Anda di halaman 1dari 7

Perancangan Tangki Premixing untuk Pembuatan Powder

Coatings dengan Atomisasi

Tony Handoko, ST, Ryan Varyan, Natalia Synta Dewi, Dr. Ir. Budi Husodo Bisowarno, M.Eng.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan
Ciumbuleuit 94, Bandung 40141
Telp/Fax. (022)2032700; email : tonih@home.unpar.ac.id, v4ry4n@yahoo.com,
natalia_synta@yahoo.com.

Abstrak

Coatings adalah suatu proses pelapisan suatu bahan menggunakan zat lain dengan tujuan
dekoratif dan fungsional. Pada mulanya digunakan coatings jenis liquid. Karena solvent yang
digunakan menghasilkan polusi maka dikembangkan coatings yang berbentuk serbuk dinamakan
powder coatings. Powder coatings adalah suatu serbuk pelapis yang tidak mengandung
pelarut.Pembuatan powder coatings ada beberapa cara. Pada saat ini proses yang biasa
digunakan umumnya ialah dengan menggunakan ekstruder. Tahapan pembuatan powder coatings
dengan ekstruder ialah premixing, ekstrusi, grinding, dan sieving. Selain menggunakan ekstruder,
ada pula yang menggunakan proses VAMP. Proses ini menggunakan CO2 pada titik
superkritisnya sebagai medium untuk melelehkan resin. Saat ini akan dicoba suatu metode baru
yang memiliki jumlah tahap lebih sedikit bila dibandingkan dengan proses ekstruder dan tidak
perlu menggunakan CO2 untuk melelehkan resinnya. Proses ini dinamakan proses atomisasi.
Proses ini akan menggabungkan tahap premixing dan ekstrusi menjadi satu tahap tanpa
mengurangi kualitas powder coatings yang dibuat dengan ekstruder. Pada penelitian ini akan
dirancang suatu tangki premixing untuk digunakan pada pembuatan powder coatings dengan
menggunakan atomisasi.Bahan penyusun powder coatings terdiri dari resin, pigmen, curing
agent, filler, dan bahan aditif. Pada penelitian ini akan digunakan dua macam resin yaitu resin
epoksi dan poliester, pigmen menggunakan titanium dioksida, filler BaSO4, bahan aditif uni resi
flow dan Benzoin. Untuk variasi yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi jumlah
pengaduk dan lama pengadukan. Powder coatings yang telah jadi akan dianalisis ukurannya,
ketebalannya, kekilapannya, dan daya tahan terhadap impact.

Kata kunci : powder, tangki premixing, atomisasi

1. Pendahuluan

Proses coatings adalah suatu proses pelapisan terhadap suatu permukaan bahan. Tujuan dari
pelapisan ini adalah untuk dekoratif, memberikan perlindungan terhadap korosi dan sinar ultraviolet, dan
untuk insulasi. Beberapa contoh coatings adalah cat, enamel, varnish, dan lain-lain.
Pada mulanya coatings dibuat dalam bentuk liquid dengan menggunakan suatu pelarut yang
disebut solvent based coatings. Solvent based coatings menimbulkan polusi pada pembuatannya dan juga
pada saat pengaplikasiannya. Polusi ini disebabkan oleh penggunaan pelarut organik. Oleh karena
masalah tersebut maka penggunaan solvent based ini digantikan oleh water based. Namun pemakaian
water based coatings ini juga belum memberikan hasil yang maksimal untuk pelapisan suatu bahan, maka
dikembangkan coatings berbentuk bubuk (powder) dan tidak mengandung pelarut, yang disebut powder
coatings.
Powder coatings adalah proses finishing kering yang menggunakan bahan dasar pigmen dan
resin. Pengaplikasian powder coatings ini adalah dengan cara pengisian powder dengan muatan
elektrostatis kemudian disemprotkan ke permukaan bahan yang akan dilapisi. Proses coatings dapat
dilakukan secara manual atau otomatis dengan jenis peralatan yang bermacam-macam..
Sekarang ini pembuatan powder coatings yang umum digunakan dalam skala industri adalah
dengan menggunakan alat ekstruder. Seiring kemajuan teknologi, mulai dikembangkan produksi powder
coatings dengan proses VAMP (Valve And Micro Pump). Proses ini menggunakan gas karbondioksida
yang dipanaskan hingga titik superkritisnya untuk melelehkan resin sebagai bahan baku utama. Namun,
dilihat dari segi ekonomi, proses ini tidak efisien karena harga gas karbondioksida yang mahal dan jumlah
yang diperlukan juga sangat banyak. Oleh karena itu, dikembangkan teknologi baru, yaitu dengan cara
atomisasi yang hanya menggunakan udara biasa sebagai media. Proses ini diharapkan dapat memproduksi
powder coatings dengan lebih efisien dan kualitas coatings yang maksimal.
Tahap yang paling penting dalam pembuatan powder coatings dengan atomisasi adalah pada
tahap premixing, karena pengadukan dan pencampuran bahan-bahan penyusun powder coatings hanya
terjadi pada tahap ini. Oleh sebab itu, pada tahap ini pencampuran harus dilakukan dengan baik sehingga
campuran benar-benar homogen. Proses produksi powder coatings dengan atomisasi yang telah dilakukan
saat ini mempunyai kelemahan. Kelemahan ini terletak pada proses mixingnya yang masih gagal, yaitu
bentuk campuran pada saat premixing telah memadat sebelum memasuki spray chamber. Padahal
seharusnya campuran yang akan memasuki spray chamber berbentuk pasta. Tahap premixing ini sangat
menentukan hasil powder yang dihasilkan.

