Relatif baru, namun kombinasinya sudah lama yaitu antara kualitatif dan kuantitatif,
sudah sejak lama di kombinasikan, nyebar kuesioner diikuti wawancara mendalam,
sebagai sebagai pengumpulan data yang di combine. Yang baru adalah mixed method
sebagai desain penelitian yang berdiri sendiri. Itu yang baru. Bahwa desain penelitian
ada cross sectional, case control, cohort. Kalau pakai intervensi, eskperemental, selain
kuantitatif ada juga yang kualitatif, kalau yang sosialog banyak yang menggunakan.
Yang sekarang desainnya berkembang, sebagai suatu desain yang utuh. Kalau kita
membayangkan mixed salad, meskipun mixed tetap ada aturannya. Jadi setiap memilih
tetap ada aturannya. Referensi utamanya banyak, ada beberapa, misalnya Crewell dan
Clark. Khusus mengenai mixed method.
Kalau mereview sebentar, yang sudah dikenal. Penelitian itu dilihat dari symbol ini saja.
Simbol E. menunjukkan bawha familiar dengan paradigm yang lain. Itulah kalau meneliti
design kuantitatif, semua serba mengendalikan, misalnya sampelnya. Kualitatif
menggunakan paradigm berdasarkan fenomena yang ada, semakin surprising, semakin
menarik. Mixed method jelas merupakan kombinasi riset kualitatif dan kuantitatif
dengan berbagai proses riset, baik pada desainnya, cara pengumpulan data maupun
analisis datanya. Tujuannya berangkat dari masing-masing punya streng dan
weekness, berusaha weknes yang satu dikombine dengan desain yang lain agar dapat
pemahanan yang lebih baik terhadap fenomena. Kalau kita lihat dari data analisis, kalau
dibayangkan untuk membuat kuesioner tertutup. Biasanya di akhir kita masukin item
pertanyaan terbukanya. Apakah ini bisa disebut mixed method? Jawabannya tentu
tidak, karena tidak memenuhi ketiga syarat yang ada. Begitu pula peneliti kualitatif,
kadang-kadang di judul kualitatif, tetapi diakhir ada yang menghitung. Belum tentu ini
mixed method. Karena tidak memenuhi syarat ketiga hal tersebut.
Jawaban:
Kalau kita bicara mixed method harus familiar dengan isu dari kualitatif maupun
kuantitatif, karena ada isu dari mixed method yang dibagun tersendiri. Karena validity
dari masing-masing validity tetap menggunakan kaidah masing-masing
Ali:
Kalau kita mempelajari kualitatif untuk mengkritisi teori, ketika mixed method
diterapkan, bagaimana mengkritisi teori yang baru. Kalau kualitatif jelas.
Jawab:
Kualitatif yang tujuan akhirnya menghasilkan teori baru yaitu menghasilkan grounded,
kalau yang lebih apply ke ujung tidak sampai pada tataran menghasilkan teori baru,
kalau mixed metho ada varian desainnya. Tetapi secara umum, filosofinya tidak
menghasilkan terori baru, tetapi insid terhadap suatu masaalah penelitian dipahami
secara lebih komprehensif. Contoh sederhana, intervensi dengan pelatihan, ada group
yang dilatih da nada yang tidak di latih, hasil akhirnya yang punya kelompok control dan
intervensi adalah ada peningkatan hasil pre dan post tes nya. Kalau hanya studi pre
post with control group, bisa saja terjadi selisih yang tidak significan, pemahanan ini
masih spasial. Pertanyaan untuk melengkapi, pertanyaan mengapa dan kenapa.
Kemudian dan bertanya lagi pada kontek itu yang terjadi diluar rumor pengenai insentif.
Sehingga ada stimulus lain. Jadi lebih ke pemahaman terhadap masalah untuk
pemahaman teori baru.
Ekploratori adalah yang utama dengan kualitatif untuk mengekplor baru ke kuantitatif.
Kalau untuk memadukan antara desain kuali dan kuanti berdiri sendiri secara parallel,
tidak tergantung satu sama lain, kalau memadukan dua parallel studi, yang kemudian
memadukan. Kalau embedded satu desain merupakan bagian desain yang lain, lalu
disitu ada bagian yang diteliti secara kualitatif. Desain mixed methodnya yang mana,
apakah yang explanatory maupun eksploratif.
Yang paling sering digunakan adalah yang konekting, yang artinya ada urutan tertentu.
Yang diikuti explanatory maupun explanatory. Lihat desain utama apakah kualitatif atau
kuantitatif, apakah dua paradigm ini bisa dipakai sejajar. Karena paradigmanya
tabrakan, karena yang satu bersifat pasti dan yang lain berbeda. Kalau di sini kualitatif
kita taruh didepan, kemudian kuantitatif didepan.
Kita lihat contoh pertama, yang kualitatif didepan diikuti yang kuantitatif:
Studi kualitatif mengenai strategi yang digunakan oleh masyarakat miskin ke pelayanan
kesehatan dengan pendekatan demografi. Ada lima strategi yang dilakukan oleh
responde hasil penelitian dari aspek.
Dari sini terlihat pemahaman bahwa strategi yang paling banyak dipakai adalah
mendelay kemudian ke finance. Ini dilakukan secara beruurta, hasil yang satu
berpengaruh terhadap hasil yang lain. Penyusunan kuesioner bedasarkan hasil studi
kualitatif. Hasilnya lebih untuk ke generalisasi.
Urutannya dari kuantitatif ke kualitatif: pelibatan praktisi swasta dalam program TB.
