Anda di halaman 1dari 57

DIARY METODE PENELITIAN POLITIK 2 (MPP 2)

NUR WASILAH – F1D016026

Prolog

Sekarang aku masuk pada kuliah metode penelitian politik 2 (MPP 2) atau
disebut dengan metode penelitian kualitatif. Setelah melewati masa-masa yang
begitu luar biasa akhirnya aku sampai pada mata kuliah ini yang outputnya adalah
proposal. Dan parahnya mata kuliah ini dibarengi dengan mata kuliah metode
penelitian politik satu atau metode penelitian politik kuantitatif. Dan outputnya
juga adalah proposal. Bayangkan saja ya ya Ada begitu banyak proposal yang
harus aku buat Di semester ini. Tapi aku yakin sih Pasti bisa melewatinya.
Meskipun diary kali ini aku tetap membahas tentang apa yang disampaikan dosen
di kelas, tapi sebenarnya aku bakal memfokuskan diriku ini buat menceritakan
Bagaimana aku bisa menemukan topik nya aku dan bagaimana aku menulis
proposal hingga jadi. Maksudnya jadi dikumpulkan bukan jadi dalam sebuah
proposal langsung diseminarkan. Oke baiklah Aku tidak mau berpanjang lebar
langsung saja masuk pada pertemuan pertama. Oh ya jadi di mata kuliah ini ada 2
dosen pengampu yaitu Bu sofa dan Miss Anna.

KAMIS, 28 FEBRUARI 2019

Pertama

Pada pertemuan pertama di mata kuliah ini hadirlah 2 dosen metode


penelitian kualitatif sekaligus. Ketika mereka masuk Bu sofa mengawalinya dan
menyampaikan bahwa kita itu perlu membuka catatan MIP lagi. Jujur aja aku juga
sudah lumayan berupa tentang materi perspektif dan paradigma itu. Jadi kali ini
aku dan teman-teman bakal difokuskan untuk belajar tentang pendekatan dan juga
mengulang materi terkait metodologi yang khusus buat kualitatif. Bisa dikatakan
kalau kuliah ini merupakan praktik dari paradigma non positifisme. Ingatlah yaitu
paradigma yang gimana dan paradigma itu terbagi jadi apa aja dan aku nggak mau
menjelaskannya lagi karena sama aja aku mengulang diri MIP.
Seperti yang udah aku bilang tadi kalau di mata kuliah ini aku bakal
belajar tentang pendekatan kualitatif yang merupakan refleksi dari paradigma non
positivisme. Apa saja pendekatan kualitatif itu? Kurang lebihnya seperti dibawah
ini nih.

- Studi Kasus

- Etnografi

- Semiotika

- Hermeneutika

- Analisis wacana

- Fenomenologi, dll

Sebelum Middle Test : PARADIGMA dan PENDEKATAN harus sdh donk !

Kemudian Bu Sofa itu bilang kalau kita itu perlu mencari topik mulai dari
sekarang. Kalau kata beliau untuk menemukan masalah itu caranya nggak begitu
sulit kok karena kita bisa melihat apa yang terjadi di sekitar kita dengan
melibatkan paradigma dan menggunakan pendekatan serta perasaan dan atau
sensitifitas. Karena yang diharapkan oleh para dosen itu di akhir semester 6 atau
di ujian akhir semester outputnya itu proposal sehingga semester 7 nanti proposal
itu bisa masuk komisi tugas akhir sehingga bisa langsung nulis skripsi dan
semester 8 bisa selesai. Terlalu indah untuk dibayangkan. Dan terlalu indah untuk
menjadi kenyataan.

