OLEH :
KELOMPOK 1
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................
1.2 Rumusan Masalah ............................
1.3 Tujuan ............................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip HPLC.................................................................................................
2.2 Komponen-komponen HPLC.........................................................................
2.3 Peranan HPLC dalam bidang farmasi............................................................
2.4 Review jurnal tentang HPLC.........................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................
3.2 Saran ............................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis
material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya.Secara
tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan
kuantitatif.Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur
atau senyawa kimia, baik organik maupun anorganik, sedangkan analisis
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam
suatu cuplikan.Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan,
target dan metode.Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi
kimia bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan, dan
forensik. Berdasarkan metodenya, kimia analitik dapat dibagi menjadi
spektroskopi, spektrometri massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi,
mikroskopi, dan elektrokimia.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu.Pada
kromatografi, komponen komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase
yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak aka nmelarutkan zat komponen campuran. Komponen yang
mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Sekarang ini, kromatografi sangat diperlukan dalam memisahkan suatu
campuran senyawa. HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair yang
dilakukan dengan memakai fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga
halus yang distribusi ukuranya sempit( kolom ) dan fasegerak yang dipaksa
mengalir dengan laju alir yang terkendali dengan memakai tekanan tinggi
sehingga menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi dan waktu yang relative
singkat.
HPLC atau KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas
untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah
bidang, antara lain :farmasi; lingkungan; bioteknologi; polimer; dan industri-
industry imakanan. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa keterangan
tentang penggunaan HPLC ( High Performance Liquid Chromatography), dalam
bidang kefarmasian.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana prinsip kerja dari HPLC ?
2. Apa saja komponen dari HPLC ?
3. Jelaskan aplikasi dari HPLC dalam bidang farmasi ?
4. Review jurnal HPLC ?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prinsip kerja dari HPLC.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja komponen dari HPLC.
3. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi dari HPLC dalam bidang farmasi.
4. Mahasiswa dapat mereview jurnal dari HPLC
BAB II
PEMBAHASAN
1. PRINSIP HPLC
Kromatografi merupakan teknik analitis berdasarkan pemisahan molekul
karena perbedaan dalam struktur mereka dan / atau komposisi. Secara umum,
kromatografi melibatkan bergerak sampel melalui sistem selama fase diam.
Molekul-molekul dalam sampel akan memiliki afinitas yang berbeda dan interaksi
dengan dukungan stasioner, yang mengarah ke pemisahan molekul. Komponen
sampel yang menampilkan interaksi kuat dengan fase diam akan bergerak lebih
lambat melalui kolom dari komponen dengan interaksi lemah. Senyawa yang
berbeda dapat dipisahkan satu sama lain sebagai mereka bergerak melalui kolom.
pemisahan kromatografi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai fase
stasioner, termasuk bergerak silika pada pelat kaca (kromatografi lapis tipis), gas
yang mudah menguap (kromatografi gas), kertas (paper kromatografi) dan cairan
(kromatografi cair).
Mekanisme kromatografi yang digunakan dalam kromatografi sering
dikategorikan ke dalam salah satu dari empat jenis berdasarkan mekanisme kerja,
adsorpsi, partisi, pertukaran ion dan pengecilan ukuran. kromatografi adsorpsi
timbul dari interaksi antara zat terlarut dan permukaan fase diam padat.
kromatografi partisi melibatkan fase diam cair yang bercampur dengan eluen dan
dilapisi pada penyangga inert. Pertukaran ion kromatografi memiliki fase diam
dengan permukaan ionik bermuatan yang berbeda dari muatan sampel. Teknik ini
didasarkan pada ionisasi sampel. Muatan sampel lebih kuat, akan semakin kuat
daya tarik untuk fase diam; Oleh karena itu, itu akan memakan waktu lebih lama
untuk mengelusi kolom. Pengecilan ukuran adalah yang skrining sederhana oleh
ukuran molekul sampel. Fase stasioner terdiri dari bahan dengan ukuran pori
dikendalikan dengan tepat. Partikel yang lebih kecil dapat menarik materi kolom
dan akan mengelusi lambat pada partikel yang lebih besar. Beberapa jenis lain
dari pemisahan kromatografi memiliki telah dijelaskan, termasuk kromatografi
pasangan ion, yang digunakan sebagai alternatif untuk kromatografi pertukaran
ion dan kromatografi kiral (untuk memisahkan enantiomer).
2. KOMPONEN-KOMPONEN HPLC
Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada Gambar 3. 1
. Diagram Blok KCKT berikut ini
Identitas :
Jurnal yang direview adalah sebuah Jurnal Kedokteran Hewan yang ditulis
oleh R. Gagak Donny Satria, dkk yang berjudul Pengoptimalan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Analisis Senyawa Deltamethrin Sebagai
Residu Dalam Produk Asal Hewan ini diterbitkan pada tahun 2014 dengan Vol.
