PENDAHULUAN
Tomb figure of a Lady (Gambar 2.13), tembikar warna abu-abu dengan detil goresan
yang tadinya dilukis, ditemukan di arah utara Wei periode (abad ke-6). Dengan gaya dan
hiasan kepala tinggi yang menjadi khas dari periode ini. Model of a tomb dignitary
(Gambar 2.14), merupakan tembikar yang dicat berasal dari T'ang dinasti, abad ke 7-8,
terdapat di dalam pusara-pusara. Figur-figur seperti itu dipercaya terkait dengan
kesejahteraan atau kesehatan di masa depan bagi orang yang telah meninggal.
Gambar 2.13 Tomb figure of a Lady (kiri) dan Model of a Tomb dignitary (kanan)
Sumber: World Ceramics
Group of musicians and dancers (Gambar 2.15). Merupakan tembikar yang dicat.
Dari dinasti T'ang, pada abad ke 7, patung-patung keramik ini memperlihatkan
rombongan dari musisi dan penari pada waktu itu.
Barang tanah liat pertama kali dibuat di kepulauan Jepang sekitar 13.000 tahun yang
lalu. Periuk besar dan dalam yang digunakan untuk merebus adalah yang paling umum.
Tanah liatnya dihias dengan menggiling atau menekan tali berkepang pada
permukaannya. Karena pola tali inilah, barang tanah liat dari jaman ini disebut dengan
jomon doki (jo = tali; mon = pola; doki = barang tanah liat). Sekitar 5000 tahun yang lalu,
selama jaman Jomon, beberapa desain yang sangat dinamis muncul, termasuk ornamen
ombak pada bibir periuk dan pola-pola aneh yang menutupi setiap bagian luarnya.
Pada jaman Yayoi berikutnya, penanaman padi dan jenis tembikar baru
diperkenalkan dari semenanjung Korea. Tembikar Yayoi merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari, digunakan terutama banyak untuk penyimpanan, memasak dan
makan. Tembikar jenis ini tidak semeriah barang tembikar Jomon, dan warnanya yang
muda menciptakan kesan lembut.
Sekitar awal abad ke-5, terjadi perubahan besar ketika teknik baru memasuki Jepang
dari semenanjung Korea. Sebelumnya, tanah liat dibakar di api unggun, tetapi jenis
tembikar baru, yang disebut dengan tembikar Sueki, dibakar dengan suhu tinggi di dalam
tempat pembakaran dengan cerobong (terowongan) yang dibangun loreng. Tembikar
Sueki adalah tembikar yang sebenarnya.
Sekitar pertengahan abad ke-7, para pengrajin tembikar Jepang pergi untuk
mempelajari teknik-teknik Korea dan Cina, dan belajar cara menggunakan glasir dan
membakar tanah liat dengan suhu yang cukup rendah. Beberapa glasir dari sini berwarna
hijau tua, sedangkan barang Nara Sansai menonjol dengan tiga warna, seringkali
berwarna merah, kuning, dan hijau. Akan tetapi, barang-barang ini digunakan hanya di
istana, keluarga bangsawan, dan kuil-kuil, dan sekitar abad ke-11 tidak dibuat lagi.
Kemajuan yang diperoleh tembikar Sueki menyebabkan pembangunan tempat-
tempat pembakaran di banyak bagian di Jepang. Tidak lama kemudian, para pengrajin
menemukan bahwa abu kayu di dalam tempat pembakaran yang panas bereaksi dengan
tanah liat sehingga menciptakan glasir alami. Hal ini mendorong mereka untuk
menaburkan abu dari tanaman yang dibakar secara sengaja ke atas tanah liat sebelum
dibakar. Teknik glasir abu alami ini pertama sekali dilakukan di tempat pembakaran
Sanage di propinsi Owari (sebelah barat daya propinsi Aichi sekarang).
