Aplikasi NANDA
Silahkan berkunjung keblog saya, semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat memajukan
dunia keperawatan.
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIPOID DENGAN
NANDA, NOC, NIC
Diposkan oleh Rizki Kurniadi
A. PENGERTIAN
Demam tipoid merupakan penyakit infeksi akut usus. Sinonim dari demam tipoid adalah
tipoid fever, enteric fever dan typus abdominalis
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran.
B. ETIOLOGI
Tifus abdominalis atau demam tipoid isebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang secara
morfologi identik dengan Escherichia coli. Walaupun pathogen kuat, kuman kuman ini tidak
bersifat piogenik, malahan bersifat menekan pembentukan sel polimorfonuklear dan eosinofil.
Kuman ini mempunyai beberapa antigen yang penting untuk mendiagnosis imunologik (tes
widal). Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak
bersepora .
C. PATOFISIOLOGI
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang
biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia
primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limfa dan organ-organ lainnya.
Proses ini terjadi selama masa tunas dan akan berakhir saat sel-sell retikoloendoteleal
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua
kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutrama limpa, usus
dan kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar fimfoid
usus halus. minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player.
Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus
dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-
kelenjar mesentrial dan limfa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan ileh kelainan pada usus halus.
D. MANIFESTASI KLINIK
Masa tunas demam tipoid berlangsung 10-14 hari. Minggu pertama penyakit keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pad umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare. Perasaan tidak enak diperut, batuk
dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu tubuh.
Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relative,
lidah yang khas (kotor di tengah, tepi, ujung merah dan tremor). Hepatomegali, splenomegali,
meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis..
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah tepi : leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia.
Pemeriksaan sumsum tulang : menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang
Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhposa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella tyhposapada urin
dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
Pemeriksaan widal : didapatkan titer terhadap antigen O adalah 1/200 atau lebih, sedangkan
titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan
diagnosis kerena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan immunisasi atau bila penderita
telah lama sembuh.
F. KOMPLIKASI
Usus : perdarahan usus, melena; perforasi usus; peritonitis
Organ lain : Meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumoni
G. PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari pada dimulainya pengobatan, keadaan sosial ekonomi dan gizi
penderita. Angka kematian pada RS tipe A berkisar antara 5-10 % pada operasi dengan
alasan perforasi, angka kematian berkisar 15-20%. Kematian pada demam tifoid disebabkan
oleh keadaan toksik, perforasi, perdarahan atau pneumonia.
H. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini ada trilogy penatalaksanaan tipoid yaitu :
1. Pemberian antibiotic untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman, antibiotic
yang digunakan ; Klorampenikol, ampicillin/ amoxsisilin, KOTRIMOKSASOL, sefalosforin
generasi II dan III
2. Istirahat dan perawatan professional bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas panas.
Mobilisasi bertahap sesuai kemampuan klien
3. Diet dan terapi penunjang
RENPRA TYPOID
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analogetik; jenis,
dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
Monitor TV
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
Monitor Nutrisi
Monitor BB jika memungkinkan
Monitor respon klien terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam input
makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
Monitor kadar energi, kelemahan dan
kelelahan.
6 PK: Perdarahan Setelah dilakukan Pantau tanda dan gejala perdarahan post
askep jam perawat operasi.
akan menangani atau Monitor V/S
mengurangi Pantau laborat HG, HMT. AT
komplikasi daripada kolaborasi untuk tranfusi bila terjadi
perdarahan perdarahan (hb < 10 gr%)
Kolaborasi dengan dokter untuk terapinya
Pantau daerah yang dilakukan operasi
My Profile
Rizki Kurniadi
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
12 (1425)
o Desember (79)
o November (51)
o Oktober (50)
o September (6)
o Juni (23)
o Mei (91)
o April (39)
o Maret (673)
31 Mar (6)
30 Mar (29)
29 Mar (2)
28 Mar (13)
27 Mar (9)
26 Mar (63)
24 Mar (20)
22 Mar (6)
21 Mar (9)
20 Mar (51)
19 Mar (20)
18 Mar (16)
17 Mar (7)
16 Mar (32)
15 Mar (12)
14 Mar (44)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. FM DENGAN CYTOMEGALOVI...
Entri Populer
MACAM-MACAM SUARA NAFAS