8 No. 1, rentang halaman 68-71.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mendapatkan prosedur atau metode kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT) yang valid dan optimal dalam analisis deltamethrin
sebagai senyawa yang berpotensi menjadi residu dalam produk hewan. Alat utama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set KCKT Shimadzu 6.1, dengan
kolom C-18 (30 C), panjang gelombang detektor UV-vis 236 nm. Fase gerak
yang digunakan dalam penelitian ini adalah asetonitril 80% dalam akuabides yang
dialirkan dengan laju 1,25 ml/menit. Hasil penelitian menghasilkan kromatogram
yang terlihat menunjukkan peak area yang nyata terpisah dari senyawa lain. Batas
deteksi diketahui pada konsentrasi 0,1 g/ml, sedangkan batas kuantifikasi pada
konsentrasi 0,5 g/ml. Rerata luas area untuk konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 5; dan 10
g/ml masing-masing adalah 18.255,33; 47.142,00; 55.587,00; 64.181,33;
204.269,00; dan 395.918,00 dengan persamaan garis linier y= 39.866x-1.719,5
(R= 0,99). Hasil analisis juga menunjukkan presisi dan akurasi hasil yang baik.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode yang dikembangkan pada
penelitian ini mempunyai validitas yang baik dan optimal untuk analisis
deltamethrin, yang merupakan senyawa potensial menjadi residu pada produk asal
hewan.
Pendahuluan :
Teknologi analisis residu pestisida sangat penting untuk dikembangkan
seiring meningkatnya penggunaan pestisida dalam bidang pertanian dan
peternakan, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memengaruhi
kesehatan manusia. Pestisida piretroid dan turunannya (termasuk deltamethrin),
merupakan jenis pestisida yang saat ini paling banyak digunakan secara luas.
Alat analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) telah dikembangkan
sebagai alat analisis residu deltamethrin sebagai alternatif penggunaan alat
kromatografi gas atau alat lain yang lebih sulit penggunaannya. Alat KCKT dapat
memisahkan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis,
analisis ketidakmurnian, dan analisis senyawa nonvolatil. Kelebihan KCKT antara
lain mudah dalam pelaksanaan, kemampuan resolusi yang baik, kecepatan analisis
dan kepekaan yang tinggi, mudah dalam pelaksanaan, dan tidak menimbulkan
kerusakan bahan yang dianalisis. Komponen yang terdapat dalam KCKT adalah
solvent reservoir, pompa, injektor, kolom, dan detector
Penelitian ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum
dilakukan analisis terhadap sampel lapangan. Penelitian secara umum bertujuan
untuk mendapatkan prosedur atau metode KCKT yang paling valid dan optimal
dalam analisis deltamethrin sebagai senyawa yang berpotensi menjadi residu
dalam produk hewan. Diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan dasar atau
pedoman bagi peneliti lain yang akan mengembangkan atau melakukan analisis
residu deltamethrin pada produk hewan menggunakan KCKT.
Spesifikasi :
Spesifisitas adalah kemampuan suatu metode analisis untuk mengukur
hasil analitis yang dituju secara tepat dan spesifik, tanpa adanya komponen lain
seperti pengganggu, prekursor sintetis, produk degradasi, dan komponen matriks
(Rohman, 2009). Munculnya area puncak pada menit ke- 9,233 disajikan pada
Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa metode yang dikembangkan mampu
memisahkan dan mendeteksi deltamethrin, yang terpresentasi melalui kemunculan
area puncak yang jelas, simetris, dan tidak terganggu oleh munculnya noise atau
pengotor dari komponen matriks lain. Dapat dikatakan bahwa metode yang
dikembangkan dalam penelitian ini memiliki spesifisitas atau selektifitas yang
baik. Kemunculan area puncak deltamethrin atau waktu retensi pada analisis
KCKT terjadi dalam rentang waktu 8-10 menit tergantung konsentrasi sampel
yang dianalisis. Hasil analisis sampel setiap konsentrasi beserta perhitungan
standar deviasi, standar deviasi relatif, dan akurasi disajian pada Tabel 1.
Definisi LOD yaitu konsentrasi hasil analitis terendah dalam sampel yang
masih dapat dideteksi, namun tidak selalu dapat dikuantifikasi (Snyder et al.,
1997; Rohman, 2009). Hasil penelitian diketahui bahwa LOD pada metode serial
konsentrasi yang diujikan pada penelitian ini adalah pada konsentrasi 0,1 g/ml,
seperti yang disajikan pada Gambar 2.
Batas Kuantifikasi/Limit of Quantification (LOQ)
Kesimpulan :
Dapat disimpulkan bahwa metode analisis deltamethrin menggunakan alat
KCKT dengan penggunaan fase gerak asetonitril 80% dalam akuabides dengan
laju alir 1,25 ml/menit, kolom C-18 (30 C), dan panjang gelombang detektor
UV-vis 236 nm optimal dan valid untuk digunakan sebagai alat analisis senyawa
deltamethrin.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan pada makalah ini yaitu
1. Prinsip kerja dari HPLC yaitu berdasarkan mekanisme kerja, adsorpsi,
partisi, pertukaran ion dan pengecilan ukuran.
2. Komponen-komponen dari HPLC yaitu pompa, injeksi, coloum, detector,
elusi gradient, pengolahan data, dan fase gerak.
3. Peran HPLC dalam bidang farmasi yaitu penentuan obat dalam biologi dan
lingkungan sampel, analisis obat. Sekarang telah berkembang menjadi
Metode analisis yang umumnya memberikan kecepatan dan kemungkinan
pemisahan serbaguna yang memenuhi peningkatan persyaratan untuk
pengujian kemurnian obat-obatan secara massal dan produk farmasi
4. Dapat disimpulkan bahwa metode analisis deltamethrin menggunakan alat
KCKT dengan penggunaan fase gerak asetonitril 80% dalam akuabides
dengan laju alir 1,25 ml/menit, kolom C-18 (30 C), dan panjang
gelombang detektor UV-vis 236 nm optimal dan valid untuk digunakan
sebagai alat analisis senyawa deltamethrin.
B. SARAN
Penulis berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA