Anda di halaman 1dari 98

BAB II

GAMBARAN UMUM
KONDISI DAERAH
2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dengan luas
632,26 km2. Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Luas wilayah Kota Pekanbaru menurut Kecamatan
NO KECAMATAN LUAS (km2) PERSENTASE (%)
1 Pekanbaru Kota 2,26 0,36
2 Sail 3,26 0,52
3 Sukajadi 3,76 0,59
4 Lima Puluh 4,04 0,64
5 Senapelan 6,65 1,05
6 Bukit Raya 22,05 3,49
7 Marpoyan Damai 29,74 4,70
8 Payung Sekaki 43,24 6,84
9 Tampan 59,81 9,46
10 Rumbai 128,85 20,38
11 Rumbai Pesisir 157,33 24,88
12 Tenayan Raya 171,27 27,09
Jumlah 632,26 100,00
Sumber : Bappeda Provinsi Riau, 2012
Kota Pekanbaru secara administrasi berbatasan langsung dengan daerah
Kabupaten sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar
- Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan
- Sebelah Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan
- Sebelah Barat : Kabupaten Kampar

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis


Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101 14 101 34 Bujur
Timur dan 0 25 0 45 Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut
berkisar 5 50 meter. Sedangkan permukaan wilayah bagian utara merupakan
daratan landai dan bergelombang dengan ketinggian berkisar 5 11 meter, dan
dibelah oleh aliran Sungai Siak, yang mengalir dari barat hingga ke timur, serta
memiliki beberapa anak sungai seperti sungai; Umban Sari, Sail, Air Hitam,

II - 1 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Sibam, Setukul, Kelulut, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau dan
Tampan.

Sumber : Bappeda Provinsi Riau

Gambar 2.1. Letak Geografis Kota Pekanbaru

2.1.1.3. Topografi
Kota Pekanbaru terletak pada bagian ketinggian 5 50 meter di atas
permukaan laut. Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar dengan
ketinggian rata-rata antara 10-20 meter di atas permukaan laut. Sedangkan
kawasan Tenayan dan sekitarnya umumnya mempunyai ketinggian antara 25-50
meter di atas permukaan laut. Kawasan yang relatif tinggi dan berbukit terutama
dibagian utara kota, khususnya di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan
ketinggian rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut.
Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat
kemiringan antara 0-2% atau relatif datar. Sedangkan wilayah kota yang agak
landai hanya sekitar 17%, landai (21%), dan sangat landai (13%). Sedangkan yang
relatif curam hanya sekitar 4-5% yang terdapat di Kecamatan Rumbai Pesisir.
Morfologi atau bentang alam Kota Pekanbaru dapat dibedakan atas 3 bagian,
yaitu :
- Morfologi daratan terutama di Kecamatan Pekanbaru Kota, Senapelan, Lima
Puluh, Sukajadi, Sail, dan sebagian Wilayah Rumbai, Rumbai Pesisir, Tenayan
Raya, Tampan, Marpoyan Damai, dan Payung Sekaki. Luas Morfologi ini di
perkirakan sekitar 65% dari wilayah kota. Daerah ini merupakan endapan
sungai dan rawa, dan sebagian besar merupakan daerah yang rawan genangan
dan banjir. Kawasan ini relatif datar dengan kelerengan kurang dari 5%.
- Morfologi perbukitan, terutama terdapat di kawasan utara, selatan, dan
sebagian wilayah barat dan timur, memanjang dari barat laut tenggara.

II - 2 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Satuan morfologi ini tersusun oleh batu lumpur, batu pasir, sedikit batu lanau,
batuan malihan, dan granit. Kawasan ini terletak pada ketinggian antara 20-35
meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan kurang dari 20%.
- Morfologi perbukitan sedang, terutama di bagian utara wilayah kota yang
merupakan kawasan perbukitan dengan arah memanjang dari barat laut
tenggara. Wilayah ini ditumbuhi vegetasi tanaman keras sebagai hutan lindung.

2.1.1.4. Geologi
Kota Pekanbaru mempunyai struktur geologi yang terdiri atas sesar
mendatar dengan arah umum barat laut tenggara, lipatan siklin dan antiklin
dengan arah penunjaman ketimur laut daya. Struktur geologi tersebut masuk
dalam sistem patahan Sumatera. Sementara itu sesar-sesar mendatar ini termasuk
dalam sistem patahan Semangko yang diduga terjadi pada masa Miosen Tengah.

2.1.1.5. Hidrologi
Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut :
Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata 8 meter,
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran rata-rata 0,75
liter/detik
Sungai Senapelan merupakan penampung utama bagi wilayah sebelah Barat
Jl. Jendral Sudirman dan sebelah utara Jalan Tuanku Tambusai, dengan lebar
rata-rata 3-4 meter
Sungai Sail, merupakan penampung utama bagi wilayah sekitar Pasar Laket
yang dibatasi Jl. Pelajar di sebelah barat, Jl. Pepaya di sebelah timur, Jl.
Mangga disebelah utara dan Jl. Tuanku Tambusai di selatan
Sungai Sago merupakan penampung bagi wilayah sebelah barat Jl. Sudirman,
Sungai Lunau, Sungai Tanjung Datuk I dan II
Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada,
seperti, sungai, rawa, dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak ;
Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak ;
Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai Siak ;
Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem gravitasi
yang tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi Pekanbaru yang
relatif datar menyebabkan sistem pengaliran air hujan tidak dapat terjadi
dengan baik.;
Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa di
sebelah utara Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa ini
dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa sebelah
timur.
Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak
merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi
kawasan ini terletak pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian elevasi
antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air laut dan setiap musim hujan
sering mengalami banjir yang disebabkan oleh :

II - 3 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Meluapnya Sungai Siak ;
Tingginya curah hujan, terutama di bagian hulu ; dan
Pengaruh pasang dari laut.
Disamping masalah tersebut, anak-anak sungai dan saluran drainase dalam
kota yang mengalir ke Sungai Siak sering tidak lancar dan berpotensi terjadinya
genangan lokal dan banjir di beberapa lokasi (titik-titik banjirseperti terlihat pada
Gambar 2.2). Kondisi ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat di
daerah perkotaan, khususnya di musim penghujan.

Sumber : Hasil Survei Tim Royal Haskoning, 2011


Gambar 2.2.Titik-titik Genangan dan Lokasi Banjir, 2011

2.1.1.6. Klimatologi
Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum
berkisar antara 31,00C-33,40C dengan suhu udara minimum berkisar antara
23,40C-24,40C. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban
maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban minimum berkisar
antara 57,0-67,7%.

II - 4 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.1.1.7. Penggunaan Lahan
Luas lahan terbangun (built-up areas) sekitar 24% dari luas wilayah kota
dan dimanfaatkan sebagai kawasan perumahan (sekitar 73% dari luas areal
terbangun), pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri, militer,
bandara, dan lain-lain. Areal belum terbangun (non-built up areas) adalah sekitar
76% dari luas wilayah kota saat ini yang merupakan kawasan lindung, perkebunan,
semak belukar, dan hutan. Areal ini sebagian besar terdapat di wilayah utara kota
(Rumbai dan Rumbai Pesisir), Tenayan Raya dan sekitarnya. Jenis penggunaan
lahan tersebut seperti terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2
Penggunaan Tanah Kota Pekanbaru, Tahun 2006

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)


A. Lahan Terbangun (built up areas)
1. Kawasan Perumahan 10.914,44
2. Kawasan Pemerintahan 100,23
3. Kawasan Pendidikan 282,30
4. Kawasan Perdagangan 666,07
5. Kawasan Industry 1.794,94
6. Militer 134,93
7. Bandara 276,00
8. Lain-lain 723,07
Jumlah A: 14.891,98
B. Lahan Tidak Terbangun (non-built up
areas)
1. Kawasan Lindung 2.605,75
2. Kawasan Perkebunan 18.372,33
3. Kawasan Semak Belukar 24.733,49
4. Hutan 2.622,45
Jumlah B: 48.334,02
Jumlah A + B 63.226,00
Sumber : RTRW Kota Pekanbaru revisi 2006

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah


Potensi pengembangn wilayah diarahkanberdasarkan :
1. Pemantapan fungsi pelayanan pada pusat-pusat kegiatan yang telah terbentuk,
melalui penyesuaian fungsi jaringan jalan dengan aktivitas yang
dikembangkan.
2. Pembentukan pusat pelayanan baru pada setiap Wilayah Pembangunan (di
luar WP I) yang disesuaikan dengan fungsi dominan wilayah yang
bersangkutan.
3. Sistem pusat pelayanan yang akan dibentuk terdiri atas satu Pusat Primer
yang berada pada Kawasan Pusat Kota (WP I), dan 4 (empat) Pusat
Sekunder yang terletak pada masing-masing pusat Wilayah Pembangunan
(WP II, WP III, WP IV, dan WP V).

II - 5 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


4. Pusat pelayanan di bagian Utara sungai Siak pengembangannya akan
diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan.
Sementara pada bagian Selatan sungai Siak, pengembangannya akan
diarahkan pada kegiatan-kegiatan terbangun dengan prioritas pengembangan
jasa, perdagangan, industri, permukiman, dan pendidikan. Di bagian Timur,
prioritas pengembangan akan diarahkan pada sektor industri, pergudangan,
perdagangan, dan jasa transportasi.

Fungsi primer dan sekunder di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :


a. Fungsi Primer, meliputi : (a) Perdagangan regional; (b) Pemerintahan; (c)
Pelabuhan penumpang dan barang; (d) Terminal AKAP; (e) Pelabuhan udara;
(f) Industri; (g) Pergudangan; (h) Pendidikan tinggi; (i) Rumah sakit; dan (j)
Sport centre.
b. Fungsi sekunder, meliputi : (a) Perdagangan kota; (b) Niaga/komersial; (c)
Pusat kecamatan dan WP; (d) Terminal kota; dan (e) Permukiman.

Detail pembahasan dapat dilihat pada Tabel 2.83.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana


Wilayah yang rawan bencana di Kota Pekannbaru adalah wilayah yang
relatif rendah dan rawan genangan air seperti pada wilayah Tabek Gadang,
Terminal AKAP unjung, Rumbai Pesisir, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan
Diponegoro, dan diidentifikasi sekitar 20 titik rawan genangan air lainnya.
Sedangkan area yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak
merupakan kawasan yang berpotensi banjir. Kondisi ini mengakibatkan
terganggunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan, khususnya di musim
penghujan. Ada puna rea rawan genangan air dan lokasi bencana banjir dapat
dilihat pada Gambar 2.2.

2.1.4. Demografi
Penduduk Kota Pekanbaru setiap tahunnya terus meningkat. Ini
menandakan bahwa Kota Pekanbaru terus berkembang dan maju sehingga
menjadi daya tarik bagi penduduk daerah lain bermigrasi ke Kota Pekanbaru.
Peningkatan jumlah penduduk disamping dari peningkatan jumlah migrasi juga
disebabkan oleh tingkat kelahiran dan kematian.

II - 6 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.3
Penduduk Kota Pekanbaru
Tahun 2006 2010

TAHUN
NO URAIAN
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah penduduk 754,467 779,899 799,213 802,788 897.768
2 Kepala Keluarga 169.957 175.859 177,762 188,341 213.795
3 Penduduk (jenis
kelamin) :
- Laki-laki 380,993 389,972 400,505 403,900 456.386
- Perempuan 373,474 389,927 398,708 398,888 441.382
4 Mutasi Penduduk
- Kelahiran 7.953 10.509 11.782 12.347 -
- Kematian 2.777 3.572 2.080 2.480 -
- Pindah 9.764 11.231 7.362 22.908 -
- Datang 21.916 27.131 16.813 19.181 -
Sumber: BPS Kota Pekanbaru,2011, dan Disdukcapil, 2010

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006


sampai dengan tahun 2010 kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Peningkatan
maupun pengurangan (pertumbuhan) jumlah penduduk Kota Pekanbaru di
pengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian, penduduk pendatang dan perpindahan
penduduk. Berdasarkan data dari Tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa penduduk
pendatang memberikan kontribusi pengaruh perubahan komposisi penduduk yang
terbesar lalu di ikuti oleh jumlah perpindahan penduduk, tingkat kelahiran dan
tingkat kematian.

Penyebaran penduduk per-kecamatan pada tahun 2010 di Kota Pekanbaru


dapat dilihat pada Tabel 2.4 seperti berikut ini:
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru per-Kecamatan
Persentase Densitas Penduduk
No Kecamatan
Penduduk (jiwa/km2)
1 Tampan 18,9 2.837
2 Payung Sekaki 9,64 2.003
3 Bukit Raya 10,24 4.169
4 Marpoyan Damai 14,00 4.227
5 Tenayan Raya 13,71 719
6 Limapuluh 4,60 10.234
7 Sail 2,39 6.577
8 Pekanbaru Kota 2,79 11.090
9 Sukajadi 5,26 12.553
10 Senapelan 4,06 5.480
11 Rumbai 7,20 502
12 Rumbai Pesisir 7,22 412
Pekanbaru 100,00 1.420
Sumber: Registrasi Penduduk Kota Pekanbaru 2011

II - 7 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
2.2.1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat ditunjukkan oleh angka Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan besaran nilai PDRB
merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai
keberhasilan pembangunan suatu daerah, atau dengan kata lain pertumbuhan
ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB. Di sisi
lain, inflasi merupakan angka pembanding lain yang juga erat kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Tabel 2.5 berikut ini menggambarkan
pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Kota Pekanbaru dari tahun 2006 2010.

Tabel 2.5
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kota Pekanbaru
Tahun 2006 2010
Pertumbuhan Ekonomi
Tahun Inflasi (%)
(%)
2006 10,15 6,32
2007 9,89 7,53
2008 9,05 9,02
2009 8,81 1,94
2010 8,98 6,80
Rata-rata 9,38 6,32
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

Untuk skala provinsi, kota Pekanbaru merupakan penyumbang terbesar


dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau. Hal ini cukup wajar mengingat Kota
Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau yang aktivitas ekonominya cukup besar
dan pusat peredaran barang dan jasa. Tabel 2.6 menggambarkan kondisi tersebut
secara jelas dan terlihat oleh kita bagaimana kontribusikabupaten dan kota lain
yang ada di Provinsi Riau dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau.

Tabel 2.6
Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota Diluar Migas
Provinsi Riau Tahun 2006 2010
TAHUN
NO Kabupaten/Kota
2006 2007 2008 2009
1 Pekanbaru 17,38 17,18 17,70 17,52
2 Indragiri Hilir 12,48 12,69 12,54 10,64
3 Siak 10,68 11,00 11,25 12,22
4 Bengkalis 10,88 10,52 9,82 584
5 Pelalawan 8,48 8,48 8,45 8,51
6 Indragiri Hulu 7,56 7,80 8,10 8,41
7 Rokan Hilir 8,42 8,27 8,06 8,44
8 Kampar 7,78 7,85 7,71 7,97
9 Kuantan Singingi 6,96 6,96 6,90 6,92

II - 8 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


TAHUN
NO Kabupaten/Kota
2006 2007 2008 2009
10 Rokan Hulu 6,52 6,42 6,52 5,84
11 Dumai 2,86 2,83 2,93 3,04
12 Kep. Meranti (pemekaran) 2,90 2,87 2,87
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010
Tabel 2.7 menjelaskan perbandingan pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru
dengan Provinsi Riau. Pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru dengan berbagai
komponen dan sektor pembentuknya relatif lebih tinggi dari Provinsi Riau.
Tabel 2.7
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekanbaru
dengan Provinsi RiauTahun 2006 2010
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI
SEKTOR/ LAPANGAN
NO 2006 2007 2008 2009*)
USAHA
Pku Riau Pku Riau Pku Riau Pku Riau
1 Pertanian 4,50 5,97 4,23 4,84 4,03 4,79 3,95 3,64
2 Pertambangan &Penggalian 7,01 28,61 5,01 -0,13 4,14 3,93 3,89 13,07
3 Industri Pengolahan 7,02 9,11 6,68 8,63 6,25 7,18 6,13 6,22
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 6,17 5,86 4,25 5,62 6,80 6,86 5,53 3,03
5 Bangunan 8,78 8,27 9,03 11,65 8,94 11,14 8,85 8,62
6 Perdagangan, hotel & 10,35 11,29 11,53 9,84 9,64 9,72 9,66 8,72
Restoran
7 Angkutan dan Komunikasi 10,17 9,62 9,58 7,28 10,42 10,45 9,38 8,11
8 Keuangan, Sewa & Jasa 21,78 15,67 14,47 13,33 10,22 13,65 10,50 9,99
Perusahaan
9 Jasa-jasa 10,11 9,94 9,24 9,71 8,84 9,25 8,34 8,39
Keterangan : * Tahun 2009 angka sementara
Sumber :BPS Kota Pekanbaru, 2010
Tabel 2.8 danTabel 2.9 berikut menunjukkan perkembangan PDRB Kota
Pekanbaru secara nominal atas dasar harga berlaku dan harga konstan.
Tabel 2.8
Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 2010 (milyar Rupiah)
SEKTOR/ PDRB ADHB
NO
LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 160,956 181,711 209,726 239,152 274,001
2 Pertambangan dan Penggalian 2,511 3,140 3,954 4,798 5,896
3 Industri Pengolahan 4.947,946 5.586,983 6.432,910 6.901,226 7.427,790
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 196,667 227,120 260,620 291,976 328,920
5 Bangunan 1.949,113 2.965,165 4.231,766 6.130,136 8.811,458
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4.019,169 5.090,377 6.504,844 7.778,112 9.464,316
7 Angkutan dan Komunikasi 1.392,535 1.585,349 1.844,506 2.136,932 2.490,941
8 Keuangan, Sewa dan Jasa 2.033,029 2.476,144 3.103,018 3.875,254 4.859,600
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1.778,614 2.003,412 2.325,186 2.680,345 3.090,556
PDRB 16.480,545 20.119,043 24.916,535 30.037,936 36.753,481
Keterangan : Tahun 2010 angka sementara
Sumber : Pendapatan Regional Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha, 2006-
2010 (BPS Pekanbaru, 2011)

II - 9 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.9
Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 2010 (milyar Rupiah)
SEKTOR/LAPANG PDRB ADHK 2000
NO
AN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 107,095 111,625 116,126 120,716 125,282
2 Pertambangan dan 1,983 2,082 2,168 2,252 2,331
Penggalian
3 Industri Pengolahan 699,871 746,614 793,267 841,894 892,240
4 Listrik, Gas dan Air 81,130 84,903 90,675 95,685 101,015
Bersih
5 Bangunan 1.075,520 1.172,610 1.277,475 1.390,532 1.515,123
6 Perdagangan, Hotel 1.961,790 2.187,933 2.398,747 2.630,543 2.889,072
dan Restoran
7 Angkutan dan 930,692 1.019,819 1.126,064 1.231,638 1.352,677
Komunikasi
8 Keuangan, Sewa dan 413,242 473,033 521,390 576,120 638,666
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 1.096,270 1.198,532 1.304,506 1.413,247 1.531,519
PDRB 6.367,596 6.997,154 7.630,422 8.302,631 9.047,929
Keterangan :Tahun 2010 angka sementara
Sumber : BPS - Pendapatan Regional Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha,
2006-2010

Tabel 2.10 dan Tabel 2.11 berikut adalah tabel yang menjelaskan PDRB
sektoral terdistribusi di 9 sektor atau lapangan usaha di Kota pekanbaru. Secara
nyata baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun harga konstan, PDRB Kota
pekanbaru terdistribusi lebih banyak di sektor perdagangan dan jasa.

Tabel 2.10
Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Pekanbaru Tahun 2006 2010
SEKTOR/LAPANGAN Distribusi ADHB 2000 (%)
NO
USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 0,98 0,90 0,84 0,78 0,75
2 Pertambangan dan Penggalian 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
3 Industri Pengolahan 30,02 27,77 25,82 22,98 20,21
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,19 1,13 1,05 0,97 0,89
5 Bangunan 11,83 14,74 16,98 20,41 23,97
6 Perdagangan, Hotel dan 24,39 25,30 26,11 25,89 25,75
Restoran
7 Angkutan dan Komunikasi 8,45 7,88 7,40 7,11 6,78
8 Keuangan, Sewa dan Jasa 12,34 12,31 12,45 12,90 13,22
Perusahaan
9 Jasa-jasa 10,79 9,96 9,33 8,92 8,41
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

II - 10 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.11
Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Pekanbaru Tahun 2006 2010
SEKTOR/LAPANGAN Distribusi ADHK 2000 (%)
NO
USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 1,68 1,60 1,52 1,45 1,38
2 Pertambangan dan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
Penggalian
3 Industri Pengolahan 10,99 10,67 10,40 10,14 9,86
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,27 1,21 1,19 1,15 1,12
5 Bangunan 16,89 16,76 16,74 16,75 16,75
6 Perdagangan, Hotel dan 30,81 31,27 31,44 31,68 31,93
Restoran
7 Angkutan dan Komunikasi 14,62 14,57 14,76 14,83 14,95
8 Keuangan, Sewa dan Jasa 6,49 6,76 6,83 6,94 7,06
Perusahaan
9 Jasa-jasa 17,22 17,13 17,10 17,02 16,93
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

Pertumbuhan sektor-sektor atau lapangan usaha yang ada di Kota Pekanbaru


dapat dilihat dari dua tabel di bawah ini.

Tabel 2.12
Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Pekanbaru Tahun 2006 2009
Pertumbuhan ADHB 2000 (%)
NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA
2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 12,9 15,4 14,0 14,6
2 Pertambangan dan Penggalian 25,0 25,9 21,3 22,9
3 Industri Pengolahan 12,9 15,1 7,3 7,6
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 15,5 14,7 12,0 12,7
5 Bangunan 52,1 42,7 44,9 43,7
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 26,7 27,8 19,6 21,7
7 Angkutan dan Komunikasi 13,8 16,3 15,9 16,6
8 Keuangan, Sewa dan Jasa
Perusahaan 21,8 25,3 24,9 25,4
9 Jasa-jasa 12,6 16,1 15,3 15,3
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010

Tabel 2.13
Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Pekanbaru Tahun 2006 2009
Distribusi ADHK 2000 (%)
NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA
2006 2007 2008 2009*
1 Pertanian 4,2 4,0 4,0 3,8
2 Pertambangan dan Penggalian 5,0 4,1 3,9 3,5
3 Industri Pengolahan 6,7 6,2 6,1 6,0
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,7 6,8 5,5 5,6
5 Bangunan 9,0 8,9 8,9 9,0

II - 11 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Distribusi ADHK 2000 (%)
NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA
2006 2007 2008 2009*
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,5 9,6 9,7 9,8
7 Angkutan dan Komunikasi 9,6 10,4 9,4 9,8
8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 14,5 10,2 10,5 10,9
9 Jasa-jasa 9,3 8,8 8,3 8,4
9,9 9,1 8,8 9,0
Keterangan :* Tahun 2009 angka sementara
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian Kota Pekanbaru,


maka PDRB perkapita/pendapatan perkapita penduduk Kota Pekanbaru juga
mengalami kenaikan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut di bawah
ini:
Tabel 2.14
Pendapatan Per Kapita dan Pertumbuhannya Kota Pekanbaru
Tahun 2006 2010
Pertumbuhan Pendapatan
Pendapatan Perkapita (Rp)
Tahun Perkapita (%)
ADHB ADHK ADHB ADHK
2006 20.239.073 7.840.631 - -
2007 23.965.829 8.334.870 18,42 6,30
2008 29.472.944 9.025.774 22,98 8,29
2009 35.281.513 9.607.947 19,71 6,45
2010 40.660.913 10.009.856 15,25 4,18
Rat-rata 29.924.054 8.963.816 19,09 6,31
Sumber: BPS Kora Pekanbaru, 2011

2.2.1.2. Ekonomi Kerakyatan


Sebagai pusat perdagangan dan jasa, Kota Pekanbaru juga memiliki
program pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan perhatian khusus
kepada upaya peningkatan ekonomi dan partisipasi rakyat, yang merupakan
bagian dari upaya mempercepat pengentasan kemiskinan di perkotaan.

Di Kota Pekanbaru, yang tercakup di ekonomi kerakyatan, yaitu industri


kecil dan menengah serta koperasi dan pengusaha kecil. Gambaran
perkembangan koperasi di Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.15 berikut ini.
Tabel 2.15
Data Keragaman Koperasi di Kota Pekanbaru
Tahun 2006-2010
No Keragaman Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Koperasi Unit 771 814 880 904 930
2 Koperasi Aktif Unit 558 601 558 710 735
3 Koperasi Tidak Unit 213 213 292 194 195
Aktif
4 Jumlah Anggota Orang 83.264 101.020 105.467 105.485 105.593

II - 12 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


No Keragaman Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
5 RAT Unit 129 152 149 202 359
6 Manajer Orang 30 50 57 57 63
7 Karyawan Orang 401 928 1.042 1.031 1.174
8 Modal Sendiri Rp M 59,01 137,77 157,00 163,28 202,88
9 Modal Luar Rp M 37,07 251,41 291,00 317,80 381,38
10 Volume Usaha Rp M 188,24 547,60 483,00 574,91 722,29
11 SHU Rp M 12,01 22,72 24,81 24,67 29,97
Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Des 2010

Perkembangan pertumbuhan UMKM di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada


tabel 2.16 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan kecenderungan UMKM yang
meningkat sebesar 0,2 % pertahun. Sementara itu, perkembangan Lembaga
keuangan berupa Bank Perkreditan Rakyat tumbuh rata-rata 0,2 % pertahun.
Sedangkan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dua tahun terakhir
ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni 18 % pertahun
Berkaitan dengan perkembangan usaha Kecil akan menjadi tantangan
dimasa akan datang, melihat kepada data tersebut, perkembangan usaha kecil
tidak terjadi perkembangan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 716 usaha kecil
pertahun, sedangkan perkembangan usaha Mikro di Kota Pekanbaru terjadi
peningkatan walaupun pergerakannya tidak terlalu tinggi.
Tabel 2.16
Pertumbuhan UMKM Kota Pekanbaru
Tahun 2006-2010
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah UMKM
Tahun
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
2006 7.000 6.898 98,5 700 648 92,6 120 98 81,7 7.820 7.644 97,7
2007 7.300 7.293 99,9 730 675 92,5 130 115 88,5 8.160 8.083 99,1
2008 7.500 7.457 99,4 750 710 94,7 140 127 90,7 8.390 8.294 98,9
2009 7.700 7.829 101,7 800 758 94,8 150 131 87,3 8.650 8.718 100,8
2010 8.000 8.168 102,1 820 789 96,2 160 136 85,0 8.980 9.093 101,3
Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, 2011

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat


Analisis kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru atas fokus kesejahetraan
masyarakat dilakukan terhadap beberapa indikator, yaitu; angka melek huruf,
angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang
ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia
harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk
yang bekerja dan lain-lain.
Kinerja pembangunan kesejahteraan masyarakat Kota Pekanbaru untuk
setiap indikator disajikan sebagai berikut.

2.2.2.1. Pendidikan
Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sasaran dari
pembangunan pendidikan. Pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui tiga
program utama, yaitu: perluasan dan pemerataaan kesempatan memperoleh
pendidikan, tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan

II - 13 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


peningkatan mutu pendidikan. Kinerja pemerintah Kota Pekanbaru di bidang
pendidikan dapat disampaikan sebagai berikut ini.

100

99.9
99.87

99.8 99.8
99.77

99.7 99.7

99.6

99.5 99.5

99.4
2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.3 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Pekanbaru
Tahun 2006-2010

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 10 tahun


ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Nilai AMH dari tahun 2006
sampai 2010 yang terus naik dengan angka di atas 99,5 %, bahkan pada tahun
2010 mencapai nilai 99,87% menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk kota
Pekanbaru berusia 10 tahun ke atas memiliki kemampuan membaca dan menulis.
Artinya hampir seluruh penduduk Kota Pekanbaru mampu membaca dan menulis.

11.5
11.45
11.4
11.32 11.33
11.35 11.3 11.3
11.3
11.25
11.2
11.15
11.1
11.05
11
2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.4 Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Pekanbaru Tahun
2007-2010

Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010, rata-
rata penduduk Kota Pekanbaru yang berusia 15 tahun ke atas telah menempuh
semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani selama 11,3-11,33 tahun atau

II - 14 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


setingkat SMA/MA. Capaian ini termasuk kategori sangat baik, mengingat
capaian sampai tingkat SLTA ini melampaui program wajib belajar 9 tahun, dan
hampir (94,4%) mencapai target maksimal, yaitu program wajib belajar 12 tahun.
Namun demikian, karena lamanya bersekolah ini juga merupakan ukuran
akumulasi investasi pendidikan individu yang diharapkan akan meningkatkan
pendapatan individu dengan naiknya nilai rata-rata lama sekolah ini, maka setiap
individu dan pemerintah kota Pekanbaru akan terus meningkatkan angka ini
sampai tingkat tertinggi di perguruan tinggi, sehingga akumulasi modal manusia
Pekanbaru ini setiap tahun semakin meningkat.

