aVF, V3-V6. : CTR 50%, segmen Ao (N), pulmo (N), apex
kongesti (-), Infiltrat (+).Rontgen : CTR 70%, Segmen Ao elegansi, dilatasi,
Segmen Po Normal, pinggang jantung mendatar, apex downwound, infiltrat (+),
Kongesti (+).Psikologikal : Pasien menerima keadaan kondisinya, tidak bisa
beraktifistas lebih seperti semula merasa cepat lelah, sulit tidur. Sosial budaya
sangat dekat dan mempunyai hubungan yang harmonis dengan anak-anak dan
berkomunikasi baik.. Perkembangan : berkeluarga/ kawin dan mempunyai 2 anak,
. Spiritual : Pasien menyatakan beragama Kristen dan rajin menjalankan ibadah
setiap hari minggu di gereja .Faktor Interpersonal :.Mempunyai hubungan
komunikasi dengan keluarga dan kerabat serta warga sekitar dengan baik. Faktor
ekstrapersonal : Tinggal serumah, dengan anak-anaknya. Mendapat dukungan
dari keluarga. Dukungan dana sepenuhnya dari Istri dan jaminan kesehatan.
Management Airway
Pencegahan primer : Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
Implementasi
tidak terjadi sesak nafas. Bersihan jalan nafas terkontrol dengan pengobatan.
menonton TV pada malam hari, durasi > 15 menit dan tidak hilang dengan
istirahat. Kemudian pasien dianjurkan untuk dilakukan tindakan operasi CABG.
Persepsi pasien terhadap Stressor : merasa tidak berdaya dengan luka post
perasi CABG disertai rasa nyeri pada luka post operasi.kondisi pasien lemah dan
memiliki keterbatasan aktivitas..Persepsi perawat terhadap stressor : Stresor
utama Tuan N yaitu ancaman perubahan fungsi jantung setelah dioperasi ditandai
dengan dan aktivitas setelah pulang rumah nanti.Kesan singkat Faktor
Intrapersonal : Fisiologikal: TD:145/65 mmHg, HR 90-100x/mnt, RR 20-
22x/mnt, SB 36.8. Psikologikal : Tuan N bisa bekerja sama, dapat menceritakan
perasaannya dengan perawat, tentang diagnosa, rencana tindakan. Keluarga
menyatakan kurang maksimal memperhatikan/ mengontrol keadaan pasien terkait
Pengkajian
dengan makanan dan kebiasaan karena dianggap pasien memahami dan dapat
melakukannya. Sosial budaya : Pasien berhubungan dengan baik dengan anak-anak
dan istri . Tuan N sebelum sakit bergaul dengan berbagai elemen masyarakat
terkait dengan pekerjaannya. Perkembangan : Mempunyai keberhasilan dalam
memenuhi kebutuhan perkembangan sebagai dewasa tua, telah menikah dan
mempunyai 3 anak. Merasa senang tinggal bersama istri dan anak-anaknya.
Spiritual : Menyatakan dirinya sebagai seorang yang beragama Islam. Rajin
menjalankan sholat dan rajin mengikuti pengajian yang diadakan disekitar tempat
tinggal Faktor Interpersonal : Mempunyai hubungan komunikasi dengan
keluarga dari kakak dan adik-adiknya. Faktor ekstrapersonal : Dukungan dana
sepenuhnya dari gaji pasien dan dari anak-anak yang sudah bekerja.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis otot jantung post
DX
operasi.
NOC
Cardiac Care
15 Resume : Kasus 15. UAP NSTEMI timi 3/7 grace 98, Hipertensi stg I, DM tipe 2
Pasien Tn.SB umur 52 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada sejak 5 jam
sebelum masuk RS. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas, menjalar ke lengan kiri
Profil
sampai punggung. Nyeri dirasakan pada saat pasien sedang tidur dengan durasi >
20 menit.
Persepsi pasien terhadap Stressor : Tuan SB memberi arti bahwa akibat nyeri
yang dirasakan menyebabkan tubuh merasa lelah dan tidak dapat
beraktivitas.Persepsi perawat terhadap stressor : Stressor utama Pasien yaitu
perubahan kondisi kesehatannya yaitu adanya nyeri dada juga merasa mual serta
tidak dapat beraktivitas. Kesan singkat Faktor Intrapersonal : Fisiologikal:
Kardiovaskuler: HR 80-100x/menit, bunyi S1/S2 (+),murmur (-), denyut nadi
apeks (+), perabaan diatas iktus kordis (+)TD:126/66 mmHg, HR 60-70x/mnt, RR
20x/mnt, SB 36.5. Sat O2 100%. EKG: SR. QRS.Rate 108x/mnt, axis LAD, PR
Pengkajian
int 0,16, QRS durasi 0.06 , ST elevasi III,aVF. T inverted di aVL. Psikologikal :
dapat menceritakan perasaannya dengan perawat, tentang diagnosa, rencana
tindakan. Sosial budaya : komunikasi dengan anak-anak terbuka karena istrinya
anak-anak dan istri selalu stia mendampingi dan merawat Tn SB Perkembangan :
memenuhi kebutuhan perkembangan dewasa produktif, SB menikah dan
mempunyai 3 orang anak,.Spiritual : Tn.SB menyatakan beragama Islam dan rajin
menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya...Faktor Interpersonal : Saudara
kandung Tn SB yang ke 2 meningal dengan riwayat penyakit jantung. . Faktor
ekstrapersonal : Pasien tinggal di Kebayoran lama dengan status rumah sendiri
mempunyai usaha warung. Prorgam terapi : Aspilet 160, plavix 300, ISDN 3x5
mg, Sinvastatin 1x20 mg, diazepam 1x5 mg, Captopril 3x6.25, heparinisasi dengan
lavenox 2x0.6 cc 12 jam, Diit jantung 2000 kkal/24 jam
Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemik/ infark miokard.
DX
NOC
Pain management
Pencegahan primer : Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Implementasi
Pola nafas teratasi, Tn SB terlihat merasa nyaman karena tidak merasa sesak lagi,
Evaluasi
batuk sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas dirasakan apabila
Profil
pasien merasa capek atau beraktivitas ringan dirumah. Klien juga mengalami
udema pada kedua ekstremitas bawah.
Persepsi pasien terhadap Stressor : Pasien selalu berusaha meminta perawat
untuk mengatur posisi tidur, dan berusaha mencari kenyamanan. sesak, .Persepsi
perawat terhadap stressor : Stressor utama Pasien yaitu perubahan kondisi
kesehatannya yaitu merasa sesak nafas saat beraktivitas selain itu merasa tidak
nyaman. Kesan singkat Faktor Intrapersonal : Fisiologikal: Kardiovaskuler:
HR 80-90x/menit, bunyi S1/S2 (+),murmur (-), denyut nadi apeks (+), perabaan
diatas iktus kordis (+)TD:154/78 mmHg, HR 70-74x/mnt, RR 20-22x/mnt, SB
Pengkajian
36.9. Sat O2 100%. : EKG: Atrial Fibrilasi, QRS rate 90 x/mnt, axix RAD,
QRS durasi 0.08, ST elevasi pada V4, Q patologis pada V1-V3.Psikologikal : Tn
E menerima keadaan kondisinya, tidak bisa beraktifistas lebih seperti semula
merasa cepat lelah, sulit tidur. Sosial budaya : Kepala keluarga dan ayah untuk
anak-anaknya, sangat dekat dengan anak-anak dan berkomunikasi baik.
