Profil Kabupaten Sikka menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek. Dari profil Kabupaten
tersebut diharapkan dapat tercermin kondisi daerah terkait dengan Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM). Profil Kabupaten Sikka terdiri dari gambaran kondisi geografis dan administratif wilayah,
gambaran mengenai demografi, gambaran mengenai topografi wilayah, gambaran mengenai geohidrologi,
gambaran mengenai geologi, gambaran mengenai klimatologi, dan gambaran mengenai kondisi sosial
dan ekonomi.
Kabupaten Sikka merupakan daerah kepulauan, dari 18 pulau yang ada, 9 di antaranya adalah
pulau-pulau yang belum dihuni oleh penduduk. Pulau Besar adalah pulau yang terbesar, sementara itu Pulau
Kambing (Pulau Pemana Kecil) adalah pulau yang terkecil yang luasnya kurang dari 1 Km².
Keadaan topografi sebagian besar berbukit, bergunung, dan berlembah dengan lereng-lereng yang
curam yang umumnya terletak di daerah pantai. Keadaan tersebut di atas dapat dirinci: topografi dengan
ketinggian 0-25 m dpl, yaitu dengan luas 29.863 ha atau sekitar 17,24% dari total luas wilayah Kabupaten
Sikka, meliputi daerah pesisir pantai utara (sebagian besar) dan daerah pesisir pantai selatan serta daerah
pesisir pantai pulau-pulau kecil lainnya. Topografi dengan ketinggian 25-100 m dpl, yaitu dengan luas 20.843
ha atau sekitar 12,03% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, merupakan wilayah lanjutan daerah pesisir
yang sebagian besar juga terdapat di bagian utara wilayah Kabupaten Sikka dan sebagian kecilnya di bagian
selatan dan pulau-pulau kecil lainnya. Topografi dengan ketinggian 100-500 m dpl, yaitu seluas 48.171 ha
atau sekitar 27,81% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, merupakan wilayah lereng atau kaki gunung dan
perbukitan yang juga merupakan daerah peralihan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau pegunungan.
Sementara itu, topografi dengan ketinggian 500-1000 m dpl, yaitu seluas 70.216 ha atau sekitar 40,54% dari
total luas wilayah Kabupaten Sikka, yang merupakan daerah pegunungan. Selanjutnya, topografi dengan
ketinggian lebih dari 1000 m dpl, yaitu seluas 4.098 ha atau sekitar 2,37% dari total luas wilayah Kabupaten
Sikka, yang merupakan daerah pegunungan atau dataran tinggi dan hanya terdapat di beberapa kecamatan
saja.
Kondisi kemiringan tanah (kelerengan) di wilayah Kabupaten Sikka cukup bervariasi, berkisar dari 0%
hingga 70% dan didominasi oleh kemiringan tanah yang lebih besar dari 40% dengan luas 81.167 ha atau
sekitar 46,87% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka.
Kabupaten Sikka beriklim tropis seperti pada daerah-daerah lain di Indonesia pada umumnya. Suhu
° ° ° °
berkisar antara 27 C-29 C, pada musim panas maksimum 29,7 C dan pada musim hujan minimum 23,8 C
°
atau rata-rata 27,2 C. Kelembaban udara rata-rata 85,5 % per tahun, kelembaban nisbi 74- 86%. Kecepatan
angin rata-rata 12–20 knots.
Musim panas biasanya berlangsung 7 hingga 8 bulan (April/Mei– Oktober/November) dan musim
hujan kurang lebih 4 bulan (November– Desember–Maret–April). Curah hujan per tahun berkisar antara 1.000
mm– 1.500 mm, dengan jumlah hari hujan sebesar 60-120 hari per tahun.
Berdasarkan data geologi tata lingkungan, maka wilayah Kabupaten Sikka dikelompokkan menjadi 5
(lima) satuan morfologi, yaitu satuan morfologi dataran rendah, menempati daerah yang cukup luas di
sepanjang pantai utara, pantai selatan dan pada alur-alur sungai dengan kemiringan antara 0-5%. Satuan
morfologi perbukitan halus terdapat di sekitar selatan Kota Maumere dan Kewapante dengan kemiringan
antara 5-15%. Satuan morfologi perbukitan sedang berelief sedang terdapat di sepanjang pantai selatan,
Pulau Besar, Pulau Babi, Pulau Panama Besar, sebelah utara perbatasan Kabupaten Sikka dengan Flores
Timur dan di daerah Magepanda dengan kemiringan antara 15-30%. Satuan morfologi perbukitan kasar
tersebar hampir 70% dari luas wilayah Kabupaten Sikka dengan kemiringan antara 30-70%, serta satuan
morfologi pegunungan terdapat di Gunung Egon, Gunung Kimangbuleng, Gunung Jele dan Gunung Dobo
dengan kemiringan antara 50-70%.