(% )
135.59
140 131.15
121.55 122.74
115.59
120 110.72 111.32
99.72 98.26 96.19
100 89.07 89.07 89.69 SD
SMP
80
SMA
56.42
60
46.74

40
2006 2007 2008 2009 2010 (Tahun)

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.5 APK Tingkat SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun
2006-2010
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah siswa pada
masing-masing tingkat pendidikan SD/MI; SLTP da, SLTA, dibagi dengan
jumlah penduduk berusia 7-12 tahun untuk SD/MI; 13-15 tahun untuk SLTP dan
16-18 tahun untuk SLTA. Nilai APK bias jadi lebih dari 100%, karena siswa
SD/MI misalnya, ada yang berusia kurang dari 7 tahun, dan ada juga yang berusia
lebih dari 12 tahun; begitu juga dengan siswa SLTP dan SLTA yang sangat
mungkin ada yang berusia di luar dari range usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun.
Dapat dilihat pada Gambar 2.5 bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun
2006-2010 sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun 2007
ke tahun 2008, tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun berikutnya.
Tren nilai APK untuk tingkat SLTP sempat turun dari tahun 2006 sampai 2008,
dengan nilai APK di bawah 100%, tetapi pada tahun 2009 dan 2010 nilai APK
SLTP di atas 100%. Sedangkan APK untuk SLTA pada 2 tahun pertama dari
2006-2010 sangat rendah (46,74% dan 56,42%), namun pada 3 tahun terakhir
(2008-2010) nilai APK SLTA naik signifikan pada angka di atas 80%, bahkan
pada tahun 2010, hanya tinggal sekitar 10% saja anak usia 16-18 tahun yang
belum mengenyam pendidikan setingkat SLTA.
Angka Partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.
APM SD-SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010
dipaparkan pada Gambar 2.6 di bawah ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa

II - 15 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


partisipasi sekolah penduduk usia SD/MI rata-rata sejak tahun 2006 sampai 2010
sudah di atas 100%. Nilai APM SD di atas 100% ini menunjukkan bahwa siswa
SD di Kota Pekanbaru juga bukan hanya penduduk Kota Pekanbaru, namun juga
penduduk luar Kota Pekanbaru, yaitu Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak
yang bertempat tinggal di daerah perbatasan.
Sedangkan untuk penduduk usia SLTP sejak tahun 2006 menunjukkan tren
yang selalu naik dari nilai APM 72,5% menjadi 94,92% pada tahun 2010. Artinya
hanya sekitar 5% saja penduduk usia 13-15 tahun yang belum bersekolah di
tingkat SLTP. Untuk penduduk usia 16-18 tahun, dengan nilai APM masih di
bawah 65%, menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya baik penambahan
fasilitas maupun kesempatan bagi penduduk usia 16-18 tahun agar dapat
mengenyam pendidikan tingkat SLTA.

(% )
120
110 112.2 110.25
104.59
100 99.6 102
94.15 94.92
90 SD
84.43
80 SMP
72.5 74.48
70 SMA
64.98 64.98 63.62
60
50 49.01
40
2006 2007 2008 2009 2010 (Tahun)

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.6 APM SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) merupakan persentase jumlah
penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi menurut
pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Capaian APT penduduk berumur 10
tahun ke atas Kota Pekanbaru pada tahun 2005-2010 ditampilkan pada tabel 2.17.
Dari tabel 2.17 tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 APT SLTA
(SMA/MA/ SMK/sederajat) adalah 39,83%, selanjutnya APT SLTP
(SMP/MTs/sederajat) adalah 19,57%.
Tabel 2.17
Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas Menurut Ijasah Tertinggi yang
Dimiliki pada Tahun 2005 s.d 2010 Kota Pekanbaru
Ijazah Tertinggi 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tidak punya ijazah 11.58 12.54 11.79 12.94 11.43 12.56
SD/MI/Sederajat 19.25 16.82 17.35 16.09 17.65 15.38
SLTP/MTS/Sederajat 20.00 18.16 21.12 19.78 21.94 19.57
SLTA/SMU/MA/SMK/
37.63 40.54 36.01 37.32 37.65 39.83
Sederajat
D I/ D II / D III 4.20 4.12 5.75 4.80 4.13 4.56
D IV / S1 / S2 / S3 7.34 7.81 7.98 9.07 7.20 8.10
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011

II - 16 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Gambar 2.7 di bawah ini memperlihatkan perkembangan APT Kota
Pekanbaru dari tahun 2005 sampai 2010. Dapat dilihat bahwa sejak tahun 2005
sampai 2010, sebagian besar tenaga kerja yang tersedia berpendidikan sampai
dengan SLTA, selanjutnya peringkat kedua background pendidikan tenaga kerja
adalah tamatan SLTP, sedangkan tenaga kerja lulusan sarjana (DIV/S1/S2/S3)
hanya sekitar 8,1%. Pembangunan pendidikan diarahkan agar tenga kerja
berpendidikan sarjana adalah yang dominan.

45

40 40.54 39.83
37.63 37.32 37.65
35 36.01

30
SD
25 SLTP
21.12 21.94
20 20
19.25 19.78 19.57 SLTA
18.16 17.35 17.65
16.82 16.09
15 15.38 Diploma

10 Sarjana
7.98 9.07 8.1
7.34 7.81 7.2
5 5.75 4.8 4.56
4.2 4.12 4.13
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011


Gambar 2.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut
Ijasah Tertinggi yang dimilikidi Kota Pekanbaru Tahun
2005-2010

2.2.2.2. Kesehatan
Pembangunan di Kota Pekanbaru dalam kurun 5 tahun terakhir telah
memberikan kontribusi besar pada pelayanan kesehatan masyarakat. Dampak
pembangunan bidang kesehatan di Kota Pekanbaru selama 5 tahun terakhir telah
dapat dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah Kota telah melakukan berbagai
program dam kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tingkat keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat
pada indikator kinerja utama bidang kesehatan yang diantaranya meliputi Angka
Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Usia
Harapan Hidup (AHH), Persentase Balita Gizi Buruk, dan sebagainya yang
dijelaskan pada paparan berikut ini.
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup
sampai usia 1 tahun, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah
kematian bayi usia di bawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Dapat dilihat pada tabel 2.18 di bawah
bahwa AKHB hampir mencapai nilai maksimum, dan AKB hanya kurang dari 4,
yang bermakna bahwa dari 1000 orang bayi yang lahir hidup pada tahun 2006
sampai 2010 hanya kurang dari 4 orang bayi saja yang meninggal sebelum berusia
1 tahun. Data jumlah kematian bayi ini berasal dari data pada fasilitas kesehatan
Kota Pekanbaru (Puskesmas).

II - 17 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.18
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2006 s.d 2010
Kota Pekanbaru
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Angka kematian bayi per 1000
1 1,30 0,76 1,03 3,92 3,70
kelahiran hidup
2 Angka kelangsungan hidup bayi 998,7 999,24 998,97 996,08 996,30
Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Dinas Kesehatan, 2011
Catatan: Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada
fasilitas kesehatan Kota Pekanbaru

Angka Usia Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata tahun hidup yang akan
dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Pada gambar 2.8 di bawah
ini dapat dilihat bahwa sejak tahun 2006 sampai 2011, harapan hidup bayi yang
lahir pada tahun 2006 sampai 2011 memiliki harapan hidup sampai umur sekitar
70 tahun lebih, bahkan pada 4 tahun terakhir AHH nya stabil pada angka 70,7
tahun.

Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Dinas Kesehatan, 2012


Gambar 2.8 Angka Usia Harapan Hidup Kota Pekanbaru Tahun 2006-2011

Persentase Balita Gizi Buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi
buruk terhadap jumlah balita. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar
WHO. Gambar 2.9 di bawah menunjukkan persentase gizi buruk Kota Pekanbaru
pada tahun 2007 2011. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada periode
2007-2011, jumlah bayi berstatus gizi buruk masuk kategori rendah, bahkan pada
tahun 2010, persentase bayi gizi buruk hanya kurang dari 0,05%, artinya hampir
tidak ada kejadian bayi berstatus gizi buruk di Kota Pekanbaru pada tahun 2007-
2011.

II - 18 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekanbaru, 2011
Gambar 2.9 Persentase Balita Kasus Gizi Buruk Kota Pekanbaru
2007-2011
Tabel 2.19 memberikan informasi jumlah kasus bayi berstatus gizi buruk
untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai 2011. Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah bayi berstatus gizi buruk turun drastis
dari jumlah 55 orang pada tahun 2007 menjadi 25 orang pada tahun 2008,
bahkan pada tahun 2011 hanya tinggal 4 orang bayi saja yang mengalami status
gizi buruk. Hal ini merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan
bidang kesehatan di kota Pekanbaru.

Tabel 2.19
Jumlah Balita Gizi Buruk Per Kecamatan Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
JUMLAH BALITA GIZI BURUK
NO KECAMATAN (TAHUN)
2007 2008 2009 2010 2011
1 BUKIT RAYA 0 0 2 0 1
2 MARPOYAN DAMAI 0 2 1 0 0
3 TAMPAN 1 1 1 1 1
4 SUKAJADI 3 0 0 0 0
5 PEKANBARU KOTA 1 0 0 0 0
6 SAIL 4 1 0 0 0
7 LIMAPULUH 0 0 0 0 0
8 TENAYAN RAYA 17 4 0 0 1
9 SENAPELAN 4 6 0 0 0
10 RUMBAI PESISIR 20 0 0 0 1
11 RUMBAI 2 7 1 2 0
12 PAYUNG SEKAKI 3 4 1 0 0
KOTA PEKANBARU 55 25 5 3 4
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012

II - 19 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.2.2.3. Ketenagakerjaan
Indikator keberhasilan pembangunan daerah juga ditentukan oleh persentase
angkata kerja yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Walaupun
jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja senantiasa mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, namun pemerintah berupaya terus mengimbanginya dengan upaya
perluasan kesempatan kerja dengan membuka lapangan kerja baru dengan
berbagai upaya baik langsung maupun melibatkan pihak swasta. Membenahi
fasilitas dan infrastruktur serta regulasi juga memberikan dampak ketertarikan
calon investor datang ke Pekanbaru, sehingga penambahan investasi dari pihak
swasta ini dapat menyerap tenaga kerja yang semakin banyak. Tabel berikut ini
memperlihatkan keadaan dan perkembangan ketenagakerjaan Kota Pekanbaru
pada 2 tahun terakhir (2009-2010). Dari Tabel 2.20 dapat dilihat bahwa Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari tahun 2009 ke 2010 mengalami
peningkatan dari 60,46% menjadi 67,70%. Berbagai upaya pemerintah kota
beserta pihak swasta telah berkontribusi dalam menurunkan tingkat pengangguran
yang mengalami tren menurun dari 12,03% menjadi 10,23% pada tahun 2010.
Seiring dengan itu jumlah tenaga kerja yang bekerja juga meningkat dari 87,97%
menjadi 89,77% pada tahun 2010.
Tabel 2.20 juga memperlihatkan bahwa sektor perdagangan, rumah makan
dan hotel menjadi sektor yang paling dominan (35,74%) sebagai tempat bekerja,
disusul sektor jasa (31,20%) dan sektor bangunan (10,32%). Kenyataan ini
memperlihatkan bahwa pihak swasta memegang peranan yang sangat penting
dalam memberikan peluang kerja. Untuk itu pemerintah kota Pekanbaru
senantiasa terus berupaya membenahi infra sktruktur dan regulasi serta
menciptakan suasana nyaman bagi investor agar terus datang dan menanamkan
modalnya di Pekanbaru.
Tabel 2.20
Statistik Ketenagakerjaan Tahun 2009-2010
Kota Pekanbaru
No Uraian 2009 2010
1 TPAK (%) 60.46 67.70
2 Tingkat Pengangguran (%) 12.03 10.23
3 Bekerja (%) 87.97 89.77
4 UMR (000 Rupiah) 925 1,055
LIMA SEKTOR PEKERJAAN UTAMA (%)
1 Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan 35.74
hotel
2 Jasa kemasyarakatan, social dan perorangan 31.20
3 Bangunan 10.32
4 Industri pengolahan 7.25
5 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 5.39
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

II - 20 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.2.3. Fokus Seni, Budaya dan Olah Raga
Di Kota Pekanbaru pembangunan seni budaya digalakkan dalam rangka
melestarikan, menjaga dan mengembangkan seni budaya daerah serta
mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah, yaitu budaya melayu yang
identik dengan Islam ditengah marak dan semakin derasnya arus informasi dan
kebudayaan global. Disamping mengakomodir berbagai seni budaya penduduk
yang berdomisili di kota Pekanbaru selama tidak berseberangan dengan nilai-nilai
budaya melayu, mengingat penduduk kota Pekanbaru sangat multi etnis dan
heterogen. Pemerintah dan masyarakat kota Pekanbaru memiliki komitmen dan
tekad untuk menghidupkan kembali aktivitas yang berakar dari tradisi lokal
masyarakat kota Pekanbaru. Diantaranya adalah dengan didirikan dan
dihidupkannya lembaga adat melayu baik itu di tingkat kota ataupun di tingkat
kecamatan, dibentuknya group kesenian.sanggar seni. Juga dengan dihidupkannya
dewan kesenian daerah. Namun apabila dibandingkan antara harapan dan realita,
kita dapatkan masih lemahnya fokus terhadap bidang seni budaya ini.
Rasio keberadaan lembaga seni budaya seperti group kesenian dan sanggar
seni, dewan kesenian daerah kota Pekanbaru dan lembaga adat Melayu di kota
Pekanbaru nampak pada tabel yang disajikan berikut ini:
Tabel 2.21
Rasio Lembaga Seni Budaya Per 10.000 Penduduk
Kota Pekanbaru (2006-2010)
Tahun
No Lembaga Seni dan Budaya
2006 2007 2008 2009 2010
1 Group Kesenian/Sanggar Seni 19 19 19 19 19
2 Pusat Latihan Kesenian - - - - -
3 Dewan Kesenian Daerah 1 1 1 1 1
4 Lembaga Adat Melayu (Kab 1 1 1 1 1
dan Kec)
5 Jumlah Lembaga 21 21 21 21 21
6 Jumlah Penduduk 754.467 779.899 799213 802.788 897.768
Rasio lembaga per 10.000 0,278 0,269 0,263 0,262 0,234
penduduk
Sumber :Dinas Pariwisata, 2011
Dari tabel 2.21 tersebut terlihat rendahnya jumlah lembaga seni budaya di
kota Pekanbaru, khususnya jumlah group kesenian terdaftar, begitu pula dengan
tidak adanya pusat pelatihan kesenian dan minimnya jumlah dewan kesenian
daerah dan lembaga adat Melayu, sehingga rasio lembaga seni budaya per 10.000
penduduk menjadi relatif rendah, dan ketersediaannya hanya 0,27 lembaga seni
budaya dalam setiap 10.000 penduduk. Perkembangan jumlah penduduk yang
semakin bertambah juga belum diantisipasi dengan disertai bertambahnya jumlah
lembaga budaya. Hal ini kemungkinan besar dipicu oleh minimnya tenaga pelatih
dalam seni budaya, ditambah sedikitnya sarana dan prasana pertunjukan kesenian
yang tersedia. Juga kurangnya event-event kesenian dan budaya daerah yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah secara langsung atau prakarsa
masyarakat secara tidak langsung, yang akan memotivasi munculnya group-group
kesenian yang baru.

II - 21 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berusaha dan berupaya untuk
meningkatkan prestasi pemuda dalam berbagai bidang dan aspek, diantaranya
adalah prestasi olah raga. Maka pembenahan pada berbagai aspek baik itu sarana
dan prasarana, infrastruktur maupun suprastruktur terus menerus dilakukan.
Fasilitasi, dukungan dan suport secara maksimal diberikan kepada organisasi
induk oleh raga, begitu juga terhadap organisasi cabang olah raga. Berbagai
pertandingan olah raga, baik itu antar sekolah, antar kampus, dan pertandingan
olah raga antar klub serta antar kecamatan terus diselenggarakan. Pada tabel
berikut ini disajikan data fasilitas olah raga yang tersedia di kota Pekanbaru pada
tahun 2010, sebagai berikut:
Tabel 2.22
Rasio Klub dan Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk
Kota Pekanbaru Tahun 2010
No Uraian 2010
1 Klub Olahraga 300
2 Gedung Olahraga 117
3 Jumlah Penduduk 897.768
4 Rasio Klub Olahraga 3.3
5 Rasio Gedung Olahraga 1.3
Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2011
Terlihat dari tabel diatas pada tahun 2010, rasio klub olah raga 3.3. ini
berarti bahwa tersedia sebanyak 3-4 Klub untuk setiap 10.000 penduduk,
sedangkan gedung olah raga yang tersedia hanya sebanyak 1.3 untuk setiap
10.000 penduduk. Melihat kondisi tersebut masih sangat diperlukan peningkatan
kontribusi pemerintah kota, disamping dunia usaha dan begitu pula masyarakat
secara luas agar bersinergi dalam mewujudkan kondisi ideal. Berikut ini disajikan
data rinci tentang ketersediaan gedung olah raga untuk setiap kecamatan di kota
Pekanbaru, khusus pada tahun 2010. Dari data dan fakta yang ada pada tabel 2.23
di bawah, berarti bahwa di Kota Pekanbaru hanya tersedia 0.82 Gedung olah raga
untuk setiap 10.000 penduduk.
Tabel 2.23
Rasio Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk menurut Kecamatan
di Kota Pekanbaru (2010)
Jumlah Jumlah Gedung Rasio per 10.000
NO Kecamatan
Penduduk (jiwa) Olahraga (Unit) Penduduk
1 Bukit Raya 91.914 7 0.76
2 Lima Puluh 41.333 5 1.20
3 Marpoyan Damai 125.697 6 0.47
4 Payung Sekaki 86.584 . .
5 Pekanbaru Kota 25.062 2 0.79
6 Rumbai 64.624 3 0.46
7 Rumbai Pesisir 64.698 1 0.15
8 Sail 21.438 17 7.92
9 Senapelan 36.434 2 0.54
10 Sukajadi 47.174 3 0.63
11 Tampan 169.655 25 1.47
12 Tenayan Raya 123.155 3 0.24
Jumlah 897.768 74 0.82
Sumber :Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2012

II - 22 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM
Kinerja pembangunan pemerintah kota Pekanbaru pada aspek pelayanan
umum merupakan gambaran dan hasil pelaksanaan pembangunan selama periode
6 tahun terakhir (2006-2011) pada kondisi pelayanan umum yang mencakup
fokus layanan urusan wajib dan fokus layanan urusan pilihan. Indikator kinerja
pelaksanaan pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode 2006-
2011 disampaikan berikut ini.

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib


2.3.1.1. Pendidikan
Indikator kinerja pembangunan bidang pendidikan Kota Pekanbaru, antara
lain meliputi Angka prtisipasi Sekolah (APS), Rasio Ketersediaan Sekolah
Terhadap Penduduk Usia Sekolah, Rasio Guru Terhadap Siswa, Angka Melek
Huruf (AMH), Angka Putus Sekolah, Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan
Sekolah dan sebagainya. Berikut ini dipaparkan beberapa indikator kinerja utama
pembangunan bidang pendidikan di Kota Pekanbaru.

a. Angka Partisipasi Sekolah


Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah persentase jumlah murid per
jumlah penduduk usia tingkatan pendidikan tertentu. Perkembangan nilai APS
untuk 3 tingkatan usia pada tahun 2007-2010 ditampilkan dalam Tabel 2.24 dan
Gambar 2.10 di bawah ini.

110 108.2

97.7 98.8 98.9 99.2


100

98.1
90 96.2 96
93.8
92.1
88.6
80

77.8
70 75.9 75.9
74.2

60
2007 2008 2009 2010 2011

7-12 th 13-15 th 16-18 th

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
Gambar 2.10 Perkembangan APS Menurut Kelompok Umur Kota
Pekanbaru Tahun 2007-2011

Gambar 2.10 di atas dan tabel 2.24 memperlihatkan perkembangan nilai


APS untuk 3 kelompok usia 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun Kota
Pekanbaru pada tahun 2007 sampai 2011. Pada gambar tersebut dapat dilihat
bahwa APS untuk tingkat usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun berada jauh di atas

II - 23 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


APS kelompok usia 16-18 tahun dan hampir mencapai nilai 100% dengan tren
yang terus meningkat. Nilai APS untuk usia 7-12 tahun di atas 100% pada tahun
2011 ini menunjukkan bahwa ada sebagian siswa usia 7-12 tahun yang bukan
warga Kota Pekanbaru, yang berdomisili di daerah perbatasan dengan
Kabupaten/Kota lain (Kampar, Siak dan Pelalawan).

Tabel 2.24
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7-12 dan 13-15 Tahun
Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kelompok Usia 7-12 Tahun
1.1 Jumlah murid usia 7-12 thn 92.832 93.234 100.970 101.428 107.196
1.2 Jumlah penduduk usia 7-12 thn 95.017 94.366 102.093 102.245 99.116
1.3 APS 7-12 Tahun 97,7 98,8 98,9 99,2 108,2
2 Kelompok Usia 13-15 Tahun
2.1 Jumlah murid usia 13-15 thn 33.145 35.945 37.549 38.196 43.264
2.2 Jumlah penduduk usia 13-15 thn 35.336 36.641 39.032 39.786 46.965
2.3 APS 13-15 Tahun 93,8 98,1 96,2 96,0 92,1
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
Tabel 2.24 di atas adalah data jumlah murid usia 7-12 tahun dan 13-15
tahun, jumlah penduduk usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun, serta nilai APS untuk
kedua kelompok usia tersebut dari tahun 2007 sampai 2011. Dari data tersebut
terlihat bahwa nilai APS untuk usia 7-12 tahun sudah mencapai 100%, sedangkan
untuk usia 13-15 tahun sudah hampir mencapai angka 100% dengan tren yang
meningkat dari tahun ke tahun, sehingga jika tren ini dapat dipertahankan, maka
pencapaian nilai APS 100% dapat dipenuhi dalam 1-2 tahun ke depan.
Tabel 2.25 menggambarkan nilai APS kelompok usia 16-18 tahun, jumlah
penduduk usia 16-18 tahun serta jumlah siswa usia 16-18 tahun. Data tersebut
memperlihatkan bahwa walaupun nilai APS untuk kelompok usia 16-18 tahun ini
masih di bawah 100%, namun terlihat tren yang selalu meningkat dari tahun 2007
sampai 2011. Dengan telah diluncurkannya program wajib belajar 12 tahun, maka
pencapaian nilai APS usia 16-18 tahun ini diprediksi akan meningkat tajam pada
tahun-tahun ke depan.

Tabel 2.25
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kelompok Usia 16-18 Tahun
Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah murid usia 16-18 tahun 29.446 31.161 31.927 32.213 43.866
2 Jumlah penduduk usia 16-18 39.684 41.055 42.065 41.409 49.502
tahun
3 APS 16-18 Tahun 74,2 75,9 75,9 77,8 88,6
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

II - 24 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


b. Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah
Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah adalah
mengindikasikan kemampuan pemerintah kota menampung penduduk usia
sekolah untuk setiap jenjang pendidikan. Tabel 2.26 di bawah ini menunjukkan
rasio untuk jenjang pendidikan dasar. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rasio
ketersediaan sekolah dasar pada tahun 2007 adalah 26,63, maknanya bahwa untuk
setiap 10.000 penduduk usia sekolah dasar terdapat sebanyak rata-rata sekitar
26,63 buah sekolah dasar, atau 1 sekolah untuk sekitar 375 orang anak usia 7-12
tahun. Pada tahun 2008, seiirng bertambahnya penduduk usia sekolah dasar,
sedangkan jumlah sekolah dasar yang justru berkurang (dari 253 pada tahun 2007
menjadi 250 pada tahun 2008), maka ketersediaan sekolah untuk setiap 10.000
orang anak usia 7-12 tahun menurun ke angka 26,49 (1 sekolah untuk 377 orang
anak usia 7-12 tahun). Rasio ketersediaan sekolah dasar kembali turun cukup
siginifikan pada tahun 2009 menjadi 24,88 atau 1 sekolah untuk sekitar 402 orang
anak usia 7-12 tahun. Beruntung pada thaun 2010, dengan bertambahnya jumlah
sekolah dasar menjadi 258 buah, sehingga menaikkan rasio kesetersediaan
sekolah dasar menjadi 25,23 atau 1 sekolah untuk 396 orang anak usia 7-12 tahun.
Pada tahun 2011, dengan tambahan 1 sekolah baru, rasio untuk SD naik menjadi
26,13, sedangkan untuk SMP turun menjadi 23,00. Penurunan rasio ini akibat
penambahan jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang cukup signifikan.

Tabel 2.26
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah pada Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI
1.1 Jumlah gedung sekolah 253 250 254 258 259
1.2 Jumlah penduduk 7-12 thn 95.017 94.366 102.093 102.245 99.116
1.3 Rasio 26,63 26,49 24,88 25,23 26,13
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah gedung sekolah 94 105 108 109 108
2.2 Jumlah penduduk 13-15 thn 35.336 36.641 39.032 39.786 46.965
2.3 Rasio 26,60 28,66 27,67 27,40 23,00
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
Pada tabel 2.26 di atas juga dapat dilihat bahwa rasio ketersediaan sekolah
SLTP rata-rata lebih dari dari tahun 2007-2010 daripada jenjang sekolah dasar.
Pada tahun 2007, rasio ketersediaan sekolah tingkat SLTP adalah 26,60 untuk
10.000 orang penduduk usia 13-15 tahun. Ini berarti, untuk setiap sekolahnya
diperuntukkan bagi sekitar 376 orang anak usia 13-15 tahun. Tambahan sekolah
pada tahun 2008 menjadi 105 dari sebelumnya 94 sekolah, memberikan nilai rasio
sebesar 28,66 (349 orang penduduk usia 13-15 tahun). Walaupun angka rasio
menurun pada 2 tahun berikutnya, namun nilainya masih lebih baik daripada pada
jenjang sekolah dasar.
Rasio ketersediaan sekolah menengah atas (SLTA) dapat dilihat pada tabel
2.27. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk 10.000 orang penduduk usia
16-18 tahun tersedia sebanyak 20,92 sekolah menengah atas pada tahun 2007,
atau 1 SLTA diperuntukan bagi 478 orang penduduk usia 16-18 tahun; dan angka
rasio ketersediaan SLTA meningkat menjadi 21,43 buah (1 SLTA untuk 467

II - 25 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


orang) pada tahun 2008, dan angka rasio tersebut stabil pada angka di atas 21
tersebut sampai tahun 2010, tetapi menurun pada tahun 2011.

Tabel 2.27
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah pada
Jenjang Pendidikan MenengahTahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah sekolah menengah 83 88 89 89 94
2 Jumlah penduduk usia 16-18 39.684 41.055 42.065 41.409 49.502
tahun
3 Rasio 20,92 21,43 21,16 21,49 18,99
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

c. Rasio Guru Terhadap Murid


Rasio Guru Terhadap Murid menyatakan ketersediaan guru untuk melayani
sejumlah murid. Untuk jenjang pendidikan dasar, rasio ketersediaan guru terhadap
murid diperlihatkan pada tabel 2.28. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio guru
per murid pada tahun 2007 adalah 466,20 dengan makna bahwa terdapat 466,2
orang guru untuk melayani 10.000 orang siswa sekolah dasar. Makna lainnya
adalah bahwa tersedia seorang guru untuk melayani sekiatr 21 orang siswa
sekolah dasar. Nilai rasio guru/murid meningkat pada empat tahun berikutnya,
dengan nilai 478,35 (1 orang guru melayani 21 orang murid SD) pada tahun 2008;
496,37 (seorang guru untuk 20 orang siswa SD) pada tahun 2009; 490,27 (20
orang dilayani setiap guru) pada tahun 2010, dan menjadi 486,49 ( 1 orang guru
melayani 20,5 siswa SD) pada tahun 2011.
Sementara itu untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio guru/murid yang
ditampilkan pada tabel 2.28 di bawah menunjukkan bahwa pada tahun 2007 rasio
ketersediaan guru terhadap murid SLTP adalah 738,29 orang untuk 10.000 orang
murid (seorang guru melayani 13,5 orang siswa SLTP). Rasio guru/murid SLTP
selanjutnya naik pada tahun-tahun berikutnya, yaitu 760,89 per 10.000 siswa
SLTP (1 orang guru melayani 13 orang siswa) pada tahun 2008. Sedangkan untuk
tahun 2009, 2010 dan 2011, berturut-turut adalah 742,43 (1 orang guru melayani
13,5 siswa); 773,79 (seorang guru SLTP melayani sebanyak 12,9 orang siswa)
dan 742,65 ( 1 guru untuk 13,5 orang siswa SLTP).
Tabel 2.28
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2007 s.d 2011
Jenjang
NO 2007 2008 2009 2010 2011
Pendidikan
1 SD/MI
1.1 Jumlah guru 4.601 4.859 5.226 5.278 5.215
1.2 Jumlah murid 98.691 101.579 105.285 107.655 107.196
1.3 Rasio 466,20 478,35 496,37 490,27 486,49
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah guru 2.847 3.206 3.184 3.343 3.213
2.2 Jumlah murid 38.562 42.135 42.886 43.203 43.264
2.3 Rasio 738,29 760,89 742,43 773,79 742,65
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
II - 26 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017
Tabel 2.29 di bawah ini memperlihatkan nilai rasio guru/murid untuk
jenjang pendidikan menengah (SLTA) dari tahun 2007 sampai 2011. Tabel
tersebut memperlihatkan bahwa nilai rasio guru/siswa SLTA pada tahun 2007
adalah sebesar 874,80 (terdapat 874,8 orang guru yang melayani 10.000 orang
siswa SLTA). Makna lainnya adalah bahwa untuk setiap orang guru SLTA di
Pekanbaru saat ini memiliki beban pelayanan kepada siswanya sebanyak 11,4
orang siswa. Selanjutnya rasio guru/siswa SLTA berfluktuasi dalam 3 tahun
berikutnya, yaitu 889,13 (1 orang guru melayani 11,2 orang siswa) pada tahun
2008, selanjutnya pada tahun 2009 rasio guru/siswa SLTA adalah 862,31 (1 orang
guru untuk 11,6 orang siswa). Pada tahun 2010, rasio guru/siswa SLTA kembali
turun menjadi 850,48 (1 orang guru melayani 11.8 orang siswa SLTA). Tahun
2011, rasio guru/siswa naik kembali menjadi 871,97 ( 1 orang guru melayani 11,5
orang siswa SLTA).