Tapi sebenarnya aku itu udah ada gambaran topik yang terkait dengan
politik identitas. Aku nggak tahu bagi orang lain tapi itu menarik atau enggak ya.
Cuma aku merasa tertarik buat nulis topik itu karena nggak tahu kenapa ketika
aku aku menemukan berita tentang politik identitas di negara Myanmar rasanya
tuh makin semangat baca. Cuman aku belum tahu bakal nulis itu atau enggak ya.
Tapi pada intinya sementara aku ada gambaran tentang itu tentang apa yang akan
aku tulis.
Nah setelah Bu Sofa selesai menyampaikan beberapa patah kata
selanjutnya Miss Ana. Di sana juga menyampaikan kalau kita itu perlu buka lagi
catatan di semester lalu tentang metodologi. Karena di mata kuliah ini bakal
difokuskan ke pendekatan, jadi nanti bakal lebih paham kalau pendekatan Ini
pakainya paradigma apa atau perspektif apa. Begitu cuy. Pil juga menyampaikan
kembali kalau mata kuliah metode penelitian politik kuantitatif dan kualitatif itu
outputnya sama yaitu proposal. Nanti tinggal mana yang bakal dijadikan sebagai
proposal penelitian yang dilanjutkan dalam artian yang diterima oleh komisi tugas
akhir.

Jadi deskripsi dari mata kuliah metode penelitian kualitatif ini merupakan
materi tentang metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman ilmu. Inget nih ya !! Ilmu politik.
Hal ini merupakan tantangan buat kita semua biar bisa memilah-milah dan
membedakan antara ilmu politik dengan kajian ilmu lainnya seperti halnya ilmu
komunikasi, AN, HI, dan sosiologi.

Pada materi metode penelitian kualitatif ini ada beberapa sub pokok bahasan
antara lain adalah sebagai berikut.

Sub pokok bahasan :

1. Karakteristik

2. Metodologi

3. Pendekatan

Dan masing-masing jenisnya => Penyusunan => penulisan proposal penelitian


kualitatif.

Evaluasi:

Latihan tugas terstruktur.

Outline sendiri-sendiri. => Outline ini yang akan menjadi proposal penelitian.
(Buat middle test).
Ini nih kira-kira kita mau ketemu di tanggal ini.

1. 28 feb : Silabus dan kontrak

2. 7 maret

3. 14 maret

4. 21 maret

5. 28 maret

6. 4 april

7. 11 april : studi kasus, semiotika

11 april – 9 mei : ada tanggal 18 mei, 25 mei, dan 2 juni

8. 2 mei : rancangan pembuatan outline untuk proposal penelitian .

9. 9 mei : rancangan pembuatan outline untuk proposal penelitian .

10. 16 mei : konsultasi

11. 30 mei:

12. 13 juni:. perumusan topic, pendahuluan (LB, ruusan dan pembatasan


masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian)

13. 20 juni : tinjauan pustaka, kerangka teoritis dan pemikiran penelitian,


penelitian terdahulu

14. 27 juni : metodologi penelitian, pedoman wawancara

Udahlah ya karena sebenarnya hari ini cuma kontrak perkuliahan Ya udah jadi
cuma gitu aja. Intinya di kuliah pertama mbp kualitatif ini aku semangat banget
karena harus mencari topik.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
SABTU, 9 MARET 2019

Kedua

Ya untuk pertemuan kedua itu dilakukan pada tanggal 9 Maret 2019 pada
hari Sabtu alias pada hari libur. Karena sebenarnya kita itu lupa tentang
metodologi akhirnya Bu Sofa mengulang metodologi, secara pasaran. Dimulai
dari tentang filosofi paradigma.

FILOSOFI PARADIGMA

Paradigma Non-Positivisme,  terdiri dari beberapa.

- Konstruktivisme

- Teori Kritis

- Dekonstruksionism

Meskipun sama, konstruktivisme ini memiliki perbedaan.

KONSTRUKTIVISME

Konstruktivisme : Memandang ilmu sosial sbg sebuah analisis sistematis yang


sesungguhnya penuh dengan makna sosial. Caranya : mengamati langsung dan
rinci terhadap pelaku sosial dalam setting keseharian yang alamiah,  agar
mampu menafsirkan bgma para pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan
dan memelihara dunia sosial mereka.

 Yang terlihat belum tentu apa yang terjadi

 Menggunakan panca inderaa dan perasaan. Jadi, peneliti ikut terlibat.

 Misal : dalam sebuah rapat terjadi perdebatan untuk menyuarakan aspirasi.


Dan ketika kita hadir, maka kita tdk hanya melibatkan panca indera, tetapi
juga melibatkan perasaan untuk memahami yang diamati.

