Anda di halaman 1dari 13

MEMBIMBING PEMBELAJARAN PRAKTIK

Oleh : Harmini Sudjiman


Widyaiswara Kementerian Kehutanan

A. PENGANTAR

Pendidikan dan Pelatihan (diklat) adalah proses penyelenggaraan belajar

mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil dan

Sumberdaya Manusia lainnya dalam melaksanakan jabatan/tugasnya

(Peraturan Kepala Pusat Diklat Kehutanan Nomor : P.2/Dik-2/2011 tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Diklat). Selanjutnya dalam Pasal 1 Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 12 Tahun 2010 tentang Penelitian

dan Pengembangan Kehutanan serta Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan,

dijelaskan bahwa yang dimaksud diklat Kehutanan adalah proses

penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka membina sikap dan perilaku,

serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai kehutanan dan

sumberdaya manusia kehutanan yang professional dan berakhlak mulia.

Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.20/Menhut-II/2004 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan, yang

dimaksud diklat kehutanan adalah proses penyelenggaraan pembelajaran

dalam rangka membina sikap dan perilaku serta meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan peserta diklat agar mampu melaksanakan tugas di bidang

kehutanan.

Dari ke tiga pengertian diklat sebagaimana diuraikan di atas, dapat penulis

simpulkan bahwa tujuan penyelenggaraan diklat kehutanan adalah untuk

meningkatkan kemampuan pegawai kehutanan dan sumberdaya manusia

1
(SDM) kehutanan lainnya. Peningkatan kemampuan tersebut meliputi

peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga pada akhirnya

akan terwujud pegawai kehutanan dan SDM Kehutanan yang professional

dan berakhlak mulia dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang kehutanan.

Mengingat tujuan penyelenggaraan diklat adalah untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta diklat, maka proses

pembelajaran dalam diklat terdiri atas pembelajaran teori dan pembelajaran

praktik. Bahkan pembelajaran praktik dalam suatu diklat bobotnya harus

lebih besar dari pada pembelajaran teori, karena menurut penulis diklat

adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan praktik dari pada teori.

Oleh sebab itu keberhasilan pencapaian tujuan diklat sangat ditentukan oleh

keberhasilan proses pembelajaran praktik.

Widyaiswara sebagai salah satu komponen yang terlibat langsung dalam

proses pembelajaran praktik mempunyai andil yang cukup besar dalam

menentukan keberhasilan pembelajaran praktik dimaksud. Oleh sebab itu

profesionalisme widyaiswara dalam melakukan pembelajaran praktik sangat

diperlukan.

Membimbing pembelajaran praktik sebenarnya bukan merupakan hal yang

asing bagi seorang Widyaiswara, karena hampir semua widyaiswara pernah

melakukan kegiatan pembimbingan praktik, baik itu praktik lapangan, praktik

kelas maupun praktik laboratorium. Yang menjadi pertanyaan apakah kita

sebagai seorang Widyaiswara telah melakukan kegiatan pembimbingan

pembelajaran praktik secara benar ?

2
Tulisan berikut ini mencoba menguraikan hal-hal yang perlu dilakukan oleh

seorang Widyaiswara yang ditugaskan untuk membimbing pembelajaran

praktik.

B. Pengertian-pengertian

Sebelum membicarakan bagaimana melaksanakan pembimbingan peserta

dalam pembelajaran praktik, terlebih dahulu akan diuraikan beberapa

pengertian yang terkait dengan pelaksanaan pembimbingan pembelajaran

praktik. Pengertian-pengertian dimaksud mengacu pada Peraturan Kepala

Pusat Diklat Kehutanan Nomor : P.2/Dik-2/2011 Tentang Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Diklat, antara lain :

1. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta,

widyaiswara/pengajar dan lingkungan yang mengarah pada pencapaian

tujuan diklat yang telah ditentukan terlebih dahulu.

2. Praktik adalah proses pembelajaran dengan cara menguji dan

melaksanakan kegiatan secara nyata apa yang dipelajari dalam teori.

3. Pembimbingan peserta dalam praktik adalah kegiatan yang bersifat

memandu para peserta untuk menguji dan melaksanakan kegiatan

secara nyata apa yang dipelajari dalam teori.

C. Pembimbingan Peserta Dalam Pembelajaran Praktik

Untuk dapat melakukan pembimbingan pembelajaran praktik (praktik lapang,

praktik kelas maupun praktik laboratorium) dengan benar sehingga diperoleh

hasil yang diharapkan, ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan oleh

Widyaiswara. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam

beberapa tahapan kegiatan, yakni tahap persiapan, pelaksanaan dan

3
evaluasi. (Keputusan Kepala Pusat Diklat Kehutanan Nomor : P.19/Dik-

2/2008 Tentang Pedoman Pembimbingan Praktek Lapangan)

1. Tahap Persiapan

Persiapan adalah seluruh pekerjaan yang mengawali pelaksanaan

kegiatan praktik baik yang bersifat persiapan administrasi maupun

persiapan teknis. Pada umumnya pelaksanaan kegiatan praktik akan

berjalan dengan lancar apabila persiapan dilakukan dengan matang.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang Widyaiswara dalam

tahapan persiapan adalah :

a. Membuat Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan


Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Pembelajaran Praktik

Sebelum Widyaiswara melakukan kegiatan pembimbingan

pembelajaran praktik, terlebih dahulu perlu membuat GBPP dan SAP

praktik.

GBPP dan SAP praktik perlu dibuat dengan maksud agar Widyaiswara

memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang matang sehingga

diharapkan akan dapat memfasilitasi pembelajaran praktik dengan

baik tanpa kekhawatiran menyimpang dari tujuan, ruang lingkup materi,

dan strategi/metoda pembelajaran atau menyimpang dari sistem

evaluasi yang seharusnya dilaksanakan. ( Keputusan Kepala Pusat

Diklat Kehutanan Nomor : SK.126/Dik-2/2004 Tentang : Pedoman-

pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kewidyaiswaraan Lingkup Pusat

Diklat Kehutanan)

b. Menentukan lokasi pembelajaran praktik

4
Penentuan lokasi pembelajaran praktik dilakukan oleh Widyaiswara

bersama dengan Panitia Penyelenggara /Penanggung Jawab

Program Diklat. Penentuan lokasi pembelajaran praktik harus

mengacu kepada tujuan pembelajaran yang akan dicapai

sebagaimana telah dituangkan dalam GBPP. Oleh sebab itu sebelum

pelaksanaan pembelajaran praktik, terlebih dahulu Widyaiswara

bersama Panitia Penyelenggara/Penanggung Jawab Program Diklat

perlu melakukan penjajagan lokasi untuk mengetahui kelayakan

lokasi disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Lokasi pembelajaran

praktik dikatakan layak apabila pada lokasi yang dipilih dapat

dilakukan untuk mempraktekan materi-materi sesuai dengan materi

pokok dan sub materi pokok yang tercantum dalam GBPP, serta

syarat-syarat lain yang dapat mendukung kelancaran pelaksanaan

pembelajaran praktik seperti kelayakan akomodasi, konsumsi dan

aksesibilitas.

c. Mempersiapakan bahan dan alat untuk pembelajaran praktik

Tersedianya alat dan bahan untuk pembelajaran praktik yang

memadai akan dapat meningkatkan mutu dan efektifitas kegiatan

pembelajaran praktik. Oleh karena itu alat dan bahan untuk

pembelajaran praktik yang sesuai dengan kebutuhan materi praktik

dan dalam jumlah yang memadai harus tersedia sebelum

pelaksanaan pembelajaran praktik. Banyaknya bahan dan alat yang

harus disediakan disesuaikan dengan jumlah dan pengelompokan

peserta.

5
Agar alat dan bahan pembelajaran praktik dapat tersedia tepat pada

waktunya serta dalam jumlah yang cukup, maka sebelum pelasanaan

pembelajaran praktik Widyaiswara perlu menentukan secara rinci

kebutuhan jenis dan jumlah alat / bahan yang diperlukan serta

menyerahkannya kepada Panitia Penyelenggara / Penanggung Jawab

Program untuk diadakan / dipersiapkan. Pengecekan kebenaran dan

kecukupan alat serta bahan yang disiapkan oleh Panitia perlu

dilakukan Widyaiswara sebelum hari pelaksanaan pembelajaran

praktik.

d. Menyusun Panduan Pembelajaran Praktik

Penyusunan panduan pembelajaran praktik dimaksudkan untuk

memandu peserta dalam melakukan pembelajaran praktik. Panduan

antara lain memuat :

1). Latar Belakang.

2) Tujuan pembelajaran, yang meliputi Kompetensi Dasar dan

Indikator Keberhasilan.

3) Materi Pokok bahasan dan sub materi pokok bahasan.

4) Waktu pelaksanaan.

5) Alat dan bahan yang digunakan.

6) Pengorganisasian peserta dalam melakukan pembelajaran

praktik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran praktik, peserta dapat dibagi

dalam kelompok-kelompok kecil. Sebaiknya jumlah anggota

6
dalam setiap kelompok tidak terlalu banyak agar pelaksanaan

pembelajaran praktik lebih efektif.

7). Langkah kegiatan pembelajaran praktik atau prosedur kerja.

Untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran praktik, setiap

materi (sub materi pokok / materi pokok) atau setiap keterampilan

yang akan dipraktikan perlu dibuat prosedur kerjanya. Prosedur

kerja dibuat sesederhana dan sejelas mungkin, sehingga hanya

dengan membaca langkah kegiatan, peserta dapat melaksanakan

praktik suatu kegiatan.

8). Tata tertib pelaksanaan pembelajaran praktik

Tata tertib yang harus dipatuhi oleh setiap peserta, Widyaiswara

dan petugas yang terlibat langsung dengan kegiatan pembelajaran

praktik perlu dibuat untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran

praktik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Praktik

Pada tahap ini, peserta baik secara perorangan maupun kelompok

melakukan praktik sesuai dengan prosedur kerja atau langkah-langkah

kegiatan yang telah dibuat. Untuk memudahkan peserta dalam melakukan

praktik, langkah-langkah kegiatan pembelajaran praktik yang dapat

ditempuh oleh Widyaiswara antara lain :

a. Memberikan pengarahan umum tentang pembelajaran praktik.

7
Pada kegiatan ini yang dijelaskan adalah hal-hal umum yang ditulis

dalam panduan pembelajaran praktik, termasuk tata tertib.

b. Sebelum menugaskan peserta untuk melakukan pembelajaran praktik,

sebaiknya terlebih dahulu Widyaiswara melakukan demonstrasi atau

peragaan untuk mempertunjukan kepada peserta bagaimana

serangkaian kegiatan dilakukan sesuai dengan yang ada pada

prosedur kerja dan menunjukkan hasilnya. Demonstrasi dilakukan

tahap demi tahap. Pada setiap tahapan Widyaiawara memberikan

kesempatan kepada peserta untuk menyimak dan bertanya. Selain

oleh Widyaiswara, demonstrasi dapat juga dilakukan oleh orang lain

yang ahli atau dapat juga dilakukan oleh peserta yang memiliki

pengalaman/keterampilan dalam materi yang dipraktikan. Demonstrasi

dilakukan di lokasi pembelajaran praktik.

c. Langkah berikutnya memberikan kesempatan kepada peserta untuk

mempraktikan langkah-langkah yang tercantum dalam prosedur kerja.

Pada saat peserta melakukan praktik, Widyaiswara memberikan

bimbingan dan pengawasan secara terus menerus dan merata.

Apabila peserta melakukan kekeliruan, Widyaiswara berkewajiban

untuk segera membetulkannya. Bimbingan dan pengawasan dapat

berupa bimbingan individual, kelompok atau bimbingan keseluruhan.

d. Setelah semua peserta melakukan praktik, Widyaiswara beserta

peserta kemudian melakukan refleksi dengan cara mengevaluasi

pengalaman belajar yang telah dilakukan.

3. Evaluasi Hasil Belajar

8
Untuk mengetahui apakah telah terjadi perubahan

kompetensi/kemampuan setelah peserta mengikuti pembelajaran selama

diklat, maka dilakukan evaluasi hasil belajar. Dalam pembelajaran praktik

perubahan yang diharapkan terutama adalah perubahan keterampilan,

oleh sebab itu evaluasi hasil belajar pada pembelajaran praktik diarahkan

untuk menilai apakah telah terjadi peningkatan atau perubahan

keterampilan peserta diklat.

Untuk mengetahui adanya perubahan / peningkatan keterampilan maka

dilakukan tes unjuk kerja dan bukan tes verbal. Tes unjuk kerja adalah

salah satu bentuk evaluasi hasil belajar dimana peserta ditugaskan

melakukan sesuatu dan Widyaiswara menilai cara peserta melaksanakan

tugas dan atau kualitas akhir pekerjaan. Untuk melakukan tes unjuk kerja

diperlukan adanya alat penilaian berupa lembar penilaian.

Beberapa bentuk tes unjuk kerja yang dapat dilakukan oleh Widyaiswara

adalah :

a. Tugas mengerjakan sample kerja ( work sample test)

Pada tes ini peserta ditugaskan untuk melaksanakan sebagian tugas

dari yang tercantum dalam prosedur kerja dengan menfokuskan

kepada aspek yang lebih penting atau sebagian tugas yang akan

menentukan keberhasilan dari keseluruhan tugas

Misalnya praktek mata diklat pemupukan bibit pada diklat Pengadaan

Bibit dengan indikator keberhasilan sebagai berikut :

Setelah selesai mengikuti pembelajaran praktik peserta mampu :

- mengidentifikasi bibit yang akan dipupuk ;

9
- menyiapkan bahan dan alat untuk pemupukan;

- melakukan pemupukan; dan

- melakukan pencucian sisa pupuk pada bibit.

Pada kegiatan evaluasi secara work sample test, yang dievaluasi

hanya kemampuan melakukan pemupukan.

b. Tes mengerjakan tugas lengkap

Pada tes ini peserta ditugaskan untuk mengerjakan suatu tugas

secara lengkap dari awal sampai akhir. Dari contoh praktik mata diklat

pemupukan bibit pada diklat Pengadaan Bibit, yang dievaluasi

adalah :

- cara mengidentifikasi bibit yang akan dipupuk;

- cara menyiapkan bahan dan alat untuk pemupukan;

- cara melakukan pemupukan; dan

- cara melakukan pencucian sisa pupuk pada bibit.

Walaupun pada tes ini semua langkah dievaluasi, namun dalam

penilaiannya dilakukan terpisah dengan menggunakan lembar

penilaian sendiri untuk setiap komponen keterampilan.

c. Tes mengidentifikasi

Tes mengidentifikasi merupakan salah satu bentuk tes unjuk kerja

yang dapat dilakukan oleh seorang Widyaiswara. Tes ini dapat

diberikan secara tertulis atau lisan, namun sebaiknya lisan. Bentuk tes

ini agak berbeda dengan kedua bentuk tes tersebut diatas, karena

pada tes ini peserta tidak mengerjakan suatu tugas secara langsung.

Tugas yang diberikan kepada peserta hanyalah menyebutkan atau

10
menuliskan nama benda nyata yang ditunjukan kepadanya seperti

jenis pupuk, pestisida, jenis pohon, jenis kayu, alat-alat ukur dan lain

sebagainya.

Mata diklat yang bentuk tes nya dengan cara mengidentifikasi antara

lain pengenalan jenis kayu , pengenalan jenis pohon, pengenalan

jenis benih dan pengenalan alat-alat pengukuran.

d. Tes unjuk kerja dengan kertas dan pensil

Tes yang termasuk dalam golongan ini pada umumnya adalah

evaluasi hasil belajar pembelajaran praktik mata diklat sosial ekonomi

atau manajemen seperti antara lain penyusunan materi penyuluhan,

penyusunan rencana penyuluhan dan pembuatan alat bantu

penyuluhan pada diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan serta

Penyusunan Rencana Pengamanan Kawasan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Kawasan pada diklat Pengelolaan Kawasan

Konservasi.

Pada bentuk tes unjuk kerja ini, bila waktunya memungkinkan hasil

pelaksanaan praktek dapat dipresentasikan.

Untuk membatasi subyektifitas dalam menilai tes unjuk kerja, penilaian

hendaknya dilakukan oleh paling sedikit 2 (dua) orang. Nilai tes unjuk

kerja merupakan kompilasi dari nilai aspek-aspek perbuatan yang

mungkin muncul dari sebuah tugas, diantaranya :

a. Proses atau langkah pelaksanaan kerja

b. Ketepatan

c. Kecepatan

11
d. Hasil pelaksanaan kerja

e. Keselamatan kerja

Masing-masing aspek tidak harus diberi bobot nilai yang sama. Penilaian

dititik beratkan kepada langkah mana atau aspek mana yang sangat

menentukan dalam keberhasilan kerja.

D. PENUTUP

Salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

diklat adalah kemampuan Widyaiswara dalam menfasilitasi proses

pembelajaran praktik. Oleh sebab itu Widyaiswara ditutuntut untuk lebih

profesional dalam melakukan fasilitasi pembelajaran praktik.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi Widyaiswara dalam

merencanakan dan melaksanakan pembimbingan pembelajaran praktik.

E. DAFTAR PUSTAKA

1. ., 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor : 12 Tahun 2010 Tentang Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, serta Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan. Jakarta.
2. .., 2004. Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kehutanan Tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kewidyaiswaraan Lingkup Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan.
Bogor.
3. , 2008. Keputusan Kepala Pusat Diklat Kehutanan
Nomor : P.19/Dik-2/2008 Tentang Pedoman Bimbingan Praktek Lapangan.
Bogor
4. Sastrawijaya Tresna. 1991. Pengembangan Program Pengajaran. Rineka
Cipta. Surabaya.
5. Schippers Uwe dan Patriana Madya Djadjang. Pendidikan Kejuruan di
Indonesia. Angkasa. Bandung

6. Suryadi, A. 1989. Membuat Siswa Aktif Belajar .Mandar Maju. Bandung.

12
13

Anda mungkin juga menyukai