Tabel 2.29
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kota Pekanbaru
Tahun 2007 s.d 2011
No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah guru 3.379 3.544 3.663 3.616 3.825
2 Jumlah murid 38.626 39.859 42.479 42.517 43.866
3 Rasio 874,80 889,13 862,31 850,48 871,97
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
d. Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf (AMH) menunjukkan prosentase penduduk usia di atas
15 tahun yang mampu membaca huruf latin. Angka Melek Huruf kota Pekanbaru
dari tahun 2006 sampai 2010 ditunjukkan pada Tabel 2.30 di bawah ini. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 99,5 % penduduk Pekanbaru yang berusia
di atas 15 tahun mampu membaca dan menulis huruf latin, dengan tren yang
selalu naik selama lima tahun berikutnya. Pada tahun 2006, penduduk usia di atas
15 tahun yang mampu membaca dan menulis adalah 99,5 %. Berikutnya AMH
naik pada 4 tahun berikutnya, yaitu 99,7% pada tahun 2007; 99,77 % pada tahun
2008; 99,80% pada tahun 2009 dan 99.87% pada tahun 2010, artinya hanya
0,13% persen saja penduduk usia di atas 15 tahun yang belum mampu membaca
dan menulis.
Tabel 2.30
Angka Melek Huruf Penduduk Usia di atas 15 Tahun
Tahun 2006 s.d 2010
TAHUN MELEK HURUF BUTA HURUF JUMLAH
2006 99,50 0,50 100,00
2007 99,70 0,30 100,00
2008 99,77 0,23 100,00
2009 99,80 0,20 100,00
2010 99,87 0,13 100,00
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

II - 27 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


e. Sekolah Kondisi Baik
Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh kualitas fasilitas pendidikan yang
dimilikinya dan dipakai untuk menyelengarakan pendidikan. Berikut ini
ditampilkan informasi yang menyatakan persentase kondisi sekolah yang dalam
keadaan baik yang masih layak digunakan (lihat tabel 2.31). Tabel tersebut
menyatakan bahwa terdapat sekitar 65,78 persen sekolah untuk seluruh jenjang
pendidikan (SD, SLTP dan SLTA) yang berada dalam kondisi baik. Persentase ini
terus naik untuk 5 tahun berikutnya, yaitu berturut-turut sebesar 69,29% pada
tahun 2007; 74,74% persen pada tahun 2008; 76,27% pada 2009; 76,24% pada
tahun 2010 dan sebesar 76,43% pada tahun 2011.
Tabel 2.31
Persentase Kelas SD-SMP-SMA Kondisi Baik Tahun 2006 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah kelas kondisi 1.480 1.586 1.808 1.938 2.018 2.046
baik
2 Jumlah kelas 2.250 2.289 2.419 2.541 2.647 2.677
3 Persentase kelas baik 65,78 69,29 74,74 76,27 76,24 76,43
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2012

f. Angka Putus Sekolah


Angka Putus Sekolah menunjukkan jumlah dan persentase siswa untuk
setiap tingkatan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK) yang tidak
menyelesaikan pendidikannya. Tabel 2.32 di bawah ini menunjukkan
perkembangan jumlah dan persentase angka putus sekolah siswa untuk semua
tingkatan sekolah (SD/MI, SMP/MTs dan SMA?MA SMK) di Kota Pekanbaru
dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Terlihat pada tabel tersebut bahwa pada tahun
2007, siswa SD yang tidak menyelesaikan sekolahnya berjumlah 76 orang dengan
nilai angka putus sekolahnya sebesar 0,08%, dan cenderung menurun pada 3
tahun berikutnya, tetapi angka putusa sekolah SD ini naik pada tahun 2011. Pada
tahun 2011 jumlah siswa SD/MI yang tidak menyelesaikan pendidikannya adalah
sebanyak 116 orang atau 0,10% dari total siswa SD/MI. Untuk jenjang SLTP,
jumlah siswa yang tidak menyelesaikan pendidikannya adalah sebanyak 147
orang atau sebesar 0,38% dari total siswa SLTP pada tahun 2007. Untuk 4 tahun
berikutnya, cenderung fluktuatif dengan tendensi menurun, dan pada tahun 2011
terdapat 114 orang (0,26%) siswa SLTP yang tidak menyelesaikan pendidikan.
Untuk tingkat SLTA, jumlah siswa yang tidak meyelesaikan pendidikannya
cenderung fluktuatif selama 5 tahun dari 2007 sampai 2011. Pada tahun 2007,
jumlah siswa SMA/MA/SMK yang tidak menyelesaikan pendidikannya sebanyak
215 orang atau sebesar 0,55% dari keseluruhan siswa SLTA. Persentase angka
putus sekolah untuk jenjang SLTA berfluktuasi pada nilai sekitar 0,5% pada
periode 5 tahun (2007-2011). Pada tahun 2011, dan ada sebanyak 246 orang
(0,56%) siswa SLTA yang tidak menyelesaikan pendidikannya sampai tamat.

II - 28 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.32
Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SLTP dan SLTA
Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1. SD/MI
1.1. Siswa putus sekolah 76 85 77 67 116
1.2. Jumlah siswa 98.691 101.579 105.285 107.655 107.196
1.3. Angka Putus Sekolah 0,08% 0,08% 0,07% 0,06% 0,10%
2. SMP/MTs
2.1 Siswa putus sekolah 147 124 112 137 114
2.2. Jumlah siswa 38.562 42.135 42.886 43.203 43.264
2.3. Angka Putus Sekolah 0,38% 0,29% 0,26% 0,31% 0,26%
3. SMA/MA/SMK
3.1. Siswa putus sekolah 215 209 194 204 246
3.2. Jumlah siswa 38.626 39.859 42.479 42.517 43.866
3.3. Angka Putus Sekolah 0,55% 0,52% 0,45% 0,48% 0,56%
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2012

g. Angka Kelulusan (AL)


Angka Kelulusan adalah besarnya jumlah kelulusan siswa kelas 6 SD, kelas
9 SLTP dan kelas 12 SLTA untuk setiap jenjang pendidikan. Gambar 2.11 di
bawah ini memperlihatkan perkembangan angka kelulusan untuk semua tingkatan
pendidikan di Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010. Terlihat bahwa
angka kelulusan dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan naik. Pada
tahun 2006 angka kelulusan SD, SLTP dan SLTA berturut-turut adalah: 11.882
orang, 11.351 orang dan 11.107 orang. Sedangkan pada thaun 2010 angka
kelulusan untuk setiap jenjang pendidikan adalah: untuk Tingkat SD sebesar
14.633 orang, SLTP sebesar 13.655 orang dan angka kelulusan untuk SLTA
sebesar 12.642 orang.

(Orang)
15000
14501 14633
14000 13945
13655
13000 12853
12642 SD
12306
12000 11952 SMP
11882
11351 SMA
11107 11219
11000 10966 10966
10610
10000

9000
2006 2007 2008 2009 2010 (Tahun)
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2011
Gambar 2.11 Angka Kelulusan Kota Pekanbaru Tahun 2006 s/d 2010

II - 29 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


h. Angka Melanjutkan Sekolah
Angka Melanjutkan Sekolah adalah persentase tamatan sekolah yang
melanjutkan ke jenjang sekolah lebih tinggi. Dari tabel 2.33 di bawah ini terlihat
bahwa jumlah siswa yang melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi
cenderung naik dari tahun ke tahun, terutama dari tahun 2007 ke tahun 2008, dan
selanjutnya pada 3 tahun berikutnya cenderung stabil. Penambahan jumlah siswa
yang melanjutkan sekolah ini diperkirakan dikarenakan pertambahan jumlah
penduduk usia sekolah.

Tabel 2.33
Angka Melanjutkan Sekolah
Tahun 2006 s.d 2011
Kota Pekanbaru
Angka
No Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Melanjutkan
Peserta
1 SD/MI ke SMP/MTs 13,157 12,998 14,681 14,533 14,987 14,895
didik
SMP/MTs ke Peserta
2 12,912 12,696 14,641 15,073 15,981 15,800
SMA/MA/SMK didik
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2012

i. Pendidikan Usia Dini


Perkembangan pendidikan anak usia dini di Kota Pekanbaru dari tahun 2007
sampai 2011 menunjukkan perkembangannya yang pesat, seperti diperlihatkan
pada tabel 2.34. Namun perkebangannya cukup fluktuatif dari tahun ke tahun,
terutama pada tahun 2011. Data ini menunjukkan bahwa perkembangan
pendidikan usia dini di Kota Pekanbaru cukup dinamis.

Tabel 2.34
Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2007 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah siswa 11.611 12.419 9.127 5.603 13.803
TK/RA/TPA
2 Jumlah siswa 31.893 32.497 32.497 38.974 10.638
diniyah/awaliah
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
j. Keadaan Guru yang Memenuhi Kualifikasi D3-S1
Keadaan guru di Kota Pekanbaru berdasarkan kelayakan yang dilihat pada
latar belakang pendidikan tertingginya diperlihatkan pada tabel 2.35 di bawah ini.
Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah guru yang memiliki pendidikan D3/S1
memiliki tend naik dari tahun ke tahun, terutama sejak tahun 2008 sampai tahun
2011.

II - 30 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.35
Guru SD-SMP dan SMA Yang memenuhi Kualifikasi D3 dan S1
Kota Pekanbaru Tahun 2006 s.d 2011
No Kualifikasi Guru 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Layak Mengajar (D3,S1) 3.235 3.514 3.170 4.257 4.654 6.787
2 Semi Layak 2.152 2.062 1.990 1.950 2.205 2.360
(SPG,PDA,D1,D2)
3 Tidak Layak (SMA dan 786 608 534 479 445 520
SMK)
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012
Untuk memperbesar rasio guru layak mengjar D3 dan S1 maka diupayakan
untuk peningkatan jenjang pendidikan guru melalui pendidikan tinggi baik di
Universitas Negeri dan Swasta secara formal maupun melalui pendidikan
Universitas Terbuka baik memakai kurikulum campuran (blanded pedagogy)
maupun yang relatif full berbasis online.

2.3.1.2. Kesehatan
Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat dari
beberapa aspek, antara lain: Rasio Posyandu per Satuan Balita; Rasio Puskesmas,
Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk; Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk;
Rasio Dokter per Satuan Penduduk; Rasio Tenaga Medis per satuan Penduduk;
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani; Cakupan Kelurahan UCI;
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan; Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA; Cakupan Penemuan dan Penanganan
Penderita Penyakit DBD; Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien
Masyarakat Miskin; Cakupan Kunjungan Bayi; Cakupan Puskesmas dan Cakupan
Pembantu Puskesmas. Berikut ini disampaikan beberapa indikator kinerja utama
pembangunan bidang kesehatan Kota Pekanbaru pada periode 2007-2011.

a. Rasio Posyandu per-Satuan Balita


Rasio Posyandu per-Satuan Balita merupakan jumlah posyandu untuk setiap
1000 orang balita. Tabel 2.36 menunjukkan bahwa rasio jumlah posyandu per-
1000 orang balita pada periode 2007-2011 adalah di atas 5 buah. Jumlah
posyandu selalu bertambah dari 573 buah pada tahun 2007 menjadi 602 buah
pada tahun 2011. Penambahan jumlah posyandu dimaksudkan untuk
mengantisipasi pertambahan jumlah bayi dari tahun ke tahun, dan ini cukup
efektif sehingga persentase jumlah posyandu dapat dipertahankan di atas 5 per-
1000 balita. Tabel 2.37 memperlihatkan jumlah posyandu dan balita serta
rasionya untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru pada tahun 2011.
Tabel 2.36
Jumlah Posyandu dan Balita Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Posyandu 573 584 584 598 602
2 Jumlah Balita 103.372 112.083 111.860 107.963 111.725
3 Rasio 5,54 5,21 5,22 5,54 5,39
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

II - 31 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.37
Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan Tahun 2011
Kota Pekanbaru
Jumlah
No Kecamatan Jumlah Posyandu Rasio
Balita
1 Bukit Raya 57 11.439 4,98
2 Marpoyan Damai 72 15.643 4,60
3 Tampan 67 21.113 3,17
4 Sukajadi 54 5.871 9,20
5 Pekanbaru Kota 34 3.119 10,90
6 Sail 24 2.668 9,00
7 Lima Puluh 30 5.144 5,83
8 Tenayan Raya 82 15.326 5,35
9 Senapelan 40 4.534 8,82
10 Rumbai Pesisir 64 8.051 7,95
11 Rumbai 42 8.042 5,22
12 Payung Sekaki 36 10.775 3,34
13 Pekanbaru 602 111.725 5,39
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

b. Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per-Satuan Penduduk


Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu persatuan penduduk adalah
ketersediaan puskesmas, poliklinik dan pustu untuk setiap 1000 orang penduduk.
Tabel 2.38 memperlihatkan rasio puskesmas, poliklinik dan pustu pada tahun
2007-2011. Dapat dilihat bahwa rasio puskesmas, poliklinik dan pustu terhadap
1000 penduduk cenderung tetap, yaitu berturut-turut 0,02; 0,28 dan 0,04. Namun
dengan bertambahnya penduduk setiap tahunnya, maka perlu menambah jumlah
puskesmas, poliklinik dan pustu, paling tidak untuk mempertahankan rasio
ketersediaannya persatuan penduduk. Tabel 2.39 memperlihatkan distribusi untuk
setiap kecamatan pada 2011 masih belum merata. Rasio tersediaan poliklinik di
Kecamatan Pekanbaru Kota memiliki rasio yang tinggi, sebesar 0,64 sedangkan
Kecamatan Rumbai hanya 0,11. Ke depan perlu diupayakan agar rasio
ketersediaan puskesmas, poliklinik dan pustu lebih merata untuk setiap
kecamatan.

Tabel 2.38
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2007 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Puskesmas 17 19 19 19 19
2 Jumlah Poliklinik 216 225 245 254 254
3 Jumlah Pustu 34 32 32 33 33
4 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464
5 Rasio Puskesmas persatuan penduduk 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
6 Rasio Poliklinik persatuan penduduk 0,28 0,28 0,30 0,28 0,28
7 Rasio Pustu persatuan penduduk 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

II - 32 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.39
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2011
Menurut Kecamatan Kota Pekanbaru
Jumlah Puskesmas Poliklinik Pustu
No Kecamatan
Penduduk Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio
1 Bukit Raya 92.395 1 0,01 47 0,50 3 0,03
2 Marpoyan Damai 126.355 2 0,02 26 0,21 4 0,03
3 Tampan 170.543 3 0,02 35 0,21 2 0,01
4 Sukajadi 47.420 2 0,04 21 0,44 1 0,02
5 Pku Kota 25.193 1 0,04 16 0,64 1 0,04
6 Sail 21.550 1 0,05 5 0,23 2 0,09
7 Lima Puluh 41.549 1 0,02 9 0,22 4 0,10
8 Tenayan Raya 123.799 2 0,02 30 0,24 5 0,04
9 Senapelan 36.625 1 0,03 9 0,25 2 0,05
10 Rumbai Pesisir 65.036 2 0,03 17 0,26 5 0,08
11 Rumbai 64.961 3 0,05 7 0,11 2 0,03
12 Payung Sekaki 87.038 1 0,01 32 0,37 2 0,02
13 Pekanbaru 902.464 19 0,02 254 0,28 33 0,04
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

c. Rasio Rumah Sakit per-Satuan Penduduk


Rasio rumah sakit per-satuan penduduk adalah ketersediaan rumah sakit
setiap 1000 orang penduduk. Jumlah rumah sakit dan rasio ketersediaanya per-
1000 penduduk di Kota Pekanbaru dari Tahun 2007 sampai 2011 diperlihatkan
pada Tabel 2.40. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah rumah sakit di
Kota Pekanbaru setiap tahunnya bertambah (dari 14 unit pada tahun 2007 menjadi
22 unit pada tahun 2011). Penambahan jumlah rumah sakit ini seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, sehingga rasio rumah sakit terhadap 1000 orang
penduduk selalu tetap, yaitu sebesar 0,02 pada tahun 2007 s.d 2011.

Tabel 2.40
Jumlah Rumah Sakit per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Rumah Sakit 14 16 18 21 22
2 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464
3 Rasio 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

Tabel 2.41 memperlihatkan jumlah dan rasio ketersediaan rumah sakit untuk
setiap kecamatan di Kota Pekanbaru pada tahun 2011. Dapat dilihat dari tabel
tersebut bahwa distribusi rumah sakit di Pekanbaru untuk setiap kecamatan masih
belum merata. Masih ada 4 kecamatan (Lima Puluh, Tenayan Raya, Rumbai dan
Rumbai Pesisir) yang belum memiliki rumah sakit. Begitu juga rasio yang sangat
kecil (sebesar 0,006 hanya ada 1 rumah sakit untuk kecamatan Tampan),
menunjukkan bahwa di kecamatan Tampan perlu penambahan rumah sakit untuk
melayani penduduk yang berjumlah lebih dari 170 ribu jiwa. Untuk itu,
pembangunan rumah sakit di 5 kecamatan tersebut layak dilakukan, demi

II - 33 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


optimalnya layanan kesehatan bagi masyarakat.Sedangkan untuk kecamatan Sail
dan Pekanbaru Kota, dengan rasio di atas 0,1; menunjukkan bahwa terdapat lebih
dari 1 buah rumah sakita untuk setiap 10.000 penduduk di dua kecamatan tersebut.

Tabel 2.41
Jumlah Rumah Sakit per-Satuan Penduduk Tahun 2011
Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
Jumlah
No Kecamatan Jumlah Rumah Sakit Rasio
Penduduk
1 Bukit Raya 1 92.395 0,01
2 Marpoyan Damai 6 126.355 0,05
3 Tampan 1 170.543 0,006
4 Sukajadi 4 47.420 0,08
5 Pekanbaru Kota 3 25.193 0,12
6 Sail 4 21.550 0,19
7 Lima Puluh 0 41.549 0
8 Tenayan Raya 0 123.799 0
9 Senapelan 1 36.625 0,03
10 Rumbai Pesisir 0 65.036 0
11 Rumbai 0 64.961 0
12 Payung Sekaki 2 87.038 0,02
13 Pekanbaru 22 902.464 0,02
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

d. Rasio Dokter per-Satuan Penduduk


Rasio dokter per-satuan penduduk menunjukkan jumlah ketersediaan dokter
untuk setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.42 menunjukkan jumlah dokter dan
rasio ketersediaanya per-1000 penduduk di Kota Pekanbaru dari Tahun 2007
sampai 2011. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah dokter dan rasio
dokter dari tahun ke tahun meningkat. Pada tahun 2007, jumlah dokter dim Kota
Pekanbaru sebanyak 570 orang, meningkat menjadi 979 orang pada tahun 2011.
Sedangkan rasio ketersediaan dokter per-1000 orang penduduk juga meningkat
dari 0,7 pada tahun 2007 menjadi 1,1 pada tahun 2011. Artinya pad tahun 2011,
terdapat lebih dari 1 orang dokter untuk setiap 1000 orang penduduk.
Distribusi dokter per-kecamatan di Pekanbaru pada tahun 2011
diperlihatkan pada Tabel 2.43. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah dokter
per-1000 penduduk tidak merata antar kecamatan. Misalnya di Kecamatan Kota,
dengan rasio sebesar 7,1, menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 7 orang dokter
untuk setiap 1000 orang penduduk di Kecamatan Pekanbaru Kota; sedangkan di
Kecamatan Tenayan Raya, hanya ada sekitar 1 orang dokter untuk 10.000 orang.

Tabel 2.42
Jumlah Dokter per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011
Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Dokter 570 680 695 979 979
2 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464
3 Rasio 0,7 0,9 0,9 1,1 1,1
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

II - 34 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.43
Jumlah Dokter per-Satuan Penduduk Tahun 2011
Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
No Kecamatan Jumlah Dokter Jumlah Rasio
Penduduk
1 2 3 4 5
1 Bukit Raya 99 92.395 1,1
2 Marpoyan Damai 68 126.355 0,5
3 Tampan 83 170.543 0,5
4 Sukajadi 151 47.420 3,2
5 Pekanbaru Kota 179 25.193 7,1
6 Sail 48 21.550 2,2
7 Lima Puluh 99 41.549 2,4
8 Tenayan Raya 14 123.799 0,1
9 Senapelan 93 36.625 2,5
10 Rumbai Pesisir 45 65.036 0,7
11 Rumbai 18 64.961 0,3
12 Payung Sekaki 82 87.038 0,9
13 Pekanbaru 979 902.464 1,1
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

e. Rasio Tenaga Medis per-Satuan Penduduk


Rasio tenaga medis per-satuan penduduk adalah menunjukkan jumlah
ketersediaan tenaga medis bagi setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.44
memperlihatkan bahwa baik jumlah maupun rasio ketersediaan tenaga medis di
Kota Pekanbaru terhadap 1000 orang penduduk dari tahun 2007 sampai tahun
2011 mengalami perubahan (fluktuatif). Terutama sekali pada tahun 2010, jumlah
tenaga medis yang tersedia hanya 1.215 orang (kurang dari separoh dari tahun
sebelumnya). Sementara itu rasio ketersediaan tenaga medis per-1000 penduduk
cenderung naik dari tahun 2007 (2,9) sampai tahun 2011 (3,4), kecuali tahun 2010
yang turun cukup drastis yang hanya sebesar 1,4.
Tabel 2.44
Jumlah Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Tenaga Medis 2.227 2.048 2.708 1.215 3.094
2 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464
3 Rasio 2,9 2,6 3,4 1,4 3,4
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012
Tabel 2.45 menunjukkan jumlah dan rasio ketersediaan tenaga medis pada
Tahun 2011 pada setiap kecamatan di Kota Pekanbaru.Pada tabel tersebut, terlihat
bahwa distribusi tenaga medis kurang merata untuk setiap kecamatan. Dari tabel
tersebut juga dapat terbaca bahwa pada 4 kecamatan (Tampan, Lima Puluh,
Tenayan Raya dan Payung Sekaki), hanya ada kurang dari 2 orang tenaga medis
untuk 1000 orang penduduk. Sedangkan pada 3 kecamatan (Pekanbaru Kota, Sail
dan Senapelan), tersedia tenaga medis sekitar 10 orang atau lebih. Untuk 5
kecamatan lainnaya (Sukajadi, Rumbai, Rumbai Pesisir, Bukit Raya dan
Marpoyan Damai), dengan rasio antara 2,4 sampai dengan 6,1 mengindikasikan
bahwa tenaga medis yang tersedia pada tahun 2011 di kelima kecamatan tersebut
berkisar antara 2 sampai 6 orang untuk setiap 1000 orang penduduknya.

II - 35 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.45
Jumlah Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Tahun 2011
Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
No Kecamatan Jumlah Tenaga Jumlah Rasio
Medis Penduduk
1 Bukit Raya 568 92.395 6,1
2 Marpoyan Damai 300 126.355 2,4
3 Tampan 250 170.543 1,5
4 Sukajadi 157 47.420 3,3
5 Pekanbaru Kota 250 25.193 9,9
6 Sail 257 21.550 11,9
7 Lima Puluh 75 41.549 1,8
8 Tenayan Raya 200 123.799 1,6
9 Senapelan 357 36.625 9,7
10 Rumbai Pesisir 330 65.036 5,1
11 Rumbai 225 64.961 3,5
12 Payung Sekaki 125 87.038 1,4
13 Pekanbaru 3094 902.464 3,4
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

f. Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar


Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan pemerintah Kota
Pekanbaru dari tahun 2007 sampai tahun 2011 untuk pelayanan kesehatan dasar
ditunjukkan oleh capaian indikator, seperti: Cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan, Cakupan Kelurahan UCI, Cakupan Balita Gizi Buruk
Mendapat Perawatan, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit
TBC BTA, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD,
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin, Cakupan
Kunjungan Bayi, Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas.
Tabel 2.46 menunjukkan capaian pelayanan kesehatan dasar beserta
pembandingnya (Standar Pelayanan Minimum Nasional disertai dengan target
waktu pencapaiannya). Terlihat bahwa sedikitnya ada 3 indikator (Cakupan
komplikasi kebidanan yang ditangani, Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat
Perawatan, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD)yang
telah melampaui SPM Nasional. Untuk 3 indikator ini diperlukan konsistensi,
agar dapat mempertahankan prestasi ini. Sedangkan 2 indikator dengan prosentase
yang masih rendah dan jauh di bawah SPM (Cakupan Penemuan dan Penanganan
Penderita Penyakit TBC BTA dan Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien
Masyarakat Miskin), masih memerlukan usaha yang keras untuk mencapai nilai
SPM. Untuk 3 indikator kinerja (Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, Cakupan Kelurahan UCI dan
Cakupan Kunjungan Bayi), diperlukan konsistensi untuk mencapai dan
mempertahankan kinerjanya. Dua indikator lain (Cakupan Puskesmas dan
Cakupan Pembantu Puskesmas) tidak memiliki indikator pembandingnya (SPM),
namun menunjukkan angka persentase yang tinggi (di atas 100% untuk cakupan
Puskesmas).

II - 36 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.46
Persentase Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 SPM
1 Cakupan komplikasi 31,16 49,07 100 100 100 80
kebidanan yang ditangani (2015)
2 Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga 96,23 90,33 85,66 85,55 78,60 90
kesehatan yang memiliki (2015)
kompetensi kebidanan
3 Cakupan Kelurahan UCI 100 96,55 55 84,48 94,83 100
(2010)
4 Cakupan Balita Gizi Buruk 100 100 100 100 100 100
Mendapat Perawatan (2010)
5 Cakupan Penemuan dan 25,76 23,38 20,09 31,81 33,87 100
Penanganan Penderita (2010)
Penyakit TBC BTA
6 Cakupan Penemuan dan 100 100 100 100 100 100
Penanganan Penderita (2010)
Penyakit DBD
7 Cakupan Pelayanan 5 5 6,2 12 17,64 100
Kesehatan Rujukan Pasien (2015)
Masyarakat Miskin
8 Cakupan Kunjungan Bayi 81,06 141,1 96,39 94,73 80,05 90
(2010)
9 Cakupan Puskesmas 141,7 158,3 158,3 158 167
10 Cakupan Pembantu 58,62 55,17 55,17 55,17 56,9
Puskesmas
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012

2.3.1.3. Kependudukan dan Catatan Sipil

a. Pengelompokan Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur


Tabel 2.47 dan Tabel 2.48 menampilkan jumlah penduduk Kota Pekanbaru
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berdasarkan kelompok umur dari tahun
2007 sampai tahun 2010. Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa jumlah
penduduk Kota Pekanbaru didominasi oleh penduduk berusia muda (0-14 tahun)
dan usia produktif (15-39 tahun). Tabel 2.48 memperlihatkan bahwa untuk usia
muda (0-14 tahun), jumlah penduduk laki-laki cenderung naik dari tahun 2007
sampai 2010, kecuali pada tahun 2008, untuk kelompok umur 0-4 tahun dan 10-
14 yang sempat turun sedikit. Pada kelompik umur produktif (15-64 tahun),
jumlah penduduk laki-laki juga cenderung selalu bertambah dari tahun 2007
sampai 2010, kecuali pada tahun 2008, untuk kelompok umur 25-29 tahun dan
50-54 tahun sedikit turun; juga pada tahun 2009, untuk kelompok umur 20-24
tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun dan 40-44 tahun juga sedikit menurun dari tahun
sebelumnya.Selanjutnya, penduduk laki-laki pada kelompok usia di atas 44 tahun
cenderung stabil jumlahnya dari tahun 2007 sampai 2010.

