Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

MAKALAH ANALISIS FARMASI


HPLC (HIGH-PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY)

OLEH :
KELOMPOK 1

SITTI ASMIN (F1F113048)


SRI HUTAMI LETY GRASHELLA (F1F113050)
WA ODE HIKMAWATI (F1F113056)
WA ODE YEYEN PURNAMA SARI (F1F113063)
ANNA FATMAWATI REZKY (F1F113072)
MASDIANINGSIH (F1F113079)
M.ARIF (F1F113085)
MERLYN H. IBRAHIM (F1F113093)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai apa dan bagaimana
HPLC khususnya dalam bidang farmasi.
Penyususun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................
1.2 Rumusan Masalah ............................
1.3 Tujuan ............................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip HPLC.................................................................................................
2.2 Komponen-komponen HPLC.........................................................................
2.3 Peranan HPLC dalam bidang farmasi............................................................
2.4 Review jurnal tentang HPLC.........................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................
3.2 Saran ............................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis
material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya.Secara
tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan
kuantitatif.Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur
atau senyawa kimia, baik organik maupun anorganik, sedangkan analisis
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam
suatu cuplikan.Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan,
target dan metode.Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi
kimia bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan, dan
forensik. Berdasarkan metodenya, kimia analitik dapat dibagi menjadi
spektroskopi, spektrometri massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi,
mikroskopi, dan elektrokimia.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu.Pada
kromatografi, komponen komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase
yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak aka nmelarutkan zat komponen campuran. Komponen yang
mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Sekarang ini, kromatografi sangat diperlukan dalam memisahkan suatu
campuran senyawa. HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair yang
dilakukan dengan memakai fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga
halus yang distribusi ukuranya sempit( kolom ) dan fasegerak yang dipaksa
mengalir dengan laju alir yang terkendali dengan memakai tekanan tinggi
sehingga menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi dan waktu yang relative
singkat.
HPLC atau KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas
untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah
bidang, antara lain :farmasi; lingkungan; bioteknologi; polimer; dan industri-
industry imakanan. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa keterangan
tentang penggunaan HPLC ( High Performance Liquid Chromatography), dalam
bidang kefarmasian.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana prinsip kerja dari HPLC ?
2. Apa saja komponen dari HPLC ?
3. Jelaskan aplikasi dari HPLC dalam bidang farmasi ?
4. Review jurnal HPLC ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prinsip kerja dari HPLC.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja komponen dari HPLC.
3. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi dari HPLC dalam bidang farmasi.
4. Mahasiswa dapat mereview jurnal dari HPLC
BAB II
PEMBAHASAN
1. PRINSIP HPLC
Kromatografi merupakan teknik analitis berdasarkan pemisahan molekul
karena perbedaan dalam struktur mereka dan / atau komposisi. Secara umum,
kromatografi melibatkan bergerak sampel melalui sistem selama fase diam.
Molekul-molekul dalam sampel akan memiliki afinitas yang berbeda dan interaksi
dengan dukungan stasioner, yang mengarah ke pemisahan molekul. Komponen
sampel yang menampilkan interaksi kuat dengan fase diam akan bergerak lebih
lambat melalui kolom dari komponen dengan interaksi lemah. Senyawa yang
berbeda dapat dipisahkan satu sama lain sebagai mereka bergerak melalui kolom.
pemisahan kromatografi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai fase
stasioner, termasuk bergerak silika pada pelat kaca (kromatografi lapis tipis), gas
yang mudah menguap (kromatografi gas), kertas (paper kromatografi) dan cairan
(kromatografi cair).
Mekanisme kromatografi yang digunakan dalam kromatografi sering
dikategorikan ke dalam salah satu dari empat jenis berdasarkan mekanisme kerja,
adsorpsi, partisi, pertukaran ion dan pengecilan ukuran. kromatografi adsorpsi
timbul dari interaksi antara zat terlarut dan permukaan fase diam padat.
kromatografi partisi melibatkan fase diam cair yang bercampur dengan eluen dan
dilapisi pada penyangga inert. Pertukaran ion kromatografi memiliki fase diam
dengan permukaan ionik bermuatan yang berbeda dari muatan sampel. Teknik ini
didasarkan pada ionisasi sampel. Muatan sampel lebih kuat, akan semakin kuat
daya tarik untuk fase diam; Oleh karena itu, itu akan memakan waktu lebih lama
untuk mengelusi kolom. Pengecilan ukuran adalah yang skrining sederhana oleh
ukuran molekul sampel. Fase stasioner terdiri dari bahan dengan ukuran pori
dikendalikan dengan tepat. Partikel yang lebih kecil dapat menarik materi kolom
dan akan mengelusi lambat pada partikel yang lebih besar. Beberapa jenis lain
dari pemisahan kromatografi memiliki telah dijelaskan, termasuk kromatografi
pasangan ion, yang digunakan sebagai alternatif untuk kromatografi pertukaran
ion dan kromatografi kiral (untuk memisahkan enantiomer).
2. KOMPONEN-KOMPONEN HPLC
Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada Gambar 3. 1
. Diagram Blok KCKT berikut ini

Gambar 3.1 : Diagram Blok KCKT


a. Pompa (Pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui
kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant
pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa
reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh
karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk,
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif
terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.
Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya
terbatas.
b. Injektor (injector)
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan
disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada tiga tipe dasar injektor yang
dapat digunakan :
1) Stop-Flow yaitu aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja
atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa
digunakan karena difusi di dalam cairan kecil clan resolusi tidak
dipengaruhi
2) Septum, septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang
digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada
kinerja sampai 60 - 70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan
semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair.Partikel kecil dari septum yang
terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
3) Loop Valve, tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi
volume lebih besar dari 10 dan dilakukan dengan cara automatis
(dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil
dapat diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi
kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka
sampel akan masuK ke dalam kolom.
c. Kolom (Column)
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis
tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom
dapat dibagi menjadi dua kelompok :
1) Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung
pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang
yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros
mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
2) Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar
dan panjang kolom 25 -100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel
dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga
digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar
ion dan kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model
KCKT yang digunakan (Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid
Liquid Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC,
Exclution Chromatography, EC)
d. Detektor (Detector)
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di
dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis
kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise)
yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua
tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi
temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor KCKT
yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang
dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas.
Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi
eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV.
Detektor-detektor lainnya antara lain: detektor fluorometer, detektor
spektrofotometer massa, detektor ionisasi nyala, detektor refraksi indeks, detektor
elektrokimia, dan detektor reaksi kimia.
e. Elusi Gradien
Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak
selama analisis kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah
mempersingkat waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada
kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh Snyder. Elusi Gradien
menawarkan beberapa keuntungan :
1) Total waktu analisis dapat direduksi
2) Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah
3) Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing)
4) Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak Gradien
dapat dihentikan sejenak atau dilanjutkan.
Optimasi Gradien dapat dipilih dengan cara trial and error. Tabel 3. 1.
berikut ini menunjukkan kompatibilitas dari bermacam-macarn mode
kromatografi cair dengan analisis gradien. Dalam praktek, gradien dapat diformasi
sebelum dan sesudah pompa.
f. Pengolahan Data (Data Handling)
Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk
kromatogram pada rekorder. Suatu tipe Kromatogram dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar : kromatogram dari senyawa 5 Nukleotida


waktu retensi dan volume retensi dapat diketahui /dihitung. Lni bisa
digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu komponen, bila kondisi
kerja dapat dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak sebanding atau
proporsional dengan konsentrasi dan dapat digunakan untuk memperoleh hasil
secara kuantitatif.
g. Fase Gerak
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah
salah satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang
sangat luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat
umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak harus :
1. Murni, tidak terdapat kontaminan
2. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
3. Sesuai dengan defektor
4. Melarutkan sampel
5. Memiliki visikositas rendah
6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
7. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena
prosedur pemumiannya kembali sangat membosankan dan mahal biayanya. Dari
semua persyaratan di atas, persyaratan 1) s/d 4) merupakan yang sangat penting.

3. PERAN HPLC DALAM BIDANG FARMASI


Kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) diperkenalkan dalam analisis
farmasi tidak lama setelah enemuan di akhir 1960-an. Sekarang telah berkembang
menjadi Metode analisis yang umumnya memberikan kecepatan dan
kemungkinan pemisahan serbaguna yang memenuhi peningkatan persyaratan
untuk pengujian kemurnian obat-obatan secara massal dan produk farmasi. Hal ini
juga cocok untuk penentuan obat dalam biologi dan lingkungan sampel.
Menyediakan sejumlah varian yang sangat selektif untuk menyelesaikan hampir
setiap jenis masalah pemisahan: atas dasar ini, teknik HPLC dapat dianggap
sebagai metode paling terkait.
HPLC adalah teknik pemisahan yang berlaku untuk senyawa organik
nonvolatil, obat, metabolit atau residu beracun dannspesiasi elemen menggunakan
isokratik dan gradien elusi masih dalam proses. HPLC, pasangan- ion HPLC, ion,
pertukaran ion HPLC atau kadang-kadang kromatografi pengecilan ukuran saat
ini digunakan dan dikembangkan dalam praktek. HPLC berdasarkan pertukaran
ion, pembentukan kelat, dan interaksi ion sangat cocok untuk pemisahan dan
penentuan spesies anorganik atau ion HPLC sebagai metode uji untuk bahan obat
massal (dengan pembagian sekitar 50% di USP dan 15% di Ph. Eur. gambar yang
jelas dan positif. metode HPLC divalidasi, dirancang dengan baik, dioptimalkan
hati-hati dan memiliki cukup selektivitas untuk memberikan tes yang akurat.
Uji HPLC adalah salah satu teknik yang paling umum digunakan untuk
mengukur kualitas bahan obat. utilitas HPLC untuk penggunaan ini dipengaruhi
oleh presisi yang dapat dicapai . Gorog diperkirakan ketepatan kompendial
Metode HPLC di kisaran 0,5-1,0%. Sebuah tinjauan literatur nilai presisi
menengah khas untuk tes HPLC menunjukkan rentang sekitar 0,2-1,7% dengan
rata-rata antara 0,6 dan 1,1%. Dalam hal kecepatan pemisahan, elusi gradien
umumnya dianggap sebagai teknik dasarnya lebih lambat dari isokratik elusi sejak
aturan yang diterima secara luas praktis menunjukkan bahwa kolom harus
memerah (yaitu diseimbangkan) dengan setidaknya 10 volume kolom eluen awal
sebelum retensi terpercaya dapat diperoleh dalam jangka berikutnya [11]. Selain
itu, banyak kromatografi memiliki fobia "ghost" puncak [18], dasar bunyi [19]
dan gangguan lainnya (misalnya eluen pencampuran) [20] yang terkait dengan
elusi gradien yang dapat menyebabkan nilai-nilai yang tidak akurat dari daerah
puncak dan tinggi puncak dan menghambat kuantisasi. Juga, instrumentasi elusi
gradien lebih kompleks dan membutuhkan lebih banyak perawatan berkala
dibandingkan dengan elusi isokratik.
Pada Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 sudah digunakan KCKT
dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif dan uji kemumian sejumlah 277 (dua
ratus tujuh puluh tujuh) obat/bahan obat. Perubahan yang sangat spektakuler dari
Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 ini menunjukkan bahwa Pemerintah
Indonesia melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan benar-benar telah mengikuti
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih dalam
bidang analisis obat.
Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis dengan KCKT
sangat mahal, namun metoda ini tetap dipilih untuk digunakan menganalisis 277
jenis obat / bahan obat karena hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi
yang tinggi, waktu analisis cepat. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat Daftar Obat-obat
yang Penetapan Kadamya dengan KCKT yang tercantum dalam Farmakope
Indonesia Edisi IV Tahun 1995. Contoh obat yang penetapan kadarnya dengan
kckt yaitu tablet asetosal, asam mefenamat, ampisilin, betametaso dan aminofilin.
4. REVIEW JURNAL HPLC

PENGOPTIMALAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA


TINGGI DALAM ANALISIS SENYAWA DELTAMETHRIN SEBAGAI
RESIDU DALAM PRODUK ASAL HEWAN
Karya : R. Gagak Donny Satria, Bambang Sumiarto, Andi Trisyono, dan
Agustina Dwi Wijayanti.

Identitas :
Jurnal yang direview adalah sebuah Jurnal Kedokteran Hewan yang ditulis
oleh R. Gagak Donny Satria, dkk yang berjudul Pengoptimalan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Analisis Senyawa Deltamethrin Sebagai
Residu Dalam Produk Asal Hewan ini diterbitkan pada tahun 2014 dengan Vol.
8 No. 1, rentang halaman 68-71.

Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mendapatkan prosedur atau metode kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT) yang valid dan optimal dalam analisis deltamethrin
sebagai senyawa yang berpotensi menjadi residu dalam produk hewan. Alat utama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set KCKT Shimadzu 6.1, dengan
kolom C-18 (30 C), panjang gelombang detektor UV-vis 236 nm. Fase gerak
yang digunakan dalam penelitian ini adalah asetonitril 80% dalam akuabides yang
dialirkan dengan laju 1,25 ml/menit. Hasil penelitian menghasilkan kromatogram
yang terlihat menunjukkan peak area yang nyata terpisah dari senyawa lain. Batas
deteksi diketahui pada konsentrasi 0,1 g/ml, sedangkan batas kuantifikasi pada
konsentrasi 0,5 g/ml. Rerata luas area untuk konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 5; dan 10
g/ml masing-masing adalah 18.255,33; 47.142,00; 55.587,00; 64.181,33;
204.269,00; dan 395.918,00 dengan persamaan garis linier y= 39.866x-1.719,5
(R= 0,99). Hasil analisis juga menunjukkan presisi dan akurasi hasil yang baik.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode yang dikembangkan pada
penelitian ini mempunyai validitas yang baik dan optimal untuk analisis
deltamethrin, yang merupakan senyawa potensial menjadi residu pada produk asal
hewan.

Pendahuluan :
Teknologi analisis residu pestisida sangat penting untuk dikembangkan
seiring meningkatnya penggunaan pestisida dalam bidang pertanian dan
peternakan, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memengaruhi
kesehatan manusia. Pestisida piretroid dan turunannya (termasuk deltamethrin),
merupakan jenis pestisida yang saat ini paling banyak digunakan secara luas.
Alat analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) telah dikembangkan
sebagai alat analisis residu deltamethrin sebagai alternatif penggunaan alat
kromatografi gas atau alat lain yang lebih sulit penggunaannya. Alat KCKT dapat
memisahkan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis,
analisis ketidakmurnian, dan analisis senyawa nonvolatil. Kelebihan KCKT antara
lain mudah dalam pelaksanaan, kemampuan resolusi yang baik, kecepatan analisis
dan kepekaan yang tinggi, mudah dalam pelaksanaan, dan tidak menimbulkan
kerusakan bahan yang dianalisis. Komponen yang terdapat dalam KCKT adalah
solvent reservoir, pompa, injektor, kolom, dan detector
Penelitian ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum
dilakukan analisis terhadap sampel lapangan. Penelitian secara umum bertujuan
untuk mendapatkan prosedur atau metode KCKT yang paling valid dan optimal
dalam analisis deltamethrin sebagai senyawa yang berpotensi menjadi residu
dalam produk hewan. Diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan dasar atau
pedoman bagi peneliti lain yang akan mengembangkan atau melakukan analisis
residu deltamethrin pada produk hewan menggunakan KCKT.

Materi dan Metode :


Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit KCKT
merk Shimadzu 6.1. dengan menggunakan kolom C-18. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sampel pestisida deltamethrin (Laboratorium
Toksikologi Fakultas Pertanian UGM yang dibuat dalam beberapa konsentrasi,
yaitu 10; 5; 2; 1,5; 1; 0,5; dan 0,1 g/ml. Fase gerak yang digunakan adalah
asetonitril (Baker Analyzed HPLC Reagent) dengan konsentrasi 80% dalam
akuabides.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat KCKT
dioperasikan dengan mengalirkan fase gerak sebesar 1,25 ml/menit, melalui
kolom dengan temperatur 30 C. Detektor UV-vis diaktifkan dengan panjang
gelombang 236 nm. Sampel deltamethrin dianalisis setiap konsentrasi dengan
pengulangan sebanyak 3 kali. Identifikasi deltamethrin didasarkan pada profil
kromatogram dan waktu retensi munculnya area puncak, dan luas area puncak
yang terbentuk. berdasarkan spesifisitas, presisi, batas deteksi atau limit of
detection (LOD), batas kuantifikasi atau limit of quantification (LOQ), linieritas,
dan akurasi.

Hasil Dan Pembahasan :


Hasil penelitian menunjukkan bahwa area puncak kromatografi untuk
deltamethrin muncul antara menit ke 8-10. Analisis deltamethrin dengan berbagai
konsentrasi yang berbeda menghasilkan luas area yang bervariasi pula. Semakin
tinggi konsentrasi deltamethrin yang ditambahkan pada pelarut, maka luas area
yang terbaca pada output akan semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah
konsentrasi deltamethrin, maka luas area yang terbaca pada output juga akan
menunjukkan nilai yang semakin kecil.

Spesifikasi :
Spesifisitas adalah kemampuan suatu metode analisis untuk mengukur
hasil analitis yang dituju secara tepat dan spesifik, tanpa adanya komponen lain
seperti pengganggu, prekursor sintetis, produk degradasi, dan komponen matriks
(Rohman, 2009). Munculnya area puncak pada menit ke- 9,233 disajikan pada
Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa metode yang dikembangkan mampu
memisahkan dan mendeteksi deltamethrin, yang terpresentasi melalui kemunculan
area puncak yang jelas, simetris, dan tidak terganggu oleh munculnya noise atau
pengotor dari komponen matriks lain. Dapat dikatakan bahwa metode yang
dikembangkan dalam penelitian ini memiliki spesifisitas atau selektifitas yang
baik. Kemunculan area puncak deltamethrin atau waktu retensi pada analisis
KCKT terjadi dalam rentang waktu 8-10 menit tergantung konsentrasi sampel
yang dianalisis. Hasil analisis sampel setiap konsentrasi beserta perhitungan
standar deviasi, standar deviasi relatif, dan akurasi disajian pada Tabel 1.

Batas Deteksi/Limit of Detection (LOD) :

Definisi LOD yaitu konsentrasi hasil analitis terendah dalam sampel yang
masih dapat dideteksi, namun tidak selalu dapat dikuantifikasi (Snyder et al.,
1997; Rohman, 2009). Hasil penelitian diketahui bahwa LOD pada metode serial
konsentrasi yang diujikan pada penelitian ini adalah pada konsentrasi 0,1 g/ml,
seperti yang disajikan pada Gambar 2.
Batas Kuantifikasi/Limit of Quantification (LOQ)

Penentuan LOQ dalam penelitian ini berdasarkan analisis dari


kromatogram dari pengenceran yang ada. Definisi LOQ yaitu konsentrasi
terendah suatu sampel yang dapat dianalisis secara kuantitatif (Snyder et al.,
1997; Rohman, 2009). Berdasarkan definisi tersebut, maka LOQ dari serial
konsentrasi yang diujikan pada metode penelitian ini adalah 0,5 g/ml.
Konsentrasi 0,5 g/ml merupakan batas terkecil konsentrasi sampel yang dapat
memunculkan area puncak serta terkuantifikasi besarnya luas area pada
kromatogram seperti yang disajikan pada Gambar 3.

Kesimpulan :
Dapat disimpulkan bahwa metode analisis deltamethrin menggunakan alat
KCKT dengan penggunaan fase gerak asetonitril 80% dalam akuabides dengan
laju alir 1,25 ml/menit, kolom C-18 (30 C), dan panjang gelombang detektor
UV-vis 236 nm optimal dan valid untuk digunakan sebagai alat analisis senyawa
deltamethrin.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan pada makalah ini yaitu
1. Prinsip kerja dari HPLC yaitu berdasarkan mekanisme kerja, adsorpsi,
partisi, pertukaran ion dan pengecilan ukuran.
2. Komponen-komponen dari HPLC yaitu pompa, injeksi, coloum, detector,
elusi gradient, pengolahan data, dan fase gerak.
3. Peran HPLC dalam bidang farmasi yaitu penentuan obat dalam biologi dan
lingkungan sampel, analisis obat. Sekarang telah berkembang menjadi
Metode analisis yang umumnya memberikan kecepatan dan kemungkinan
pemisahan serbaguna yang memenuhi peningkatan persyaratan untuk
pengujian kemurnian obat-obatan secara massal dan produk farmasi
4. Dapat disimpulkan bahwa metode analisis deltamethrin menggunakan alat
KCKT dengan penggunaan fase gerak asetonitril 80% dalam akuabides
dengan laju alir 1,25 ml/menit, kolom C-18 (30 C), dan panjang
gelombang detektor UV-vis 236 nm optimal dan valid untuk digunakan
sebagai alat analisis senyawa deltamethrin.

B. SARAN
Penulis berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar I, G., Abdul R, 2007, Kimia Analisis Farmasi, Pustaka Belajar,


Yogyakarta.
Putra E, D., 2004, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi,
Digital Library, Artikel.
Satria R, G., Bambang S, Andi T, dan Agustina D, W., 2014, Pengoptimalan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Analisis Senyawa
Deltamethrin Sebagai Residu Dalam Produk Asal Hewan, Jurnal
Kedokteran Hewan, Vol. 8, No. 1, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai