PTPN 7 BEKRI
(Bahaya Potensial Fisika)
Oleh
Kelompok : 5 (Lima)
1. Achmad Agus Purwanto 1418011001
2. Ajeng Fitria Ningrum 1418011010
3. Arba Indra Putra 1418011027
4. Eva Aprilia 1418011075
5. Fitri Syifa Nabila 1418011089
6. Heidy Putri Gumandang 1418011099
7. Irvan Miftahul Arif 1418011109
8. Ranti Ayu Puspita S 1418011174
9. Redi Bintang Pratama 1418011176
10. Renti Kusumaningrum S 1418011181
11. Rizky Arif Prasetyo 1418011190
12. Rosy Osiana 1418011192
13. Sekar Ronna F 1418011199
14. Zafira Uswatun H 1418011228
Pembimbing
dr. Dwita Oktaria, M.Pd.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Anggota:
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi ridho dan
Oktaria,M.Pd.Ked, serta semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan praktik belajar
lapangan khususnya PTPN 7 Bekri yang bersedia memberikan izin bagi kami untuk
melakukan kunjungan, serta semua yang berperan dalam pembuatan laporan kunjungan
ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis. Dan kami berharap,
Wassalammualaikum wr.wb.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ 2
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... 6
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... 7
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 8
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 8
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 10
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 10
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 12
2.1 Plant Survey ..................................................................................................... 12
2.2 Pabrik ............................................................................................................... 12
2.3 Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO ......................................................... 13
2.4 Bahaya Potensial Pekerja Pabrik Sawit ........................................................... 17
2.5 Bahaya Potensial Kebisingan ........................................................................... 18
2.6 Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Pabrik ............................................. 19
2.7 Penyakit pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit .................................................... 22
HASIL OBSERVASI.................................................................................................... 23
3.1 Profil Perusahaan ............................................................................................. 23
3.2 Hasil Observasi ................................................................................................ 24
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 30
4.1 Kebisingan ...................................................................................................... 30
4.2 Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) .............................................................. 32
4.2.1 Klasifikasi ................................................................................................. 33
4.2.2 Patofisiologi .............................................................................................. 33
4.3 Alat Pelindung Diri untuk Kebisingan............................................................. 35
PENUTUP ..................................................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 37
5.2 Saran ................................................................................................................ 38
5.3 Rekomendasi .................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 41
DAFTAR GAMBAR
halaman
Halaman
Tabel 1. Tingkat Kebisingan .......................................................................................... 19
umum bergerak di tiga belas sektor usaha dengan total lebih dari 100
Pelaku usaha BUMN yang ikut ambil bagian dalam hal menjalankan usaha
agrobisnis perkebunan dengan komoditas karet, teh, tebu, dan kelapa sawit
PT. (Persero) Perkebunan Nusantara VII Bandar Lampung atau dikenal sebagai
PTPN VII merupakan sebuah BUMN yang bergerak di bidang perkebunan karet,
kelapa sawit, tebu, dan teh, yang diantaranya memperoduksi gula pasir yang
disesuaikan dengan permintaan dari para konsumen. PTPN VII tidak hanya
nasional (PTPN VII. 2006). Salah satu unit usaha PTPN VII yang telah dipilih
menjadi lokasi penelitian adalah PTPN VII Unit Usaha Bekri. Hasil panen
PTPN VII Unit Usaha Bekri adalah berupa Tandan Buah Segar (TBS) kelapa
golongan fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis. Bising, yang
(PTPN, 2006).
Kebisingan merupakan suatu bentuk energi yang bila tidak disalurkan pada
waktu hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari oleh
masyarakat pekerja. Maka dari itu, penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
1.2 Tujuan
ditemukan.
1.3 Manfaat
Plant survey adalah salah satu cara awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi
secara langsung ke lapangan atau tempat kerja. Apabila hal ini dilakukan
hanya pada satu kali kunjungan dan tidak melakukan pengukuran, juga sering di
2.2 Pabrik
Tujuan dari pendirian pabrik adalah untuk bisa mendapatkan nilai tambah,
biasanya nilai tambah tersebut secara ekonomi yaitu mengolah bahan baku
menjadi produk baru yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi (KBBI).
Dalam mendirikan suatu pabrik ada tiga hal yang harus diputuskan yaitu skala
operasi dan pemasaran, teknologi atau teknik produksi yang akan digunakan dan
reaksi kimia dalam perubahan bahan baku menjadi produk yaitu pabrik perakitan
dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pabrik rakitan bukan
ataupun serangkaian reaksi kimia untuk mengubah bahan baku menjadi produk.
