Komonitas Masyarakat Lumpur (KML) terus melestarikan budaya kesusastraan. Kamis
(05/10/2017) para pegiat sastra itu berkumpul di gedung Graha STKIP PGRI Bangkalan. Mereka menggelar bincang-bincang buku puisi yang sudah menjadi acara rutin setiap dua Minggu sekali. Kegiatan mancing sastra biasanya di gelar di Taman Paseban, namun pada kesempatan kali ini mancing sastra 8 digelar di kampus STKIP PGRI Bangkalan, bekerja sama dengan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) tujuannya agar ada kesan yang variatif dengan audien yang berbeda, yang mana pada kesempatan itu adalah mahasiswa PBSI. Namun tidak menutup kemungkinan mancing sastra ini tidak hanya di fokuskan terhadap mahasiswa atau siswa di Bangkalan, karna mancing sastra ini adalah konsumsi banyak lening sektor bahkan seluruh masyarakat Bangkalan secara umum. Yang berbeda pula pada mancing sastra kali ini adalah. KML mendatangkan Umar Fauzi Ballah sastrawan atau penyair dari kabupaten Sampang, untuk membedah buku puisi dan foto karya Bagus Tri Handoko yang berjudul ADAKAH PAGI DI KOTA INI. Umar Fauzi Ballah mengatakan saat membedah buku puisi dan foto Pak Bagus, dirinya mengatakan bahwa saat membaca buku puisi ini mengingatkannya terhadap kumpulan puisi karya Umbu yang berjudul APA ADA ANGIN DI JAKARTA, keduanya sama- sama menggugat kehidupan kota, hanya saja Umbu lebih konkrit dalam menggugat terhadapa Jakarta, umbu memetaforakan kota metro politan bahwa manusia dipaksa untuk hidup lebih keras. Berbeda dengan karya Pak Bagus Tri Handoko, karyanya tampak kurang berterus terang dalam memetaforakan kota yang di maksud. Umar Fauzi Ballah menambahkan bahwa lahirnya sebuah karya, karna adanya karya dari sebelumnya, artinya dari jaman kejaman karya sastra tidak akan pernah mati. Selain itu Bapak Bagus Tri Handoko mengaku bahwa dirinya bukanlah penyair, melainkan dirinya beranggapan hanya menulis puisi. Dan awal menulis berangkalat dari ajakan Pak Helmy. Pak Bagus tolong temani saya menulis, ajak pak helmy. Dari ajakan itulah Pak Bagus terinspirasi untuk menulis puisi dan foto hingga menjadi antologi puisi dengan judul besarnya ADAKAH PAGI DI KOTA INI. Kenapa harus ada foto? Menurutnya foto ini sudah menjadi alasan untuk menulis tentang Bangkalan dan ingin menulis kota Bangkalan dengan diksi yang berbeda dari beberapa dimensi. Itulah yang disampaikan oleh pembedah dan yang punya karya puisi dan foto. ADAKAH PAGI DI KOTA INI. Pesan dari Pak Bagus Tri Handoko sesuai dengan yang dismpaikan oleh AA Mansyur, menulislah sampai kehabisan kata-kata, tapi menulis jangan sampai kehabisan kata- kata, selain itu tips dalam menulis, seorang penulis sangat lucu ketika tidak suka membaca, karna kuliahnya seorang penulis adalah membaca, tutrnya.
BERKAS CERITA DAN HARAPAN YANG TERCECER DI JALAN-JALAN KOREA Resensi Kumpulan Puisi "Apa Yang Diharapkan Rel Kereta Api" Karya Moon Changgil Terjemahan Kim Young Soo Dan Nenden Lilis Aisyah