2. Pembuatan Powder Coatings

Pada penelitian ini terdapat dua buah proses yang sangat penting, yaitu premixing dan atomisasi.
Kedua proses ini dianggap penting karena pada tahap premixing resin harus dapat meleleh sehingga
bahan-bahan baku penyusun powder coatings dapat bercampur secara homogen. Namun pada penelitian
ini hanya dibatasi pada tahap premixing saja. Setelah bercampur, campuran yang berupa pasta seharusnya
dimasukkan ke dalam atomizer dengan dialirkan lewat nozzle dan dikontakkan dengan udara biasa
(temperatur kamar), tetapi pada penelitian ini pasta tidak dialirkan ke atomizer melainkan dialirkan
melalui saluran keluaran dan digiling menjadi lembaran tipis. Langkah-langkah prosedur percobaan dapat
dilihat pada Gambar 2.1. Hasil akhir dari percobaan ini berupa powder akan digunakan untuk melapisi
permukaan seng. Powder disebarkan di atas seng hingga merata, kemudian dipanaskan di dalam oven
hingga powder meleleh.

Gambar 2.1. Diagram Prosedur Percobaan

Tangki premixing yang akan digunakan pada penelitian ini akan dirancang sedemikian rupa agar
bahan-bahan penyusun powder coatings dapat tercampur dengan homogen dan pasta yang terbentuk
dapat dialirkan ke spray chamber untuk diatomisasi. Langkah-langkah perancangan tangki premixing
dapat dilihat pada Gambar 2.2
Menentukan jumlah campuran
berdasarkan formula yang digunakan

Menghitung volume tangki

Menentukan tangki besar dan alat


pemanas

Menentukan media pemanas yang


sesuai

Melakukan uji coba tangki premixing

Menyempurnakan alat dari


kekurangan-kekurangan yang telah
diketahui

Melakukan tempuhan

Gambar 2.2. Bagan Prosedur Desain Tangki Premixing

3. Bahan dan Alat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Lama penelitian adalah sekitar lima bulan. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi bahan baku utama dan bahan baku penunjang.

3.1. Bahan Baku Utama

Bahan baku utama yang akan digunakan dalam percobaan ini ialah resin poliester, resin epoksi,
bahan aditif (Benzoin dan uni resi flow), pigmen putih (TiO2), pigmen biru, dan filler (Blanc fixe).
Formulasi yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formulasi powder coatings


Jumlah
Material Spesifikasi
(%)
Resin polyester Binder 35.8
Resin epoksi Binder (CA) 23.2
Uni Resi Flow Flow agent 0.5
Benzoin Degassing Agents 0.3
Titanium dioksida Pigmen 12
Pigmen biru Pigmen 18
Blanc fixe (BaSO4) Microbytes (Filler) 10.2
TOTAL 100

