Tipe periontitis
Usia dan latar belakang sistemik
Adanya maloklusi dan status periodontal yang dikaitkan dengan protesa
Kebiasaan buruk (misalnya merokok)
Kooperatif pasien
1. Prognosis Sempurna
Prognosis dapat dikatakan sempurna apabila tidak ditemukannya
kerusakan tulang, kondisi gingival yang bagus, dan pasien kooperatif.
2. Prognosis Baik
Sebuah prognosis dapat dikategorikan baik apabila terjadi satu atau lebih
dari satu hal-hal berikut : kondisi tulang penyangga memadai, dapat
menghilangkan faktor etiologi yang memperlihatkan kemungkinan gigi
dipertahankan, pasien kooperatif.
3. Prognosis Sedang
Prognosis yang dikategorikan sebagai prognosis sedang apabila ditemukan
satu atau lebih dari hal berikut : Kondisi tulang penyangga memadai,
terjadi kegoyangan pada beberapa gigi, terjadinya kelainan furkasi derajat
I (permulaan, poket supraboni), adanya kemungkinan yang memadai untuk
dipertahankan, dan kooperatif pasien yang masih dapat diterima.
4. Prognosis Jelek
Prognosis jelek, apabila terjadi satu atau lebih dari hal-hal berikut :
kehilangan tulang yang moderat sampai berat, gigi goyang, furkasi derajat
I dan II (kerusakan tulang sedikit, probe dapat masuk sedikit, sedikit,
radiolusen), dan kooperatif pasien meragukan.
5. Prognosis Dipertanyakan
Apabila terjadi satu atau lebih dari hal-hal berikut, maka prognosis
dikategorikan sebagai prognosis depertanyakan. Ditemukannya kerusakan
tulang lanjut, furkasi derajat II dan III (kehilangan sebagian tulang furkasi,
tanpa kehilangan gingiva), gigi goyang, dan area yang tidak terjangkau
sikat gigi atau alat.
2. Baik
Sisa tulang dekuat, pasienkooperatif, tidak ada faktor sistemik atau ada
faktor sistemik namun terkontrol.
3. Sedang
Sisa tulang kurang dekuat, pasien kooperatif, ada penyakit sistemik, ada
kegoyangan gigi, ada keterlibatan furkasi.
4. Buruk
Terdapat kerusakan tulang, kekooperatifan pasien meragukan, keterlibatan
furkasi grade I dan II.
5. Dipertanyakan
Kerusakan tulang parah, ada penyakit sistemik, keterlibatan furkasi grade
II dan III.
6. Hopeless
Kerusakan tulang parah, sistemik tidak terkontrol, indikasi ekstraksi.
Referensi :
1. Siti Wuryan Prayitno, 2006, Periodontologi Klinik, Jakarta, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. P : 9-10
2. Andrianto Soeprapto, 2015, Rangkuman Teori Penunjang Klinik FKG
UI, Jakarta. P : 138 - 139