Perkembangan : berkeluarga/ kawin dan mempunyai 2 anak, . Spiritual : Tn.E
menyatakan beragama Islam dan rajin menjalankan sholat 5 waktu sesuai ajaran
agamanya. Faktor Interpersonal Mempunyai hubungan komunikasi dengan
keluarga dan kerabat serta teman kerjanya. Faktor ekstrapersonal :Tinggal
serumah, dengan anak-anaknya. Mendapat dukungan dari keluarga. Dukungan
dana sepenuhnya dari Istri dan jaminan kesehatan (KJS
Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya infark pada otot
DX
jantung miokard
Cardiac Care
Pencegahan primer : Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
Implementasi
Tn.E merasa nyaman tidur dengan semi fowler dan ditambah satu bantal. Pasien
diajarkan teknik relaksasi, pertahankan tenang dan dalam keadaan rileks. Nampak
Evaluasi
lebih tenang, nyeri berkurang, sesak tidak ada, namun pasien masih mengeluh
pusing.aktivitas makan dan minum dilakukan sendiri. Hal ini menunjukan masalah
pernapasan teratasi.
seperti ditindih beban berat menjalar ke bahu dan lengan kiri, muncul saat istirahat
dengan durasi 30 menit dan disertai sesak nafas.
Persepsi pasien terhadap Stressor :.Pasien menerima keadaan kondisinya, dan
banyak mencari informasi kepada perawat dan dokter mengenai kondisi
penyakitnya..Persepsi perawat terhadap stressor : Stressor utama Pasien yaitu
perubahan kondisi kesehatannya yaitu adanya sesak nafas.Kesan singkat Faktor
Intrapersonal : Fisiologikal:.Kardiovaskuler: HR 80-90x/menit, bunyi S1/S2
(+),murmur (-), denyut nadi apeks (+), perabaan diatas iktus kordis (+)TD:90/60
mmHg, HR 70-80x/mnt, RR 18x/mnt, SB 36.6. Sat O2 100%.: EKG SR,QRS rate
80x/mnt,QRS axis (N), P wave (N),PR int 0.20,QRS durasi 0.04.Rontgen : CTR
Pengkajian
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. Tanda vital dalam rentang
NOC
normal
NIC
Pain Management
Pencegahan primer : Dorong pasien untuk menggunakan pengobatan nyeri yang
Implementasi
Tn.P merasakan nyeri/ kurang nyaman hari pertama post PTCA dan kemudian
dapat beradaptasi. . Respon pasien dengan diam dan istirahat membantu pasien
Evaluasi
mengontrol rasa kurang nyaman/ nyeri. Tn.P dapat istirahat dan tidur tanpa
gangguan nyeri. Hal ini menyatakan bahwa Tn.P dapat mengontrol atau
beradaptasi dengan nyeri ringan.
18 Resume : Kasus 18 post operasi CABG 5x (1) LIMA-LAD end to side, (2) LRA-
PDA end to side, (3) SVG-LCX end to side, (4) SVG-inter mediate end to side, dan
(5) SVG-D1 end to side.
Tuan H,54 tahun, Tuan H masuk dengan diagnosa medis CAD 3VD EF 22%
Pasien
SVG-DLRCA.
Persepsi pasien terhadap Stressor : Tuan H memberi arti bahwa saat ini merasa
tidak berdaya dengan luka post perasi.Persepsi perawat terhadap stressor :
Stresor utama Tuan H yaitu ancaman perubahan fungsi jantung dengan diagnosis
medis CAD Kesan singkat Faktor Intrapersonal : Fisiologikal: Gambaran
singkat: Fisiologikal: BB 66,5 Kg, TB: 165 Cm. merasa pusing setiap perubahan
posisi. Tekanan darah TD S 90-110/ D: : 35-50 mmHg. MAP:60-75mmHg. S.O2:
94-96% PAW: 13SV : 608 CO/CI:6,2/ 3,6 SVR/ SVR1:773/ 1340 PVR/
Pengkajian
Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis otot jantung post
DX
operasi.
Cardiac Care
Pencegahan primer : Monitor status kardiovaskuler Pencegahan sekunder :
Implementasi
Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput Pencegahan tersier : Atur
periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
rendah, jalan nafas bersih, tidak ada sesak nafas, batuk tidak ada.Posisi kaki kanan
daerah pemasangan IABP tetap dipertahankan tidak tertekuk. Nadi perifer teraba.
19 Resume : Kasus 19 Acut STEMI Inferior,onset 6 jam Killip 1 Timi 2/14.DM tipe 2
Pasien Tuan A, 53 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan mengalami nyeri dada berat
saat sedang menonton TV. Nyeri dirasakan 6 jam sebelum masuk rumah sakit,
Profil
91x/mnt, axis (N), PR int 0,18, QRS durasi 0.06 , ST elevasi II,II,aVF.
Psikologikal : Tn.A menerima keadaan kondisinya, tidak bisa beraktifistas lebih
seperti semula merasa cepat lelah, sulit tidur.. Sosial budaya : Setiap hari minggu
adakan pertemuan dengan keluarga dikantornyadengan baik..Perkembangan :
menikah dan mempunyai 3 orang anak,.Spiritual : Tuan A menyatakan beragama
Kristen dan rajin menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya pada setiap hari
minggu...Faktor Interpersonal : Tuan A memiliki lma saudara, dan selalu
berkomunikasi dengan baik Faktor ekstrapersonal : Tuan A tinggal dirumah
sendiri, masih aktif bekerja dan biaya perawatan ditanggung perusahan.
Pain management
berkurang, sesak tidak ada, namun pasien masih mengeluh pausing.aktivitas makan
dan minum dilakukan sendiri. Hal ini menunjukan masalah nyeri teratasi sebagian.
sebelum masuk rumah sakit. Sedangkan edema sudah terjadi sejak 7 hari sebelum
masuk rumah sakit.
Cardiac care
Pencegahan primer : Monitor status kardiovaskulerPencegahan sekunder :
Implementasi
Pasien merasa nyaman tidur dengan semi fowler dan ditambah satu bantal. Pasien
Evaluasi
diajarkan teknik relaksasi, pertahankan tenang dan dalam keadaan rileks. Pasien
menyatakan sangat membantu. Nampak lebih tenang, nyeri berkurang, sesak tidak
ada, namun pasien masih mengeluh pusing.aktivitas makan dan minum dilakukan
sendiri.
21 Resume : Kasus 21 Acut Posterolateral STEMI onset 4 jam timi 2/14 killip 2
Pasien Ny.D. umur 72 tahun, Masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada. Nyeri
dirasakan seperti ditekan, ditindih dengan beban berat, menjalar ke lengan kiri dan
Profil
O2 100%. : EKG: Sinus rytem, QRS rate 83 x/mnt, QRS axis normal, QRS
durasi 0.08, ST elevasi pada I, aVL,V5-V6, ST depresi di V1-V2.Psikologikal :
Ny.D menerima keadaan kondisinya, tidak bisa beraktifistas lebih seperti semula
merasa cepat lelah, sulit tidur.. Sosial budaya Ny.D sudah janda dan tinggal
bersama anaknya.anak-anaknya, Perkembangan : berkeluarga/ kawin dan
mempunyai 6 anak, . Spiritual : Ny.D menyatakan beragama Islam dan rajin
menjalankan ibadah sesuai agamanya yaitu sholat .Faktor Interpersonal :Pasien.
Mempunyai hubungan komunikasi dengan keluarga dan masyarakat sekitar tempat
tinggal. Faktor ekstrapersonal : Tinggal serumah, dengan anak-anaknya.
Mendapat dukungan dari keluarga. Dukungan dana sepenuhnya dari anak-anak dan
kartu Jakarta sehat.
Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemik/ infark miokard.
DX
Pain management
Pencegahan primer : Dorong pasien untuk monitor nyeri dan mengatasinya
Implementasi
Ny.D nampak tenang, nyeri berkurang dan sesak. Setelah diberikan intervensi
keperawatan mempunyai kecenderungan hemodinamik yang stabil
Evauasi
22 Resume : Kasus 22 UAP NSTEMI Timi 3/7 Grace 138, CHF fc III ec.CAD.DM tipe
2
Tn.S.S umur 63 tahun,. Masuk rumah sakit dengan keluhan rasa berdebar-debar
Pasien
hilang timbul sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini muncul pada saat pasien bangun
Profil
dari tidur yang disertai dengan nyeri dada, rasa mual dan muntah. Keluhan ini
sudah sempat dirasakan sejak 3 bulan sebelum masuk RS.
Persepsi pasien terhadap Stressor :.Pasien menerima keadaan kondisinya, dan
banyak mencari informasi kepada perawat dan dokter mengenai kondisi
penyakitnya..Persepsi perawat terhadap stressor : Stressor utama Pasien yaitu
perubahan kondisi kesehatannya yaitu adanya nyeri dada selain itu tidak dapat
beraktivitas.Kesan singkat Faktor Intrapersonal : Fisiologikal: HR 80-
90x/menit, bunyi S1/S2 (+),murmur (-), denyut nadi apeks (+), perabaan diatas
Pengkajian
Pain management
juga mengeluh nyeri dada seminggu sebelum masuk rumah sakit, dan sesak nafas
Profil
jantung
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
NOC
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
NIC
Airway management
Pencegahan primer : Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.Identifikasi
Implementasi
Tn. Y umur 54 tahun Masuk Rumah sakit dengan keluhan sesak napas disertai
Pasien
nyeri dada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan pasien seperti
Profil
keterbatsan perannya sebagai suami dan ayah dalam keluarga, Sosial budaya :
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangganya.
Perkembangan : telah menikah dan mempunyai 2 anak. Spiritual : Pasien rajin
menjalankan ajaran agamanya yaitu Islam..Faktor Interpersonal : Pasien adalah
kepala keluarga yang pekerja keras, dan selalu perhatian terhadap keluarganya,.
Faktor ekstrapersonal : Tuan Y sejak sakit tidak secara aktif mengikuti organisasi
keluarga.Prorgam terapi :Aspilet 1x80 mg Plavix 1x75 mg Amlodipine x5
mg Captopril 3x50 mg ISDN 3x10 mg Sinvastatin 1x20 mgConcer 1x2.5
mg
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
NOC
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
NIC
Airway management
Tuan Y. nampak tenang, tidak sesak. Setelah diberikan oksigen pasien merasa
Evaluasi
nyaman. Posisi tidur semi fowler membantu mengatasi keluhan sesak nafas, juga
dengan pemberian obat aspilet. Pasien merasa nyaman tidur dengan semi fowler
dan ditambah satu bantal. Pasien diajarkan teknik relaksasi, pertahankan tenang
dan dalam keadaan rileks
25 Resume : Kasus 25 Acut Posterolateral STEMI onset 4 jam timi 2/14 killip 2
Pasien Tn. A. umur 49 tahun, Masuk ruangan IGD dengan keluhan nyeri dada. Nyeri
dirasakan seperti ditekan, ditindih dengan beban berat, menjalar ke lengan kiri dan
Profil
Persepsi pasien terhadap Stressor : Tuan A.memberi arti bahwa akibat sesak
nafas menyebabkan tubuh merasa lelah hal ini berhubungan dengan gaya hidup
dan usianya semakin tua.Persepsi perawat terhadap stressor : Stressor utama
Pasien yaitu perubahan kondisi kesehatannya yaitu sesak nafas dan tidak dapat
beraktivitas. Kesan singkat Faktor Intrapersonal : Fisiologikal: HR
80-100x/menit, bunyi S1/S2 (+),murmur (-), denyut nadi apeks (+), perabaan diatas
iktus kordis (+)TD:140/78 mmHg, HR 80-100x/mnt, RR 20-22x/mnt, SB 36.7. Sat
O2 100%. Psikologikal : Tuan A. bisa bekerja sama, dapat menceritakan
Pengkajian
Pain management
Tuan A nampak tenang, nyeri berkurang dan sesak. Setelah diberikan intervensi
Evaluasi
jam.
jantung.
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
NOC
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
NIC
Airway management
Pencegahan primer : Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
Implementasi
jalan nafas bersih, tidak ada sesak nafas, batuk tidak ada. Bersihan jalan nafas
terkontrol dengan pengobatan.
.
nyeri dada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan pasien
seperti terbakar, dan terasa berat seperti tertindih beban berat. Nyeri
dirasakan bila pasien melakukan aktivitas ringan.
Persepsi pasien terhadap Stressor : Na.Y, mengalami penurunan kemampuan
fisik namun menyatakan masih mampu melakukan tugastugas
keseharian..Persepsi perawat terhadap stressor : Stresor utama Na.Y yaitu
ancaman perubahan fungsi jantung ditandai dengan sesak dan cepat capek.
Kesan singkat Faktor Intrapersonal : Fisiologikal: TD:144/60 mmHg, HR 90-
Pengkajian
jantung
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
NOC
NIC
Airway management
Na.Y setelah hari ke dua perawatan memperlihatkan jalan nafas bersih, tidak ada
Evaluasi
sesak nafas, batuk tidak ada. Bersihan jalan nafas terkontrol dengan pengobatan.
mengonsumsi makanan dan minuman yang diberikan. Orang tua membantu
menyediakan kebutuhan pasien, membantu melakukan tepuk dada setelah
inhalasi. Bersihan jalan nafas tetap dipertahankan sampai hari kedua.
Ny.M sudah berulang kali dirawat di RS Harapan Kita dengan keluhan sesak
nafas dan cepat capek bila beraktivitas.
Persepsi pasien terhadap Stressor :. Pasien menerima keadaannya sekarang
dan berharap kesembuhan terhadap penyakitnya.Persepsi perawat terhadap
stressor : Stresor utama Ny. M. pasien nampak banyak diam/ apatis, banyak
tidur dan istirahat.Kesan singkat Faktor Intrapersonal : Fisiologikal:
TD:90/60 mmHg, HR 80-90x/mnt, RR 20-24x/mnt, SB 36.4. Sat O2 98%.
Rontgen Thorax : CTR 50%, Seg Ao dilatasi, Po (N), pinggang
jantung (+), infiltrat (-), kongesti (-)EKG: SR. QRS.Rate 70x/mnt, axis (N),
PR int 0,16, QRS durasi 0.06 , ST elevasi V1-V4, T Inv V1-V4.
Pengkajian
Psikologikal :pasien menyadari akan keterbatsan perannya sebagai istri dan ibu
dalam keluarga, dan berharap dukungan dari anak-anak. Sosial budaya : Pasien
berhubungan dengan baik dengan anak-anak dan keluarga.. Perkembangan :
Mempunyai keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan perkembangan sebagai
dewasa tua, telah menikah dan mempunyai 2 anak. Merasa senang tinggal bersama
dengan anak-anaknya. Spiritual : Pasien rajin menjalankan ajaran agamanya yaitu
Islam..Faktor Interpersonal : Pasien adalah kepala keluarga karena suami telah
meninggal dan seorang yang pekerja keras, dan selalu perhatian terhadap
keluarganya,. Faktor ekstrapersonal : Ny.M sejak sakit tidak secara aktif
mengikuti organisasi keluarga .
jantung
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
NOC
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
NIC
Airway management
Setelah 4 hari perawatan Ny.M memperlihatkan jalan nafas bersih, tidak ada
Evaluasi
sesak nafas, batuk tidak ada. Bersihan jalan nafas terkontrol dengan pengobatan.
Bersihan jalan nafas tetap dipertahankan tetap maksimal sesuai kebutuhan pasien.