3.2. Bahan Baku Penunjang dan Alat

Bahan baku penunjang adalah bahan yang bukan merupakan variabel percobaan namun digunakan
untuk membantu berlangsungnya percobaan. Pada penelitian ini akan digunakan bahan baku
penunjang berupa oli yang akan digunakan sebagai media pemanas.
4. PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Desain

Fokus penelitian pembuatan powder coatings dengan atomisasi ini adalah pada tahap premixing.
Tahap premixing adalah tahap yang paling penting pada pembuatan powder coatings karena pencampuran
bahan-bahan penyusun powder coatings hanya terjadi pada tahap ini. Semua bahan baku dicampur dan
dilelehkan hingga homogen. Kehomogenan campuran sangat mempengaruhi kualitas powder yang
dihasilkan.
Alat premixing ini terdiri dari beberapa macam peralatan yang dirangkai sedemikian rupa
sehingga dapat mencampur bahan-bahan penyusun powder coatings dengan homogen serta dapat
menjaga temperatur campuran selama berada di dalam tangki tersebut. Alat-alat ini terdiri dari :
1.Tangki stainless steel besar 30 cm.
2.Tangki stainless steel kecil 14 cm.
3.Mixer dan pengaduk.
4.Pemanas 1 (880 W).
5.Pemanas 2 (600 W).
6.Pengontrol temperatur.
Rancangan skema alat premixing dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2

Gambar 4.1. Skema Peralatan Premixing

Gambar 4.2. Tangki Premixing dengan pengontrol temperatur

Tangki yang digunakan untuk tangki premixing ini terdiri dari dua macam tangki yang berbeda
ukuran. Tangki besar diisi dengan media pemanas yang akan memanaskan tangki kecil yang diletakkan di
dalam tangki besar. Tangki kecil akan diisi dengan bahan-bahan penyusun powder coatings. Pada tangki
kecil dibuat sebuah lubang di pinggir dengan diameter sekitar 22 mm untuk saluran keluaran pasta.
Sebelum campuran benar-benar homogen, lubang ini akan disumbat dahulu.
Campuran bahan-bahan penyusun powder coatings ini kemudian dipanaskan agar resin dapat
meleleh, namun campuran ini tidak langsung kontak dengan pemanas untuk menjaga agar temperaturnya
konstan. Heater akan memanaskan media pemanas yang kemudian akan memanaskan campuran bahan
penyusun powder coatings. Media pemanas tersebut diharapkan dapat menyerap panas yang masih tersisa
di heater walaupun telah dimatikan. Mixer yang digunakan ialah jenis mixer yang biasa digunakan untuk
membuat adonan roti atau kue. Mixer untuk adonan roti atau kue telah dirancang khusus untuk mengaduk
campuran seperti pasta.
Pemanas yang digunakan untuk memanaskan campuran ada 2 macam. Pemanas pertama
diletakkan di bawah tangki besar, sedangkan pemanas kedua dimasukkan ke dalam media pemanas.
Dengan digunakannya dua buah pemanas, waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu oli sekitar 180 oC
hanya perlu waktu 1 jam. Media pemanas yang digunakan ialah oli karena oli memiliki titik didih sekitar
200 oC sehingga dapat digunakan untuk memanaskan campuran hingga suhu di atas 100 oC.
Pengontrol temperatur memegang peranan yang sangat penting. Pengontrol ini akan bertugas
untuk menjaga suhu media pemanas agar tetap konstan. Bila suhu media pemanas konstan, maka dapat
dipastikan bahwa suhu di dalam tangki kecil juga konstan. Jenis pengontrol yang digunakan ialah PID.

4.2 Pembahasan Hasil

Pasta yang terbentuk diaduk dengan memvariasikan waktu pengadukan, yaitu 5 menit, 10 menit,
dan 20 menit. Setelah diaduk selama waktu tertentu, pasta dialirkan dari tangki premixing melalui saluran
keluaran. Pasta tersebut kemudian digiling sehingga menghasilkan lembaran tipis. Setelah keras,
lembaran tipis tersebut kemudian dihancurkan hingga berbentuk potongan-potongan yang lebih kecil.