Berdasarkan data Geologi dan Tata Lingkungan yang meliputi sebaran struktur geologi di wilayah
Kabupaten Sikka terdapat beberapa batuan dan formasi batuan sebagai berikut: Aluvium dan Endapan Pantai,
Formasi Kiro, Batuan Gunung Api Tua.
Potensi sumber air di wilayah Kabupaten Sikka dapat diidentifikasi dari 3 (tiga) sumber yaitu air hujan,
air tanah dan air permukaan.
Wilayah Kabupaten Sikka memiliki 4 (empat) jenis tanah yakni jenis tanah mediteran, litosol, regosol
dan jenis tanah kompleks. Dari keempat jenis tanah tersebut lebih didominasi oleh jenis tanah mediteran
seluas 79.176 Ha (45,71%), sedangkan tekstur tanah didominasi oleh tanah bertekstur kasar dengan luas
108.609 Ha atau sekitar 62,71%. Tekstur tanah ini merupakan klasifikasi tingkat kekasaran dan halusnya
tanah yang dinilai berdasarkan perbandingan antara fraksi pasir, debu dan liat. Klasifikasi tekstur tanah ini
akan berpengaruh terhadap pengelolaan tanah dan pertumbuhan tanaman, terutama dalam hal mengatur
kandungan udara dalam rongga tanah dan persediaan serta kecepatan peresapan air di daerah tersebut.
Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap muda atau tidaknya lapisan tanah tersebut.
Jenis penggunaan tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Sikka terdiri dari beberapa jenis
penggunaan tanah yaitu penggunaan tanah permukiman, sawah, tegalan, ladang, perkebunan, kebun
campuran, hutan lebat, hutan belukar, hutan sejenis, semak/alang-alang/rumput, tanah rusak/tandus, hutan
rawa/bakau, danau/kolam. Penggunaan tanah di Kabupaten Sikka didominasi lahan pertanian yaitu seluas
90.138 Ha (52,05%), sedangkan penggunaan tanah lainnya yaitu kawasan hutan seluas 38.442,43 Ha
(22,20%), semak belukar seluas 23.745 Ha (13,71%) dan lain-lain seluas 20.865,57 Ha (12,05%).
Daerah rawan bencana di wilayah Kabupaten Sikka mencakup 2 hal, yaitu kerawanan tanah
terhadap kemungkinan aktifitas gempa, serta kemungkinan timbulnya bencana akibat gunung api.
Ubi Kayu di kecamatan Paga, Mego, Lela, Bola, Talibura, Waiblama, waigete, Kewapante, Nelle,
Palue, Nita, Magepanda, Alok;
Ubi Jalar d di kecamatan Paga, Mego, Lela, Bola, waigete, Kewapante, Nelle, Palue, Nita,
Magepanda;
Kacang tanah di kecamatan Paga, Mego, Lela, Bola, waigete, Kewapante, Nelle, Palue, Nita,
Magepanda; dan
Kacang hijau di kecamatan Paga, Mego, Lela, Bola, waigete, Kewapante, Nelle, Palue, Nita,
Magepanda.
Tabel 2.1. Produksi Padi dan Jagung di Kabupaten Sikka Tahun 2014
Produksi Padi Produksi Padi Jagung
NO Kecamatan
Sawah (KW/ha) Ladang (Kw/ha) (KW/ha)
1 Paga 30.75 22.42 21.32
2 Tanawawo 29.66 21.18 19.01
3 Mego 30.9 22.51 21.29
4 Lela 31.17 22.45 21.43
5 Bola 62.94 20.75
6 Doreng 21.4 21.70
7 Mapitara 22.38 20.89
8 Talibura 32.59 21.21 21.97
9 Waiblama 29.56 21.86 21.37
10 Waugete 31.75 20.01 22.01
11 Kewapante 21.30 22.57
12 Hewokloang 21.05 20.77
13 Kangae 21.41 22.27
14 Nelle 22.52 22.18
15 Koting 21.09 20.89
16 Palue 19.62
17 Nita 32.64 22.66 22.01
18 Magepanda 29.75 21.61 19.36
19 Alok 20.53 22.98
20 Alok Barat 20.21 21.49
21 Alok Timur 22.26 19.18
Sumber : BPS, Sikka dalam Angka 2015
2.2.2. Perkebunan.
Kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Sikka dikembangkan berdasarkan potensi yang ada di wilayah
masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan
untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan, dengan mengembangkan kawasan
industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya disebut Kimbun. Berdasarkan komoditasnya,
pengembangan perkebunan dapat dibagi dalam dua kelompok yakni perkebunan tanaman tahunan seperti
,Jambu Mente, Nira/Tuak, Kelapa, cengkeh dan lainnya.
2.2.4. Pertambangan
Kawasan pertambangan di Kabupat Sikka hanya berupa pengembangan mineral yaitu :
1. Potensi Tras di Kecamatan Kewapante, Bola Nita dan Lela
Kegiatan pariwisata yang direncanakan menjadi andalan adalah wisata alam khususnya wisata Alam,
Budaya dan Minat Khusus. Rencana alokasi kegiatan pariwisata di Kabupaten Sikka meliputi ;
A) Wisata Alam
1. Danau Semparong
Berlokasi di Pulau Sukun Desa Semparong (Air Bening dan variasi Satwa Burung).
2. Hutan Wisata Pulau Besar
Berlokasi di Pulau Besar (variasi Tanaman Hutan, Rusa, Babi Hutan, Kera dan Kelelawar).
3. Puncak Bulung
Berlokasi di Desa Riit Kecamatan Nita (keindahan alam dan tanaman holtikultura).
4. Puncak Kimang
Berlokasi di Desa Riit Kecamatan Nita (keindahan alam, tanaman holtikultura dan menara
microwafe).
5. Tebing Alam Halar Hawus
Berlokasi di Desa Wuliwutik (tebing jembatan alam yang menghubungkan Kecamatan Nita
dan Magepanda).
6. Mata Air Panas Blidit
Berlokasi di Desa Waigete Kecamatan Waigete (Air panas dengan suhu 50'-80'C dalam
kawasan hutan dengan berbagai jenis flora).
7. Air Terjun Wairhoret
Berlokasi di Desa Wairterang Kecamatan Waigete (Air terjun dalam kawasan hutan lindung).
8. Danau Ranoklahit
Berlokasi di Desa Watudirang Kecamatan Waigete (Terdapat itik dan satwa liar).
9. Air Terjun Tunsohok
Berlokasi di Desa Waiterang Kecamatan Waigete (Air terjun setinggi 40 meter di kawasan
hutan lindung).
10. Gua Alam Patiahu
Berlokasi di Desa Runut Kecamatan Waigete (Stalaktik dan Stalakmit yang menarik dan
terdapat banyak kampret/kelelawar kecil),
11. Hutan Wisata Egon
Berlokasi di Desa Egon Kecamatan Waigete (kawasan hutan dan berbagai jenis satwa).
dalam bambu serta daging ayam/babi, diselingi tarian Ai Nggaja, upacara dilakukan
sebelum musim tanam padi dengan tujuan agar hasil panen melimpah.
3. Loka Mese
Lokasi Feondari Desa Wolodhesa berjarak 41 Km dari Kota Maumere waktu
pelaksanaannya bulan Oktober, persembahan/sesajen kepada leluhur, di selingi
tarian adat, upacara dilakukan untuk meminta turun hujan dan menolak bencana
kekeringan dan hama tanaman.
4. Gareng Lameng
Lokasi Desa Pruda dari Kota Maumere berjarak 63 Km, desa Werang 58 Km, desa
Tana Rawa 55 Km, desa Darat Gunung 43 Km, Desa Natar Mage, Desa lli Medo
waktu pelaksanaannya di sesuaikan dengan kondisi ekonomi, penyunatan secara
adat bagi pria yang dilakukan oleh pemangku adat, upacara dimaksud untuk
pendewasaan bagi pria.
5. Gren Mahe
Lokasi Desa Pruda berjarak 63 Km dari Kota Maumere, Desa Werang 58 Km, waktu
pelaksanaannya 7 (tujuh) tahun sekali. persembahan/sesajen kepada sang pencipta
berupa penyembelihan hewan kurban di mesbah mahe yang berjumlah ratusan ekor,
upacara ritual yang dilakukan karena keberhasilan panen kepada sang pencipta.
6. Pati Karapu
Lokasi Lei Desa Tuangeo berjarak 61 Km dari Kota Maumere, Tomu desa tuangeo
61 Km, Ndeo Desa Lodalaka 60 Km, Koa Desa Rokirole 62,5 Km, Nitung Desa
Nitunglea 64 Km, Cua Desa Nitunglea 64 Km, waktu pelaksanaannya 5 (lima) tahun
sekali di sesuaikan dengan kondisi ekonomi. upacara penyembelihan kerbau pada
mezbah mahe.
7. Tu Teu
Lokasi Ngalu Desa Reruwairere berjarak 84 Km dari Kota Maumere, Tubu Kobe
Desa Maluriwu 85 Km, waktu pelaksanaannya bila hama tikus terjadi, tikus yang di
tangkap dimasukan dalam 2 (dua) batang bambu yang memiliki 8 (delapan) ruas
dirancang dalam bentuk perahupenghanyut diiringi tarian, musik dan tarian
tradisional.
8. Pire Tana
Lokasi Watugete (Mahe Natar-Mage) Kecamatan Bola, berjarak 58 Km dari Kota
Maumere, waktu pelaksanaannya 5 (lima) tahun sekali tergantung hama/penyakit
tanaman terjadi. sesajen/penyembelihan hewan kurban berupa kambing/babi pada
hari pembukaan dan dilanjutkan dengan tidak melakukan kegiatan kerja selama 5
(lima) hari, pire tana (pantang bekerja) meliputi wilayah Desa Natakoli, Egon Gahar,
Hebing dan Hale.
9. Tige Temu
Lokasi Nanga Desa Koja Gete berjarak 11,5 mil dari Kota Maumere, waktu
pelaksanaannya setiap bulan September/Oktober, persembahan/sesajen kepada
dua loke leluhur yang empunya satwa liar seperti babi hutan dan rusa, agar binatang
tersebut tidak merusak tanaman padi, Dua Loke perempuan tua yang diusir dari
getang desa kokowahor kecamatan kawapante yang di tuduh suangi, dua loke
bersama seorang cucu perempuan meninggalkan getang menuju Nanga terus
menetap di situ.
3) Wisata Minat Khusus
1. Ule Nale
Lokasi Sikka Desa sikka Kecamatan Lela, berjarak 28 Km dari Kota Maumere, waktu
pelaksanaannya minggu ke-3 paskah, proses penangkapan cacing laut oleh
masyarakat setempat.
2. Logu Sinhor
Lokasi Sikka Desa Sikka Kecamatan Lela, berjarak 28 Km dari Kota Maumere waktu
pelaksanaannya hari raya jum’at agung, prosesi jum’at agung bagi umat katolik yang
Berlokasi di Desa Mbengu Kecamatan Paga (Gua Maria dan Bangunan Penginapan
yang indah dan megah).
12. Tempat Pertapaan Kelikeo
Berlokasi di Desa Detubinga Kecamatan Paga (Gua Maria dan Bangunan
Penginapan yang indah dan megah).
13. Gereja Tua Sikka
Di pantai selatan kabupaten sikka, tepatnya di kecamatan Lela terdapat sebuah
kampung kecil namanya Kampung sika atau natar sikka. kampung di pesisir pantai
ini panjangnya 1 Km dengan jumlah penduduk 911 jiwa atau 230 kepala keluarga.
Jarak antara Sikka Natara dengan ibu kota kabupaten Sikka adalah 27 Km.
Kampung ini kelihatan sederhana, namun sesungguhnya mempunyai perjalanan
sejarah yang sangat berarti karena kampung ini dulu menjadi Pusat Pemerintahan
Kerajaan Sikka pada masa Penjajahan Portugis abad XVI dan Belanda abad XVII.
Kampung Sikka saat ini menjadi sebuah kampung tujuan wisata yang sering
dikunjungi wisatawan domestik maupun manca negara, karena di sana terdapat
beberapa opjek wisata menarik di antaranya geraja tua sikka yang telah berusia
lebih dari satu abad. gereja tua ini si bangun oleh umat paroki Sikka bersama
pastornya asal portigis Y.Engbers SJ pada tahun 1899. pembangunan gereja ini juga
tidak terlepas dari peran raja Sikka pada masa itu adalah Yoseph Mbako II Ximenes
da Silva yang turut mamotivasi rakyatnya untuk mengembangkan kehidupan rohani;
bahkan setiap kali pelantikan raja selalu berlangsunng di dalam geraja ini. Hal ini
menunjukan hubungan erat dan kerjasama yang beik antara pihak pemerintah dan
pihak gereja katolik pada masa ini.
Bangunan gereja tua sikka ini memiliki beberapa kekhasan yang menarik, antara lain
bentuk dan corak bangunannya yang bergaya arsitektur tradisional eropa dari abad
XVIII-XIX. Kedua, dinding dinding tembok bagian dalam di tata dengan lukisan
motif2 tenun ikat sikka yang sangat terkenal dipandang mata. Pada usianya yang
sudah lebih dari 100 Tahun, gereja tua sikka ini masih berdiri kokoh dan megah di
pantai sikka nan indah.
Selain gereja tua, warga kampung sikka juga memiliki beberapa pertunjukan seni
budaya yang dapat disuguhkan ke para pengunjung atau wisatawan antara lain
TARIAN BOBU yakni sebuah tarian peninggalan portugis yang biasanya
dipertunjukan pada hari raya natal dan tahun baru. Di samping itu, Pengunjung juga
dapat menyaksikan peroses tenun ikat teradisonal mulai dari awal hingga menjadi
sebuah lembar sarung dengan motif-motifnya indah dan menarik.
14. Gua Maria Kesokoja
Berlokasi di Desa Kesokoja Kecamatan Palue (Gua Maria dalam wilayah
penyulingan uap panas bumi Nuakaju).
15. Gua Maria Krokowolon
Berlokasi di Desa Waiara Kecamatan Kewapante (Gua Maria dan panorama pantai
yang indah dan menarik).
16. Tenun, tarian dan Nyanyian.
Kabupaten Sikka merupakan salah satu bagian dari kota-kota di Pulau Flores yang
sangat menjunjung tinggi nilai religius dan adat warisan budaya. Adanya tantangan
yang mempengaruhi negatif dari nilai budaya eksternal di kalangan masyarakat,
sehingga menimbulkan dampak negatif bagi nilai moral dan etika yang telah tumbuh
dimana relasi sosial yang dibangun atas prinsip kekerabatan cenderung terdegradasi
oleh sistem nilai budaya luar yang bertentangan dengan nilai kekeluargaan yang
telah turun-temurun dianut oleh masyarakat Kabupaten Sikka. Adat budaya yang
dimiliki oleh masyarakat Sikka yang memiliki potensi atau nilai lebih yang dapat
dimanfaatkan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan pembangunan melalui sektor
pariwisata. Adat budaya tersebut adalah berupa wujud kesenian tenun ikat, tari-
tarian dan nyanyian lokal.
Kegiatan menenun di Kabupaten Sikka masih terpelihara hingga saat ini. Hasil
tenunan Sikka kaya akan motif. Motif-motif tersebut ditenun dalam pola-pola besar
dan pola-pola kecil yang mempunyai arti dan nama tersendiri. Khusus untuk lipa,
tenun pria Krowe Sikka lebih banyak dipengaruhi oleh seni sulam dan seni ikat. Motif
tenun Krowe Sikka mengutamakan gambar-gambar yang kontras tajam ditunjukkan
dalam gambar yang lebih besar. Ada banyak sekali jenis tenun ikat dengan namanya
masing-masing, tetapi yang terkenal ialah Sarong Moko yang dipakai oleh Ibu Padi
(Ine Pare) dalam legenda asal-usul padi.
Masyarakat di Krowe Sikka juga mengenal tari-tarian dan nyanyian lokal yang
umumnya dilakukan untuk mengiringi acara ritual seperti kehidupan, kelahiran,
perkawinan, kematian, dan juga acara membuka kebun, mencangkul, menanam dan
memanen. Menurut catatan kepariwisataan Propinsi Nusa Tenggara Timur yang
masih terlihat sampai sekarang antara lain (1) ledek (sebelum perang); (2) babing
(menerima pahlawan); (3) togo gong ge (cukur ranbut dan pesta kawin); (4) leke
(tarian menerima tamu); (5) lodong me (tarian sunatan); (6) begong (tarian adat); (7)
hele lorak (sebelum turun ke kebun); (8) pahe (menanam); (9) ai nggaja
(kemenangan perang); (10) reko roa (gotong royong); (11) gari (tarian adat); (12) toja
ngalusan (pembuatan rumah baru). Tari-tarian itu diiringi lagu-lagu daerah, gong,
gendang, dan suling sebagai alat-alat musik tradisional di samping sejenis silafon
yang terbuat dari kepingan kayu.
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2015
No Kecamatan Penduduk Luas (Km2) Kepadatan
1 Paga 15.993 82,85 193,04
2 Mego 8942 111,26 80,37
3 Tanawawo 12.339 79,78 154,66
4 Lela 12.338 31,33 393,81
5 Bola 11.618 56,83 204,43
6 Doreng 11.892 30,41 391,06
7 Mapitara 6900 81,02 85,16
8 Talibura 20.977 260,11 80,65
9 Waiblama 7223 144,36 50,03
10 Waigete 22.766 217,65 104,60
11 Kewapante 12.788 24,14 529,74
12 Hewokloang 8602 17,58 489,31
13 Kangae 16.837 38,43 438,12
14 Nelle 6245 14,65 426,28
15 Kotimg 6651 23,56 282,30
16 Palue 10.001 41 243,93
17 Nita 21.863 141,07 154,98
18 Magepanda 12.115 166,15 72,92
19 Alok 34.030 14,64 2324,45
20 Alok Barat 17.239 62,75 274,73
21 Alok Timur 33.151 92,34 359,01
Total 311.411 1.731,91 179,81
Sumber: Kabupaten Sikka Dalam Angka Tahun 2015
Berdasarkan hasil proyeksi pemduduk, jumlah penduduk Kabupaten Sikka adalah 311.411
jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 1.731,91 km2 sebenarnya dapat dikatakan distribusi
penduduk di Kabupaten Sikka belum merata. Jika dilihat kepadatan penduduk yang ada di
Tabel 3.1 terlihat bahwa kepadatan tertinggi ada pada kecamatan Alok yaitu sekitar 2324
jiwa perkilometer persegi padahal luas wilayahnya hanya sekitar 0,84 persen saja dari luas
Sikka secara keseluruhan. Kecamatan Talibura yang mempunyai wilayah paling luas tingkat
kepadatan penduduknya hanya sekitar 81 jiwa perkilometer persegi. Kepadatan penduduk
yang begitu tinggi di Kecamatan Alok sebenarnya bisa dimaklumi karena Kecamatan Alok
merupakan ibukota Kabupaten Sikka dimana hampir seluruh kegiatan ekonomi dan
pemerintahan terpusat di sini.
2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jika dilihat dari rasio jenis kelamin, maka untuk semua kecamatan mempunyai rasio jenis
kelamin kurang dari 100. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih besar
jumlahnya dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Hal ini secara tidak langsung
menunjukkan bahwa harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan lakilaki.
Penduduk miskin di Kabupaten Sikka di tahun 2015 berdasarkan data BPS tahun 2016
mencapai 157.220 jiwa atau 31.444 rumah tangga atau 50% terhadap keseluruhan jumlah
penduduk di Kabupaten Sikka. Data Penduduk miskin tersaji dalam tabel berikut :
Penduduk Ekisting Kabupaten sikka Tahun 2015 berjumlah 311.411 jiwa dan
diproyeksikan hingga tahun 2020 menjadi 321.984 jiwa, dengan rata-rata pertumbuhan
0.67% per tahun
Tabel 2.5 Proyeksi Penduduk Kabupaten sikka tahun 2016-2020 menurut Kecamatan
pertumbuhan penduduk
No Kecamatan
2015 (eksisting) 2016 2017 2018 2019 2020
1 Paga 15.993 16.100 16.208 16.317 16.426 16.536
2 Mego 8942 9.002 9.062 9.123 9.184 9.246
3 Tanawawo 12.339 12.422 12.505 12.589 12.673 12.758
4 Lela 12.338 12.421 12.504 12.588 12.672 12.757
5 Bola 11.618 11.696 11.774 11.853 11.933 12.012
6 Doreng 11.892 11.972 12.052 12.133 12.214 12.296
7 Mapitara 6900 6.946 6.993 7.040 7.087 7.134
8 Talibura 20.977 21.118 21.259 21.401 21.545 21.689
9 Waiblama 7223 7.271 7.320 7.369 7.419 7.468
10 Waigete 22.766 22.919 23.072 23.227 23.382 23.539
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten sikka tahun 2012 berdasarkan harga
konstan 2010 adalah Rp 2.306.318.000.000,- dan tahun 2014 meningkat menjadi Rp.
2.601.432.000.000,- atau meningkat 12,79%. Komposisi PDRB terbesar adalah sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan sedangkan terkecil adalah sektor listruk dan gas.
Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten sikka atas Dasar Harga yang
Berlaku Tahun 2012 sebesar Rp. 2.710.099.300.000,- .dan di tahun 2014 meningkat menjadi
RP. 3.283.383.500.000 atau mengalami kenaikan 21.15%. PDRB terbesar adalah pertanian,
kehutanan dan perikanan dan terendah adalah listrik dan gas. Untuk lebih jelasnya mengenai
komposisi PDRB dapat dilihat pada tabel-tabel berikut in
Tabel 2.6. PDRB & Distribusi Persentase PDRB Kabupaten sika Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2012-2014
PDRB (Rp.Juta)
LAPANGAN USAHA
2012 2013 2014
1. Pertanian 1.005.915,80 1.075.530,60 1.184.671,00
2. Pertambangan & Penggalian 36.066,50 41.829,10 51.033,30
Laju pertumbuhan produk domestik regional bruto Kabupaten Sikka atas dasar harga
konstan tahun 2010 menurut lapangan usaha dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Pertumbuhan PDRB mengalami kenaikan meski tidak signifikan, hal ini mengindikasikan
pertumbuhan ekonomi yang bertambah pada tahun 2014 dibanding tahun sebelumnya.
Selanjutmya PDRB per kapita Kabupaten sikka tahun 2012-2015 meningkat setiap tahun.
Tahun 2012 sebesar 32,4 juta meningkat menjadi 35,47 juta tahun 2013, kemudian menjadi
38,82 juta dan 42,52 juta di tahun 2015. Kondisi PDRB per kapita tersaji pada gambar
berikut :
2650 2601.4
2600
2550
2491.3
2500
2450 2395.4
2400
2350
2300
2250
2012 2013 2014
Topografi Kabupaten Sikka sebagian besar berbukit, bergunung dan berlembah. Memikiki
lereng-lereng yang curam yang umumnya terletak di daerah pantai. Keadaan tersebut di atas
dapat dirinci:
Topografi dengan ketinggian 0-25 m dpl, yaitu dengan luas 29.863 ha atau sekitar
17,24% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, meliputi daerah pesisir pantai utara
(sebagian besar) dan daerah pesisir pantai selatan serta daerah pesisir pantai pulau-
pulau kecil lainnya. Topografi ini berupa permukaan tanah datar sampai landai, Sangat
rawan terhadap pencemaran yang langsung berhubungan dengan air tanah yang cukup.
Topografi dengan ketinggian 25-100 m dpl, yaitu dengan luas 20.843 ha atau sekitar
12,03% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, merupakan wilayah lanjutan daerah
pesisir yang sebagian besar juga terdapat di bagian utara wilayah Kabupaten Sikka dan
sebagian kecilnya di bagian selatan dan pulau-pulau kecil lainnya.
Topografi dengan ketinggian 100-500 m dpl, yaitu seluas 48.171 ha atau sekitar 27,81%
dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, merupakan wilayah lereng atau kaki gunung dan
perbukitan yang juga merupakan daerah peralihan dari dataran rendah ke dataran tinggi
atau pegunungan.
Topografi dengan ketinggian 500-1000 m dpl, yaitu seluas 70.216 ha atau sekitar
40,54% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, yang merupakan daerah pegunungan.
Topografi dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl, yaitu seluas 4.098 ha atau sekitar
2,37% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, yang merupakan daerah pegunungan
atau dataran tinggi dan hanya terdapat di beberapa kecamatan saja. Untuk jelasnya,
lihat Gambar I -3 (Peta Garis Kontur), Gambar I – 4 (Peta Ketinggian Tempat ) dan
Gambar I – 5 (Peta Kelerengan) .
• Air Hujan
Kondisi iklim wilayah Kabupaten Sikka dan Nusa Tenggara Timur, umumnya sangat
menentukan besarnya potensi air hujan. Iklim di Kabupaten Sikka adalah iklim kering yang
dipengaruhi oleh angin Muson, dengan musim hujan yang pendek, yang jatuh pada sekitar
bulan Nopember hingga bulan Mei. Wilayah Kabupaten Sikka mempunyai curah hujan rata-
rata sebesar 1000-1500 mm/tahun
Konservasi sumber air tanah perlu dilakukan di daerah Kabupaten Sikka, guna menjaga
sumber air tetap lestari, dapat dilakukan reboisasi di daerah-daerah tandus. Pemanfaatan air
tanah secara maksimal perlu dilakukan untuk mencukupi daerah-daerah yang rawan air,
Sumber mata air yang ada pada umumnya berasal dari daerah perbukitan dengan debit air
menurun pada musim kemarau, sehingga kebutuhan air pada musim kemarau merupakan
kendala di wilayah ini. Secara umum di Kabupaten Sikka, terdapat beberapa daerah yang
memungkinkan pemanfaatan sumber air tanahnya. Daerah-daerah yang paling
memungkinkan adalah Kecamatan Talibura, Waigete, Nita dan sebagian kecil Kecamatan
Bola dan Kecamatan Lela.
• Air Permukaan
Potensi air permukaan dapat diketahui dari sumber air yang berasal dari sungai, danau, rawa
dan air genangan. Di Kabupaten Sikka, potensi air permukaan sebagian besar berasal dari
sungai-sungai yang berada di daerah tersebut dalam skala sedang dan kecil.
Kecenderungan iklim yang relatif kering dan musim hujan yang berlangsung hanya 3-4 bulan
dalam setahun menyebabkan sungai-sungai tersebut juga banyak yang kering terutama
pada musim kemarau.
Pola aliran sungai di wilayah ini pada umumnya adalah dendritik, yaitu aliran sungai yang
membentuk cabang pohon, berair pada musim hujan dan kering/berkurang debitnya pada
musim kemarau. Kabupaten Sikka termasuk daerah yang potensial memiliki sumber daya air.
Diketahui dari banyaknya sungai yang mengalir pada musim penghujan, baik sungai yang
besar maupun yang kecil. Kondisi ini sesuai untuk pengembangan persawahan dengan jalan
pembuatan bendung-bendung dan saluran irigasi untuk mencukupi kebutuhan air pada areal
persawahan khususnya. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah sungai yang mengalir di
wilayah ini hampir terdapat di semua kecamatan, tetapi kecenderungan hanya mengalir pada
musim hujan. Guna memenuhi kebutuhan air untuk konsumsi keluarga di wilayah ini
menggunakan air dari PDAM dan pembuatan sumur dan mengambil dari sumber mata air
Untuk mengetahui gambaran kondisi tata air di Kabupaten Sikka, dapat dilihat pada Gambar
I – 10 dan I – 11 ( Peta Jaringan Sungai dan Sumber Daya Air).
a. Musim
Di Kabupaten sikka, sebagaimana daerah lainnya di NTT khususnya daratan Timor dikenal
hanya dua musim saja yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni sampai
dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air
sehingga terjadi musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember – Maret arus angin yang
datang dari benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi
musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari
permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2015 rata-rata suhu udara minimum di
Kabupaten sikka adalah 22,8°C – 29,8°C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan
Nopember (34,8°C) dan suhu udara minimum terjadi pada bulan Agustus (20,5oC). Di tahun
yang sama, Kelembaban tertinggi pada bulan Januari dan Maret (89%) dan terendah pada
bulan September (67%) dengan kelembaban udara tahunan rata-rata 77,67 %.
c. Curah Hujan, Hari Hujan
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi
dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan jadi beragam
menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan selama tahun 2015
tertinggi adalah pada bulan Januari (469,7 mm) dan terendah ( 0 mm) adalah bulan Agustus,
september, Oktober.