Pabrik sawit termasuk kedalam kelompok pabrik kimia, karena perubahan bahan
baku kelapa sawit menjadi produk minyak kelapa sawit. Setiap pabrik menjual
produk kelapa sawit dalam bentuk olahan yaitu minyak sawit mentah atau Crude
Palm Oil (CPO) dan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) (Chaiyadi
Pengolahan buah kelapa sawit diawali dengan proses pemanenan buah kelapa
sawit. Tandan buah segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi
loading ramp, tandan buah segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada
jembatan penimbangan. Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang
diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah yang diolah dalam pabrik.
1. Perebusan
TBS yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori rebusan yang
sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan
antara 2.2 3,0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimasudkan untuk mematikan
air dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan
menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280-290 kg/ton TBS. Dengan
proses ini dapat dihasilkan kondesat yang mengandung 0,5 minyak ikutan
pada temperatur tinggi, kondesat ini kemudian dimasukkan kedalam fat pit.
Pada tahap ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan
hal ini disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini
maka dipakai sistem double threshing. Sistem ini bekerja dengan cara
janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari
Brondolan buah segar yang dibawa oleh fruit conveyor dimasukkan kedalam
buah terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan ini digunakan uap air yang
temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80-90oC . Setelah massa buah
pengepresan agar minyak keluar dari biji. Untuk proses pengepresan ini
Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.
Sebelum minyak kasar ditampung pada crude oil tank, harus dilakukan
Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa jenis ringan ditampung
fase berat terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam sludge
minyak
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan kedalam oil purifier untuk
dialirkan kedalam vacuum drier untuk memisahkan air sampai pada batas
45-55 C. Hal ini bertujuan agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin
Berbagai macam bahaya potensial pada industri minyak kelapa sawit adalah
sebagai berikut :
1. Sterilisasi
menggunakan uap air jenuh. Proses perebusan ini menggunakan suhu >120o
C. Potensi bahaya kesehatan pada area ini adalah luka bakar jika bersentuhan
dengan mesin, gangguan kesehatan karena efek panas seperti heat rash, heat
2. Mesin Bantingan
Potensi bahaya kesehatan kerja yang dapat terjadi adalah luka bakar akibat
3. Pengepresan
Ketel uap merupakan salah satu jenis bejana bertekanan. Stasiun ketel uap
kesehatan pekerja pada ketel uap adalah penyakit akibat paparan panas
seperti heat rash dan heat cramps, gangguan pendengaran akibat paparan
Selain bahaya potensial yang ditimbulkan pada tiap proses dalam pabrik kelapa
dengan faktor fisik, seperti panas yang sudah dijelaskan diatas dan juga
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
terpapar. Dari segi kualitas, bunyi dapat dibedakan menjadi dua yaitu frekuensi
yang dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik (hertz) yaitu jumlah getaran
dalam satu detik yang sampai ketelinga dan intensitas atau arus energi yang
dinyatakan dalam desibel (DB) yaitu perbandingan antara kekuatan dasar bunyi
dengan frekuensi yang dapat diterima oleh telinga normal (Dedy et.al 2013).
sejumlah bunyi dan dinyatakan secara logarik. Alat yang digunakan untuk
mengukur intensitas kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM). SLM ini
mengukur perbedaan tekanan yang hasil keluaran dari alat ini adalah dalam
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di
cukup tinggi. Mesin mesin ini tersebar pada stasiun kerja yang saling terkait
secara administratif dengan cara mengatur pola kerja. Upaya terakhir dengan
penyumbatan telinga (ear plug) dan pelindung telinga (ear muff). (Jasmareni
et.al 2015)
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh pekerja pabrik kelapa sawit
1. Helm
Helm berperan untuk melindungi kepala dari semua jenis bentrokan yang
Kaca mata berperan untuk melindungi mata dari serpihan benda-benda kecil
seperti abu, bunga kelapa sawit, bahan kimia, dan serpihan potongan benda
lain.
Gambar 3. Googles
3. Ear plug/Ear Muff
5. Sarung tangan
Safety shoes berperan untuk melindungi bagian kaki dari duri, terjepit,
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi karena pajanan beberapa
faktor yaitu :
2. Kimia ( bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja maupun yang
terdapat dalam lingkungan kerja dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan)
1. Gangguan pendengaran
2. Gangguan pernafasan
3. Gangguan kulit
4. Gangguan psikologi
BAB III
HASIL OBSERVASI
Bengkulu sesuai dengan akta Notaris Harun Kamil, SH, No. 40 tanggal 11
Maret 1996 dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik
Agustus 1996 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 80 tanggal 4 Oktober 1996 (PTPN VII, 2010). Sebagai tambahan investasi
merupakan BUMN, berdasarkan Peraturan No. 12, 1996, tanggal 11 Maret 1996
Utara, dan lima unit di provinsi Bengkulu. PTPN VII didirikan untuk
optimal untuk menghasilkan barang dan / atau jasa yang berkualitas tinggi dan
Salah satu Perusahaan PTPN. VII (Persero) berada di Bekri, Lampung Tengah
dan Provinsi Lampung. Komoditas yang diolah di sana adalah Minyak Kelapa
Sawit. Kelompok Industri perusahaan ini, adalah Minyak goreng dari minyak
bidang perkebunan, salah satunya pengolahan kelapa sawit yang mana dalam
ataupun penyakit lain yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja lainnya.
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit disingkat dengan PPKS, merupakan pabrik
bahan baku berupa kelapa sawit ditimbang terlebih dahulu dengan timbangan
berjalan dan dilakukan pernyortiran kelapa sawit dengan kelapa sawit yang
(PPIS).
Setiap tempat kerja selalu memiliki berbagai potensi bahaya yang dapat
penyakit akibat kerja. Potensi bahaya fisik yaitu, potensi bahaya yang dapat
terjadi disebabkan oleh kondisi fisik dan lingkungan kerja yang berbahaya
dimana pekerjaan dilakukan oleh pekerja. Salah satu kondisi fisik dan
melebihi nilai ambang batas dapat menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu
dapat berupa gangguan pendengaran atau kerusakan pada telinga baik bersifat
sementara ataupun permanen setelah terpapar untuk jangka waktu tertentu tanpa
proteksi yang memadai. Proses pengolahan kelapa sawit di pabrik PPKS sudah
menggunakan mesin. Mesin-mesin yang digunakan tersebut memiliki operator
apakah sesuai dan benar atau tidak dengan fungsi kerja mesin tersebut. Pekerja
tersebut mulai dari keadaan mesin tersebut mati hingga mati kembali setelah
selesai digunakan. Selain itu, operator mesin juga harus cermat dalam
menganalisa hasil dari mesin apakah sesuai dengan target atau terjadi penurunan
fungsi dan hasil pada mesin tersebut. Pekerja operator mesin di pabrik PPKS
salah satunya yaitu program untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang
telah disiapkan dan digunakan para pekerja di pabrik PPKS tersebut seperti
helm, earplug, earmuff, masker, sarung tangan, dan boots, digunakan oleh
beberapa pekerja yang bekerja disana. Ada beberapa pekerja yang tidak
memakai sarung tangan dan APD lainnya. Terutama pada pekerja operator
ruang mesin yang tingkat kebisingannya sangat tinggi, pekerja tersebut masih
tidak memakai APD seperti earplug atau earmuff saat bekerja, dan hanya
operator ruang mesin sedang bekerja. Dan bahaya potensial yang dapat terjadi
karena kebisingan, penyakit kulit yang disebabkan karena iritan atau alergi
yang ada pada pabrik, penyakit respirasi seperti batuk-batuk yang juga dapat
disebabkan karena udara pada pabrik, dapat terpapar bakteri ataupun jamur
yang terdapat pada peralatan pabrik, dapat juga terkena penyakit low back pain
4.1 Kebisingan
molekul dari lingkungan luar, yaitu fase pemadatan dan peregangan dari
1992). Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
2011).
menjadi 3 macam, yaitu mesin, vibrasi, pergerakan udara, gas dan cairan
(PPKS), sumber kebisingan terbesar terdapat pada ruang operator kamar mesin.
Terdapat kurang lebih tiga orang pada ruang operator kamar mesin. Pekerja
tidak memakai alat pelindung diri yang tepat (APD), seperti ear plug atau ear
Pemeriksaan fisik secara berkala, yang seharusnya dilakukan setiap enam bulan
2007):
1. Gangguan Fisiologis
2. Gangguan Psikologis
susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat
karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan dapat
4. Gangguan keseimbangan
bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus
Loss/NIHL) adalah bentuk permanen dari ketulian yang muncul akibat paparan
pendengaran yang reversible, tetapi jika suara cukup kuat atau diulang, bisa
timbul tuli permanen irreversible, yang mengarah pada pergeseran ambang
4.2.1 Klasifikasi
2013).