 Mengonstruksikan dari apa yang terlihat


Ontologi  Bersifat reativisme : realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran
suatu realitas bersifat relative, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan
oleh pelaku. Setiap peneliti menafsirkannya berbeda-beda. Nilai dan pengalaman
memberikan pengaruh yang besar terhadap konstruksi setiap peneliti.

 Kesimpulannya bersifat spesifik, khusus, induktif, unik.

 Kualitatif ini berasal dari Fakta, bukan teori. Karena teori itu asal(dasar)
Kuantitatif. Teori hanya mengkerangkai peneliti dalam menafsirkan,
bukan sebagai dasar ketika mengonstruksikan. Jadi, hanya membantu
peneliti dalam menganalisis.

 Bersifat tidak universal

Apa yang menjadikan penafsiran berbeda => Ada nilai yang dipegang setiap
peneliti, dan itu berbeda-beda.

Epistemologi  Transaksionalis/ Subjektivist : Pemahaman suatu realitas, atau


temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti.

Konstruksi menuntut interaksi yang intensif antara peneliti dengan yang diteliti.

Aksiologi  Fasilitator:

- Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari
penelitian.

- Peneliti sbg passionate pasrticipat, fasilitator yang menjembatani


keragaman subjektivitas pelaku sosial.

- Tujuan penelitian : rekonstruki realitas sosial secara dialektis antara


peneliti dan yang diteliti.

Pendekatan kualitatif pada dasarnya merupakan penggalian interpretasi setiap


subjek peneliti. Dengan demikian maka peneliti memiliki hubungan yang dekat
dengan apa yang diteliti sehingga memiliki rasa empati. Temuan yang
menggunakan pendekatan kualitatif ini merupakan teori yang yang dimunculkan
atas dasar data empirik. Dalam artian kualitatif ini berawal dari fakta bukan teori.
Pada dasarnya pendekatan kualitatif ini tidak berstruktur sehingga desain
penelitian lebih bersifat fleksibel karena bisa jadi desain penelitian dengan yang di
lapangan itu tidak sama. Bagaimana tidak kan fakta itu bersifat dinamis sehingga
bisa berubah-ubah keadaannya, tempatnya, atau informannya. Dan perlu diingat
bahwa pendekatan kualitatif ini ideografik yaitu bersifat unik, spesifik, tidak
general, dan tidak universal. Dalam hal ini konstruksi sosial dari peneliti sangatlah
penting. Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif ini mengaitkan alalisis
pada level level yang berbeda.

Kalau mau tahu yang lebih jelasnya dalam bentuk poin poin lihat yang lebih
ringkas nya ini nya tentang bagaimana pendekatan kualitatif itu.

Pendekatan Kualitatif :

- Penggalian interpretasi subjek

- Hubungan dekat – empati – outsider

- Emergent atau ekxplanatori : teori dimunculkan atas


dasar data empiric

- Tidak berstruktur  Desain penelitian bersifat lebih


fleksibel  Karena bisa jadi desain penelitian dengan
yang di lapangan tidak sama  Dinamis  bisa
berubah keadaannya, tempatnya, informannya, dll.

- Ideographic  Unik, spesifik, tidak universal, tidak


general.

- Prosesual, dan realitas merupakan produk konstruksi


sosial

- Multilevel analysis (mengaitkan analisis pada level-


level yang berbeda)
Karakterisitik penelitian kualitatif :

1. Bersifat Induktif

2. Memandang wilayah penelitian dan orang2 di dalamnya sebagai


kesatuan

3. Peka terhadap efek yang ditimbulkannya kepada orang yang ditelitinya

4. Memahami orang yang ditelitinya melalyi cara atau kerangka berfikir


orang tersebut.

5. Penelitian kualitatif perlu menyingkirkan keyakinannya,


perspektifnya, dan kecenderungan-kecenderungan yang dimilikinya
sendiri.

6. Bagi kualitatif, semua perspektif itu berharga

7. Penelitian kualitatif bersifat humanistic

8. Menekankan validitas dalam penelitiannya.

9. Semua situasi dan orang yang ada di dalamnya menarik untuk


dipelajari

10. Penelitian kualitatif adalah craft.

KRITIS

Ontologi  Historical Realism : Realitas yang teramatu merupakan


realitas “semu” (virtual reality) yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan
kekuatan2 sosial, budaya, dan ekonomi politik.

Di sini ada dominasi-dominasi tertentu. Yang terlihat adalah sesuatu yang palsu
yang dihadirkan oleh kekuatan2 yang mendominasi sehingga memunculkan
kebenaran palsu.
Epistemologi  Transaksional/Subjektivist : Hubungan peneliti dengan
yang diteliti selalu dijembatani dengan nilai2 tertentu. Pemahaman tentang suatu
realitas merupakan value mediated findings. Untuk mendepatkan kebenaran yang
intensif, maka perlu kedekatan yang lebih intensif. Intensivitas untuk mendorong
kedalaman riset. Peneliti perlu untuk menyadarkan yang diteliti, bahwa ada
dominasi kekuasaan tersebut.

Aksiologi  Activist :

- Nilai, etikda, dan pilihan moral merupakan bagian takterpisahkan dari


penelitian

- Peneliti menempatkan diri sebagai transformative intelektual, advokat, dan


aktivis

- Tujuan penelitian : kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan sosial


empowerment.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
SABTU, 16 MARET 2019

Ketiga

Alhamdulillah sudah pertemuan ketiga dan akupun merasa semakin


bingung karena aku tidak yakin mengambil topiku. Sebenarnya aku udah konsul
di kapita selekta dengan Pak Lutfi terkait topiku itu. Tapi aku perlu ada sesuatu
yang harus meyakinkanku bahwa aku tepat mengambil topik. Tapi sebenarnya
aku juga udah mulai menulis terkait dengan outline nya. Pokoknya luar biasa
banget deh buat menemukan topik.

Nah di pertemuan ketiga ini masih merupakan terusan dari pertemuan


sebelumnya ya. Dosenku itu menyampaikan kalau kebutuhan penelitian tentang
fenomena sosial itu tidak cukup terhadap sesuatu yang bisa diukur saja. Oleh
karena itu kualitatif juga mencakup kritik etik dan epistemologi yang begitu
Kompleks terhadap ilmu-ilmu sosial yang tradisional. Misal kalau kita mau pakai
pendekatan kualitatif itu misalnya nih ya, tentang kriminalitas dan kemudian kita
interpretasikan fenomena sosial itu. Nah yang jadi pertanyaan kita itu Mengapa
perlu penelitian kualitatif? Bukannya udah ada kuantitatif yang bisa diukur. Yang
perlu kita tahu itu bahwa tidak semua hal bisa diukur dengan sesuatu yang pasti.
Ada hal-hal yang harus diinterpretasikan atau dikonstruksikan dan setiap orang itu
memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Jadi nantinya penelitian yang
interpretatif bisa menjadi tindakan politik yang progresif. Dengan penelitian
kualitatif juga bisa meningkatkan Project demokrasi yang komit terhadap keadilan
sosial dalam era yang tidak jelas ini. Keren nggak tuh.

Tujuan aksiologinya misalnya itu bisa menciptakan lebih dalam


masyarakat demokratis yang bebas. Tapi yang perlu kita tahu nih ya kalau
kualitatif itu nggak selalu lancar karena ada semacam perubahan pada penelitian
kualitatif itu sendiri. Kayak yang udah aku bilang kalau fenomena sosial itu
dinamis.

Kalau kita menggunakan metode kualitatif itu maka kita membangun


gambaran yang kompleks yang utuh atau holistik dengan pandangan yang detail
dan tidak ada generalisasi. Dalam hal ini peran informan sangatlah penting.
Penelitian ini merupakan produksi dari temuan dan bukan merupakan hasil dari
hitung sehingga penelitian kualitatif sangat memungkinkan untuk menemukan
sesuatu yang baru dan bisa menghasilkan suatu teori. Dengan penelitian kualitatif
juga bisa mendapatkan perspektif yang baru dari sesuatu yang sudah diketahui
dan bisa menemukan aspek baru yang akan diteliti. Jadi Hal ini bisa terjadi
dadakan gitu loh nggak seperti kuantitatif yang harus dirancang dari awal
sedemikian rupa dan harus dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Asumsi dari pendekatan kualitatif itu mampu menekan proses daripada


hasil karena sifatnya yang dinamis itu. Peneliti kualitatif itu akan selalu mencari
makna dari apa yang diteliti dengan cara menginterpretasikan nya sesuai pola
pikirnya. Dengan demikian bisa dikatakan kalau asumsi kualitatif itu instrumen
utamanya adalah diri sendiri karena dapat diinterpretasi oleh diri sendiri atau oleh
peneliti itu. Asumsi kualitatif itu lebih ke kerja lapangan meskipun ada juga yang
studi pustaka tapi dalam hal ini lagi ngomong tentang kualitatif yang kerja
lapangan ya. Kualitatif juga bersifat deskriptif yang mendeskripsikan sesuatu
dengan lengkap dan utuh. Dan cara berpikir dari penelitian yaitu induktif yaitu
dari hal-hal kecil yang menghasilkan sesuatu yang besar dalam artian fakta bisa
menjadi teori atau khusus bisa menjadi umum.

Untuk metode kualitatif ini lebih sering diawali dengan pertanyaan apa
dan bagaimana karena dengan pertanyaan tersebut maka jawabannya merupakan
suatu deskripsi atau penjelasan. Setelah itu juga perlu adanya data yang berupa
fakta. Nah kalau data itu sudah terkumpul barulah bisa melakukan analisis data
yang didasarkan pada reduksi atau interpretasi. Bagi orang-orang yang pengen
penelitian kualitatif di lapangan berarti harus banyak waktu di lapangan untuk
menemui informan demi mencari data. Dan orang-orang yang pengen penelitian
kualitatif harus bisa kuat nulis panjang karena sifatnya itu deskriptif.

Mungkin segitu dulu ya untuk hari ini karena penjelasan dari Bu sofa juga
masih terkait dalam tataran metodologi dan gambaran tentang kualitatif. Kalau
tentang topiku sendiri aku masih belum mikir buat hari ini karena masih stuck di
pikiran sebelumnya. Sebenarnya aku udah baca berbagai referensi tentang politik
identitas etnis rohingya. Cuman yang aku takutkan itu tentang unsur kebaruan dari
apa yang akan aku tulis nantinya. Jadi ya sudahlah malam ini akan aku pikirkan
dengan matang-matang dan lebih banyak baca referensi yang lain lagi sehingga
bisa yakin dan bisa menemukan unsur kebaruan dari apa yang akan aku tulis.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
KAMIS, 21 MARET 2019

Keempat

Oke setelah beberapa waktu lalu aku berpusing ria memikirkan topiku
sementara aku sudah menulis outline di kapita selekta dan mengkonsultasikannya
dengan Pak Lutfi, kini sampailah pada pertemuan ke-4 kuliah metode penelitian
politik kualitatif. Semoga di pertemuan keempat kali ini proses pencarian ku
tentang topik sudah mantap. Karena nih ya guys.... dosen tuh selalu ngompor-
ngomporin kalau kita itu suruh cepet-cepet cari topik dan suruh langsung nulis
topik itu ke dalam bentuk online biar enggak lupa. Sebenarnya nggak salah sih
cuma jadi ngerasa terburu-buru aja. Jujur aja semester 6 ini Aku merasa fokusku
itu dicurahkan kepada MPP 2 dan MPP1. Di sisi lain tugas mata kuliah yang
lainnya juga masih banyak. Bahkan apa yang aku ungkapkan dalam Diary ini
tidak sebanding dengan apa apa yang aku rasakan. Haha apaan sih.

Pokoknya ya ini di pertemuan ke-4 Mustofa ngasih 4 soal yang harus


dijawab dan dikumpulkan. Sebenarnya soal ini ibaratnya kayak ngulang kuliah
metodologi sih. Tapi bagaimanapun itu mau tidak mau aku harus membuka
metodologi lagi. Pinteran juga yah dosennya... biar mahasiswanya buka catatan
metodologi jadi dikasih tugas macam ini.