Tembikar Sueki di jaman pertengahan menjadi pondasi untuk teknik- teknik baru dan
menjamurnya pembangunan tempat pembakaran. Enam kota tempat tembikar bersejarah
di Jepang yakni Seto, Tokoname, Echizen, Shigaraki, Tanba dan Bizen dimulai pada masa
ini, dan tempat pembakaran mereka masih berproduksi. Hampir semuanya membuat
gerabah yang terlihat alami. Hasil produksi mereka kebanyakan guci besar, jambangan
besar dan periuk. Sampai sekitar abad ke-16, Seto adalah satu-satunya tempat di Jepang
yang terus memproduksi tembikar berglasir.
Perang saudara yang melanda seluruh negeri Jepang pada jaman Warring States
(1467-1568), dan para pengrajin di Seto pergi ke utara ke daerah pegunungan menuju
Mino (kini propinsi Gifu bagian selatan). Disana mereka memelopori gaya baru unik
Jepang, yang terbaik adalah tembikar Kiseto, Seto- guro, Shino, dan Oribe. Sekitar pada
saat inilah upacara minum teh mulai menarik perhatian. Kebiasaan minum teh berasal
dari China pada akhir abad ke-12, dan pada abad ke-16 telah menjadi kebiasaan untuk
mengadakan acara yang berfokus pada upacara penyajian teh.
Dengan mulainya jaman Momoyama (akhir tahun 1500-an) berakhirlah perang
saudara, penggabungan Jepang, dan penyempurnaan upacara minum teh. Ini adalah saat
transformasi untuk barang tembikar Jepang. Toyotomi Hideyoshi memulai kampanye
militer di semenanjung Korea, dan hal ini menciptakan kesempatan bagi para samurai
menyenangi upacara minum teh untuk membawa pengrajin tembikar Korea ke Jepang
dan menyuruh mereka membangun tempat pembakaran. Banyak pusat produksi baru
termasuk Karatsu, Hagi, Agano, Takatori dan Satsuma didirikan di bagian-bagian yang
berlainan di Kyushu.
3.1 KESIMPULAN
1. Sejarah awal keramik pertama kali di dunia menurut ahli bahwa keramik dimulai
pada 30 ribu tahun yang lalu. Periode ini dalam sejarah disebut zaman Palaeolithic
atau zaman Batu Kuno (500 ribu10 ribu SM) karena alat pemotong atau senjata
tajam pada masa itu terbuat dari batu.
2. Sejarah keramik pertama kali di negara Mesir. Menurut Stockin Sejarah keramik
Islam yang berkembang di sentra industri keramik itu dapat dibagi dalam tiga periode
yaitu: Periode awal dengan ciri-ciri terdapat lukisan hewan-hewan dan manusia
(abad 9 M - abad 11 M), Periode pertengahan dengan ciri-ciri sudah dapat
memadukan bahan seperti emas dan perak (abad 12 M - abad 14 M) Periode terakhir
dengan ciri-ciri memiliki desain flora dan terdapat paduan antara emas dan perak
(abad 15 M - abad 19 M).
3. Sejarah keramik pertama kali di negara china. Seni Keramik Prasejara di dataran
China berkembang di zaman Neolitikum antara tahun 2500 SM 1500 SM adalah
seni keramik prasejarah. Pada dinasti Shang tahun 1500 1000 SM yang
berkedudukan di lembah sungai kuning seni keramik tumbuh berdampingan dengan
seni perunggu khas di china.
4. Sejarah keramik pertama kali di negara jepang. Barang tanah liat pertama kali dibuat
di kepulauan Jepang sekitar 13.000 tahun yang lalu. Periuk besar dan dalam yang
digunakan untuk merebus. Tanah liatnya dihias dengan menggiling atau menekan
tali berkepang pada permukaannya. Karena pola tali inilah, barang tanah liat dari
jaman ini disebut dengan jomon doki (jo = tali; mon = pola; doki = barang tanah liat).
5. Sejarah keramik pertama kali di negara indonesia. Keramik sudah dikenal sejak jaman
Neolithikum, diperkirakan rentang waktunya mulai dari 2500 SM1000 SM.
Peninggalan zaman ini diperkirakan banyak dipengaruhi oleh para imigran dari Asia
Tenggara berupa pengetahuan tentang kelautan, pertanian dan peternakan. Alat-alat
berupa gerabah dan alat pembuat pakaian kulit kayu.