Ny S. umur 49 tahun, Masuk Rumah sakit dengan keluhan nyeri dada, disertai
Pasien
sesak nafas. nyeri dirasakan seperti ditindih beban berat menjalar ke bahu dan
Profil
lengan kiri, muncul saat istirahat dengan durasi 30 menit dan disertai sesak nafas
dan apabila pasien beraktivitas sehari-hari
Persepsi pasien terhadap Stressor :.Pasien menerima keadaan kondisinya, dan
banyak mencari informasi kepada perawat dan dokter mengenai kondisi
penyakitnya. Kondisi pasien masih cepat lelah dan sesak, .Persepsi perawat
terhadap stressor : Stressor utama Pasien yaitu perubahan kondisi kesehatannya
yaitu adanya nyeri dada selain itu tidak dapat beraktivitas. Kesan singkat
Faktor Intrapersonal : Fisiologikal:.Kardiovaskuler: HR 80-100x/menit, bunyi
S1/S2 (+),murmur (-), denyut nadi apeks (+), perabaan diatas iktus kordis
(+)TD:154/78 mmHg, HR 70-74x/mnt, RR 20-22x/mnt, SB 36.9. Sat O2 100%. :
Pengkajian
EKG: AF. QRS.Rate 74x/mnt, axis normal, PR int 0,22, QRS durasi 0.08 .T
inverted di III.aVF Psikologikal :Ny. S. menerima keadaan kondisinya, tidak bisa
beraktifistas lebih seperti semula Pasien sering bertanya tentang kondisi
penyakitnya sekarang. Sosial budaya Istri dan ibu untuk anak-anaknya, sangat
dekat dengan anak-anak dan berkomunikasi baik. Perkembangan : berkeluarga/
kawin dan mempunyai 3 anak, . Spiritual : Ny.S menyatakan beragama Kristen
.Faktor Interpersonal : Mempunyai hubungan komunikasi dengan keluarga dan
kerabat serta teman kantornya. Faktor ekstrapersonal : Tinggal serumah, dengan
anak-anaknya. Mendapat dukungan dari keluarga.
Prorgam terapi : Neurodek 1x1 mg,lasix 1x1/2 mg, spirolacton 1x200 mg,
ascardia 1x80 mg, simarc 1x1 mg, lansoprasol 2x1 mg, digoxin 1x1 mg.
Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemik/ infark miokard.
DX
Pain management
kompos mentis, akrak hangat, hemodinamik stabil, nadi perifer teraba, tidak sesak,
tidak ditemukan cianosis,
sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas dirasakan ketika pasien
sedang istirahat duduk dirumah. Sesak napas semakin bertambah ketika pasien
beranjak dari tempat duduk.
Persepsi pasien terhadap Stressor :.Pasien menerima keadaan kondisinya, dan
banyak mencari informasi kepada perawat dan dokter mengenai kondisi
penyakitnya..Persepsi perawat terhadap stressor : Stressor utama Pasien yaitu
perubahan kondisi kesehatannya yaitu adanya sesak nafas pada saat rumah sakit
selain itu tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. Kesan singkat Faktor
Intrapersonal : Fisiologikal: HR70-80x/menit, bunyi S1/S2 (+),murmur (-),
denyut nadi apeks (+), perabaan diatas iktus kordis (+)TD:135/85 mmHg, HR 80-
Pengkajian
90x/mnt, RR 18-20x/mnt, SB 36.8. Sat O2 100%.: EKG Sinus Rytem, QRS rate
90x/mnt, axis (N), P wave (N), PR int 0.20, QRS durasi 0.10, ST Depresi I, aVL,
II, aVF, V3-V6. : CTR 50%, segmen Ao (N), pulmo (N), apex kongesti (-
),Psikologikal :Pasien menerima keadaan kondisinya, Sosial budaya. Pasien selalu
mengharapkan perhatian dari keluarganya,. Perkembangan : berkeluarga/ kawin
dan mempunyai 2 anak, Spiritual : Pasien menyatakan beragama Kristen dan
rajin menjalankan ibadah.Faktor Interpersonal :.Mempunyai hubungan
komunikasi dengan keluarga dan kerabat serta warga sekitar dengan baik. Faktor
ekstrapersonal : Tinggal serumah, dengan anak-anaknya. Mendapat dukungan
dari keluarga..Prorgam terapi : Lasix 2x2 amp,plavix 1x75 mg,sinvastatin 1x20
IV,ramixal 1x10 mg,Diit jantung 1800 kkal/24 jam, injeksi ceftriaxon 1x2 gr.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplay darah tidak adekuat
DX
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
NOC
NIC
Management Airway
l/menit. Tn.V menyatakan akan mengkonsumsi obat dan tetap mematuhi program
pengobatan yang diberikan oleh dokter dan perawat.