II - 37 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.47
Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur Tahun 2007-2010
Kota Pekanbaru
Kelompok Umur 2007 2008 2009 2010
0-4 46.641 42.864 48.145 50.203
5-9 36.813 38.719 40.309 45.497
10-14 39.270 30.796 34.332 40.389
15-19 31.900 35.370 37.078 42.238
20-24 44.730 48.668 45.560 52.730
25-29 41.180 39.037 41.844 48.251
30-34 31.900 38.562 35.228 42.169
35-39 30.535 34.832 31.625 36.970
40-44 22.618 29.201 24.840 29.971
45-49 22.891 22.660 22.670 23.619
50-54 18.290 15.120 17.796 17.267
55-59 9.554 9.026 9.896 11.415
60-64 5.460 6.469 6.220 6.295
65-69 4.368 4.481 3.877 4.564
70-74 1.365 3.022 1.935 2.687
75+ 2.457 1.678 2.545 2.121
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Pada tabel 2.48 di bawah terlihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin
perempuan didominasi oleh kelompok umur muda sampai usia pertengahan-
dewasa (0-44 tahun). Tidak seperti penduduk laki-laki, penduduk perempuan
jumlahnya cenderung cukup stabil (bertambah hanya sedikit) dari tahun 2007
sampai 2010, dengan kenaikan dan penurunannya fluktuatif pada angka yang
tidak terlalu signifikan. Pada kelompok usia lebih tinggi (45-75+ tahun), jumlah
perempuan lebih stabil.

Tabel 2.48
Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur Tahun 2007-2010
Kota Pekanbaru
Kelompok Umur 2007 2008 2009 2010
0-4 44.725 39.978 47.707 46.430
5-9 38.057 38.471 38.931 42.601
10-14 30.258 33.699 32.190 38.167
15-19 41.917 36.359 38.892 44.215
20-24 44.140 51.701 45.154 55.302
25-29 40.007 40.670 40.926 48.177
30-34 35.561 45.107 36.379 40.453
35-39 31.116 37.401 31.831 34.475
40-44 25.540 23.209 25.728 27.604
45-49 17.508 18.382 20.093 21.192
50-54 15.558 12.071 15.916 15.340
55-59 9.163 8.656 9.374 10.263
60-64 6.395 5.391 6.542 6.016
65-69 3.314 3.969 3.391 4.658
70-74 2.223 1.434 2.194 3.093
75+ 4.445 2.210 3.640 3.396
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011
II - 38 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017
b. Rasio Penduduk ber-KTP per-Satuan Penduduk
Tabel 2.49 di bawah ini memperlihatkan rasio penduduk yang memiliki
KTP terhadap penduduk usia di atas 17 tahun atau yang telah menikah. Dari data
tersebut terlihat bahwa kesadaran kepemilikan KTP semakin besar, dilihat dari
prosentase kepemilikan KTP yang selalu meningkat dari tahun 2007 sampai tahun
2011. Kenaikan kepemilikan KTP begitu signifikan: dari 39,42%pada tahun 2007
menjadi 83,54% dalam 5 tahun berikutnya. Walaupun jumlah penduduk setiap
tahun selalu bertambah, namun kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru dalam
kepemilikan KTP telah cukup berhasil, sehingga kepemilikan KTP. Kenyataan ini
juga memperlihatkan keberhasilan pemerintah daerah memberikan sosialisasi dan
penyuluhan tentang pentingnya KTP kepada masyarakat. Namun demikian,
diharapkan ke depan, agar setiap penduduk wajib KTP harus memiliki KTP.

Tabel 2.49
Rasio Penduduk ber-KTP per-Satuan Penduduk Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Penduduk ber-KTP 57.010 181.058 264.067 378.247 529.616
2 Penduduk usia >17 th/menikah 144.616 365.714 464.421 557.841 633.074
3 Rasio penduduk ber-KTP 39,42% 49,51% 56,86% 67,81% 83,54%
Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012

c. Rasio Pasangan Berakte Nikah


Rasio pasngan nikah ber-akte nikah adalah perbandingan jumlah pasangan
nikah yang memiliki akte nikah dengan jumlah pasngan nikah keseluruhan.
Berdasarkan data Tabel 2.50 di bawah ini, dapat dilihat bahwa rasio kjepemilikan
akte nikah oleh pasangan nikah masih sangat minim (di bawah 30%), bahkan
cenderung menurun setiap tahunnya. Kenyataan ini memperlihatkan masih kurang
optimalnya kinerja pemerintah daerah dalam memberikan sosialisasi dan
penyuluhan akan pentingnya kemepilikan akte nikah dan pentingnya tertib
administrasi. Untuk itu, sangat diperlukan upaya keras bagi pemerintah kota
Pekanbaru, terutama Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam memberikan
sosialisasi, penyuluhan dan kegiatan lain agar penduduk Pekanbaru mengurus
akte nikah ketika mereka menikah.

Tabel 2.50
Rasio Pasangan Nikah ber-Akte Nikah Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah pasangan nikah ber- 34.440 69.905 83.876 101.036 108.716
akte nikah
2 Jumlah pasangan nikah 88.361 222.594 282.034 338.331 381.782
3 Rasio pasangan nikah ber-akte 38,98% 31,40% 29,74% 29,86% 28,48%
nikah
Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012

II - 39 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


d. Kepemilikan KTP
Rasio Kepemilikan KTP adalah perbandingan jumlah penduduk yang
memilki KTP dengan jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP. Dari tabel 2.51
di bawah ini, terlihat bahwa prosentase/rasio kepemilikan KTP naik signifikan
dari tahun 2007 ke 2011 (dari 48,37% menjadi 101,59%). Pemerintah Kota
Pekanbaru sudah berhasil menyadarkan masyarakat untuk memiliki KTP. Prestasi
ini harus dapat dipertahankan untuk waktu-waktu ke depan, apalagi sejak tahun
2012 ini sudah diberlakukan KTP Nasional (e-KTP).

Tabel 2.51
Rasio Kepemilikan KTP Penduduk Kota Pekanbaru
Tahun 2007-2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah penduduk ber-KTP 57.010 181.058 264.067 378.247 529.616
2 Jumlah penduduk wajib KTP 117.866 300.006 383.797 460.009 521.285
3 Rasio kepemilikan KTP 48,37% 60,35% 68,80% 82,22% 101,59%
Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012

2.3.1.4. Sosial
Urusan sosial harus merupakan salah satu fokus pembangunan, karena
penyelenggaraannya pada hakikatnya adalah pembangunan sumber daya manusia
demi untuk terciptanya lingkungan sosial yang sehat dan dinamis, yang akan
berefek kepada meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat secara umum. Di
kota Pekanbaru gambaran penyelenggaraan urusan sosial bisa dilihat pada
tindakan penanganan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS),
serta tingkat ketersediaan rumah ibadah dan sarana prasarana sosial lainnya.

a. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)


Salah satu indikator yang dijadikan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
sosial masyarakat adalah penduduk penyandang masalah sosial. PMKS adalah
penduduk yang dikelompokkan sebagai penduduk rawan sosial. Ada 22 jenis
PMKS di kota Pekanbaru yang secara rinci dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.52
Jenis dan Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
di Kota Pekanbaru 2006-2010
N
Jenis PMKS Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
o
1 Anak Balita Terlantar Jiwa 27 27 30 35 37
2 Anak Terlantar Jiwa 5,640 5,255 5,140 4,865 4,545
3 Anak Nakal Jiwa 157 580 580 189 210
4 Anak jalanan Jiwa 450 450 450 450 450
5 Wanita Rawan Sosial Jiwa 1,980 1,980 1,980 1,980 2,000
Ekonomi
6 Korban tindak Kekerasan Jiwa 79 110 210 349 789
7 Lanjut Usia Terlantar Jiwa 412 412 412 412 382
8 Penyandang Cacat Jiwa 628 628 628 628 1031

II - 40 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


N
Jenis PMKS Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
o
9 Tuna Susila Jiwa 720 689 710 425 412
10 Pengemis/gelandangan Jiwa 168 134 119 106 162
11 Bekas warga binaan LP Jiwa 481 871 1,433 484 381
12 Korban Peny alah gunaan Jiwa 120 120 120 120 126
Nafza
13 Keluarga Fakir Miskin KK 16,158 17,400 17,555 17,555 26,056
14 Keluarga rumah tak layak KK 1,800 1,800 1,800 1,800 2,120
huni
15 Masarakat tinggal di daerah KK 11,875 11,875 11,875 11,875 15,070
rawan bencana
16 Korban Ben cana Alam Jiwa 62,568 62,568 15,409 14,617 252
17 Pekerja mi gran berma salah Jiwa 78 78 78 78 75
sosial
18 Orang dengan HIV/AIDS Jiwa 130 113 107 169 270
19 Keluarga Rentan SE KK
20 J. Panti Asuhan/anak PA Jiwa 15/657 16/742 17/854 17/926 18/995
Sumber: Dinas Sosial, 2011
Berdasarkan tabel 2.52 PMKS untuk kasus anak terlantar, lanjut usia
terlantar dan tuna susila terjadi tren menurun sedangkan kasus anak nakal, wanita
rawan sosial ekonomi, korban tindak kekerasan, penyandang cacat, keluarga fakir
miskin, keluarga rumah tak layak huni, masyakat tinggal di daerah rawan bencana
dan orang dengan HIV terjadi peningkatan. Kajian yang berhubungan dengan
PMKS masih perlu dilakukan untuk memetakan akar permasalahan sebenarnya,
demi meningkatkan kesejahteraan sosial di Kota Pekanbaru.

b. Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah


Merupakan inti dan sasaran pembangunan itu sebagaimana yang tertuang
dalam undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945 adalah pembangunan
manusia seutuhnya, lahir dan batin. Ibadah merupakan salah satu kunci untuk
mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
sarana tempat ibadah demi untuk merealisasikan hal tersebut. Di bawah ini
adalah tabel rasio ketersediaan tempat ibadah di kota Pekanbaru:
Tabel 2.53
Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah di Kota Pekanbaru (2006-2010)
Tahun
No Sarana Ibadah
2006 2007 2008 2009 2010
1 Mesjid 535 531 569 579 588
2 Penduduk Beragama Islam 586900 593355 600495 607281 614312
3 Rasio Mesjid-Pddk agama 1097 1117 1055 1048 1044
Islam
4 Gereja 72 62 66 66 92
5 Penduduk Katolik 35777 36869 38679 40446 44253
6 Penduduk Protestan 40217 41385 43746 45227 49766
7 Jumlah Pendidikan Kotolik 75994 78254 82425 85673 94019
+ Protestan
8 Rasio Gereja Penduduk 1055 1262 1248 1298 1021
(K + P)
9 Pura 1 1 1 1 1
10 Penduduk Agama Hindu 2258 2306 2311 2320 2425
11 Rasio Pura Penduduk 2258 2306 2311 2320 2425
Agama Hindu

II - 41 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tahun
No Sarana Ibadah
2006 2007 2008 2009 2010
12 Wihara 12 12 13 13 17
13 Penduduk Agama Budha 16262 16582 17089 17113 21571
14 Rasio Wihara Penduduk 1355 1381 1314 1316 1268
Budha
15 Jumlah Penduduk 681414 690497 702320 712387 732327
16 Rasio Mesjid Penduduk 1410 1468 1404 1386 1537
17 Rasio Gereja Penduduk 10478 12579 12109 12163 9825
18 Rasio Pura Penduduk 754467 779899 799213 802788 903902
19 Rasio Wihara Penduduk 62872 64991 61277 61752 53170
Sumber: Dinas Sosial Kota Pekanbaru 2011

c. Karang Taruna
Gambaran kondisi daerah yang berkaitan dengan keberadaan karang taruna
di kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.54
Jumlah dan Status Karang Taruna di Kota Pekanbaru
Tahun
No Status Karang Taruna
2006 2007 2008 2009 2010
1 Tumbuh 58 58 58 70 73
2 Berkembang 12 15 18 20 23
3 Maju - - - 3 4
4 Percontohan - - - - -
5 Jumlah 70 73 76 93 98
Sumber: Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, 2011

Terlihat dari tabel di atas terjadi trend pertumbuhan Karang Taruna dari
tahun 2006 ke tahun 2010 sebesar 20% (atau rata-rata 4% per tahun), angka ini
berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk 4% per tahun.
Kualitas Karang Taruna kedepan perlu ditingkatkan statusnya menjadi
Karang Taruna maju dan percontohan.

2.3.1.5. Kepemudaan dan Olahraga


a. Organisasi Pemuda
Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang berkerja sama dengan
suatu perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, untuk mencapai sasaran dan
tujuan tertentu. Pembangunan kepemudaan merupakan bagian yang sangat urgen.
Pemerintah kota pekanbaru telah melakukan upaya membangun generasi muda
melalui berbagai kegiatan kepemudaan, seperti pendidikan pemuda yang
produktif, kegiatan pemuda pelopor, penyelenggaraan upacara bendera, pasukan
pengibar bendera.
b. Organisasi Olahraga
Yang dimaksud dengan organisasi olah raga adalah organisasi formal yang
dibentuk oleh sekelompok masyarakat olahraga yang berkerjasama dengan suatu

II - 42 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, demi mencapai suatu
sasaran dan tujuan pembangunan dunia olah raga.
c. Kegiatan Kepemudaan
Banyaknya kegiatan kepemudaan yang terarah dan positif menunjukkan dan
menggambarkan tingginya antusias dan semangat pemuda untuk berkontribusi
dan berperan serta dalam pembangunan daerah. Tinggi dan beragamnya jumlah
kegiatan kepemudaan tersebut merupakan salah satu indikator efektifitas
keberadaan organisasi pemuda dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Salah
satu bentuk kegiatan kepemudaan itu adalah kegiatan atau event kepemudaan
yang diselenggarakan dalam bentuk pertandingan, perlombaan dan upacara serta
kejadian atau peristiwa sejenis.
Di kota Pekanbaru kegiatan kepemudaan tetap dilakukan secara rutin oleh
organisasi kepemudaan, antara lain kegiatan rutin yang dilakukan oleh organisasi
KONI, OKP-OKP, serta organisasi-organisasi kepemudaan lainnya, seperti
kegiatan-kegiatan yang di taja oleh siswa sekolah menengah, atau mahasiswa di
berbagai perguruan tinggi.

d. Kegiatan Olahraga
Tinggi dan banyaknya kegiatan olahraga merupakan indikator efektifitas
keberadaan organisasi olah raga berperan dalam pembangunan pemerintahan
daerah. Kegiatan olah raga yang dimaksud adalah kegiatan olah raga yang
diselenggarakan oleh berbagai pihak, apakah itu pemerintah daerah, atau pihak
swasta ataupun masyarakat secara umum. Kegiatan-kegiatan olahraga yang
diselenggakan sangat beragam, diantaranya dalam bentuk pertandingan dan
perlombaan dalam event-event tertentu. Banyaknya jumlah kegiatan olahraga
yang dilaksanakan menunjukkan tingginya semangat dan antusias organisasi-
organiswasi olahraga di kota untuk memberikan kontribusi serta peran serta dalam
pembangunan daerah.
Dalam usaha dan upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga masyarakat,
maka sepanjang tahun 2006-2010 pemerintah kota Pekanbaru melalui Dinas
Pendidikan dan Olahraga secara rutin melakukan dan memperkarsai berbagai
event-event olahraga dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah dalam bentuk
pekan olahraga antar sekolah, begitu pula pemerintah kota berupaya
mengembangkan iklim keolahragaan masyarakat yang diselenggarakan oleh
organisasi dari berbagai cabang olahraga yang ada di kota Pekanbaru. Disamping
itu pemerintah kota juga berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana
olahraga yang dilaksanakan dalam bentuk pemberian bantuan kepada masyarakat.
Pembianaan manajmen organisasi olahraga juga suatu hal yang terus menerus
dilakukan oleh pemerintah kota Pekanbaru.

2.3.1.6. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Penyelenggaraan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri di kota
Pekanbaru secara umum tergambar dan dapat dilihat dari rasio jumlah polisi
pamong praja per 10.000 penduduk, rasio jumlah linmas per 10.000 penduduk,
dan juga rasio siskamling per jumlah kelurahan sekota Pekanbaru.

II - 43 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


a. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 Penduduk
Dalam upaya untuk memaksimalkan pelaksanaan kamtibmas di kota
Pekanbaru Satuan Polisi Pamong Praja selama ini telah menunjukkan perannnya.
Efektif atau tidaknya peran tersebut sangat tergantung kepada tingkat kesadaran
masyarakat untuk menjaga kamtibmas di lingkungan masing-masing. Selain itu
juga dipengaruhi dan ditentukan oleh keberadaan Satpol PP. Di kota Pekanbaru
rasio jumlah Satpol PP terhadap jumlah penduduk dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.55
Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru per 10.000 Penduduk
Tahun2006-2010
Tahun
No Uraian
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Polisi Pamong Praja 196 195 195 195 190
2 Jumlah Penduduk 754.467 779.899 799.213 802.788 897.768
3 Rasio Jumlah Polisi Pamong
Praja per 10.000 Penduduk 2 2 2 2 2
Sumber: BPS kota Pekanbaru, 2011
Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio Satpol PP di kota Pekanbaru agak
fluktuatif, malahan pada tahun 2010 menunjukkan penurunan, disamping itu di
tahun yang sama peningkatan jumlah penduduk naik sangat drastis. Ini secara
otomatis membuat beban kerja untuk setiap personil yang tergabung dalam Satpol
PP semakin meningkat dan bertambah, karena laju pertumbuhan penduduk jauh
lebih cepat dibandingkan kemampuan daerah menambah dan meningkatkan
jumlah personil Satpol PP setiap tahunnya.
Melihat kondisi di atas, maka untuk memantapkan penyelenggaraan
kamtibmas di kota Pekanbaru pemerintah harus serius dalam mengupayakan
peningkatan personil Satpol PP, baik secara kuantitas dan juga kualitas, apalagi
mengingat kota Pekanbaru dibandingkan kota-kota lainnya termasuk kota yang
sangat laju pertumbuhan penduduknya. Disamping itu melakukan upaya yang
optimal untuk meningkatkan kesadaran semua komponen masyarakat agar
berpartisipasi dan berperan aktif dalam mewujudkan dan merealisasikan kondisi
kamtibmas yang diharapkan, khususnya melalui kesadaran dalam penegakan
aturan-aturan dan regulasi yang telah ditetapkan.

b. Rasio Jumlah Linmas per 10.000 Penduduk


Rasio jumlah petugas perlindungan masyarakat (linmas) dapat
menggambarkan indikator kapasitas seluruh komponen pemerintah dan
masyarakat daerah dalam menjaga ketertiban dan keamanan di tengah-tengah
masyarakat, mengingat petugas linmas merupakan satuan yang memiliki tugas
dan amanah untuk memelihara dan menjaga ketentraman dan ketertiban
masyarakat secara umum. Gambaran rasio linmas per 10.000 penduduk di kota
Pekanbaru terdapat pada tabel berikut:

II - 44 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.56
Rasio Jumlah Linmas di Kota Pekanbaru
per 10.000 Penduduk (2006-2010)
Tahun
No Uraian
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Linmas 40 3.153 2.374 3.604 3.506
2 Jumlah Penduduk 754.467 779.899 799.213 802.788 903.902
3 Rasio Jumlah Linmas 0,53 40,43 29,70 44,89 38,79
per 10.000 Penduduk
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011
Dari table di atas terlihat rasio Limas di Pekanbaru relative fluktuatis, pada
tahun 2006 jumlah Limas sangat minim (rasio 0,53) yang berarti setiap 19.000
penduduk dilayani 1 petugas Limas (rasio ideal 1:1.000 penduduk). Sedangkan
pada tahun-tahun berikut nya rasionya mengkat drastis menjadi 247 orang per
10.000 penduduk (2007), 336 (2008) dan 263 (2010).
c. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Kelurahan (2006-2010)
Ketersediaan Pos siskamling per kelurahan dapat memberi gambaran rasio
pos siskamling pada setiap kelurahan. Semakin tinggi rasio pos siskamling berarti
semakin tinggi pula kapasitas, partisipasi dan peran serta seluruh komponen
masyarakat dalam menyiapkan fasilitas penunjang untuk menjamin terjaga dan
terpeliharanya ketertiban dan keamanan di tengah-tengah masyarakat secara
umum. Di bawah ini adalah tabel rasio pos siskamling per kelurahan.
Tabel 2.57
Rasio Jumlah Pos Siskamling di Kota Pekanbaru (2006-2010)
Tahun
No Uraian
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Pos Siskamling 717 717 717 689 696
2 Jumlah Desa/kelurahan 58 58 58 58 58
3 Rasio Jumlah Pos Siskamling 12,4 12,4 12,4 11,9 12
per Kelurahan
Sumber : Badan Kesbangpol Linmas Kota Pekanbaru, 2011
Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam periode tahun 2006-2010, rata-rata
di kota Pekanbaru setiap kelurahan mempunyai pos siskamling sebanyak 12 Unit.

2.3.1.7. Ketenagakerjaan
Indikator kinerja bidang ketenagakerjaan meliputi: Jumlah Pencari Kerja
yang Terdaftar, Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan, Persentase Pencari
Kerja yang Ditempatkan, dan Tingkat Pengangguran. Tabel 2.58 menunjukkan
jumlah pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan pada tahuhn 2006-
2011 di Kota Pekanbaru. Dari data tersebut terlihat bahwa pencari kerja
didominasi oleh mereka berlatar belakang pendidikan SMA/sederajat dan sarjana.
Perkembangan jumlah pencari kerja yang terdaftar cenderung fluktuatif.

II - 45 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.58
Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan
Kota Pekanbaru Tahun 2006-2011
No Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD & yang sederajat 210 44 15 20 27 8
2 SMP & yang sederajat 371 178 61 75 52 15
3 SMA & yang sederajat 10.728 7.763 9.522 10.903 7.314 2.667
4 D1/D2 360 177 197 458 850 324
5 D3 / Sarjana Muda 2.750 2.488 5.735 5.439 2.695 987
6 Sarjana 7.732 5.285 8.677 7.429 4.994 1.160
Jumlah 22.151 15.935 24.207 24.324 15.932 5.161
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012

Tabel 2.59 di bawah ini memperlihatkan jumlah pencari kerja yang telah
ditempatkan menurut tingkat pendidikan di Kota Pekanbaru pada tahun 2006
sampai tahun 2011. Seperti juga pencari kerja yang terdaftar, maka pencari kerja
yang ditempatkan juga didominasi oleh tamatan SMA/sederajat dan sarjana.
Sedangkan dari tahun 2006 sampai 2011 kecenderungan jumlah tenaga kerja yang
ditemapatkan selalu bertambah.

Tabel 2.59
Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan Menurut Tingkat Pendidikan
Kota Pekanbaru - Tahun 2006-2011
No Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD & yang sederajat 129 21 0 0 0 0
2 SMP & yang sederajat 277 37 0 0 0 0
3 SMA & yang sederajat 367 855 1.088 1.387 1.197 419
4 D1/D2 1 3 86 - 86 17
5 D3 / Sarjana Muda 93 10 792 828 347 957
6 Sarjana 181 310 831 629 315 828
Jumlah 1.048 1.236 2.797 2.844 1.948 2.231
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012
Persentase pencari kerja yang telah ditempatkan ditampilkan pada
Tabel 2.60 di bawah ini. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase
penempatan tenaga kerja selalu meningkat dari tahun 2005 sampai tahun 2011,
dari angka 5% pada tahun 2005 menjadi 43,23% pada tahun 2011.

Tabel 2.60
Jumlah Pencari Kerja Terdaftar dan yang Ditempatkan
Kota Pekanbaru - Tahun 2005-2011
No Tahun Terdaftar Penempatan/Terserap Persentase (%)
1 2005 23.914 1.209 5,05
2 2006 22.151 1.048 4,72
3 2007 15.935 1.236 7,76
4 2008 24.207 2.797 11,55
5 2009 24.324 2.844 11,69
6 2010 15.932 1.948 12,23
7 2011 5.161 2.231 43,23
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012
II - 46 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017
Jumlah pengangguran dan tenaga kerja yang bekerja di Kota Perkanbaru
ditampilkan pada Tabel 2.61. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
pengangguran trend nya menurun dari tahun 2008 (14,24) sampai 2011 (9,33).
Trend positif ini mesti terus dijaga sampai tingkat pengangguran menjadi
seminimal mungkin.

Tabel 2.61
Tingkat Pengangguran
Kota Pekanbaru - Tahun 2008-2011
Angkatan Kerja ( < 15 Tahun) Pengangguran Tingkat
No Tahun Penduduk Bekerja
Laki-laki Perempuan Jumlah Terbuka Pengangguran
1 2008 799.213 203.983 109.530 313.513 268.861 44.652 14,24
2 2009 802.788 208.325 115.047 323.372 284.463 38.909 12,03
3 2010 897.768 256.789 178.814 435.603 391.047 44.556 10,23
4 2011 903.464 - - 421.532 382.185 39.347 9,33
Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011
2.3.2. Fokus layanan Urusan Pilihan
2.3.2.1. Pertanian
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanian terlihat pada
beberapa indikator kinerja sebagaimana Gambar 2.12 berikut.

Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.12 Kondisi Pertanian Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

2.3.2.2. Perikanan
Pembangunan pada pelayanan urusan Perikanan dititikberatkan pada
perikanan peliharaan kolam.Beberapa kinerja bidang perikanan ditunjukkan pada
Gambar 2.13.

II - 47 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru,2011

Gambar 2.13 Capaian Kinerja Urusan PerikananKota Pekanbaru 2006-2010

Berdasarkan gambar 2.13 diatas, maka terjadi peningkatan produksi selama


lima tahun sebesar rata-rata 25 % pertahun sementara itu perkembangan konsumsi
ikan masyarakat juga terjadi peningkatan sebesar rata-rata 25 % pertahun di kota
Pekanbaru.

Gambar 2.14 berikut menjelaskan semakin meningkatnya produksi ikan


peliharaan di Pekanaru dari tahun 2007 sampai tahun 2011.

Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2012


Gambar 2.14 Kelompok Nelayan Binaan Kota Pekanbaru tahun 2007-2011

II - 48 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH

2.4.1. Fokus Ekonomi Daerah


2.4.1.1. Iklim Investasi
Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan perdagangan
luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru. Selama tahun 2009 realisasi
nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai sekitar 40 juta US$. Nilai ini naik 0,88%
(3 juta US$) dibandingkan tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang
signifikan terhadap ekspor ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan turun
19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi peningkatan yang
signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.Permasalahan masa akan datang
adalah ketersediaan dan dana pembangunan daerah untuk menyediakan
infrastruktur jalan dalam jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa
depan.

2.4.1.2. Perkembangan Perdagangan


Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan perdagangan
luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru. Selama tahun 2009 realisasi
nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai sekitar 40 juta US$, nilai ini naik 0,88 %
(3 juta US$) dibandingkan tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang
signifikan terhadap ekspor ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan turun
19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi peningkatan yang
signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Perkembangang nilai perdagangannya (baik ekspor mupun impor) Kota
Pekanbaru cendrung fluktuatif namun di akhir tahun 2009 sampai tahun 2010
terjadi kenaikan baik nilai volume ekspor (sekitar 30%) maupun impor (hampir
300%).

120,000,000.00

100,000,000.00
volume (US$)

80,000,000.00
EKSPOR FOB
60,000,000.00
IMPOR CIF
40,000,000.00

20,000,000.00

-
2006 2007 2008 2009 2010

EKSPOR FOB 59,957,073. 43,113,114. 36,970,677. 39,774,044. 107,610,455


IMPOR CIF 70,299,497. 69,919,098. 81,767,676. 66,071,578. 107,948,065
tahun

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011


Gambar 2.15 Perkembangan perdagangan Kota Pekanbaru 2006-1020

II - 49 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Walaupun dari segi nilai ekspor dan impor relatif seimbang, namun terjadi
lonjakan prosentase nilai kenaikan impor melebihi ekspor. Ini menandakan masih
perlu digali kemampuan ekspor komoditi perdagangan Kota Pekanbaru untuk
menyeimbangkan kenaikan prosentase impornya.
Permasalahan yang mendesak saat ini datang adalah terbatasanya
aksespendanaan pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan,
listrik, air bersih dan sistem komunikasi dalam jangka pendek untuk menarik
investasi potensial dimasa depan.