Studi untuk mengembangkan model keterlibatan praktisi swasta dalam program TB
pada tahun 2004-2005. Tidak punya data untuk karakteristik dari praktisi yang ada data
TB puskesmas, jadi awalnya ingin tau karakteristik praktisi swasta. Di awal kita bikin
survey, dokter praktik di jogya, hunting praktisi, kita lakukan survey by phone. Jadi
dapat data mana praktisi yang punya banyak pasien TB, sehingga survey ini di awal
justru memberi masukan untuk sampling di awal.ketika bikin FGD saya tau, kalau
dokter umum yang diundang yang mana, cenderung punya pasien TB yang banyak,
membantu karakteristik sampling yang membantu smapling, hasil utamanya tetap
model yang akan diterapkan.
Yang ketiga: pelatihan selalu diharapkan pelatihan tetap diharapkan nilai lebih tinggi
dari yang control, apakah ada control dulu, ini yang berusaha dijelaskan dengan
kualitatif. Desain ini dilakukan desain spontan, tetap setelah kepepet, dilakukan.
A; jadi desain itu sebaiknya di desain dan direncanakan dari awal, sehingga kita tidak
bisa yakin, jadi langsung did desan=in dari awal.
Q: misalnya tidak ada perbedaan antara desain dan control, apakah tidak berhasil
A: secara ilmiah dipembahasan akan dijelaskan tidak ada perubahan secara mixed
method, jadi dalam pembahasan kita menduga. Jadi semua menduga berdasarkan
hasil awal. Bahkan sebetulnya hasilnya significan, kita harus bahas.
A: bisa sama bisa tidak, tergantung desain Mix methodnya, kalau yang pelatihan dulu,
berarti kita bisa ambil dari responden yang sama, meski tidak di ambil sama semua.
Kalau kita bicara contoh 1 untuk menghasilkan strategi dulu, jadi kita pakai probability
sampling, jadi bisa di ambil yang sama atau berbeda. Kalau pakai trianggulasi, berdiri
sendiri dan dilakukan parallel
Q: misalnya penelitian kuantitatif sampelnya 300, pada kualitatif di ambil 20, apakah
bisa equal hasilnya.
A: masing-masing desain punya role yang berbeda, akan berbeda dari role yang
kualitatif lebih menekankan pada karakteritis responden, bukan pada persoalan berapa
besar sampelnya. Kalau pengambilan 20 ini berdasarkan karakteristik yang mana,
kembali kemana. Untuk menjelaskan ke hasil penelitian. Jadi 20 ini di ambil dari 300
tadi. Mix metod untuk dilihat dijurnal memang belum banyak penelitian secara utuh,
meski sekarang sudah ada jurnal khusus untuk mixed method, bagaimana kaitannya
dengan riset kebijakan. Mengacu dari buku yang dipakai pa laksono, saya kita banyak
sekali contoh mixed method pada tatanan evaluasi. Pada tahapan pilot, pada tahapan
legislasi dan idea, saya kurang melihat. Kalau pada tatanan evaluasi.
Prof: pada tatanan legislasi, pada tatanan legislasi, pada tatanan masuk ke naskah
akademik, pada pilot, untuk membuktikan obat anti hipertensi, ini pilot akan banyak.
Dilihat dari kuantitatif dari logistic obatnya, di puskesmas misalnya tidak melihat
diagnosis yang benar. Ini perlu semacam kuantitatif untuk pilot. Kalau untuk naskah
akademik lebih kea rah meta analisis.
Trianggulasi studi lebih kearah teoritis manfaatna, apakah hasil keduanya mengkonfersi
satu sama lain atau berbeda.
Embeddeb, yang satu merupakan bagian yang lain. Kuantitatifnya merupakan bagian
dari kualitatif atau sebaliknya.
Contohnya: prevalensi HIV pada penderita TB, yang dilakukan semua pasien tb di
puskesmas ditawarkan pemeriksaan HIV, dengan konseling, yang tidak di interview
singkat kenapa menolak, tujuan mencari prevalensi TB, ada komponen kualitatif karena
mengapa tidak mau. Kita beri alasan kenapa tidak, jadi kualitatifnya merupakan bagian
dari kuantitatif.
A: ini embeddeb. Karena ini menggali pada pasien yang memang sebagian dari studi
kuantitatif.
Hasilnya selain ingin tau hasilnya. Maka dicari alasan dari segi petugas, jadi bisa saja
angka yang ditemukan itu penolakan. Dibuku ini memang tidak ada flow chart ini. Ini
dibaut untuk mempermudah. Pertanyaan awal adalah apakah membutuhkan data
kuantitatif dan kualitatif. Kalau mantap menjawab Ya, maka harus dilakukan
pengumpulan data bersamaan atau tidak. Kalau ya, berarti kearah konkuren, kalau
tidak.
A: di bagian khusus akan lebih dirinci lagi, lebih jelas. Tapi bisa saja bapak ibu, tetapi
sejak awal dibeli clue untuk cara mencapainya, ini tidak menjadi persoalan.
Q: tentang uji validitas dan realibitas, apakah dengan mixed method untnuk kualitatifnya
perlu dilakukan uji validitas, apa indicator tool yang kita gunakan valid
Q: masih berkaitan dengan tujuan penelitian, bisa dibagi 2 antara kualitatif maupun
kuantitatif.
A: bisa saja, tetapi menjadi 3 harus menjelaskan tujuan kualitatifnya, kuantitatifnya dan
alasan keduanya.
A: saya kita karena sudah ada, sesuai dengan guiden, apa yang akan dicapai ditujuan
ini tetap ada, additional kita adalah bagaimana mencapainya kita masuki sedikit, ketka
mixed method sering lupa dicantumkan didepan. Perlu mensosialisasikan ke reviewer,
mulai mensosialisasikan. Dalam buku metodelogi yang ada.