Anda di halaman 1dari 1

Potret Negeri

Aku berdiri tegap menatap langit bangsaku,..biru, abu-abu,..lalu menghitam


Lukisan indah negeri ini berubah menjadi pemandangan penuh haru
Di setiap sudut bumi pertiwi menangis,..sedu sedan,..
Perut membuncit, raga hanya tersisa tulang yang sebentar lagi akan patah

Ibu pertiwi,.. aku tak pernah lagi melihat senyum indahmu


Tak jua kembali aku mendengar petuah-petuahmu
Yang ada kini kau membisu diantara keluh kesah anak negeri ini
Yang semakin hari semakin membuatmu nelangsa

Tanah airku tak lagi punya belantara, laut melepas, atau gunung menjulang
Panas, datar, bah, api, semuanya kini jadi warnamu
Menangisku hampir membakar pelupuk mata,..pilu,..sendu,..
Sementara sanubariku terpekur, tak sanggup lagi menatap dunia

Ibu pertiwi tiba-tiba menamparku, berkali-kali dan bertubi-tubi !


Sakit, perih, tapi aku merasakan kasih yang selama ini hilang ditelan kesombongan pangkat
Mataku terbelalak saat hutanku terbakar, gunungku meletus, dan lautku tercemar
Bah menelan tempat tinggal kami, asap membumbung menyesakkan dada

Rasanya seperti tak ada lagi waktu untukku terisak kembali


Menatap negeri tercinta dalam lingkaran kehancuran
Indonesia, aku tak ingin kehilangan tanah kelahiranku
Tanah yang akan dan selamanya menjadi tumpah darahku

Kurajut asa lukisan negeri ini hanya sepintas lalu,..


Berlalu,.. berlalu,..dan berganti potret abadi bersama Indonesia sejati
Biarlah nanti lukisan pedih tanah air ini terbingkai dalam kenangan
Karena cinta akan membawa kedamaian dan keamanan
Dimanapun,..Kapanpun,.. siapapun,..dan selamanya,..

Anda mungkin juga menyukai