2.4.1.3. Perindustrian
Terjadi penurunan jumlah (unit) industri besar dan sedang (sekitar 20%)
selaras dengan penurunan jumlah pekerja dan karyawannya. Kondisi terparah
adalah pada kondisi industri besar dimana terjadi penurunan karyawan sampai
50% (dari 6000 orang sampai 3000 orang dalam periode 3 tahun, 2007-2010).
30

25

20
INDUSTRI BESAR
unit

15
INDUSTRI SEDANG
10

0
2006 2007 2008 2009 2010

INDUSTRI BESAR 13 11 11 7
INDUSTRI SEDANG 24 25 25 18
tahun

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011


Gambar 2.16 Perkembangan jumlah industri di Kota Pekanbaru 2006-2010

7000
6000
tenaga kerja (orang)

5000
4000 INDUSTRI BESAR
3000 INDUSTRI SEDANG

2000
1000
0
2006 2007 2008 2009 2010

INDUSTRI BESAR 5795 4274 4274 2932


INDUSTRI SEDANG 887 954 954 680
tahun

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011


Gambar 2.17 Perkembangan jumlah pekerja industri di Pekanbaru 2006-2010

II - 50 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Perlu dicermati faktor-faktor apa yang mengakibatkan hal ini terjadi,
bagaimana menanggulanginya dalam tataran kebijakan, regulasi dan fasilitas
infrastruktur dasar yang perludisiapkan agar iklim usaha di Kota Pekanbaru dapat
menggairahkan bagi industri besar dan sedang.

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur


Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor pembangunan yang
paling dibutuhkan di Kota Pekanbaru karena ada banyak ketergantungan
pengembangan ekonomi, sosial dan pendidikan dengan pembangunan
infrastruktur itu sendiri. Menurut studi yang dilakukan oleh Danareksa, setiap
pembangunan infrastruktur jalan sepanjang 100 kilometer akan memberikan
tambahan 0,20 persen terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah, dan menciptakan
69.000 lapangan kerja baru (Purbayu dan Edwin S, 2004 dalam Sudaryadi).
Penyediaan infrastruktur dasar yang merata diseluruh wilayah Kota
merupakan hal mutlak untuk mewujudkan kota Metropolitan yang madani,
dengan pengelolaan pembangunan fisik kota yang meliputi sistem transportasi
yang memiliki interkoneksi antar wilayah. Ketersediaan infrastruktur berupa jalan,
air bersih, listrik dan telekomunikasi bagi masyarakat Kota Pekanbaru perlu
diidentifikasi dalam bentuk indikator-indikator. Indikator Fasilitas dan
Infrastruktur ini digunakan untuk melihat perkembangan indikator keluaran (out-
put) dari tingkat pembangunan fasilitas dan infrastruktur antara lain:
1. Perkembangan pembangunan pelayanan air bersih.
2. Perkembangan pembangunan saluran drainase.
3. Perkembangan pembangunan infrastruktur jalan.
4. Perkembangan Pelayanan Listrik

2.4.2.1. Perkembangan Pembangunan Pelayanan Air Bersih


Pelayanan air bersih di Kota Pekanbarupada saat ini sebagian disediakan
oleh PDAM Tirta Siak Pekanbaru. Jumlah cakupan pelayanan air bersih ini
terbatas hanya pada pusat bisnis di ibu Kota Pekanbaru. Cakupan pelayanan air
bersih yang disediakan oleh PDAM Tirta Siak Pekanbaru dari tahun 2006 sampai
2010 hampir tidak terjadi perubahan yang signifikan. Cakupan pelayanan tahun
2006 sampai 2010 kurang dari 20.000 Kepala Keluarga (KK) dan cendrung turun
menjadi 14.000 KK di tahun 2010.

II - 51 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


25000

PELANGGAN (SR) 20000 19499 18701 18189 18136


15000 14254

10000

5000

0
2006 2007 2008 2009 2010

JUMLAH PELANGGAN 19499 18701 18189 18136 14254


tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.18 Cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kota Pekanbaru

Sedangkan persentase cakupan pelayanan air bersih PDAM relatif tidak


berubah, dan cenderung turun tiap tahunnya dari 13% menjadi 8% diperiode 2006
sampai 2010. Prosentase cakupan pelayanan air bersih ini jauh di bawah angka
rata-rata Nasional (2009) yaitu 12% untuk Indonesia 2009 (BPS, 2010 dan
Sandhyavitri, 2010).

14.00%

12.00%
Prosentase dilayani

10.00%

8.00%

6.00%

4.00%

2.00%

0.00%
2006 2007 2008 2009 2010

Prosentase (%) 12.92% 11.99% 11.38% 11.30% 7.88%


tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.19 Prosentase cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kota
Pekanbaru

Trend pertumbuhan banyaknya air yang disalurkan dan air yang dipakai
cenderung menurun untuk Kota Pekanbaru dari tahun 2008-2010 hampir 50%.

II - 52 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


12000000

volume air (m3) disalurkan


9807971 9311520
10000000
8000000 9311520
5563814
6000000 4257030
4000000 5563814
4926791
4372388
2000000 3387020
0
2006 2007 2008 2009 2010

BANYAKKNYA AIR 5563814 9807971 9311520 4257030


DISALURKAN (m3)
KUBIKASI AIR DIPAKAI (m3) 4926791 5563814 4372388 9311520 3387020
tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.20 Volume Air yang didistribusikan di Kota Pekanbaru

Sedangkan jumlah populasi terus meningkat sehingga diperkirakan setelah


tahun 2013, populasi menembus batas 1 juta orang di Kota Pekanbaru dengan KK
lebih dari 250.000. Maka kebutuhan air bersih menjadi hal yang vital dan
kompetisi untuk mendapatkannya perlu untuk diregulasikan dengan cermat.

1,000,000
900,000
800,000
700,000

orang 600,000
Jumlah penduduk
500,000
Kepala Keluarga
400,000
300,000
200,000
100,000
-
2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah penduduk 754,467 779,899 799,213 802,788 903,902


Kepala Keluarga 169,957 175,859 177,762 188,341 217,120
tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.21 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kota Pekanbaru

2.4.2.2. Pembangunan Infrastruktur Jalan


Infrastruktur jalan yang relatif terbatas dibanding luas Pekanbaru.
Infrastruktur jalan dianggap salah satu faktor yang mendukung sektor ekonomi
utama di kota ini. Menurut Ebby Hermawan (2005) dan Teddy Mutejo (2008),
Standar pelayanan Minimal (SPM) aksesibilitas Jalan pada akhir tahun
pencapaian, dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
II - 53 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017
SPM Aksesibilitas = Panjang Jalan / Luas Wilayah

Sedangkan nilainya dibandingkan dengan indeks aksesibilitas yang


disyaratkan berdasarkan kepadatan penduduk (jiwa/km2) seperti pada Tabel 2.62.

Tabel 2.62
Standar Pelayanan Minimal Aksesibilitas Jalan
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2 ) Ketetapan SPM
0-1000 0.5
1000-5000 1.5
>5000 5
Sumber : Ebby Hermawan, 2005, dan Teddy Mutejo, 2008

Aksesibilitas jalan Kota Pekanbaru sudah diatas SPM yaitu 4,375 > 1,5
(standar minimalnya dari Tabel). Sehingga pembangunan akses jalan secara
umum di Pekanbaru sudah diatas nilai minimal yang disyaratkan Pemerintah
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14 /PRT/M/2010). Namun, angka
ini masih belum mencerminkan kualitas prasarana jalan, karena 30% dari jalan
yang ada dalam kondisi rusak dan rusak berat. Perbandingan nilai SPM untuk
kabupaten/kota di Provinsi Riau bisa dilihat pada Tabel 2.63

Tabel 2.63
Perbandingan SPM Kabupaten/Kota di Propinsi Riau, 2011
Luas Wilayah
Kepadatan Indeks Aksesibilitas (Km/Km2)
Jumlah
Kabupaten / Kota Penduduk Nasional Propinsi Kupaten/Kota Panjang Jalan (Km) M/TM
(Km2) Penduduk Eksist Syarat
(jiwa/Km2)
Kuantan Singingi 5,235 291,044 55.60 124.54 308.20 1,647.69 2080.43 M
Indragiri Hulu 7,611 362,961 47.69 133.7 86.25 1,551.75 1771.7 0.233 0.500 TM
Indragiri Hilir 13,633 662,961 48.63 164.43 217.73 1,243.54 1625.7 0.119 0.500 TM
Pelalawan 12,482 303,021 24.28 128.87 179.61 1,118.54 1427.02 0.114 0.500 TM
Siak 8,216 377,232 45.91 104.13 234.88 1,406.77 1745.78 0.212 0.500 TM
Kampar 10,814 686,030 63.44 174.9 204.82 1,856.56 2236.28 0.207 0.500 TM
Rokan Hulu 7,225 475,011 65.75 0 379.27 1,590.62 1969.89 0.273 0.500 TM
Bengkalis 11,932 498,384 41.77 113.8 150.08 1,828.00 2091.88 0.175 0.500 TM
Rokan Hilir 8,852 552,433 62.41 114.2 107.19 1,828.00 2049.39 0.232 0.500 TM
Pekanbaru 633 903,902 1427.94 54.15 12.00 2,703.47 2769.62 4.375 1.500 M
Dumai 2,039 254,337 124.71 13.3 1.62 1,139.19 1154.11 0.566 0.500 M
Sumber : Laporan Akhir SPM Propinsi Riau, 2012.

Adapun kondisi jalan Kota Pekanbaru dalam kondisi baik cenderung


fluktuatif dalam range angka 45-48%, dan kondisi rusak sampai rusak berat
sekitar 30% dalam masa 2007-2009.

II - 54 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


60.00%

50.00%

40.00%
Prosentase Baik
prosentase

Prosentase Sedang
30.00%
Prosentase Rusak

20.00% Prosentase Rusak Berat

10.00%

0.00%
2006 2007 2008 2009

Prosentase Baik 45.11% 48.30% 45.11% 47.09%


Prosentase Sedang 23.27% 23.57% 23.27% 21.55%
Prosentase Rusak 29.68% 26.64% 25.68% 31.36%
Prosentase Rusak 1.94% 1.49% 5.94% 0.00%
Berat
tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2010


Gambar 2.22 Prosentase Kondisi Jalan di Kota Pekanbaru, 2007-2009

Kondisi Jalan (2006-2010)

2000
1800
1859.27
1600
1400
BAIK
1200
939.94 1235.06 SEDANG
km

1000 1205.6
1148.7
RUSAK
800 917.79 602.7 592.7 551.7 RUSAK BERAT
600 820.92
571.25 331.87 681.23 653.87
400
200 382.2 151.37
0 0 0 38 0
2006 2007 2008 2009 2010
tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.23 Kondisi Jalan di Kota Pekanbaru, 2006-2010

Namun secara umum proporsi jalan yang baik cenderung meningkat dalam
periode 4 tahun (Gambar 2.24).

II - 55 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Proporsi

proporsi jalan kondisi baik 0.54

0.52 0.52
0.51
0.50
0.49
0.48

0.46
0.45
0.44

0.42

0.40
2007 2008 2009 2010
Proporsi 0.45 0.49 0.51 0.52
tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.24 Proporsi jalan dalam kondisi baik, 2007-2010
Terlihat proporsi kondisi jalan yang baik, meningkat dari 42% menjadi 52%
dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Hal ini juga menandakan kinerja perbaikan
jalan di Kota Pekanbaru sudah meningkat. Adapun rasio jalan yang baik
dibanding dengan jumlah kendaraan roda 4 keatas adalah 1205,6 km/147.984
kendaraan roda 4 = 0,81% (data 2011). Sedangkan rasio total panjang jalan per
total kendaraan adalah 2769,62 km/ 767314 kendaraan = 0,36%.
Peningkatan penambahan panjang jalan kota di Kota Pekanbaru (2006-
2010) relatif signifikan (96 km dalam periode 5 tahun). Total jalan yang
terbangun sampai 2010 adalah 2751,70 km (Gambar 2.25) dengan 50% nya
adalah berupa jalan aspal dan 35% jalan tanah di tahun 2010 (Gambar 2.25).
2,760.00

2,740.00

2,720.00
total jalan (km)

2,700.00

2,680.00 jalan (km)

2,660.00

2,640.00

2,620.00

2,600.00
2006 2007 2008 2009 2010
jalan (km) 2,655.79 2,655.79 2,666.14 2,655.79 2,751.70
tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.25 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (km), 2006-2010

II - 56 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


60.00%

50.00%

40.00%
Prosentase

Aspal
30.00% Kerikil
Tanah
20.00%

10.00%

0.00%
2006 2007 2008 2009 2010

Aspal 41.80% 41.77% 43.55% 41.77% 53.18%


Kerikil 1.84% 2.33% 2.74% 2.33% 11.77%
Tanah 56.37% 55.91% 53.72% 55.91% 35.05%
tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.26 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (persen), 2006-2010

1600
1400
1200
1000 Aspal
km

800 Kerikil
600 Tanah

400
200
0
2006 2007 2008 2009 2010

Aspal 1015.21 1063.61 1113.61 1063.61 1371.11


Kerikil 44.6 59.24 69.95 59.24 303.44
Tanah 1369.17 1423.79 1373.79 1423.79 903.67
tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.27 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (km), 2006-2010

II - 57 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Jenis Jalan (2006-2010)

3000

2500
2546.64 2546.64 2556.99 2546.64 2578.2
2000
Nasional
km

1500 Provinsi
KOTA/KAB
1000

500
55 55 96.1
0
0
2006 2007 54.15
2008 54.15
2009 77.4
2010
tahun

Sumber: Dinas PU Propinsi Riau, 2011, dan BPS Kota Pekanbaru, 2011
Gambar 2.28 Panjang Jalan Nasional, Propinsi, dan Kabupaten di Pekanbaru,
2006-2010

Mayoritas jalan di Kota Pekanbaru adalah jalan kota (80%) dengan total
panjang jalan 2578 km (di tahun 2010). Adapun total panjang jalan Nasional dan
Propinsi sekitar 110 km (<10%). Pengelolaan jalan Kota adalah tanggungjawab
Kota Pekanbaru, sedangkan jalan-jalan Propinsi dan Nasional adalah
tanggungjawab Propinsi Riau dan Pemerintah Pusat, baik dari segi teknis maupun
penganggaran pemeliharaannya.
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kondisi jalan, maka
Pemerintah Kota Pekanbaru telah melaksanakan pekerjaan peningkatan ataupun
pemeliharaan jalan berupa pengerasan, pengaspalan makadam, pengaspalan
hotmix, dan overlay hotmix.

Tabel 2.64
Peningkatan Infrastruktur Jalan Kota Pekanbaru
Tahun 2006-2010
PENGASPALAN PENGASPALAN OVERLAY
PENGERASAN TOTAL
TAHUN MAKADAM HOTMIX HOTMIX
(km) (Km)
(km) (km) (km)
2006 0,705 - 10,723 16,506 27,934
2007 2,042 19,610 38,604 39,097 99,353
2008 2,705 21,443 20,195 8,500 52,843
2009 735 16,469 19,329 30,464 66,997
2010 3,618 - 22,388 29,806 70,812
JUMLAH 9,805 57,522 111,239 124,373 302,939
Sumber Data ; Bina Marga Dinas PU Kota Pekanbaru, 2011

II - 58 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Dalam periode 2006-2010 dilaksanakan penanganan dalam bentuk kegiatan
peningkatan infrastruktur jalan dengan total panjang 302,94 Km. Kegiatan
pemeliharaan jalan telah dilakukan sepanjang 124,37 Km dengan pekerjaan
Overlay Hotmix. Sedangkan untuk peningkatan jalan dalam bentuk pekerjaan
pengaspalan Hotmix sepanjang 111,24 Km, pengaspalan makadam 57,52 Km dan
pengerasan jalan sepanjang 9,80 Km (Tabel 2.60)
2.4.2.3. Perumahan dan Pemukiman
Pembangunan dibidang perumahan juga meliputi pembangunan
infrastruktur dasar perumahan permukiman, termasuk sarana prasarana dan
utilitas permukiman agar menjadi lebih baik, nyaman, sehat dan tidak kumuh,
seperti peningkatan kualitas jalan, air minum, pasar dan lain sebagainya.
Perbaikan sarana prasarana di lingkungan permukiman dilaksanakan melalui
kegiatan Pembangunan Perumahan dan Permukiman (P2P). Dari tahun 2001
sampai dengan tahun 2005 terdahulu, Pemerintah Kota Pekanbaru telah
membangun 33.954,6 M jalan lingkungan dan 3.600 M saluran lingkungan.

2.4.2.4. Kebakaran
Keamanan perumahan dan permukiman dari bahaya kebakaran menjadi hal
yang penting untuk diperhatikan. Data kebakaran di Kota Pekanbaru terlihat pada
Tabel dibawah ini.

Tabel 2.65
Tingkat kebakaran di Kota Pekanbaru menurut jenis
Dan Jumlah Kerugian Tahun 2006-2010
Tahun
Uraian
2006 2007 2008 2009 2010
Rumah Penduduk - 66 76 127 84
Bangunan Umum - 61 48 20 8
Bangunan Industri - 2 1 - 20
Lahan - 51 61 94 34
Lain-lain - 8 14 14 9
Kerugian Material
15.295.300 25.481.400 19.040.000 17.785.300 23.480.500
(Ribuan Rupiah)
Korban Jiwa 3 1 - 6 -
Sumber Data : Dinas Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru, 2011

Penyebab terjadinya kebakaran beragam antara lain api terbuka seperti


korek api, obat nyamuk bakar, arus pendek listrik maupun petir. Hal ini
menunjukkan masih perlunya peningkatan penyuluh kepada masyarakat tentang
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.

2.4.2.5. Pembangunan Saluran Drainase, Normalisasi Sungai dan


Persampahan

a. Saluran Drainase dan Normalisasi Sungai


Pembangunan drainase belum ada datanya dalam periode 2006-2010.
Namun kasus banjir dan genangan air saat musim hujan pada tempat-tempat
tertentu, seperti area Rumbai, Panam dan Sail sudah sering terjadi kala musim
hujan.
II - 59 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017
Sedangkan jalan-jalan utama di Pekanbaru juga sering tergenang air kala
musim hujan, terutama di jalan ujung Terminal AKAP Payung Sekaki, jalan
Ponegoro, Jalan Imam Munandar dan jalan lainnya.
Namun kasus banjir dan genangan air sudah merupakan hal rutin (informasi
dari berbagai sumber Koran Riau Pos, 2005-2011).

200000

150000
meter

100000

50000

0
2006 2007 2008 2009 2010

Panjang talud yang dibangun 2300 48300 7613 10674 14041


Panjang talud yang 1750 3675 5793 8122 10684
terpelihara
Panjang sungai yang 28356 59548 93859 131601 173117
dinormalisasi
tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.29 Panjang talud dan normalisasi sungai, 2006-2010

Pajang talud dan normalisasi sungai yang dibangun sudah sangat signifikan
naik lebih dari 700%, namun masih sangat terbatas dengan panjang sungai dan
parit yang ada di Pekanbaru.
Informasi ini belum mencukupi perlu tambahan data panjang parit yang
dibutuhkan, panjang sungai dan jalan yang ada.

b. Waterfront City
Perkembangan aktivitas masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Siak
Pekanbaru, Propinsi Riau menunjukkan intensitas kegiatan yang tinggi. Hal ini
nantinya dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan habitat
Sungai bila tidak dilakukan pengendalian terhadap space use.
Perilaku Sungai Siak bila meluap selalu menggenangi kawasankawasan di
sekitarnya, yang secara geografis memang terletak pada dataran rendah dan relatif
tidak terlalu tinggi dibanding pusat kota. Selain itu terjadi perbedaan elevasi / peil
pasang surut air sungai yang tinggi.
Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Siak adalah permukiman lama
penduduk yang berada di bawah tanggul; kawasan bisnis / perdagangan (seperti
Pasar Bawah; Rumah Makan, Toko dll); kawasan perkantoran; kawasan
pendidikan; kawasan sosial; pelabuhan / dermaga tempat bersandar kapal;
jembatan yang melintasi Sungai sebagai jalur transportasi darat; dan bahkan letak
jalan untuk lalu lintas kendaraan berada di atas lokasi kawasan permukiman serta
kegiatan transportasi sungai dengan intensitas tinggi.

II - 60 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999
Gambar 2.30 Kondisi eksisting kawasan di area perencanaan Waterfront City,
1999

Kawasan Perencanaan Waterfront City yang merupakan salah satu kawasan


jantung Kota Pekanbaru di sekitar Jembatan Siak I sampai rencana Jembatan Siak
IV, yaitu pada sumbu / axis Jl. Sudirman Sungai Siak / Rencana Jembatan Siak
IV Meranti Pandak Jalan Sekolah.

Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999


Gambar 2.31 Rencana Pengembangan Kawasan Waterfront City, 1999

Penyebaran wilayah Kota Pekanbaru belum tertata dengan optimum. Hal ini
terlihat pada terkonsentrasinya permukiman dan pusat perdagangan / komersial di
bagian selatan Sungai Siak, yang secara historis merupakan awal pertumbuhan

II - 61 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Kota Pekanbaru, namun potensi untuk menata wilayah masih sangat
memungkinkan karena tersedianya lahan yang luas. Berdasarkan pola
pemanfaatan ruang dan kecenderungan pola perkembangan penggunaan lahan di
Kota Pekanbaru sebagaian besar didominasi oleh perumahan dan kegiatan
kegiatan seperti perdagangan, perkantoran (pemerintahan dan swasta) sarana
pelayanan umum beserta penunjangnya serta industri, selain fungsi fungsi
tersebut diatas, Kota Pekanbaru memiliki lahan tidak terbangun yang jauh lebih
banyak dibandingkan dengan areal terbangun. Penggunaan areal yang tidak
terbangun ini terutama untuk kebun, tegalan, hutan, semak dan lain sebagainya.
Masterplan dari Waterfront City sudah diselesaikan dari tahun 1999 dan setelah 5
tahun perlu untuk direfisi.
Banyak lokasi perkantoran SKPD Kota Pekanbaru berada di area bisnis
yang padat populasinya dan sudah tidak nyaman lagi untuk dijadikan kegiatan
perkantoran, sedangkan beberap pelayan kantor tidak dapat dioptimalkan
kinerjanya karena saling berjauhan jaraknya misalnya kantor bappeda dan PU
berjarak cukup jauh, maka untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan pada
masyarakat perlu diupayakan relokasi perkantoran pemerintahan daerah pada
suatu kawasan yang terpusat. Perlu diupayakan perencanaan relokasi kantor saat
ini menuju kawasan perkantoran terpadu tanpa terlalu mempengaruhi pendanaan
yang bersumber dari APBD (misalnya dengan kemitraan publik dan swasta).

c. Persampahan
Berdasarkan data tahun 2005, 40 % penduduk perkotaan Indonesia
mempunyai akses terhadap pengelolaan sampah (Kajian Kebijakan Pengelolaan
Sanitasi Berbasis Masyarakat, 2005).
Untuk Kota Pekanbaru, akses terhadap pelayanan sampah oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP) selama 2007-2011 juga tidak jauh berbeda
dengan yang terjadi di Indonesia yaitu rata-rata 40% (dengan asumsi 1 orang
memproduksi sampah 1,25 kg/hari). Namun bila dipakai asumsi produksi sampah
2,5 kg/orang/hari maka akses masyarakat terhadap pelayanan sampah skitar 24%
(Table 2.66).

Tabel 2.66
Timbunan Sampah dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 2007-2011
Timbunan Sampah Prosentase sampah Prosentase sampah
dengan Asumsi Timbunan Sampah Sampah diangkut(asumsi 1 diangkut(asumsi 1
(1.25 dengan Asumsi (2.5 Terangkut ton=1m3) untuk 1.25 ton=1m3) untuk 2.5
Tahun Penduduk kg/orang/hari) kg/orang/hari) (m3/hari) kg/org/hr kg/org/hr
1 2 3 4 5 6=5/3*100% 7=5/4*100%
2007 754,467 1,129.86 1,886.17 451.94 0.40 0.24
2008 779,899 1,130.85 1,949.75 452.34 0.40 0.23
2009 799,213 1,251.04 1,998.03 500.42 0.40 0.25
2010 802,788 1,312.51 2,006.97 525.00 0.40 0.26
2011 903,902 1,319.59 2,259.76 527.84 0.40 0.23
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012

II - 62 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


0.45 540
0.40 520 Prosentase sampah
0.35 diangkut(asumsi 1
500 ton=1m3) untuk 1.25
0.30
prosentase
kg/org/hr
0.25 480

ton
Prosentase sampah
0.20 460 diangkut(asumsi 1
0.15 ton=1m3) untuk 2.5
440 kg/org/hr
0.10
420 Sampah Terangkut
0.05
(m3/hari)
- 400
2007 2008 2009 2010 2011
tahun

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012


Gambar 2.32 Sampah diangkut dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 2007-
2012
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 7 Tahun
2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Dinas dinas di lingkungan
Pemerintah Kota Pekanbaru, maka dibentuklah Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Pekanbaru pada Tahun 2001. Tugasnya adalah membantu Walikota
Pekanbaru dalam melaksanakan kewenangan otonomi di bidang persampahan,
pertamanan, penghijauan, lampu penerangan jalan umum dan lampu hias. Tugas
utama Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru pada waktu itu adalah
mengelola persampahan yang ada di Kota Pekanbaru dimulai dari penyapuan,
pengangkutan, pemusnahan hingga pengelolaan sampah.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kebersihan di Kota Pekanbaru yang mengatur
pembagian kewenangan dan tugas pengelolaan kebersihan di Kota Pekanbaru
berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2004.
Di tahun 2011, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru
menangani kebersihan di 23 ruas jalan protokol dan Rumah sakit, dengan
mengerahkan 632 orang petugas kebersihan dan 11 truk sampah (4 truk lainnya
tidak berfungsi).
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota melakukan pengelolaan sampah di
TPA Muara Fajar dengan system open dumping, dimana ditargetkan tahun 2012
telah menggunakan system sanitary landfill. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
juga melakukan pengelolaan sampah pasar untuk dijadikan kompos atau pupuk
organic yang dilaksanakan pada 4 unit kerja pengelola composting dibawah
pengawasan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru.
Dalam pengelolaan kebersihan lingkungan permukiman sesuai pasal 9 UU
No. 18 tahun 2008, pemerintah kota menyelenggarakan pengelolaan sampah
kepada masyarakat dengan melakukan pembinaan, pengawasan, membuat TPS
dan TPA. Pengumpulan sampah dilakukan mulai dari masyarakat RT/RW di
permukiman. Petugas pengumpul sampah di RT/RW mengangkut sampah dari
kotak sampah didepan rumah di TPS. Penyelenggara pengelola sampah
melakukan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA yang dilakukan melalui
instansi terkait secara langsung.

II - 63 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Jumlah TPS yang terdapat di setiap kecamatan masih kurang, sehingga masih
perlu penambahan TPS. Untuk pengangkutan dari TPS ke TPA yang dilaksanakan oleh
Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta instansi terkait seringkali kurang memadai
karena jumlah armada truk yang belum sesuai kebutuhan. Selain itu, dari jumlah yang
belum memadai tersebut, banyak diantaranya memerlukan pemeliharaan dan perawatan
yang besar. Kondisi truk yang sudah tua juga mengurangi kinerja pengangkutan yang
dilakukan oleh Dinas Kebersihan.

d. Pertamanan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru menangani pertamanan
dan ruang terbuka hijau di 23 lokasi dengan luas sekitar 28 ha.
Adapun luas taman Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut:

Tabel 2.67
Luas Taman Kota Pekanbaru, 2012
Lokasi Luas (m2)
Kecamatan Pekanbaru Kota 54.164
Kecamatan Senapelan 1.928
Kecamatan Sail 9.692
Kecamatan Tampan 135.970
Kecamatan Marpoyan Damai 74.617
Kecamatan Bukit Raya 8.320
Kecamatan Rumbai 1.170
Kecamatan Sukajadi 577
Kecamatan Payung sekaki 779
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012
Masih terdapat tanah kosong di Tanayan Raya, di beberapa kecamatan dan
beberapa lokasi lainnya 78 ha, dan yang dimiliki swasata seperti Alamayang 40 ha,
Danau Buatan 40 ha. Diperkirakan taman Kota dan ruang terbuka hijau untuk
Kota Pekanbaru telah mencapai 30% dari luas Kota sekitar 632,26 Km. Masih
terdapat ruang terbuka hijau dan hutan konservasi (Arboretum) di Universitas
Riau yang cukup luas, juga ruang terbuka hijau lainnya (12 ha peruntukan untuk
pembangunan TPA yang dibatalkan). Perlu untuk mengidentifikasi secara tepat
berapa luas taman dan ruang terbuka hijau yang tersisa baik dikuasai pemerintah,
universitas maupun swasta. Adapun upaya pelestarian dan pemeliharaannya perlu
diperhatikan secara baik dengan mendaya upayakan terbatasnya petugas pengelola
pertamanan 157 orang yang ada, berikut armada mobil tanki penyiraman tanaman
yang tersedia 8 unit (data 2011).
e. Penerangan Umum
Jumlah penerangan jalan umum yang terpasang sampai dengan Tahun 2011
berjumlah 24.877 Titik. Terbagi menjadi PJU dan lampu hias/ taman yang
tersebar di jalan-jalan protokol, pemukiman dan perumahan. Rencana
penambahan PJU sebanyak 450 titik setiap tahun sehingga pada akhir tahun 2017
PJU direncakan akan berjumlah 27.577 titik.