Hari Hujan tertinggi pada bulan Januari (25 hari) dan selama empat bulan dalam tahun 2015
hujan tidak pernah turun yakni pada bulan Juni, Agustus September dan Oktober.
Berikut ini tabel-tabel menyajikan jumlah curah hujan dan hari hujan, kelembaban udara,
tekanan dan kecepatan angin serta temperatur di Kabupaten sikka tahun 2011-2012.
Tabel 2.7. Rata-rata Temperatur Udara, Kelembaban, Curah hujan, Hari Hujan Kabupaten sika Menurut Bulan
Tahun 2014
Temperatur (C ͦ) Curah
Hari
Kelembababan Hujan
No Bulan Hujan
Minimum Maximum (mm)
(hari)
1 Januari 24,2 30,5 87 469,7 26
2 Februari 23,6 31,0 87 208,1 24
3 Maret 23,6 31,2 89 332,9 14
4 April 23,6 33,1 81 72,9 8
5 Mei 22,5 32,2 77 9,8 4
6 Juni 22,7 31,6 75 0,0 0
7 Juli 21,6 31,4 71 3,2 2
8 Agustus 20,5 32,0 70 0,0 0
9 September 21,1 33,2 67 0,0 0
10 Oktober 21,2 33,7 70 0,0 0
11 November 24,0 34,8 76 7,1 2
12 Desember 24,8 32,0 82 186,5 23
Bencana secara umum merupakan kejadian diluar kondisi normal atau rangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam, manusia, dan keduanya yang menyebabkan korban jiwa, kerugian harta
benda, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum, yang menimbulkan gangguan tata
kehidupan manusia (UU No.24, 2007). Upaya untuk melindungi dan menyelamatkan manusia dari
ancaman bencana dapat dilakukan dengan suatu tindakan dalam mengatasi bencana baik pra
bencana, saat terjadi bencana dan pasca bencana sebagai upaya mengurangi dampak negatif dari
bencana yang diperkirakan akan terjadi. Salah satu jenis bencana dari 3 (tiga) jenis bencana yang
ada adalah bencana alam (natural disaster).
Kabupaten Sikka merupakan wilayah yang rentan/ beresiko terjasi bencana karena
kabupaten ini merupakan bagian dari wilayah Provinsi NTT yang berada pada wilayah rawan
bencana di Indonesia. Ancaman alam (natural hazards), diakibatkan oleh Provinsi NTT yang
termasuk dalam Negara Indonesia terletak diantara tiga pertemuaan lempeng tektonik yang sangat
aktif (triple junction plate convergence). Pertemuan lempeng ini berupa lempeng Benua Eurasia,
Samudra Pasifik dan Samudra Indo-Australia. Pergerakan lempeng-lempeng pada kerak bumi yang
berbeda arah dan jenis ini, mengakibatkan sangat rawan terkena dampak bencana geologi pada
wilayah kepulauan dan pesisir. Tsunami yang sering terjadi di sekitar wilayah NTT bagian utara,
diakibatkan oleh aktivitas lempeng Eurasia yang berada pada bagian utara Pulau Flores yang
dinamakan Patahan Pulau Flores (Flores Fault). Patahan ini merupakan sesar Busur Muka dan
Sesar Sungkup (Busur Belakang) di bagian utara Pulau Flores. Sesar Busur Belakang ini yang sering
menyebabkan gempa dangkal. Beberapa kejadian tsunami yang pernah terjadi akibat sesar busur
belakang yang diketahui seperti tsunami di Kabupaten Sikka tahun 1992.
Wilayah ini juga berada pada Ring Of Fire (jalur lintasan gunung berapi di Indonesia).
Kondisi diatas mengakibatkan Kabupaten Sikka juga termasuk wilayah rawan bencana geologi
(gempa tektonik & vulkanik, tsunami, banjir, longsor dan letusan gunung berapi).
Bencana Gunung Kawasan Gunung Egon, Gunung Kawasan Gunung Egon, Gunung
5
Berapi Rokotenda Rokotenda
Isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten sikka
meliputi :
Urbanisasi penduduk
Desentralisasi
Pencemaran lingkungan dan perubahan iklim
Strandar Pelayanan Minimal
Sebagai Pusat Kegiatan Nasional
Masuk Wilayah Pengembangan Strategis
Masih rendahnya akses Air Minum Layak
Masih Rendahnya Akses Sanitasi Layak
Luas Kawasan Kumuh 22,98 Ha sesuai SK Bupati Sikka Tahun 2014