4.3 Pembahasan Analisis

Pengaduk yang digunakan pada pembuatan powder coatings ini ada 2 macam, yaitu dengan
menggunakan 1 buah pengaduk dan dengan 2 buah pengaduk. Powder coatings kemudian diaplikasikan
dan dianalisis di laboratorium milik PT. International Coatings. Analisis yang dilakukan meliputi analisis
fisik, analisis ketebalan, analisis gloss / kekilapan, dan analisis daya tahan terhadap impact (benturan).
Dari hasil analisis fisik diperoleh ukuran powder sekitar 100 mesh dan berwarna biru muda yang merata
di setiap butiran powder. Hasil analisis lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Powder


Analisis
No. Ketebalan Analisis Analisis Impact
Plat Gloss Beban
(m) Keterangan (kg)
5'A 35-45 2.4 - 2.4 Tidak Lulus 30
10'A 70-82 30.1 - 29 Tidak dilakukan -
20'A 66-73 36.6 - 35.7 Tidak Lulus 40
5'B 60-81 69.2 - 56.4 Tidak Lulus 40
10'B 78-81 75.8 - 75.7 Tidak Lulus 40
20'B 81-86 77.3 - 76.8 Tidak Lulus 40
Keterangan :
A : Menggunakan 1 pengaduk.
B : Menggunakan 2 pengaduk.

4.3.1 Analisis Fisik

Ukuran powder harus diperhatikan keseragamannya, tujuannya adalah agar memiliki kualitas
yang baik setelah diaplikasikan. Powder harus memiliki ukuran sekitar 100 mesh. Dengan ukuran ini,
powder akan membentuk lapisan film yang merata di atas plat besi dan permukaan yang halus. Selain
ukuran powder, pada analisis fisik ini juga dilakukan pengamatan terhadap kehomogenan warna. Pigmen
biru dan pigmen putih yang digunakan terdispersi secara merata dalam setiap butir powder. Hal ini dapat
diketahui dari warna powder yang sama setiap bagiannya. Dari hasil analisis fisik diketahui bahwa jumlah
pengaduk dan lama pengadukan tidak mempengaruhi ukuran powder dan warna powder yang dihasilkan.
4.3.2 Analisis Ketebalan

Setelah diaplikasikan, lapisan film tersebut dianalisis ketebalannya. Alat pengukur ketebalan
lapisan film yang digunakan adalah Thicknessmeter Sheen. Jumlah pengaduk yang digunakan juga
mempengaruhi kualitas powder. Lapisan film pada powder yang dihasilkan dengan 2 pengaduk
mempunyai tekstur yang lebih halus daripada lapisan film yang dihasilkan dengan 1 pengaduk saja.
Lapisan film yang dihasilkan dari 1 pengaduk memberikan permukaan yang bergelombang menyerupai
kulit jeruk. Hal ini dapat disebabkan dari pengadukan yang kurang merata, sehingga zat aditif tidak
terdispersi secara merata pada setiap butiran powder. Sedangkan pada lapisan film yang dihasilkan
dengan 2 pengaduk tidak memberikan permukaan yang bergelombang.

4.3.3 Analisis Gloss

Setelah dianalisis ketebalannya, kemudian dilakukan analisis gloss untuk mengetahui derajat
kekilapan lapisan film yang dihasilkan. Alat pengukur derajat kekilapan lapisan film adalah MicroGloss
60 Sheen. Dari hasil analisis gloss, diketahui bahwa lapisan film yang diperoleh dengan menggunakan 2
buah pengaduk mempunyai kekilapan yang baik. Sedangkan pada pengadukan dengan 1 pengaduk,
rentang gloss yang dihasilkan jauh di bawah standar. Hal ini dapat disebabkan oleh pengadukan yang
kurang merata sehingga campuran menjadi kurang homogen dan bahan aditif tidak terdispersi secara
merata ke seluruh bagian pasta. Selain itu, waktu pengadukan juga mempengaruhi derajat gloss lapisan
film. Semakin lama waktu pengadukan semakin baik pula gloss pada lapisan film yang dihasilkan.