II - 64 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.68
Lampu Penerangan Jalan Umum, 2007-2011
TAHUN PJU Terpasang (titik)
2007 19.096
2008 20.511
2009 21.949
2010 23.385
2011 24.877

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pekanbaru, 2012

Berdasarkan data 2011, 30% lampu jalan sudah termeterisasi, masih 70%
belum termeterisasi. Upaya instalasi meter lampu ini dilakukan untuk
mengefisiensikan penggunaan dan pembayaran listrik lampu perkotaan.

f. Sanitasi
Salah satu penunjang sanitasi rumah tangga adalah kepemilikan kamar
mandi. Prosentase kepemilikan kamar mandi per keluarga di Kota Pekanbaru
sudah mencapai 95%, hanya 5 % dari total masyarakat yang tidak punya kamar
mandi sendiri (Laporan Akhir Master Plan Air Limbah Kota Pekanbaru, 2011).
Angka ini relatif tinggi dibanding dengan yang ada di Indonesia yang hanya
55,5% (Rediknas, 2010).

Tabel 2.69
Persentase Kepemilikan kamar mandi di rumah berdasarkan wilayah, 2011

Kamar mandi/tempat
Kecamatan mandi di rumah Total

Ya Tidak
Pekanbaru Kota 97.1 2.9 100.0
Senapelan 100.0 0.0 100.0
Lima Puluh 94.5 5.5 100.0
Sukajadi 98.9 1.1 100.0
Sail 92.3 7.7 100.0
Bukit Raya 100.0 0.0 100.0
Payung Sekaki 67.6 32.4 100.0
Marpoyan Damai 99.0 1.0 100.0
Rata-rata Total 95.0 5.0 100.0
Sumber : Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah
Pekanbaru, 2011.

Terlihat dari Tabel 2.69, bahwa kepemilikan kamar mandi di Pekanbaru


sudah melebihi 90% dari total rumahtangga yang ada. Angka ini sudah di atas
rata-rata kepemilikan kamar mandi di Riau. Sedangkan persentase masyarakat
yang tidak punya WC/kamar mandi sendiri paling besar adalah di Kecamatan
Payung Sekaki (67,6%) dan Kecamatan Sail (92,3%).

II - 65 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.70
Persentase Fasilitas air limbah di rumah berdasarkan wilayah, 2011

Fasilitas sanitasi air limbah di rumah


Kecamatan Total
Kurang baik/
Baik
agak rusak
Pekanbaru Kota 80,0 20,0 100,0
Senapelan 90,9 9,1 100,0
Lima Puluh 97,3 2,7 100,0
Sukajadi 87,4 12,6 100,0
Sail 84,6 15,4 100,0
Bukit Raya 88,2 11,8 100,0
Payung Sekaki 100,0 0,0 100,0
Marpoyan Damai 92,2 7,8 100,0
Rata-rata Total 90,8 9,2 100,0
Sumber : Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah
Pekanbaru, 2011.

Hasil survey (Tabel 2.70) menunjukan, sebagian besar (91 %) penduduk di


Pekanbaru menilai sanitasi di rumahnya dalam keadaan baik, dan hanya 9 % yang
merasa sanitasi air limbahnya tidak baik. Di Kecamatan Lima Puluh persentase
masyarakat yang menyatakan sanitasi air limbahnya baik adalah paling tinggi
yaitu 97,30 %. Sedangkan di Kecamatan Payung Sekaki 100 % dari responden
menyatakan bahwa sanitasi air limbah di rumah dalam keadaan baik.
Kecamatan Sail merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya
menyatakan bahwa sanitasi di rumah tidak berjalan baik yaitu 15 % dari total
populasi di kecamatan tersebut.
Fasilitas sanitasi lainnya yang paling banyak bermasalah adalah tanki septik
yaitu 16,6 %, dan kemudian adalah fasilitas sumur resapan untuk rumah. Sebagian
besar rumah di Pekanbaru tidak mempunyai sumur resapan, sehingga air hujan
akan lansung dialirkan ke selokan/parit/drainase. Maka peningkatan saluran
drainase dan sumur resapan menjadi hal yang perlu untuk dipertimbangkan dimas
yang akan datang.

2.4.2.6. Pembangunan Kelistrikan


Kondisi pembangunan kelistrikan di Kota Pekanbaru relatif paling baik
dibanding kondisi di Kota/Kabupaten lainnya di Propinsi Riau yaitu no 1 dengan
prosentase akses listrik ke rumah tangga sekitar 98,7% (2009) (Tabel 66 dan
Gambar 33). Angka ini sudah diatas rata-rata elektrifikasi di Riau (42,69%).
Hampir seluruh rumah tangga teraliri listrik, namun dengan pesatnya
perkembangan disektor perumahan, maka demand terhadap listrik ini terus
meningkat, sedangkan supplynya terbatas, dari beberapa pembangkit listrik yang
ada seperti interkoneksi dari PLTA. Koto Panjang 114 MW, dan PLTD Teluk
Lembu. Sehingga pada saat-saat tertentu dilakukan pemadaman bergilir di Kota
Pekanbaru karena supply listrik yang terbatas ini.

II - 66 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.71
Prosentase Akses Listrik Masyarakat di Propinsi Riau, 2009
Pelanggan Jumlah Rumah
No. Kab/Kota Elektrifikasi (%)
Rumah Tangga Tangga (KK)
1 Kota Pekanbaru 178.04 184.462 98.7
2 Kota Dumai 38.568 51.154 75.4
3 Kab. Bengkalis 52.199 158.117 38.14
4 Kab. Kampar 45.421 132.493 34.28
5 Kab. Siak 16.888 73.883 28.64
6 Kab. Indragiri Hulu 18.298 70.983 26.08
7 Kab. Rokan Hulu 19.897 85.641 23.5
8 Kab. Kuantan Singingi 13.804 63.352 22.28
9 Kab. Rokan Hilir 20.474 96.41 21.24
10 Kab. Pelalawan 9.637 62.856 18.84
11 Kab. Indragiri Hilir 25.715 157.163 16.43
RIAU 424.008 1.070.509 42,69
Sumber : BPS Riau, 2010

120

98.7
100

80 75.4
Prosentase

60

38.14
40 34.28
28.64 26.08 23.5 22.28 21.24 18.84 16.43
20

0
u

ilir
ilir
u
ai

gi
r
ru

an
k
is

pa

ul

ul
ia

in
al
um
ba

H
H

aw
H

H
.S
am
gk

ng

ri
an
an

ri
D

al

gi
ab
en

Si
gi

a
.K

ok
a
ek

el

ra
ok
ra
K
ot

.B

an

.P
ab

nd
.R
P

nd

.R
K

nt
ab
a

ab
K

.I
ab
.I
ot

ab

ua

ab
K

K
ab
K

K
K

.K

K
K

ab
K

Kabupaten/Kota

Sumber: BPS Riau, 2010


Gambar 2.33 Kondisi Kelistirkan di Propinsi Riau, 2009.

Jumlah pelanggan listrik juga berfluktuatif dan cendrung meningkat


signfikan 58% dari periode 2008-2010 (dari 199.000 pelanggan menjadi 315.000).

II - 67 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Rumah Tangga Pengguna Listrik
350,000.00
300,000.00
315,552.00
Jumlah Pelanggan

250,000.00 297,834.00
268,749.00 280,116.00
200,000.00
213795
150,000.00 175859 177762 188341

100,000.00
50,000.00
0.00
2007 2008 2009 2010
Pelanggan Listrik 268,749.00 280,116.00 297,834.00 315,552.00
Jumlah Kepala Keluarga 175859 177762 188341 213795

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.34 Pelanggan Listrik, 2007-2010

1,600,000,000
1,400,000,000
pemakaian listrik (KWH)

1,200,000,000
1,000,000,000
800,000,000
600,000,000
400,000,000
200,000,000
-
2006 2007 2008

Total pemakaian (KWH) 956,414,065 1,251,285,485 1,490,281,653


tahun

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.35 Pemakaian Listrik di Pekanbaru 2006-2008

Sedangkan pemakaian listrik juga meningkat signifikan sebesar 50% dari


periode 2006-2008, atau dihitung dengan tingkat kenaikan 250 juta KWH/tahun.
Kebutuhan listrik diproyeksi akan terus naik secara bertahap selaras dengan
perkembangan ekonomi masyarakat, tumbuhnya industri, jasa, komersial dan
perumahan yang realatif pesat di Kota Pekanbaru.

2.4.2.7. Perkembangan Perhubungan


a. Lokasi Rawan Kemacetan Jalan
Berdasarkan survey yang dilakukan ditahun 2011 (Laporan Akhir Kajian
Transportasi PON XVIII, Desember 2011) diidentifikasi 12 lokasi rawan
kemacetan seperti gambaran sebagai berikut:

II - 68 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


1. Ruas Jalan Sudirman segmen I ( Kaharudin Nasution - Imam
Munandar),
2. Ruas Jalan Sudirman segmen II (Imam Munandar- Tambusai),
3. Ruas Jalan Sudirman segmen III( Tambusai- Pelita Pantai),
4. Ruas Jalan Yos Sudarso,
5. Ruas Jalan T. Tambusai,
6. Ruas Jalan SM Amin (Simpang jalan Soebrantas dan Jl. SM Amin),
7. Ruas Jalan Riau (Simpang jalan A Yani, Depan Mall Ciputra),
8. Ruas Jalan Subrantas,
9. Ruas Jalan Sukarno Hatta,
10. Ruas Jalan Karya Kunyit (Jl.Muchtar Lutfi),
11. Simpang Jalan HR. Subrantas Jalan SM. Amin,
12. Simpang Jalan Tuanku Tambusai Ujung SM. Amin,

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Desember 2011


Gambar 2.36 Titik titik rawan kemacetan
Namun berdasarkan hasil koordinasi Tim RPJM 2012-2017 dan pihak
Konsultan Pemerintah Kota Pekanbaru masih terdapat beberapa lokasi lainnya
yang rawan kemacetan seperti
1. Simpang Jln Imam Munandar Sakuntala- Kelapa Sawit
2. Simpang jl. A.Yani- jl. KHA Dahlan-Jl Teratai
3. Simpang Jl Kemuning Jl. Riau
4. Simpang Jl. Sutomo Jl. Hang Tuah
5. Simpang Jl. Durian Jl Sukarno Hatta
6. Simpang Jl. Kaharuddin Nasution Jl. Sukarno Hatta (Simpang Mall
SKA).

II - 69 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Dari total 18 lokasi (12 lokasi + 6 lokasi) ini di tahun 2012, beberapa lokasi
sudah mulai ditangani permasalahan kemacetannya dengan pembangunan
jembatan layang dan pelebaran jalan antara lain:
1. Ruas Jalan Sudirman segmen I ( Kaharudin Nasution - Imam
Munandar) dilakukan pelebaran simpang jl utama
2. Ruas Jalan Sudirman segmen II (Imam Munandar- Tambusai),
dilakukan pembangunan jalan layang (fly over),
3. Ruas Jalan Yos Sudarso, dilakukan pelebaran.
Walaupun sudah dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja beberapa
ruas jalan di Kota Pekanbaru, namun masih belum sepadan dengan peningkatan
volume lalulintas yang tinggi, sehingga masih diperlukan upaya yang konkret
dalam meningkatkan kinerja tranportasi perkotaan di Pekanbaru yang lebih
manusiawi, madani, aman, nyaman dan tertib dengan mengotimalkan penggunaan
moda tranportasi massal, mengurangi kemacetan laulintas, dan ramah lingkungan
seperti Trans Metro Pekanbaru (TMP), mono rail ataupun rail way.

Tabel 2.72
Volume per kapasitas beberapa ruas jalan di Kota Pekanbaru, dan proyeksinya
Tahun 2012

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, 2012

Terlihat dari Tabel 2.72 bahwa dari 12 ruas jalan yang ditinjau bahwa ruas
Jalan Sudirman, Yos Sudarso, Soebrantas, dan Riau sudah mulai jenuh (V/C >=1)
ditahun 2011. Sedangkan ditahun 2012 diproyeksi Jalan Tambusai, Soekarno-
Hatta, mulai mendekati titik jenuh. Sehingga akan terjadi peningkatan titik
kemacetan di beberapa likasi lainnya.

II - 70 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Volume lalu-lintas harian rata-rata dan kapasitas jalan di masing-masing
ruas jalan dilampirkan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2.73
Lalu Lintas Harian Rata-rata, Tingkat Pelayanan Jalan dan
Rata-rata Kecepatan Kendaraan di Ruas Jalan Utama Kota Pekanbaru, 2010
KEC.
TYPE WAKTU LEBAR Rata2
NO. NAMA JALAN V/C LoS
JALAN SURVEY JALAN
KM/JAM
06.00 - 08.00 0,86837 E 33,115103
1 Imam Munandar 4/2 UD 11.00 - 13.00 12 m 0,861599 E 32,527549
16.00 - 18.00 0,921704 E 28,41908
06.00 - 08.00 0,519437 C 40,611819
2 Kapling 2/2 UD 11.00 - 13.00 7m 0,474036 C 40,383519
16.00 - 18.00 0,595281 C 38,65065
06.00 - 08.00 0,345937 B 36,797827
3 Riau 2/2 UD 11.00 - 13.00 7,5 m 0,510611 C 38,324951
16.00 - 18.00 0,713659 D 39,173226
06.00 - 08.00 0,736543 D 43,698971
4 Yos Sudarso 2/2 UD 11.00 - 13.00 7m 0,629871 C 41,194286
16.00 - 18.00 0,9313 E 43,324731
06.00 - 08.00 0,287794 B 45,976617
5 M.Yamin 2/2 UD 11.00 - 13.00 7,5 m 0,403538 B 39,762544
16.00 - 18.00 0,623172 C 44,232738
06.00 - 08.00 0,175165 A 45,453373
6 Pattimura 4/2 D 11.00 - 13.00 2x4m 0,173076 A 40,637411
16.00 - 18.00 0,215035 B 39,247431
06.00 - 08.00 0,747698 D 41,200222
7 Ahmad Yani 2/2 UD 11.00 - 13.00 12 m 0,703542 D 36,500485
16.00 - 18.00 0,729323 D 40,059191
06.00 - 08.00 0,397715 B 35,725071
SATU
8 Juanda 11.00 - 13.00 10 m 0,4534 C 31,177234
ARAH
16.00 - 18.00 0,801237 D 37,169945
06.00 - 08.00 12 m 0,509757 C 40,662663
9 Tambusai 4/2 D 11.00 - 13.00 0,614043 C 42,069169
16.00 - 18.00 0,631498 C 42,688468
06.00 - 08.00 2 x 9,8 m 0,306161 B 33,2069
Sudirman (Setia
10 4/2 D 11.00 - 13.00 0,429046 B 47,597643
Budi)
16.00 - 18.00 0,571681 C 36,202317
06.00 - 08.00 2 x 9,8 m 0,52962 C 45,330291
Sudirman
11 4/2 D 11.00 - 13.00 0,726888 D 50,825936
(Ramayana)
16.00 - 18.00 0,759603 D 36,633501
06.00 - 08.00 0,230125 B 47,078501
12 Kubang Raya 2/2 UD 11.00 - 13.00 7m 0,262353 B 48,037175
16.00 - 18.00 0,353127 B 48,525268

II - 71 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


KEC.
TYPE WAKTU LEBAR Rata2
NO. NAMA JALAN V/C LoS
JALAN SURVEY JALAN
KM/JAM
06.00 - 08.00 0,384071 B 62,805987
13 SIAK II 2/2 UD 11.00 - 13.00 7m 0,414198 B 45,630598
16.00 - 18.00 0,469319 C 49,913519
06.00 - 08.00 0,486021 C 11,541955
14 Hangtuah 2/2 UD 11.00 - 13.00 8m 0,544652 C 28,588965
16.00 - 18.00 0,550874 C 30,395278
06.00 - 08.00 0,38666 B 44,162505
15 Ahmad Dahlan 2/2 UD 11.00 - 13.00 8m 0,414666 B 35,473635
16.00 - 18.00 0,396095 B 37,767089
06.00 - 08.00 0,191188 A 40,965731
16 Cempaka 2/2 UD 11.00 - 13.00 7m 0,417965 B 32,893602
16.00 - 18.00 0,464354 C 34,973589
06.00 - 08.00 0,547385 C 35,214276
17 Durian 2/2 UD 11.00 - 13.00 6m 0,582588 C 31,352647
16.00 - 18.00 0,760006 D 30,256089
06.00 - 08.00 0,442019 B 37,039272
18 Kaharuddin Nst 4/2 D 11.00 - 13.00 2x6m 0,460331 C 34,396905
16.00 - 18.00 0,489332 C 33,519526
06.00 - 08.00 0,469242 C 60,728883
19 Soekarno Hatta 4/2 D 11.00 - 13.00 2 x 6,5 m 0,522403 C 43,835237
16.00 - 18.00 0,6067 C 48,020937
06.00 - 08.00 0,272931 B 43,931113
20 Sisingamangaraja 2/2 D 11.00 - 13.00 15 m 0,148946 A 40,898221
16.00 - 18.00 0,223209 B 43,869153
06.00 - 08.00 7,5 m 0,553605 C 40,606451
21 Melur 2/2 UD 11.00 - 13.00 0,539781 C 39,336826
16.00 - 18.00 0,664302 C 34,856928
06.00 - 08.00 6m 0,47427 C 23,934297
22 Kesehatan 2/2 UD 11.00 - 13.00 0,447901 B 36,65097
16.00 - 18.00 0,444511 B 33,224716
Sumber : LAPI UIR, Hasil Survey Tahun 2010

Dari 22 ruas jalan utama yang ditinjau terlihat 2 ruas jalan yang sudah
mencapai tingkat pelayanan yang relatif rendah (E).

Untuk itu dibuat beberap rekomendasi sebagai usulan solusi jangka pendek
menengah (tabel 4.74).

II - 72 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 4.74
Daftar Permasalahan dan Usulan Solusi Pada Beberapa Persimpangan, 2010
TITIK
NO EKSISTING USULAN SOLUSI
LOKASI
1 Jl. H. Imam area parkir ruko terlalu dekat ke bahu Saluran air tertutup dialih fungsikan
Munandar -Jl. jalan sebagai trotoar
Kapling Jari-jari belokan terlalu kecil (kearah Pelebaran segmen jalan Kapling
jl. Kapling) Pelebaran jari-jari tikungan/belokan
Tiang listrik, telpon dan tiang baliho Pemindahan tiang listrik dan telepon
yang berada terlalu dekat dengan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
bahu jalan yang mudah dilihat
Sudah terdapat median jalan lebar 40 Marka jalan diperjelas
cm Pembuatan trotoar
titik rambu lalu lintas yang sulit Pengaturan system Traffic Light
dilihat berdasarkan jumlah kendaraan dengan
belum ada trotoar di sisi jalan menggunakan CCTV dinamis/statis
Simpang staggered dan hambatan
akibat parkir di mulut simpang.
Derajat jenuh Q/V = 1,28 (pagi); 1,03
(sore arah dari jl kapling)
2 Jl. A.Yani- Bahu jalan sempit Saluran air tertutup dan terbuka
Jl. Area parkir ruko terlalu dekat ke dijadikan trotoar
KH.Ahmad bahu jalan Pelebaran bahu jalan
Dahlan - Jari-jari belokan terlalu kecil Pelebaran jari-jari belokan
jl.Teratai Tiang listrik dan telepon dekat Pemindahan tiang listrik dan telepon
dengan bahu jalan Pengaturan system Traffic Light
Kiri kanan jalan sebagian masih berdasarkan jumlah kendaraan dengan
berupa saluran menggunakan CCTV dinamis/statis.
Laju antrian tidak sebanding dengan
panjang antrian, panjang antrian m
Arah teratai pada jam sibuk Q/C =
1,415
3 Jl. Riau jl jari-jari belokan kurang kecil Pelebaran segmen jalan
DI. Panjaitan Derajat jenuh arah dari kemuning Pelebaran jari-jari belokan
1,74 dengan panjang antrian kl 300 m Pengaturan system Traffic Light
(pagi dan sore), Q/C =1,49 arah dari berdasarkan jumlah kendaraan dengan
jl Riau (minggu sore) menggunakan CCTV dinamis/statis.
Kapasitas jl kemuning < arus LL
yang terjadi (406 < 708 smp/jam), jl
Riau (738 < 1238 smp/jam)
4 Jl. Sudirman - Penggunaan bahu jalan sebagai Pelebaran segmen jalan
Jl. M Yamin tempat parkir pemasangan rambu lalu lintas
ruas jalan yang belum cukup lebar
dengan jumlah kendaraan
5 Jl. Beringin area parkir ruko terlalu dekat ke bahu Saluran air terbuka dialih fungsikan
jl. Ronggo jalan sebagai trotoar (sedang dilaksanakan)
warsito Jari-jari belokan terlalu kecil Pelebaran segmen jalan (sedang
Tiang listrik dan telpon yang berada dilaksanakan)
terlalu dekat dengan bahu jalan Pelebaran jari-jari belokan
titik rambu lalu lintas yang sulit Re-setting APILL atau Pengaturan
dilihat system Traffic Light berdasarkan jumlah
konflik simpang dan hambatan kendaraan dengan menggunakan CCTV
samping yang tinggi berupa saluran dinamis/statis.
terbuka Pembuatan trotoar

6 Jl. Sutomo bahu jalan yang sempit, terdapat parit Saluran air tertutup dan terbuka dialih
jl. Hang Tuah terbuka fungsikan sebagai trotoar
Jari-jari belokan terlalu kecil Pelebaran segmen jalan
Rawan kemacetan pada jam masuk/ Pelebaran jari-jari belokan
keluar sekolah Pemindahan titik sarana tiang listrik dan
Rawan kecelakaan akibat kemacetan telepon
yang panjang Pemasangan marka dan rambu
Dipertimbangkan arus searah pada jl.
hang Tuah pada jam sibuk pagi hari

II - 73 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


TITIK
NO EKSISTING USULAN SOLUSI
LOKASI
7 Jl. Riau Tidak adanya lampu pengatur lalu Pelebaran segmen jalan
Jl. A Yani lintas Pemasangan marka dan rambu
Belum adanya median jalan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
yang mudah dilihat
Penambahan median jalan
Perubahan fungsi jalan menjadi satu arah
8 Jl. A Yani- Pedagang K5 di trotoar dan bahu Pelebaran segmen jalan A.Yani
jl . Cempaka jalan Pemasangan marka dan rambu
(komplek Terdapat median jalan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
Santa Maria) Ada median jalan yang sudah yang mudah dilihat
dibongkar Pasar tumpah hanya sampai jam 6.00
Aktifitas sekolah (jam masuk dan Penertipan pedagang K5
pulang) rawan kemacetan
Terdapat pasar tumpah di mulut
simpang jl. Agus Salim, jl. Cempaka
dan jl. A Yani.
Derajat kejenuhan arah dari cempaka
pada siang hari Q/C =1,1234
9 Jl. Panjaitan median jalan langsung berada di Pelebaran segmen jalan
jl. Wakaf tengah cross berhadapan dengan Pelebaran jari-jari belokan
simpang Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
tidak adanya rambu lalu lintas yang yang mudah dilihat
jelas
permasalahan mulai teratasi, dengan
pembuatan median jalan.
10 Jl. SSK II- jl. Konflik simpangan kerena dekat Pelebaran segmen jalan
Sisingamanga sekolah Pelebaran jari-jari belokan
raja Mulut simpang yang terlalu sempit Pemasangan marka dan rambu
jari-jari tikungan/belokan kecil Penambahan jalur alternatif,
Rawan kemacetan pada jam masuk
sekolah dan pulang sekolah
12 Simpang Ruas jalan yang sempit menyebabkan Pelebaran jari-jari belokan
jl. Sudirman- kurang lancarnya arus pada Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi
jl. Imam persimpangan yang mudah dilihat
MUnandar Jari-jari belokan tidak terlalu besar Pembangunan Flay Over (sedang dalam
Jumlah kendaraan sangat banyak Perencanaan)
pada sore (pulang kantor) dengan
derajat jenuh 2,14 dari arah barat(jl.
Sudirman)
13 jl.Sudirman- Jumlah kendaraan yang sangat 2 fase traffic light
jl. Tuanku banyak, dengan Q/C = 1,70 dan 1,66 Pembangunan Flay Over (segera
Tambusai dari arah barat dan timur jl. dibangun)
Sudirman. Serta Q/C > 2 pada sore
serta hari lubur.
14 jl.HR. Jumlah kendaraan yang sangat Pengaturan system Traffic Light
Soebrantas banyak berdasarkan jumlah kendaraan dengan
jl SM . Amin Angkutan umum dan pasar yang menggunakan CCTV dinamis/statis.
tumpah ke pinggir jalan
Kapasitas ruas jalan yang tidak
mencukupi, pada pagi hari arah
selatan dan utara jenuh Q/C>
15 Jl. Durian - Jl. Adanya parit terbuka yang ganggu Perbaikan geomitrik simpang, penutupan
Soekarno geomitrik persimpangan dan parit/memperlebar jembatan.
Hatta mengurangi kapasitas jalan pendekat Pelebaran jalan pendekat (sedang
Arus jenih pada pagi arah barat dikerjakan)
Q/C>2, sedang arah dari durian Q/C Pengaturan system Traffic Light
=1,828, pada jam sore Q/C > 2 dari berdasarkan jumlah kendaraan dengan
arah barat dan selatan jl. Soekarno menggunakan CCTV dinamis/statis.
Hatta

II - 74 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


TITIK
NO EKSISTING USULAN SOLUSI
LOKASI
17 Simpang Mall Terjadi antrean panjang pada segala Peningkatan kapasitas jalan pendekat
SKA arah, khususnya pada jam sibuk pada dengan memperbesar jari-jari belokan
sore hari serta pada hari libur. Pengurangan hambatan samping
Panjang antrean kl 600 arah utara jl. Pengaturan system Traffic Light
Tambusai dengan Q/C > 2, arah berdasarkan jumlah kendaraan dengan
selatan Q/C =1,4. Pada hari libur sore menggunakan CCTV dinamis/statis.
hari semua arah jenuh dengan nilai
Q/C >1,5

Sumber : LAPI UIR, Hasil Survey Tahun 2010

Secara umum dalam rangka memberikan solusi jangka pendek menengah


untuk mengatasi 17 persimpangan diatas, Peningkatan kapasitas jalan pendekat
dengan memperbesar jari-jari belokan, Pengurangan hambatan samping,
Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan
menggunakan CCTV dinamis/statis, Perbaikan geomitrik simpang, penutupan
parit/memperlebar jembatan dan Pelebaran jalan pendekat (sedang dikerjakan).

Tabel 2.75
Jumlah Sarana Angkutan (umum dan pribadi) Yang terdaftar
Dirinci Menurut Jenis Kendaraan di Kota Pekanbaru, 2007-2009
2007 2008 2009
No. Jenis Kendaraan
(Unit) (Unit) (Unit)
1. Sepeda Motor 326.933 444.629 619.289
2. Mobil Penumpang 55.134 74.982 86.278
3. Mobil Barang 21.211 55.180 54.028
4. Mobil Bus
Umum
Bus Besar 1.733 1.818 1.822
Bus Sedang 3.119 3.156 3.224
Bus Kecil
5. Mobil Bus Bukan Umum 179 214 202
6. Mobil Penumpang Umum 2.394 2.497 2.430
7. Kendaraan Roda Tiga 41 41 41
Jumlah 440.744 582.517 767.314
Sumber : Dispenda Propinsi Riau, 2010

Tabel 2.76
Jumlah Kecelakaan Lalulintas Kendaraan Roda Dua, 2005-2008
Tahun 2005 2006 2007 2008
Mati 37 32 28 51
Luka Berat 27 24 33 31
Luka Ringan 11 21 17 5
Kecelakaan 75 77 78 87
Sumber : Data Polresta 2005-2008 yang sudah dianalisa dalam Prori, 2008
Terlihat dari Tabel 2.76 jumlah kecelakaan lalulintas dari pengendara roda
dua, cendrung meningkat 16% selama 4 tahun, sedangkan tingkat resiko kematian
akibat kecelakaan itu naik secara drastis 38% (2005-2008). Perlu upaya konkrit

II - 75 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


mengontrol dan mengurangi tingkat kecelakaan ini sesuai dengan koridor
Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) yang tertuang pada 5 pilar
keselamatan lalulintas, yaitu: manajemen keselamatan, jalan berkeselamatan,
kendaraan berkeselamatan, pengendara yang berkeselamatan dan penanganan
paska kecelakaan (RUNK, 2012).
Untuk memfasilitasi keberangkatan ataupun kedatangan angkutan umum
antar kota dalam provinsi ataupun antar kota luar provinsi yang menggunakan
angkutan darat, pemerintah kota Pekanbaru memiliki fasilitas terminal sesuai
dengan tipenya. Adapun terminal-terminal sebagaimana dimaksud dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 2.77
Nama Terminal, Tipe, Luas dan Pengelola, 2011

No Nama Terminal Tipe Luas (m2) Instansi Pengelola


1. Rumbai C 2400 Dishub Kota Pekanbaru
2. Senapelan C 3000 Dishub Kota Pekanbaru
Terminal Bandar Raya
3. A 62000 Dishub Kota Pekanbaru
Payung Sekaki
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011

Terminal type A Bandar Raya Payung Sekaki merupakan terminal antar


kota antar provinsi dan terminal antar kota dalam provinsi yang dimiliki
pemerintah kota Pekanbaru. Berdasarkan data yang tercatat pada terminal Bandar
Raya Payung Sekaki, jumlah kendaraan dan penumpang yang tiba maupun yang
berangkat dari kota Pekanbaru sesuai dengan jenis perjalanan, yaitu Antar Kota
Antar Provinsi (AKAP) maupun Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.78
Data Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang
Pada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki Pertahun
Tahun AKAP AKDP
Datang Berangkat Datang Berangkat
2006 3.635.360 3.822.670 2.637.184 2.738.233
2007 3.823.675 4.265.887 2.987.776 3.176.235
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2008

Jumlah kendaraan yang masuk ke terminal Bandar Raya Payung Sekaki dari
upaya penertiban yang telah dilakukan terhadap kendaraan angkutan umum antar
kota, baik dalam provinsi maupun dari luar provinsi dapat dilihat pada tabel 2.79.

II - 76 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.79
Data Jumlah Kendaraan yang Masuk dan Jumlah Petugas
Pada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki, 2007-2009
Jumlah Kendaraan Masuk Terminal Jumlah Petugas
No. Tahun
(rata-rata unit/hari)*) (Orang)
1 2007 685 66
2 2008 773 75
3 2009 391 75
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009
Catatan : *) Merupakan jumlah rata-rata pada tahun bersangkutan.

Sistem jaringan angkutan umum penumpang meliputi rute trayek dan


simpul transportasi meliputi terminal dan sub terminal/pangkalan. Secara umum
jaringan angkutan umum berkapasitas kecil sampai dengan 12 orang. Angkutan
kota di Pekanbaru terdiri dari 24 trayek, yang terdiri dari 15 angkutan kota dan 9
bus Kota. Prasarana pendukung angkutan umum meliputi terminal dan tempat
berhenti/shelter di kota Pekanbaru. Untuk angkutan kota sebagai tempat berhenti
atau melayani trayek dalam kota fasilitas terminalnya type C yang terdiri dari
Terminal Mekar Sari, Terminal Senapelan, Terminal Rumbai dan Terminal
Mayang Terurai. Sedangkan untuk kendaraan umum yang tidak dalam trayek
dapat dilihat pada tabel berikut.
Pada saat ini jenis angkutan umum yang beroperasi di Kota Pekanbaru
terdiri dari beberapa jenis yang meliputi Angkutan Taxi, Bis Kota dan Oplet.
Sedangkan jumlah armada yang beroperasi di Kota Pekanbaru pada saat ini
sebanyak 66 Bus Kota, Angkutan Kota 1.7242 unit, Taxi 455 unit, dan Bajaj 38
unit. Pada tahun 2009 Pemerintah Kota Pekanbaru sidah menerapkan Sistem
Angkutan Umum Massal (SAUM) Trans Metro Pekanbaru sebanyak 20 unit.

Tabel 2.80
Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang Umum Tidak Dalam Trayek, 2009

No. Jenis Kendaraan 2007 (unit) 2008 (unit) 2009 (unit)


1. Taksi dengan Argometer 552 655 589
2. Kendaraan Sewa 330 330 330
3. Bus Wisata 10 10 10
4. Kendaraan Roda Tiga 41 41 41
Jumlah 933 1.036 970
Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009

Tabel 2.81
Pekembangan Infrastruktur Terminal, Halte, dan Jembatan, 2006-2010
No Infrastruktur 2006 2007 2008 2009 2010
1. Gedung Terminal barang. - 1 - - -
2. Halte 30 10 10 10 10
3. Jembatan Penyeberangan 1 1 1 1 1
Sumber: Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011

II - 77 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Potensi parkir Tepi Jalan Umum di wilayah Kota Pekanbaru pada tahun
2005 adalah sebanyak 111 lokasi, bertambah sebanyak 11 lokasi dari tahun 2002,
dengan jumlah juru parkir menjadi sebanyak 288 orang dengan rasio dengan rasio
0,65 juru parkir/1000 kendaraan.

b. Pergerakan Pesawat Terbang di Bandara Sutan Syarif Kasim II


Bandara Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru, merupakan bandara tersibuk
ke-2 di daratan Sumatera setelah Bandara Polonia Medan (Suratno, ICO SSK II,
Oktober 2007).Saat ini landasan pacu yang dimiliki Bandara Sultan Syarif Kasim
II-Pekanbaru adalah 2.240 m dan lebar 30 m yang kurang dari dimensi minimum
runway untuk pesawat berbadan besar (panjang minimum 2.200 m dan lebar
minimum 45 m).
Pertumbuhan penumpang (2003-2008) naik, dari 1,1 juta penumpang
menjadi 1,8 juta penumpang/tahun). Terminal building eksisting 7.300 m2 dengan
kapasitas 520 penumpang, namun pada jam sibuk terdapat sampai 1.700
penumpang pada tahun 2006 (PT. Angkasa Pura II, 2005). Pada tahun 2010 luas
terminal penumpang yang dibutuhkan paling sedikit 10.000 m untuk
mengakomodasi lebih dari 2 juta penumpang/tahun dengan penumpang 2.000
perjam sibuk.

11600
11400
11200
pesawat (unit)

11000 DATANG
10800 BERANGKAT
10600
10400
10200
2006 2007 2008 2009 2010

DATANG 11321 11408 10998 10698 10763


BERANGKAT 11347 11440 11025 10657 10798
tahun

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, Tahun 2011


Gambar 2.37 Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat

Terlihat penurunan frekuensi pergerakan pesawat di bandara SSK II. Namun


hal ini tidak berarti menurunkan jumlah pergerakan penumpang yang datang dan
berangkat, karena adanya perubahan tipe dan badan pesawat. Perubahan tipe dan
badan pesawat ke pesawat yang lebih besar (misalnya dari F-28 ke B 737) dapat
mengangkut lebih banyak penumpang. Hampir 2 juta pergerakan penumpang
datang dan berangkat setiap tahunnya sejak dari tahun 2009-2010. Hal ini
menunjukkan trend kenaikan pergerakan penumpang dalam 2 tahun terakhir.

II - 78 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


1000000

penumpang (orang)
950000

900000 DATANG

850000 BERANGKAT

800000

750000
2006 2007 2008 2009 2010

DATANG 853107 900390 900953 976346 976346


BERANGKAT 855139 912622 913767 987023 987023
tahun

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.38 Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang, 2006-2010

c. Pergerakan Kapal Dalam dan Luar Negeri


Sampai saat ini Kota Pekanbaru telah melakukan pengelolaan dan
pengembangan berbagai fasilitas di Pelabuhan Sungai Duku, untuk meningkatkan
pelayanan yang mencakup keberangkatan/kedatangan penumpang dan barang
dalam dan luar negeri. Selain melayani penumpang dan barang untuk rute-rute
daerah di dalam Provinsi Riau, pelabuhan ini juga melayani penumpang dan
barang untuk dan dari Provinsi Kepulauan Riau bahkan Kota Malaka-Malaysia.
Namun terjadi penurunan pergerakan kapal yang sangat signifikan untuk
tujuan dalam negri sebesar >12.000% dari 10.000 pergerakan menjadi 850
pergerakan (Gambar 39). Sedangkan pergerakan kapal ke luar negri cendrung
fluktuatif diangka 1100-1300 pergerakan kapal.
Perubahan pergerakan kapal ini menunjukkan indikasi moda transportasi
Sungai telah beralih ke moda transportasi lainnya, seperti transportasi darat.
Sehingga beban transportasi darat menjadi relative berat, hal ini ditandai dengan
meningkatnya magnitude kerusakan jalan. Upaya-upaya untuk menfungsikan
kembali transportasi sungai ini (terutama untuk mengangkut barang) perlu untuk
diupayakan lagi untuk memperlancar kegiatan Percepatan Dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang berkesinambungan.

II - 79 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


12000

pergerakan kapal (unit)


10000

8000
DALAM NEGERI
6000
LUAR NEGERI
4000

2000

0
2006 2007 2008 2009 2010

DALAM NEGERI 10545 7579 848


LUAR NEGERI 1338 1151 1193
tahun

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.39 Jumlah unit pergerakan kapal, 2008-2010

Pergerakan kapal yang menurun, mengakibatkan pengangkutan barang baik


di dalam negeri maupun luar negeri juga menurun cukup signifikan (Gambar
2.39). Pengangkutan barang untuk dalamnegri berkurang hampir 20 juta ton
(periode 2008-2010). Sedangkan untuk luar negri berkurang 2 juta ton dalam
periode 3 tahun. Rata-rata rasio angkutan barang dalam negri per kapal adalah
9700 ton/kapal (2008), untuk luar negri 3000 ton/kapal (2008). Secara umum
barang yang diangkut oleh kapal dalam negri lebih banyak dari yang ke luar negri.
Untuk prasarana pelabuhan rakyat, seperti Pelabuhan Pelita Pantai belum
dikelola oleh Pemerintah Kota Pekanbaru. Untuk Terminal penumpang dan
dermaga di Pelabuhan Sungai Duku perlu terus dilakukan peningkatan supaya
lebih nyaman dan aman untuk melayani penumpang kapal dari dan ke Pekanbaru.
Pelabuhan rakyat menyebar di sepanjang Sungai Siak berpotensi untuk
memperlancar kegiatan perekonomian.
12000000

10000000

8000000
GRT (ton)

DALAM NEGERI
6000000
LUAR NEGERI
4000000

2000000

0
2006 2007 2008 2009 2010

DALAM NEGERI 10221805 7930837 8353394


LUAR NEGERI 3952686 3038698 1225526
tahun

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011


Gambar 2.40 Jumlah volume barang yang diangkut kapal (ton), 2008-2010

II - 80 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.4.3. Fokus Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia suatu daerah sangat menentukan kemampuan
daerah untuk dapat bersaing, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan yang
dimilikinya, skill (hard dan soft skill) serta aspek religius.

2.4.3.1. Kualitas Tenaga Kerja (Persentase Lulusan S1/S2/S3)


Dilihat dari background pendidikannya, maka kondisi kualitas sumber daya
manusia (SDM) Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada
Gambar 2.41 di bawah ini.
18
16.77
16

14

12

10
9.07
8 7.81 7.98 8.09

6
2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011


Gambar 2.41. Persentase Penduduk Lulusan Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Dari gambar di atas terlihat bahwa persentase penduduk lulusan perguruan
tinggi dari tahun ke ahun cenderung meningkat, terutama sejak tahun 2007
(7,98%) sampai 2009 (16,77%). Pada tahun 2010, persentase penduduk lulusan
perguruan tinggi menurun kembali.

2.4.3.2. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)


Tingkat ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai
2010 diperlihatkan pada Tabel 2.82 di bawah ini. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa rasio ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai
2010 cenderung stabil pada nilai 43% 50%.

Tabel 2.82
Rasio Ketergantungan (%) Kota Pekanbaru Tahun 2006 sampai 2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1. Jumlah penduduk usia <15 th 229.521 235.764 224.527 241.614 263.287
2. Jumlah penduduk usia >64 th 20.544 18.172 16.794 17.582 20.519
3. Jumlah penduduk usia tdk 250.065 253.936 241.321 259.196 283.806
produktif
4. Jumlah penduduk usia 15-64 th 504.402 525.963 557.892 543.592 613.963
5. Rasio ketergantungan (3/4) 49,6% 48,3% 43,3% 47,7% 46,2%
Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011

II - 81 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.5. PENELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KOTA PEKANBARU
Perencanaan pembangunan daerah pada prinsipnya bertujuan untuk
mengintegrasikan rencana tata ruang wilayah dengan rencana pembangunan
daerah. Dalam kaitan itu, penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RTRW
untuk menjamin agar arah kebijakan dalam RPJMD selaras dengan atau tidak
menyimpang dari arah kebijakan RTRW. Penelaahan rencana tata ruang bertujuan
untuk melihat kerangka pemanfaatan ruang daerah dalam 5 (lima) tahun
mendatang berikut asumsi-asumsinya.

2.5.1. Telaah Rencana Struktur Ruang


Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Telaahan
terhadap rencana struktur ruang meliputi:

a. Peta Rencana Struktur Ruang


Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026 dapat
dilihat pada Gambar 2.42 di bawah ini.

Sumber : RTRW Kota Pekanbaru revisi 2006


Gambar 2.42 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026

II - 82 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


b. Rencana Sistem Perkotaan
Arahan sistem pusat pelayanan dirumuskan berdasarkan:
1. Pemantapan fungsi pelayanan pada pusat-pusat kegiatan yang telah terbentuk,
melalui penyesuaian fungsi jaringan jalan dengan aktivitas yang
dikembangkan.
2. Pembentukan pusat pelayanan baru pada setiap Wilayah Pembangunan (di
luar WP I) yang disesuaikan dengan fungsi dominan wilayah yang
bersangkutan.
3. Sistem pusat pelayanan yang akan dibentuk terdiri atas satu Pusat Primer
yang berada pada Kawasan Pusat Kota (WP I), dan 4 (empat) Pusat
Sekunder yang terletak pada masing-masing pusat Wilayah Pembangunan
(WP II, WP III, WP IV, dan WP V).
4. Pusat pelayanan di bagian Utara sungai Siak pengembangannya akan
diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan.
Sementara pada bagian Selatan sungai Siak, pengembangannya akan
diarahkan pada kegiatan-kegiatan terbangun dengan prioritas pengembangan
jasa, perdagangan, industri, permukiman, dan pendidikan. Di bagian Timur,
prioritas pengembangan akan diarahkan pada sektor industri, pergudangan,
perdagangan, dan jasa transportasi.

Fungsi primer dan sekunder di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :


c. Fungsi Primer, meliputi : (a) Perdagangan regional; (b) Pemerintahan; (c)
Pelabuhan penumpang dan barang; (d) Terminal AKAP; (e) Pelabuhan udara;
(f) Industri; (g) Pergudangan; (h) Pendidikan tinggi; (i) Rumah sakit; dan (j)
Sport centre.
d. Fungsi sekunder, meliputi : (a) Perdagangan kota; (b) Niaga/komersial; (c)
Pusat kecamatan dan WP; (d) Terminal kota; dan (e) Permukiman.

c. Wilayah Pembangunan (WP)


Pembagian Wilayah Pembangunan di Kota Pekanbaru adalah seperti pada Tabel
berikut :

Tabel 2.83
Wilayah Pembangunan di Kota Pekanbaru

No. Wilayah Pembangunan Kecamatan Fungsi


1 WP-I Pekanbaru Kota Pemerintahan
Senapelan Perdagangan
Limapuluh Perkantoran
Sukajadi Permukiman
Sail
2 WP-II Rumbai Pendidikan
Perdagangan
Olahraga
Industri

II - 83 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


No. Wilayah Pembangunan Kecamatan Fungsi
Rekreasi
Kawasan lindung
Permukiman
3 WP-III Rumbai Pesisir Industri Besar
Pergudangan
Rekreasi
Kawasan lindung
Permukiman
4 WP-IV Tenayan Raya Industri besar
Bukit Raya Pergudangan
Rekreasi
Pemerintahan
Pendidikan
Permukiman
5 WP-V Marpoyan Dumai Pendidikan
Tampan Perkantoran
Payung Sekaki Pemerintahan
Industri
Permukiman
Perdagangan
Sumber: Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 1993

d. Rencana Jaringan Transportasi


Skenario pengembangan jaringan jalan di Kota Pekanbaru adalah:
1. Program Pengembangan 1, optimasi pengembangan Jalan Siak II Jl. Air
Hitam Raya Jl. Garuda Sakti Jl. Subrantas, untuk menghubungkan
wilayah-wilayah di bagian utara Kota Pekanbaru seperti Dumai, Duri dan
Minas dengan kota Padang (Sumatera Barat) dan Jambi tanpa melalui pusat
kota.
2. Program Pengembangan 2, Pembangunan Jalan Lingkar Luar (Outer Ring
Road) ditujukan untuk mengalihkan lalu lintas regional dari arah Bangkinang
menuju Pangkalan Kerinci atau sebaliknya. Selain itu, untuk menghindari
penumpukan lalu lintas regional dan lokal di dalam kota, yang dapat
menimbulkan kemacetan. Pembuatan jalan lingkar di sebelah barat dan timur
kota, selain untuk mengurangi beban lalu lintas yang melintasi pusat kota,
juga untuk mendukung kawasan-kawasan yang potensial seperti kawasan
industri Tampan yang berada di barat kota, kawasan Perkantoran Regional
dan Kawasan Pendidikan yang berada di Utara Sungai Siak. Membuka
keterisolasian wilayah-wilayah potensial serta menarik perkembangan suatu
wilayah, seperti wilayah yang memiliki potensi pariwisata di Kecamatan
Rumbai serta wilayah di Kecamatan Bukit Raya yang berpotensi bagi
pengembangan kawasan industri dan perumahan.
3. Program Pengembangan 3, Pengembangan jaringan jalan lingkar yang
menghubungkan kawasan potensial yang ada di bagian Utara dan Selatan
Sungai Siak. Kawasan potensial yang akan dilayani oleh jaringan jalan ini
II - 84 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017
antara lain, kawasan wisata Danau Lembah Sari, Kawasan Industri Tenayan,
dan pusat-pusat permukiman yang akan dibentuk.
4. Program Pengembangan 4, Pengembangan jaringan jalan yang
menghubungkan kawasan pusat kota dengan kawasan potensial berkembang
di sebelah Timur (Kawasan Industri Tenayan). Jaringan jalan ini selain
ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dalam lingkup
internal, juga di rencanakan untuk meningkatkan aksesibilitas antar wilayah,
terutama antara Pekanbaru Perawang, dan Pekanbaru - Pangkalan Kerinci.
Alokasi pembangunan terminal cargo diarahkan untuk di sekitar lokasi KIT.
5. Program Pengembangan 5, Pengembangan jaringan jalan Lingkar Dalam
yang menghubungkan Kawasan Pusat Kota dengan jalan arteri yang berada di
Utara Sungai Siak. Jaringan jalan ini lebih ditujukan untuk mendistribusikan
arus pergerakan dari dan menuju kawasan pusat kota dari arah Utara tidak
menumpuk pada jalan arteri (Jalan Yos Sudarso, Jalan Riau, dan jalan
Sudirman) sehingga dapat mengurangi kemacetan akibat tingginya volume
kendaraan.
6. Program Pengembangan 6, meliputi pengembangan dan peningkatan jaringan
jalan kolektor selain sebagai upaya untuk menata sistem dan hirarki jaringan
jalan yang terstruktur, juga dapat dimanfaatkan sebagai jalan penghubung
antara pusat-pusat kegiatan, dan antara kawasan pusat kota dengan kawasan
hinterlandnya.

e. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Arahan pengembangan sistem penyediaan air bersih adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan air bersih oleh PDAM dengan meningkatkan kinerja pelayanan
melalui optimasi pemanfaatan kapasitas produksi tersisa, penambahan
kapasitas produksi dan perluasan jaringan distribusi.
2. Dalam jangka menengah (tahun 2011), target tingkat pelayanan akan
mencapai 8% dari total penduduk Kota Pekanbaru.
3. Dalam jangka panjang (2016), tingkat pelayanan PDAM ditargetkan akan
mencapai 20% dari total penduduk Kota Pekanbaru.
4. Tingkat kehilangan akan direduksi dari 65,6% menjadi 20% hingga akhir
tahun rencana.
5. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan IPA dengan kapasitas produksi
hingga 1.980 ltr/dtk, atau penambahan kapasitas sebanyak 1.360 ltr/dtk dari
kapasitas terpasang saat ini.
Langkah implementasi arahan pengembangan tersebut disiasati melalui
pembagian wilayah pelayanan air bersih menjadi 3 (tiga) zona yaitu :
a. Zona I, merupakan zona pelayanan eksisting yang meliputi kawasan pusat
kota dan sebagian kawasan di Kecamatan Rumbai. Pasokan air bersih untuk
zona ini akan dipenuhi dari sistem Pengolahan Air Bersih Tampan.

II - 85 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


b. Zona II, merupakan zona pelayanan eksisting yang meliputi kawasan-
kawasan yang ada di sekitar Danau Limbungan. Pasokan air bersih untuk
zona ini akan dipenuhi dari sistem Pengolahan Air Bersih Danau Limbungan.
c. Zona III, merupakan zona pengembangan yang meliputi kawasan-kawasan
yang ada di Selatan Kota Pekanbaru. Pasokan air bersih untuk zona ini akan
dipenuhi dari sistem Pengolahan Air Bersih dengan sumber air baku dari
Sungai Kampar Kanan.

2.5.2 Telaah Rencana Pola Ruang


Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Telaahan
terhadap rencana pola ruang, meliputi:

Sumber : RTRW Kota Pekanbaru


Gambar 2.43 Rencana Penggunaan Lahan Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026

a. Rencana Kawasan Lindung


Kawasan lindung terdiri dari:
1. Kawasan perlindungan daerah bawahannya yang terdiri dari dua jenis
kawasan yaitu Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Resapan Air.
a) Bila mengacu pada ketentuan Keppres 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, maka tidak ada satu pun kawasan di
Kota Pekanbaru masuk dalam kriteria Hutan Lindung.

II - 86 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


b) Kawasan yang termasuk dalam kawasan resapan air diprioritaskan di
bagian Utara yaitu di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir, seluas
12.805,38 Ha.
2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari:
a) Sempadan sungai;
b) Kawasan sekitar waduk atau danau.
c) Kawasan hijau kota
3. Kawasan rawan bencana
Kawasan rawan gempa merupakan wilayah-wilayah yang berada pada jalur
patahan yang memanjang dari arah Kecamatan Payung Sekaki hingga Kecamatan
Bukit Raya dan melintasi kawasan Bandara SSK II.
b. Kawasan Budidaya
1. Kawasan Permukiman
Pendekatan pengembangan kawasan permukiman:
a. Kawasan permukiman diarahkan untuk mengisi kawasan belum terbangun
terutama di kawasan pusat kota. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan
pelayanan dari kegiatan-kegiatan yang telah berkembang dan mengurangi
perkembangan kawasan permukiman secara sporadis.
b. Pengembangan kawasan permukiman pada wilayah-wilayah pengembangan,
baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok, sedapat mungkin
agar berada dalam pengawasan instansi terkait melalui mekanisme IMB.
c. Pengembangan kawasan permukiman oleh developer dalam skala kecil (<10
Ha), harus memperhatikan keterkaitan sistem jaringan jalan, jaringan drainase
dan jaringan air bersih untuk menghindari kemungkinan munculnya daerah
genangan dan kawasan rawan air bersih.
d. Penataan kawasan perumahan sepanjang aliran sungai disesuaikan dengan
ketentuan sempadan.
e. Perluasan fisik kawasan perumahan disesuaikan dengan arahan pemanfaatan
ruang dan hasil analisis kebutuhan ruang yang diproyeksikan berdasarkan
kecenderungan pertumbuhan penduduk.
Distribusi pengaturan kepadatan kawasan permukiman adalah sebagai berikut :
a. Kawasan permukiman kepadatan tinggi, tersebar di 5 (lima) kecamatan di
kawasan pusat kota yaitu Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, Senapelan,
Limapuluh dan Sukajadi.
b. Kawasan permukiman kepadatan sedang diarahkan pengembangannya di
wilayah pengembangan lainnya yaitu Kecamatan Tenayan Raya, Bukit Raya,
Marpoyan Damai, Tampan, dan Payung Sekaki.
c. Kawasan permukiman kepadatan rendah, diarahkan di wilayah
pengembangan yang juga berperan sebagai kawasan konservasi, yaitu di
Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dan kawasan rawan bencana di
sepanjang jalur patahan.

II - 87 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2. Kawasan Perkantoran dan Pemerintahan
Berdasarkan RUTR Kota Pekanbaru Tahun 1993, arahan kebijakan
pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan adalah sebagai berikut :
a. Mempertahankan lokasi kawasan pemerintahan yang ada saat ini yaitu di
sekitar kantor Gubernur Riau dan Walikota Pekanbaru, dengan melakukan
penataan/pengelompokan terhadap instansi-instansi yang memiliki
keterkaitan koordinasi yang tinggi.
(Hal ini berdasarkan RUTR Kota Pekanbaru Tahun 1993 yang sekarang
sedang direvisi).
b. Pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan baru diarahkan
dengan berorientasi pada :
i. Kawasan sekitar Kantor Gubernur sebagai pusat utama.
ii. Kawasan sekitar gedung Kantor DPRD dan Dinas Pertambangan
Provinsi Riau, sebagai kawasan pengembangan alternatif I yang
diprioritaskan bagi dinas-dinas di lingkungan pemerintahan kota.
iii. Kawasan sekitar Simpang Pasar Pagi Arengka sebagai kawasan
pengembangan alternatif II yang diprioritaskan untuk dinas-dinas di
lingkungan Pemerintahan Propinsi.
iv. Koridor M.S Amin sebagai kawasan pengembangan alternatif III yang
diprioritaskan untuk dinas-dinas, baik Provinsi maupun Kota.
v. Relokasi kawasan pemerintahan, khususnya bagi dinas-dinas yang belum
memiliki bangunan tetap, pengaturan lokasi nya dapat disesuaikan
berdasarkan intensitas koordinasi antar instansi.
vi. Beberapa perkantoran pemerintah seperti Dinas Kehutanan, Dinas
Peternakan, Dinas Pertanian, dan seterusnya, disarankan agar letaknya
mendekati lokasi-lokasi yang menjadi daerah/ tanggung jawab
pembinaannya.
vii. Alokasi kawasan perkantoran dan pemerintahan khususnya yang berada
pada koridor M.S Amin dapat juga bersifat mix used baik oleh
pemerintah maupun swasta.

Untuk kebutuhan ke depan, perlu direncanakan pengembangan kawasan


perkantoran pemerintah terpadu, yang berlokasi di kawasan Kecamatan
Tenayan Raya atau Bukit Raya dengan luasan lebih kurang 100 ha.

3. Kawasan Perdagangan
Pertambahan jumlah sarana perdagangan di Kota Pekanbaru hingga tahun
2016 diperkirakan akan mencapai 5.789 unit yang terdiri dari pasar, kios, dan toko.
Jumlah tersebut tidak termasuk fasilitas perdagangan skala besar, dengan asumsi
bahwa, pengembangan fasilitas ini sudah terakomodir pada kawasan khusus
sesuai dengan luasan lahan yang telah ditetapkan. Kebijakan ini sebagai bagian
dari langkah untuk menghindari penyebaran kegiatan skala besar yang tidak
sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang dan struktur kota, yang dapat berdampak
pada sirkulasi dan arah orientasi pergerakan. Kegiatan perdagangan direncanakan
tersebar pada beberapa ruas jalan utama Kota Pekanbaru, terutama pada ruas-ruas
jalan arteri dan kolektor sebagai berikut :

II - 88 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


a. Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kawasan, pengembangannya
diarahkan pada semua wilayah pembangunan dengan mempertimbangkan
keserasian antara skala kegiatan dengan lokasi kegiatan.
b. Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kota pengembangannya di
arahkan pada pusat-pusat Wilayah Pembangunan dengan memperhatikan
arahan pemanfaatan dan sebaran lahan permukiman yang ada di sekitarnya.
c. Perdagangan regional (seperti pasar induk) diarahkan pengembangannya pada
koridor-koridor arteri, baik primer maupun sekunder terutama pada kawasan
di sekitar Kawasan Industri Tenayan (KIT).

