Disusun oleh :
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka kami merumuskan masalah
dalam bebrapa pertanyaan:
1. Apa dan bagaimana analisis program kerja itu?
2. Bagaimana analisis program kerja RSUD Prof. Dr. margono Soekarjo?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Program Kerja
Dalam menjalankan roda organisasi, pengurus atau fungsionaris seringkali terjebak dalam
paradigma, bahwa yang membuat perencanaan program kerja organisasi adalah pimpinan
organisasi. Jika hal ini yang terjadi maka analisis terhadap kondisi organisasi tidaklah
menyeluruh dan dapat membuat perencanaan program kerja organisasi tidak menjawab
kebutuhan organisasi.
Dalam membuat perencanaan program kerja organisasi, seluruh pelaku organiasi haruslah
terlibat secara aktif. Dari membuat analisa kondisi dan sumber daya organisasi hingga pada
penetapan program yang tepat bagi organisasi pada satu periodesasi kepemimpinan. Dengan
melakukan analisis kebutuhan dan penyusunan program secara bersama-sama, maka pada saat
pelaksanaan (actuating) program tersebut, kendala dari internal organisasi dapat diminimalisir.
Selain itu, seluruh pelaku organisasi akan mampu mengeksekusi program tersebut dengan baik,
dikarenakan merekalah yang merencanakan dan memahami secara benar indikator dari
keberhasilan program tersebut.
Jika organisasi yang anda miliki sangat besar atau memiliki jumlah anggota yang banyak,
maka keterlibatan orang dalam melakukan perencanaan program juga haruslah dibatasi. Hal ini
membantu agar dalam perencanaan program tidak memakan waktu yang panjang dalam
mengambil keputusan untuk merumuskan dan menetapkan rencanan program kerja.
Dalam bagan diatas, tampak bahwa dalam organisasi yang besar, anggota dilibatkan
dalam perencanaan program sebagai bagian dalam melakukan aktivitas analisis kebutuhan
organisasi. Anggota haruslah mengetahui sumber daya dan kebutuhan organisasi sehingga dapat
digunakan dalam perumusan rencana program. Setelah melakukan analisis kebutuhan, maka
perumusan rencana program yang tepat dapat diputuskan pada tingkatan pimpinan organisasi.
Pimpinan yang menggunakan seluruh hasil analisa sebagai dasar pengambilan keputusan rencana
program yang tepat dalam menjawab kebutuhan organisasi. Dengan begitu perencanaan program
kerja organisasi akan lebih efektif, dan tetap melibatkan seluruh anggota organisasi.
2. Menjawab kebutuhan organisasi. Dengan memiliki program kerja yang efektif, maka
organisasi telah menemukan semacam metode yang tepat dalam menjawab kebutuhan
organisasi. Kebutuhan organisasi yang dimaksud adalah kebutuhan dalam menjawab
persoalan organisasi secara internal maupun eksternal dan kebutuhan organisasi dalam
menciptakan strategi yang tepat bagi organisasi kedepannya.
3. Bekerja secara sistematis. Program kerja organisasi dapat membantu setiap anggota
organisasi untuk bekerja secara sistematis dan terstruktur dalam mencapai tujuan
organisasi. Seluruh anggota akan terlibat secara aktif dan terstruktur dalam meningkatkan
kinerja untuk menjawab tujuan program.
Setiap anggota organisasi terutama pengurus atau fungsionaris akan memiliki semangat
kebersamaan dalam melaksanakan aktivitas organisasi. Karena ada perasaan bersama
dalam menganalisis dan merencanakan program tersebut. Dengan demikian program
tersebut menjadi program bersama dan bukan hanya pimpinan.
Setiap anggota organisasi akan memiliki tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan
capaian dari program kerja. Karena dengan melaksanakan tanggung jawab tersebut, maka
capaian dari visi organisasi juga akan terwujud.
Pihak yang berada diluar organisasi akan melihat adanya kesatuan kerja dan perilaku
yang positif dari organisasi terhadap lingkungan sekitar.
Rencana Pendaftaran
Evaluasi
Penelitian +Administrasi
Presentasi
Perijinan
Penelitian
c. Perpustakaan
Program kerja perpustakaan melayani Akses ruangan perpustakaan terkait
koleksi buku, jurnal dan majalah milik margono/ Peminjaman dapat dilakukan bagi
setiap orang yang sudah terdaftar sebagai anggota dan membayar iuran. Kondisi
perpustakaan cukup baik dan koleksi yang lengkap, dirasa ukup memadai untuk
menunjang kegitan pendidikan di wilayah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.
2. Seksi Pelatihan
a. Pelatihan Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK)
Kepmenkes RI no.725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan yang menetapkan bahwa salah satu
komponen akreditasi pelatihan adalah komponen pelatih. Program pelatihan ini
melatih orang-orang yang akan dipersiapkan menjadi pelatih program kesehatan
yang tersertifikasi. Pelatih berskala nasional dengan sertifikasi lengkap unutk
mengisi acara ini.
b. Informasi tentang pelaksanaan pelatihan khusus
1) Technical Assistance
Mahasiswa yang akan praktek di RSMS harus melalui rangkaian
kegiatan Technical terlebih dahulu. Tujuan diadakannya kegiatan
Technical Assistance adalah untuk pengenalan tentang RSMS dan
berbagai pelayanannya dan tujuan paling utama tentunya adalah untuk
pembekalan 5 kemampuan dasar yang harus dikuasai sebagai. Dengan
diadakannya pembekalan tersebut, para mahasiwa praktek dapat
meningkatkan kesalamatan bagi pasien dan dirinya sendiri. Materi 5
kemampuan dasar yaitu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI),
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)/ Patient Safety, Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran dan Bencana (K3), dan Basic Life Support
(BLS)/ Bantuan Hidup Dasar (BHD) serta Customer Service. Dengan
diadakannya Technical Assistance secara rutin diharapkan RSMS bisa
berbagi pengetahuan dengan mahasiswa.
2) Pelatihan penguatan komunikasi & hubungan kerja dokter-perawat
Banyak keluhan masyarakat akan pelayanan kesehatan dengan
latar belakang komunikasi. Permasalahan kecil dalam pelayanan di rumah
sakit bisa mencuat karena interaksi dan komunikasi petugas kesehatan dan
pasien yang tidak efektif. Situasi ini perlu dikelola dengan meningkatkan
ketrampilan tenaga kesehatan dalam mengaplikasikan komunikasi
profesional, bukan sekedar komunikasi interpersonal dengan pasien dan
keluarganya.
Komunikasi terapiutik, merupakan modal dasar Perawat dalam
melaksanakan tugas pelayanan pasien sejak mengkaji riwayat keluhan
pasien, keadaan klinis pasien, merencanakan asuhan sampai pemberian
tidakan keperawatan. Bahkan melalui komunikasi terapiutik, pasien akan
bersedia diberikan tindakan apa saja yang di minta perawatnya untuk
kebutuhan perawatan pasien, bahkan sampai melakukan tindakan yang
paling privasi, tentunya dengan tetap menjaga kerahasiaan secara
profesional. Interaksi ini akan sangat menguntungkan pasien dan perawat,
kondisi ini jelas membutuhkan kemampuan perawat dalam berkomunikasi
secara terapiutik yang efektif.
Perasaan sikap, emosi, sentuhan, ekspresi pasien akan dapat
dikelola dengan baik oleh perawat yang terampil dalam berkomunikasi
terapiutik. Bahkan rasa marah, takut, rasa sakit pasien akan bisa di
kendalikan oleh perawat. Komunikasi terapiutik merupakan tindakan
keperawatan yang mengutamakan keselamatan pasien dan upaya
meningkatkan kualitas hubungan perawat-pasien. Selain materi
komunikasi yang disampaikan dalam pelatihan tersebut, simulasi dan
latihan prosedur tahapan komunikasi dilaksanakan untuk semakin melatih
kemampuan peserta. Setelah pelatihan, sebagai aplikasi pendampingan
pasca diklat akan di selenggarakan pendampingan dan coaching terhadap
peserta di setiap unit kerja secara periodik. Melalui pendampingan dan
coaching ini diharapkan akan semakin meningkatkan perawat
melaksanakan komunikasi terapiutik di tataran klinik.
3) Pelatihan sistem pengendalian kebakaran di kamar operasi
Rumah sakit harus selalu siap dan mengantisipasi adanya segala
risiko bencana. Upaya kesiapsiagaan terhadap bencana dilakukan melalui
Kegiatan Pelatihan dan Simulasi bagi karyawan. Demikian juga
kelengkapan fasilitas yang aman, berfungsi dan suportif bagi pasien,
keluarga, karyawan dan pengunjung. Pemenuhan fasilitas sarana dan
prasarana fisik, medis dan peralatan serta peralatan proteksi diri serta
pemeliharaan peralatan dikelola secara efektif guna mengurangi risiko dan
mencegah kecelakaan.
Salah satu risiko bencana yang mungkin terjadi adalah kebakaran.
Implementasi standar akreditasi tentang kesehatan kerja, kebakaran dan
kewaspadaan bencana (K3 RS) di RSMS memastikan seluruh personil
yang ada di rumah sakit aman dari kebakaran, asap dan kedaruratan lain.
Petugas rumah sakit selalu di latih sehingga cakap dalam memberikan
pertolongan pertama pada saat terjadi kebakaran. Pelatihan Pencegahan
dan Pengendalian Kebakaran secara rutin di menjadi kegiatan tahunan
dengan bekerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten
Banyumas dan mengikutsertakan lebih dari 150 orang karyawan setiap
unit kerja. Melalui pelatihan ini di harapkan setiap karyawan akan mampu
berpikir kritis mendeteksi risiko kebakaran, mampu menghadapi dan
berkontribusi positif dalam keadaan kedaruratan kebakaran, mampu
memahami alur evakuasi pasien yang aman, mampu menggunakan
peralatan pemadaman sederhana (metode tradisonal, APAR dan
Pemadaman Hydran).
Perencanaan program merupaakn penjabaran dari rencana strategis dan visi misisetiap
organisasi yang sangat penting bagi perkembangan organisasi. Perencanaan program menjadi hal
utama untuk mensuskseskan hal tersebut, sehingga organisasi sudah yakin dengan
keberlangsungan dan aktivitasnya dimasa periodesasi tertentu. Program Kerja yang sitematis dan
terinci serta terlaksana dengan baik akan menunjang kelangsugan suatu organisasi di masa yang
akan datang. Setiap Program kerja seharusnya menyesuaikan dengan kebutuhan Organisasi
tersebut. RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo telah berusaha dengan baik dalam melakukan
penyusunan, perenacananan, pelaksanaan dan evaluasi program kerjanya, dan layak menjadi
penutan bagi Rumah sakit lainnya