4.3.4 Analisis Daya Tahan Terhadap Impact

Setelah dilakukan analisis gloss terhadap permukaan film, dilakukan juga analisis daya tahan
terhadap impact. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Tubular Impact Tester.
Dari hasil analisis impact, dapat diketahui bahwa semua plat tidak lulus uji terhadap beban yang
digunakan, padahal seharusnya lapisan film pada permukaan plat tersebut mampu menahan benturan
yang disebabkan oleh beban. Semua plat yang permukaannya terkena beban, lapisan filmnya retak. Hal
ini disebabkan oleh formula yang digunakan pada saat penelitian kurang baik dan terlalu umum, sehingga
kualitas powder yang dihasilkan juga kurang baik. Seharusnya jumlah bahan aditif yang digunakan
diperbanyak lagi, sehingga diperoleh kualitas powder yang baik dan memiliki sifat adhesitivitas yang
lebih baik lagi. Dengan demikian, powder tersebut mampu menahan beban yang diberikan pada saat
dilakukan uji ketahanan terhadap impact.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Alat premixing baru yang telah dirancang dapat digunakan untuk pembuatan powder
coatings dengan baik.
2. Tangki yang cocok digunakan untuk tangki premixing adalah tangki dengan spesifikasi :
a. 2 buah tangki stainless steel dengan ukuran yang berbeda,yang dilengkapi pemanas dan
pengontrol temperatur.
b. Jenis pengaduk yang cocok untuk penelitian ini adalah pengaduk yang biasa digunakan
untuk membuat kue dan jumlahnya 2 buah
3. Media pemanas yang digunakan pada penelitian ini adalah air dan oli, namun yang paling
cocok untuk penelitian ini adalah oli.
4. Titik leleh campuran pada formula yang digunakan pada penelitian ini adalah 110 oC.
5. Variasi waktu pengadukan adalah 5, 10, dan 20 menit. Yang memberikan hasil terbaik
adalah pengadukan dselama 20 menit karena lebih homogen.
6. Hal yang mempengaruhi ketebalan lapisan film adalah ukuran powder dan teknik aplikasi.
7. Hal yang mempengaruhi gloss adalah jumlah pengaduk dan waktu pengadukan.
8. Hal yang mempengaruhi daya tahan terhadap impact adalah formula powder coatings.

5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan untuk kelanjutan dari penelitian ini antara lain:
1. Mixer yang digunakan sebaiknya diberi dudukan khusus sedemikian rupa pada tangki
premixing sehingga tidak perlu dipegang dengan tangan.
2. Sebaiknya pada saat diaduk tangki kecil diberi penutup sehingga campuran yang masih
berbentuk serbuk tidak berhamburan keluar.
3. Untuk memperoleh kualitas powder yang lebih baik, sebaiknya dicari formula lain dengan
jumlah zat aditif yang lebih banyak.
4. Untuk memperoleh hasil yang lebih homogen, sebaiknya bahan-bahan penyusun powder
coatings diaduk terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam tangki kecil.
5. Untuk membersihkan peralatan, dapat digunakan pelarut MEK (Metil Etil Keton).

Daftar Pustaka

[1] Franz, Peter and Meier, Edmund: Processing of Powder Coatings in a Reciprocating Single
Screw Extruder, ECN Journal, Switzerland, 2002.
[2] Howard, J.P. Paint and Resin Technology, Vol 27, No. 2, hal 77-80, 1998.
[3] Howell, David, M: The Technology, Formulation and Application of Powder Coatings, Volume
1, John Wiley and Sons, London, 2000.
[4] Pennisi S, Mario, Powder Coatings, www.Finishing.com, Queensland, 2002.
[5] Picecky, J. Bulletin S-217. Milk droplets : Their creation and drying. Niro Atomizer Ltd.
Copenhagen, 305 Gladsaxevej. DK-2860, Sborg Denmark. Bull. S-217
[6] Powder R&D, The Role of Additives in Powder Coatings, Industrial of Paint and Powder,
www.ippmagazine.com, Vol. 1, No. 1, 1990.
[7] Robert H. Perry and Don Green, Perrys Chemical Engineers Handbook, 6th ed., McGraw Hill
Book Co., New York, 1985.
[8] Satas, D and Tracton, A, Arthur: Coatings Technology Handbook, 2nd ed., Marcel Dekker, Inc.
New Jersey, 2001.
[9] Walas. M. Stanley, Chemical Process Equipment, 10th ed., Butterworth Publishers., Stoneham
MA, 1988.

Anda mungkin juga menyukai