Demi terciptanya struktur pelayanan kegiatan perdagangan yang semakin


baik pada masa mendatang, maka kebijakan yang perlu ditempuh oleh Pemerintah
Kota Pekanbaru adalah :
a. Membatasi perkembangan kegiatan perdagangan skala regional pada kawasan
pusat kota, seperti di Jalan T. Tambusai, Jalan Sudirman, Jalan A. Yani, dan
Jalan H. Imam Munandar.
b. Tidak mengeluarkan izin baru atau memperpanjang izin usaha bagi kegiatan
perdagangan yang tidak sesuai peruntukannya.
c. Pengembangan kawasan perdagangan regional harus memilki interaksi yang
cukup kuat dengan kawasan terminal regional dan outlet-outlet transportasi
lainnya seperti pelabuhan laut/ sungai dan bandar udara.
d. Kapling-kapling kawasan perdagangan tidak diijinkan memiliki akses
langsung ke jalan arteri primer (harus diarahkan menggunakan akses jalur
lambat).

4. Kawasan Pendidikan
Kebijakannya adalah:
1. Sebelah Barat, di sekitar jalan Subrantas ke arah Bangkinang dengan inti
kegiatan UNRI dan UIN untuk pendidikan tinggi bidang sience dan ilmu
agama;
2. Sebelah Utara, di sekitar jalan Yos Sudarso dengan inti kegiatan UNILAK
dan Politeknik Caltex untuk pendidikan tinggi bidang engineering dan
rekayasa teknologi;
3. Sebelah Selatan, di sekitar jalan KH Nasution dengan inti kegiatan UIR untuk
pendidikan tinggi bidang keteknikan, multi sience dan ilmu agama;
4. Sebelah Timur, di sekitar jalan Lintas Timur (Kecamatan Tenayan Raya)
untuk pendidikan tinggi bidang teknik, politeknik dan kejuruan penunjang
sektor industri.

5. Kawasan dan Zona Industri


Untuk mengakomodir kebutuhan pengembangan kawasan industri hingga
tahun 2016, alokasi ruang yang dicadangkan adalah :
a. Kawasan Industri Tenayan (KIT) seluas 3.247,54 Ha di Kecamatan Tenayan
Raya dikembangkan secara terpadu dengan kelengkapan kawasan
pergudangan, sistem pengolahan limbah, perumahan dan prasarana
transportasi.

II - 89 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


b. Lahan konsesi Caltex seluas 1.155 Ha di Kecamatan Rumbai Pesisir.
c. Zona industri kecil (kerajinan rotan di jalan Yos Sudarso Kecamatan Rumbai,
dan industri makanan khas di sekitar simpang jalan Garuda Sakti dan Jalan
Subrantas) yang dipadukan dengan sentra perdagangan produk industri kecil
sebagai bagian dari kegiatan pariwisata.

6. Kawasan Pergudangan
Rencana pengembangan kawasan pergudangan di Kota Pekanbaru
dilakukan dalam rangka mengantisipasi 3 (tiga) isu utama yaitu :
a. Peningkatan peran Kota Pekanbaru sebagai simpul koleksi dan distribusi
seiring perubahan sistem perwilayahan regional pasca pemekaran Provinsi
Kepulauan Riau.
b. Operasionalisasi kawasan industri Tenayan yang akan berdampak pada
peningkatan aliran barang, baik bahan baku maupun barang produksi.
Peningkatan ini akan berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan
kawasan pergudangan yang berfungsi sebagai pos transisi dalam proses
distribusi barang.
c. Sebagaimana halnya perkembangan kawasan industri, kecenderungan
perkembangan kegiatan perdagangan dan niaga dalam skala regional akan
memberikan konsekuensi terhadap peningkatan arus barang dalam jumlah
besar.
Kebijakan pengembangan kawasan pergudangan diarahkan sebagai berikut :
a. Alokasi kawasan pergudangan ditetapkan dengan mempertimbangkan
eksistensi kegiatan dengan skala pelayanan regional yang telah ada (kawasan
pusat kota, kawasan perdagangan, kawasan AKAP).
b. Lokasi kawasan pergudangan harus dapat mengantisipasi perkembangan
kawasan industri dan perdagangan pada masa yang akan datang.
c. Rencana pengembangan kawasan pergudangan dan terminal cargo di arahkan
sekitar Kawasan Industri Tenayan. Sedangkan di sekitar kawasan AKAP
Bandar Raya Payung Sekaki (sudah tidak direkomendasikan lagi sejak tahun
2012).
d. Untuk mendukung kinerja proses transfer dan bongkar muat barang, selain
didukung oleh prasarana transportasi darat yang memadai, dukungan
transportasi laut/sungai juga perlu mendapat perhatian khusus. Untuk itu,
pada lokasi sekitar muara Sungai air hitam perlu dibangun pelabuhan barang
yang berfungsi sebagai pelabuhan umum, dan pembangunan pelabuhan
barang di kawasan industri Tenayan yang berfungsi sebagai pelabuhan
khusus.

7. Kawasan Olahraga
Rencana lokasi kawasan olahraga di arahkan sebagai berikut :
a. Pusat kegiatan olahraga (sport centre) dengan sarana dan prasarana olahraga
yang lengkap dikembangkan di Kecamatan Rumbai, tepatnya pada lokasi
Stadion Rumbai dan sekitarnya.
b. Kawasan olahraga skala kota dikembangkan di kawasan pusat kota dengan
memanfaatkan lahan kosong yang tersedia, dan bila memungkinkan dapat
II - 90 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017
dikembangkan di lokasi Lapangan Awal Bross atau sekitar Kawasan Bandar
Serai dan Parit Indah.
c. Sport centre di bagian Selatan Kota diarahkan di sekitar jalur patahan yang
dikembangkan dengan konsep yang didominasi oleh ruang terbuka.
d. Kawasan olahraga skala WP, dikembangkan pada masing-masing pusat WP.
e. Kawasan olahraga skala lingkungan dikembangkan pada pusat-pusat
lingkungan dengan ketentuan:
o Pada tingkat kelurahan bisa terlayani oleh 1 (satu) lapangan olahraga yang
dilengkapi dengan lintasan lari.
o Pada tingkat RW dan kelurahan minimal tersedia lapangan voli, takraw,
atau bulutangkis.
8. Kawasan Rekreasi
Kawasan rekreasi di Kota Pekanbaru meliputi :
a) Danau Lembah Sari (Kec. Rumbai Pesisir)
b) Danau Alam Mayang (Kec. Tenayan Raya)
c) Kawasan Cagar Budaya (Kec. Senapelan)
d) Kawasan Payung Sekaki (Waterfront City) di Kec. Rumbai
e) Kawasan Budaya Bandar Serai Simpang Tiga (Kec. Bukit Raya)
f) Kawasan Wisata Kuliner Taman Labuai (Kec.Bukit Raya) dan Pasar Bawah
(Kec. Senapelan)
g) Kawasan Wisata Alam dan Bumi Perkemahan Taman Hutan Raya SSK II
(Kec.Rumbai)
h) Taman Rekreasi Mesjid Agung Annur (Kec. Limapuluh)
i) Taman Kolam Tandon (Kec. Pekanbaru Kota)
j) Hutan Kota (Kec. Sail).
k) Kawasan agrotourism di sekitar Okura sebagai sentra pengembangan buah-
buahan dan sayuran.
l) Kawasan rekreasi waterboom di sekitar jalan Arifin Achmad, (Kec.
Marpoyan Damai).
m) Seluruh areal konservasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan wisata, baik secara alami, maupun yang dikelola.

9. Kawasan Khusus
Kawasan khusus merupakan kawasan yang intensitas pemanfaatannya bersifat
terbatas dan penanganannya pun bersifat khusus, antara lain:
a. Markas militer,
b. Perumahan militer,
c. Kawasan bandara,
d. Kawasan sempadan sungai,
e. Jalur jaringan listrik tegangan tinggi,
f. Jalur jaringan pipa gas,
g. Lapangan tembak,
h. Kompleks PT. CPI
i. Kawasan pusat budaya melayu

II - 91 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.5.3. Telaah Indikasi Program Pemanfaatan Ruang
Program pemanfaatan ruang adalah program yang disusun dalam rangka
mewujudkan rencana tata ruang yang bersifat indikatif, melalui sinkronisasi
program sektoral dan kewilayahan baik di pusat maupun di daerah secara terpadu.
Telaahan terhadap indikasi program pemanfaatan meliputi:
a. Program Pembangunan Sektoral Wilayah Kota;
b. Program Pengembangan Wilayah Kota;
c. Program Pengembangan Kawasan dan Lingkungan Strategis yang Merupakan
Kewenangan Pemerintah Daerah Kota

Arah pengembangan Kota Pekanbaru akan mengikuti skenario sebagai berikut :


a. Perkembangan kegiatan akan diintensifkan di kawasan pusat kota, terutama
untuk kegiatan perdagangan regional dan lokal, niaga, pemerintahan, dan
permukiman
b. Perkembangan kawasan permukiman di arahkan ke Selatan, Timur dan Barat
Kota, dengan mempertimbangkan :
1. Kondisi morfologi kawasan dan dukungan fasilitas dan prasarana
terutama jaringan jalan dan air bersih;
2. Pengaruh Kawasan pendidikan tinggi yang semakin berkembang di
Kecamatan Tampan dan Marpoyan Damai;
3. Kecenderungan pengembang untuk membangun kawasan perumahan di
wilayah ini cukup tinggi;
4. Rencana pengembangan Kawasan Industri di Kecamatan Tenayan Raya
diproyeksi akan menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Sementara pada bagian Utara dan Timur Laut intensitas pengembangan
kawasan dilakukan secara terbatas sebagai akibat :
1. Keberadaan kawasan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan besar
yang memegang izin HGU dalam jangka panjang;
2. Keberadaan Kawasan Lindung Tahura SSK II dan beberapa kawasan
yang ditetapkan sebagai catchment area.
3. Pengendalian terhadap kawasan di sekitar Danau Lembah Sari yang
pengembangannya selain untuk tujuan sektor wisata, juga untuk tujuan
konservasi.
4. Kondisi bentang alam yang cukup bergelombang dan kondisi air tanah
yang rata-rata berada pada kedalaman lebih dari 150 m.
c. Perkembangan Kawasan Terminal AKAP Bandar Raya Payung Sekaki.
Perkembangan kawasan ini juga akan diikuti oleh :
1. Berkembangnya kawasan niaga dan pergudangan yang merupakan
komponen yang saling melengkapi dengan kawasan terminal.
2. Berkembangnya jasa perhotelan dan pusat-pusat hiburan;
3. Perkembangan kawasan permukiman dengan ukuran kavling sedang
hingga besar;
Kondisi ini sebagai respon untuk mengakomodasi perkembangan Kawasan
AKAP Bandar Raya Payung Sekaki sebagai sentra bisnis baru pada masa
yang akan datang.

II - 92 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


d. Perkembangan kawasan perdagangan, niaga dan jasa akan terus berkembang
pada jaringan jalan utama seperti :
1. Jalan Sudirman, mulai dari simpang T. Tambusai hingga simpang Jl.
Arifin Achmad cenderung tumbuh sebagai kawasan campuran dimana
kegiatan perdagangan, perkantoran, jasa dan niaga, serta perumahan
mewah berkembang.
2. Jalan Riau, terutama di sekitar simpang Jl. Sukarno Hatta hingga Riau
Ujung, cenderung tumbuh sebagai pusat pelayanan regional dimana
kawasan perdagangan dan niaga skala regional berkembang.
3. Jalan T. Tambusai mulai simpang SKA hingga terminal AKAP
cenderung berkembang sebagai kawasan campuran dimana kegiatan
perdagangan dan jasa skala regional berkembang.
4. Jalan Sukarno Hatta mulai simpang Riau hingga Pasar Pagi Arengka
cenderung berkembang sebagai kawasan campuran yang didominasi oleh
kegiatan perdagangan skala kota hingga regional.
5. Jalan Subrantas mulai simpang Pasar Pagi Arengka hingga simpang jl. T.
Tambusai Ujung cenderung tumbuh sebagai kawasan campuran dimana
kegiatan perdagangan, niaga, pemerintahan, dan jasa berkembang.
6. Jalan Hang Tuah, mulai jembatan S. Sail hingga simpang Jl. H. Imam
Munandar akan tumbuh sebagai kawasan campuran dimana kawasan
perdagangan skala kota dan kawasan permukiman berkembang.
7. Jalan H. Imam Munandar mulai Jembatan S. Sail Hingga simpang Jl.
Hang Tuah cenderung berkembang sebagai kawasan campuran dimana
kegiatan jasa pendidikan tinggi, pedagangan dan permukiman
berkembang.
Mengacu pada hal tersebut di atas, maka konsep struktur ruang yang akan
dibentuk dengan penekanan pada :
a. Mengoptimalkan rencana-rencana pengembangan yang telah ada dalam
rangka mewujudkan visi dan misi pengembangan Kota Pekanbaru.
b. Menyelaraskan pembangunan kawasan budidaya melalui alokasi penyediaan
kawasan lindung dan kawasan non terbangun yang ditetapkan berdasarkan
fungsi ekologis dan kendala fisik yang dimiliki.
c. Menciptakan kawasan permukiman yang teratur dan terdistribusi sesuai
dengan peruntukannya.
Sejalan dengan konsep struktur ruang yang dikembangkan, maka konsep
pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru juga akan mengacu pada konsep struktur
tersebut. Konsep struktur ruang wilayah Kota Pekanbaru tetap konsisten dengan
yang telah diarahkan RUTR serta berdasarkan visi dan misi kota Pekanbaru
yaitu Multiple Nuclei dimana beban kawasan pusat kota yang selama ini terjadi
disebarkan pada beberapa lokasi yang saling terkait serta terciptanya kota yang
madani. Dengan demikian konsep pemanfaatan ruangnya juga mengarah pada
pengembangan kawasan-kawasan dengan spesialisasi fungsi yang sesuai dengan
pusat pengembangannya.

II - 93 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


2.6. PENELAAHAN RTRW PROVINSI RIAU (DRAFT 2012)
YANG BERKAITAN DENGAN KOTA PEKANBARU

2.6.1. Konsepsi Struktur Ruang Wilayah Provinsi Riau (yang


berkaitan dengan Kota Pekanbaru)
Struktur ruang wilayah menggambarkan tata-susunan dari sistem pusat-pusat
permukiman perkotaan dan kawasan-kawasan di dalam suatu wilayah, yang
ditunjang oleh rencana pengembangan jaringan prasarana dan sarana dasar.
Kawasan-kawasan yang dimaksudkan di sini adalah kawasan-kawasan
pemanfaatan ruang di luar pusat-pusat permukiman perkotaan yang di dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) didefinisikan sebagai Kawasan
Andalan. Dengan mengacu pada tujuan penataan ruang dan sasaran pemanfaatan
ruang wilayah Riau, serta pendekatan konsepsional yang telah dikemukakan,
dapat dirumuskan konsepsi struktur ruang wilayah Provinsi Riau sampai dengan
tahun 2030 sebagai berikut :
a. Sebagai antisipasi terhadap proses globalisasi yang terus berlangsung,
strukturruang wilayah Provinsi Riau pada saat ini maupun ke depan secara
bertahap harus terbuka dan bersifat orientasi keluar (outwardlooking). Namun,
orientasi ke luar ini tidak boleh sampai menyebabkan terputusnya basis
perekonomiansetempat pada proses perekonomian global dan tercerabutnya akar
sosial-budaya lokal. Investasi asing di wilayah Provinsi Riau perlu diupayakan
agar senantiasa terkait dengan potensi SDA, penyerapan tenaga kerja, dan
pemanfaatan bahan-bahan lain yang bersifat lokal atau setempat.
b. Orientasi ke luar, dimana struktur ruang wilayah Provinsi Riau perlu ditunjang
dengan pusat-pusat permukiman perkotaan jenjang PKN (Pusat Kegiatan
Nasional) dan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), serta dilengkapi dengan simpul-
simpul jaringan transportasi internasional berupa pelabuhanlaut, pelabuhan
penyeberangan, dan bandar udara, yang tidak hanya handal dalam pelayanan
tetapi juga mampu bersaing dengan prasarana serupa di daerah dan negara
lain.Perkotaan jenjang PKN berfungsi sebagai Gerbang Utama Antar Bangsa,
yang dilengkapi dengan Bandar Udara jenjang Pusat Penyebaran Primer dan
Pelabuhan Laut jenjang Hub Internasional (International Hub), untuk
meningkatkan aksesibilitas dan interaksi ekonomi wilayah Provinsi Riau
kenegara-negara ASEAN dan Asia Pasifik pada khususnya, yang secara
bertahap juga dikembangkan untuk melayani negara-negara belahan dunia
lainnya. Terdapat 2 (dua) PKN yakni Kota Pekanbaru, Kota Dumai dan 1
(satu) PKN yang akan dipromosikan yakni Kuala Enok, ketiganya dilengkapi
dengan prasarana dan sarana transportasi internasional sebagaimana
dimaksud.
c. Secara nasional sistem permukiman perkotaan ditata menurut jenjang
fungsinya sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan
Wilayah) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Terkait pada sistem permukiman
perkotaan nasional ini, untuk keperluan penataan struktur ruang eksternal
wilayah Provinsi Riau dibutuhkan pengembangan pusat-pusat permukiman
perkotaan dengan jenjang sebagai PKN dan PKW.
d. Secara mikro, tata ruang wilayah Provinsi Riau harus pula ditunjang oleh
struktur ruang internal yang integratif terhadap struktur ruang eksternal
(lokasi-lokasi PKN, PKW, dan simpul-simpul kegiatan transportasi

II - 94 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


internasional). Struktur ruang internal wilayah Provinsi Riau ini dibentuk
melalui penataan sistem permukiman perkotaan pada jenjang di bawah PKW,
yaitu PKL dan jenjang di bawahnya lagi yang akan disebut sebagai Sub PKL
(Sub Pusat Kegiatan Lokal).
e. Untuk menciptakan interaksi dan hubungan langsung ke jaringan perkotaan
poros perekonomian dunia, PKN perlu dilengkapi fasilitas pelabuhan laut
dengan kelas fungsi Pelabuhan Hub Internasional atau Pelabuhan
Internasional dan bandar udara dengan kelas fungsi Pusat Penyebaran
Primer atau Pusat Penyebaran Sekunder. Dalam beberapa kasus (tergantung
pada kebutuhan) PKN juga dapat dilengkapi dengan pelabuhan laut kelas
fungsi lebih bawah dan pelabuhan penyeberangan.
f. Pada tiap-tiap pusat permukiman (PKN, PKW, dan PKL) ditetapkan fungsi-
fungsi utama pelayanan perkotaan berdasarkan potensi sektor/subsektor
unggulan kawasan dan peran perkotaan yang bersangkutan dalam konteks
eksternal maupun internal wilayah.

2.6.1.1. Rencana Sistem Perkotaan (Urban System)


Untuk mendukung aksesibilitas global wilayah Provinsi Riau ke jaringan
perkotaan poros perekonomian dunia dalam rangka menyongsong era pasar bebas,
meningkatkan pola kegiatan dan keterkaitan ekonomi wilayah provinsi serta
mengoptimalkan fungsi-fungsi pelayanan internal dan eksternal/regional,
dikembangkan struktur sistem perkotaan PKN, PKW dan PKL sebagai berikut:
terdapat 2 (dua) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu : Kota Pekanbaru dan
Kota Dumai.Pengembangan kota Dumai dan Pekanbaru diarahkan ke dalam satu
koridor/poros perkembangan yang ditumpu oleh pengembangan jaringan jalan tol
yang menghubungkan kedua kota tersebut.

2.6.2. Kebijakan Pokok Pengembangan Permukiman Perkotaan


Sejalan dengan arahan komponen-komponen struktur ruang wilayah, maka
diarahkan kebijakan pokok pengembangan permukiman perkotaan di wilayah
Provinsi Riau. Dalam rangka menyongsong era pasar bebas (khususnya AFTA di
lingkungan ASEAN), permukiman perkotaan jenjang fungsi PKN dan PKW yang
sudah ditetapkan yaitu Pekanbaru, Dumai, Kuala Enok (PKNp), Pasir Pangaraian,
Ujung Tanjung, Siak Sri Indrapura, Selat Panjang, BengkalisBuruk Bakul dan
RengatPematang Reba perlu terus didorong perkembangannya untuk lebih
meningkatkan daya tarik dan daya saing kawasan, sedangkan untuk PKW yang
belum berkembang maka upaya pengembangannya perlu dipercepat.

2.6.3. Kawasan Strategis Provinsi


Kawasan strategis provinsi adalah wilayah penataan ruang yang di
prioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penetapan
kawasan strategis provinsi dari sudut pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan
kriteria:

II - 95 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
Memiliki potensi ekspor;
Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;
Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau
Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
Berdasarkan analisa yang bertumpu kepada peluang pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat, kawasan strategis diwilayah
provinsi Riau, yang berkaitan dengan Kota Pekanbaru adalah Kawasan Industri
Tenayan.
Kota Pekanbaru sebagai Ibu kota provinsi sekaligus menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau daratan membutuhkan sarana transportasi
guna mendukung aktifitas ekonomi di daerahnya. Selain transportasi darat,
transportasi air merupakan alat penghubung yang ekonomis. Sampai saat ini
Sungai Siak masih dapat menyediakan transportasi air bagi Kota Pekanbaru,
namun kedepan dengan meningkatnya lalu lintas di sungai Siak serta semakin
tingginya pertumbuhan industri, maka perlu dilakukan relokasi pelabuhan maupun
kawasan industri yang selama ini berpusat di Kota Pekanbaru ke wilayah Tenayan.
Perwujudan PKN Pekanbaru dilakukan melalui :
a. Studi Penentuan Kawasan Metropolitan Pekanbaru
b. Penyusunan Rencana Rinci Ruang Kawasan
c. Fungsionalisasi terminal AKAP Payung Sekaki
d. Pengembangan sarana dan prasarana perkotaan
e. Pengembangan system angkutan umum masal
f. Pengembangan Infrastruktur Jalan Kota
g. Pengembangan agro industri
h. Pengembangan Sarana Pendidikan Tinggi
i. Peningkatan Sarana Pelayanan Umum RSUD
j. Peningkatan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Perumahan
k. Peningkatan TPA Regional
l. Mengembangkan Kota Pekanbaru sebagai Kota Metropolitan dengan jumlah
penduduk sekitar 3.000.000 jiwa.
m. Meningkatkan Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi Pusat Penyebaran
Primer (PPP) yang didukung bandara-bandara lainnya yang skala pelayanan
dan jenjangnya ditata secara hierarkis.

Hasil analisis gambaran umum kondisi daerah terkait dengan capaian


kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah Kota Pekanbaru dapat
dilihat pada Tabel 2.84.

II - 96 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Tabel 2.84
Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Terhadap Capaian Kinerja
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kota Pekanbaru
Aspek/Fokus/Bidang Interpreta
Capaian kinerja tahunan
No Urusan/Indikator Kinerja Standar si (<, =, >)
Pembangunan Daerah 2006 2007 2008 2009 2010 2011
KESEJAHTERAAN
I
MASYARAKAT
1 Indikator Makro
1.1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 10,15% 9,89% 9,05% 8,81% 8,98% - -
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
1.2 16.480 20.119 24.916 30.038 36.753 -
(Milyar Rp) -
PDRB Atas Dasar Harga 6.367 6.997 7.630 8.302 9.047
2 -
konstan 2000 (Milyar Rp) -
Kesejahteraan dan pemerataan
3
ekonomi
Pertumbuhan PDRB per-tahun
3.1
(harga konstan tanpa migas) (%) 9,9 9,1 8,8 9,0
3.2 Laju inflasi di ibu kota Provinsi (%) 6,32% 7,53% 9,02% 1,94% 6,30%
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
3.4 - 77,00 77,54 77,86 78,27 -
(%)
3.5 Persentase Penduduk Miskin (%) -
4 Kesejahteraan Sosial
4.1 Pendidikan
4.1.1 Angka Melek Huruf (%) 99,90 99,70 99,77 99,80 99,87 100
4.1.2 Angka rata-rata lama sekolah (tahun) - 11,30 11,30 11,32 11,33 -
Rasio ketersediaan sekolah per 10.000
-
penduduk usia sekolah
SD/MI - 26,63 26,49 24,88 25,23 26,13 -
SMP/MTs - 26,60 28,66 27,67 27,40 23,00 -
SMA/MA/SMK - 20,92 21,43 21,16 21,49 18,99 -
4.1.3 Angka partisipasi murni
A SD/MI (%) 112,2 110,25 99,60 104,59 102 100 diatas

B SMP/MTs (%) 72,5 74,48 84,43 94,15 94,92 100 dibawah

C SMA/SMK/MA (%) - 49,01 64,98 64,98 63,62 100 dibawah

4.1.4 Angka partisipasi kasar


A SD/MI (%) 131,13 135,59 115,59 121,55 122,74 100 diatas

B SMP/MTs (%) 99,72 98,26 96,19 110,72 111,32 100 diatas

C SMA/SMK/MA (%) 46,74 56,42 89,07 89,07 89,69 100 dibawah

4.2 Kesehatan
4.2.1 Jumlah kelahiran hidup (jiwa) 19.276 21.052 19.594 19.634 19.978 20.595

4.2.2 Angka usia harapan hidup (tahun) 70,1 70,5 70,7 70,7 70,7 70,7 -
4.2.3 Persentase Balita Gizi Buruk (%) - 0,053% 0,022% 0,0005% 0,003% 0,004% <1% diatas

II PELAYANAN UMUM

1 Pelayanan Urusan Wajib


1.1 PENDIDIKAN
1.1.
Pendidikan dasar
1
A Angka partisipasi sekolah (%) - 97,7 98,8 98,9 99,2 108,2 100 diatas
466,20 478,35 496,37 490,27 486,49
B Rasio guru/murid - -
1:21 1:21 1:20 1:20 1:20,5
1.1.
Pendidikan Menengah
2
A Angka partisipasi sekolah
SMP/MTs(%) - 93,8 98,1 96,2 96,0 92,1 100 dibawah

SMA/SMK/MA(%) - 74,2 75,9 75,9 77,8 88,6 100 dibawah

II - 97 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017


Aspek/Fokus/Bidang Interpreta
Capaian kinerja tahunan
No Urusan/Indikator Kinerja Standar si (<, =, >)
Pembangunan Daerah 2006 2007 2008 2009 2010 2011
B Rasio guru/murid
738,29 760,89 742,43 773,79 742,65
SMP/MTs(%) - -
1:13,5 1:13,0 1:13,5 1:12,9 1:13,5
874,80 - 889,13 862,31 850,48 871,97
SMA/SMK/MA(%) - -
1:11,4 1:11,2 1:11,6 1:11,8 1:11,5
1.2 KESEHATAN
1.2.1 Rasio Posyandu per 1.000 Balita 5,54 5,21 5,22 5,54 5,39 -
1.2.2 Rasio Puskesmas per 1.000 penduduk 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
1.2.3 Rasio RS per 1.000 Penduduk 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
1.2.4 Jumlah Dokter 570 680 695 979 979

1.2.5 Rasio Dokter per 1.000 Penduduk 0,7 0,9 0,9 1,1 1,1
Rasio Tenaga Medis per 1.000 3,4
1.2.6 2,9 2,6 3,4 1,4
Penduduk
Cakupan komplikasi kebidanan yang 100% Diatas
31,16% 49,07% 100% 100% 80%
ditangani (tercapai)
Cakupan pertolongan persalinan oleh 78,60% Mendekati
tenaga kesehatan yang memiliki 96,23% 90,33% 85,66% 85,55% 90%
kompetensi kebidanan
Cakupan Kelurahan UCI 100% 96,55% 55% 84,48% 94,83% 100% Mendekati
Cakupan Balita gizi buruk mendapat 100% 100% 100% 100% 100% Tercapai
100%
perawatan
Cakupan penemuan dan penanganan 33,87% Dibawah
25,76% 23,38% 20,09% 31,81% 100%
penderita TB BTA
Cakupan penemuan dan penanganan 100% 100% 100% 100% 100% Tercapai
100%
penderita penyakit DBD
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan 17,64% Dibawah
5% 5% 6,2% 12% 100%
pasien masyarakat miskin
Cakupan kunjungan bayi 81,06% 91,1% 96,39% 94,73% 80,05% 90% Mendekati

Cakupan Puskesmas 100% 100% 100% 100% 100% 100% Tercapai

Cakupan Puskesmas Pembantu 58,62% 55,17% 55,17% 55,17% 56,9%

1.3 PEKERJAAN UMUM


Jalan Kondisi Baik 45,11% 48,30% 45,11% 45,11% 47,09% - -
Jalan Tanah 56,37% 55,91% 53,72% 55,91% 35,05% - -
Panjang sungai yang dinormalisasi (m) 28.356 59.548 93.859 131.601 173.117 - -
1.6 PERHUBUNGAN
Jumlah kematian akibat kecelakaan -
32 28 51 - - -
lalu lintas roda dua
III ASPEK DAYA SAING
1 Sumber Daya Manusia
Kualitas Tenaga Kerja Lulusan S1,S2, -
7,81% 7,98% 9,07% 16,77% 8,09% -
S3
Tingkat ketergantungan 49,6% 48,3% 43,3% 47,7% 46,2% - -

II - 98 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Anda mungkin juga menyukai