4.2.2 Patofisiologi
intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi
paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak.
trauma akustik terjadi akibat paparan singkat (satu kali) langsung diikuti
umumnya melebihi 140 dB dan sering bertahan selama < 0,2 detik.
2008).
4.3 Alat Pelindung Diri untuk Kebisingan
seperti:
2. Durasi paparan
yang berbeda
protection) akan sangat berkurang jika alat pelindungan pendengaran tidak fit
atau tepat saat digunakan atau jika hanya dikenakan sebagian waktu selama
periode paparan kebisingan. Untuk menjaga efektivitas alat pelindung, maka alat
katun wax, busa, karet silikon atau wol fiberglass. Earplugs ini dapat
dapat digunakan sekali pakai atau dapat digunakan kembali. Plug harus
2008):
1. Sumbat telinga (ear plug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB. Biasanya
digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB. Beberapa tipe dari sumbat
5.1 Kesimpulan
dihasilkan mesin >85dB, suhu udara yang panas di dalam pabrik, uap
yang di hasilkan mesin, debu dari proses pengolahan, bau minyak mentah
yang sangat menyengat, waktu kerja yang tidak sesuai dan duduk yang
4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak sesuai seperti hanya
earplug di daerah yang tingkat kebisingan nya tinggi dan daerah berisiko
3. Perlu di lakukan pemberian sanksi untuk pekerja yang masih tidak mau
5.3 Rekomendasi
lainnya dalam sebuah industri seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya
manusia, keungan dan pemasaran. Aspek k3 tidak akan bisa berjalan seperti
apa adanya tanpa adanya intervensi dari menejemen berupa upaya terencana
(Rocky B, 2013).
kerja dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga
dan tidak diharapkan Tidak terduga oleh karena latar belakang peristiwa itu
ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat
(Austen dan Neale, 1991). Penyakit akibat kerja (PAK), menurut KEPRES RI
lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja erjadi sebagai pajanan faktor fisik,
pelatihan, dan intervensi untuk perubahan dan pemeliharaan perilaku hidup dan
memenuhi kriteria hazard yang dituju, namun penggunaan APD ini pun
Alfarisi, Kunto I.2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia Saat Ini.
Amerika, U. 2009. Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil untuk Produksi
Bahan Baku Bakar Nabati. Jakarta: PT Gramedia.
Austen AD, Neale RH. 1991. Memanajemeni Proyek Konstruksi. Penerbit PT.Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta
Chaiyadi, Marie IA, Nathanel T. 2015. Perancangan tata letak pabrik dan analisis
ekonomi. 3(1):5967.
Dedy FG, Huda LN, Ginting IE. 2013. Analisis tingkat kebisingan untuk mereduksi
dosis. 2(1):18.
Depkes. Permenkes RI. No 13/men/x/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Ganong WF. 2009. Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Haryanto. 2007. Efikasi herbisida isopropilamina glifosat terhadap gulma pada
budidaya kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) belum menghasilkan. Skripsi
Sarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 74 hlm.
Jasmareni SKB, Juandi S. 2015. Penentuan tingkat kebisingan pada pabrik kelapa sawit
PT Tasma puja kecamatan kampar timur. 2(1):25365.
Kirchner DB. 2012. Occupational Noise- Induced Hearing Loss. American Journal of
Occupational and Environmental Medicine. 54:106-8.
Kurniawidjaja LM. 2007. Filosofi dan konsep dasar Kesehatan Kerja serta
perkembangannya dalam praktik. Jurnal Kesehatan Masyarakat(1):243-51
Nandi SS, Dhatrak SV. 2008. Occupational Noise Induced Hearing Loss in India. India
Journal of Occupational and Environment Medicine. 12(2)53-6.
PTPN VII. 2006. Kelapa sawit. [disitasi tanggal 20 November 2017]. Tersedia dari :
http: // www.ptpn7.com/displaycontent.aspx?topic=Kelapa%20Sawit.
Rocky B. 2013. Keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan proyek kontruksi
(stuudi kasus: proyek PT. Trakindo Utama). Jurnal Sipil Statik. 1(6):430-33.
Schwaber, M. Trauma to the Middle Ear, Inner Ear, and Temporal Bone. Editor : Snow
JB. Ballengers Manual of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Sixteenth
Edition. London : BC Decker. 2003.
Utami S. 2013. Analisa efisiensi produk pada pabrik pengolahan kelapa sawit di
PT.Gersindo Minang Plantation. Agustus.
LAMPIRAN
Mesin Penggiling Penggunaan APD oleh Pekerja
Kondisi Pabrik