Mau tahu pertanyaannya apa aja? Nanti di bawah pertanyaan ini bakal aku
jawab langsung. Jadi buat di sana yang baca diaryku, Maafin ya kalau aku banyak
typonya karena ya memang beginilah tugas semester 6 yang sangat menumpuk.
Dan perlu diketahui bahwa laptopku itu autocorrect jadi kadang kalau aku pengen
nulis parlemen tiba-tiba jadi permen. Jadi maafin ya.

Tugas :

1. Bagaimana menjelaskan bahwa penelitian kualitatif berawal dari fakta,


bukan teori?
2. Berkaitan dengan keunikan penelitian kualitatif, jelaskan bagaimanakah
peneliti mengelola subjektivitasnya atau menempatkan diri di depan
subjek penelitian/sasaran penelitiannya?

3. Buatlah 3 topik tentang studi kasus dan mengapa tepat menggunakan studi
kasus sebagai pendekatan penelitian! Uraikan dengan lengkap!

4. Jelaskan bagaimanakah nilai-nilai kritis direfleksikan dalam penelitian


PAR. Buatlah contoh ! (Mulai dari karakteristik kritis itu yo)  Harus ada
perubahan ke yang lebih baik.

Ini nih penjelasannya..

1. Bagaimana menjelaskan bahwa penelitian kualitatif berawal dari fakta,


bukan teori?
Dalam suatu penelitian yang dilakukan, tentu menggunakan sebuah
metode yang tepat. Ada penelitian kualitatif dan ada penelitian kuantitatif, yang
keduanya memiliki basic yang berbeda. Untuk menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif berawal dari fakta, bukanlah dari teori, maka perlu memahami beberapa
hal. Pada dasarnya, yang berawal dari teori adalah penelitian kuantitatif, karena
penelitian kuantitatif bersifat deduktif, yaitu dari umum ke khusus. Dalam hal ini,
teori dalam penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji adanya hipotesis serta
menegakkan kebenaran dari suatu teori. Artinya, teori menjadi dasar penelitian
kuantitatif dan kemudian dijadikan sebagai standar untuk menyatakan sesuai atau
tidaknya sebuah fenomena atau gejala yang terjadi. Hipotesis yang diuji melalui
teori pada dasarnya merupakan penguatan atas asumsi terkait penelitian kuantitatif
yang bermaksud untuk melihat adanya keterkaitan antara variabel. Kebenaran
pada penelitian kuantitatif bersifat etik karena hal ini menyatakan benar atau
tidaknya suatu fenomena sehingga peneliti harus benar-benar mengacu pada teori
yang digunakan. Segala ukuran kebenaran harus disesuaikan dengan teori yang
digunakan.
Sementara penelitian kualitatif tidak didasarkan pada teori, tetapi
berawal dari fakta, karena pada dasarnya penelitian kualitatif tidak bermaksud
untuk menguji teori. Penelitian kualitatif kemudian akan melakukan
penggambaran atau deskripsi mendalam terkait dengan proses atau situasi yang
diteliti seperti apa adanya di fakta. Namun dalam hal ini bukan juga berarti
peneliti tidak mempunyai asumsi awal yang kemudian menjadi pokok
permasalahan pada penelitian. Namun pada dasarnya penelitian ini tidak bermula
dari keinginan peneliti untuk memecahkan suatu masalah yang sebelumnya sudah
dihipotesiskan karena tidak ada upaya pengujian hipotesis. Karena penelitian
kualitatif berawal dari fakta, maka dia bersifat fleksibel dan dinamis serta terus
berkembang. Hal ini terjadi karena ada proses penggalian makna yang berjalan
melalui serangkaian proses yang berkesinambungan dan kemudian bermuara pada
sebuah pencapaian makna pada objek kajian. Tidak heran apabila hal ini
memungkinkan adanya proses perancangan ulang dari Prosedur Penelitian.
Pada intinya, penelitian kualitatif tidak berawal dari deduksi teori tetapi
dimulai dari fakta empiris. Peneliti melakukan terjun lapangan atau dengan
mempelajari suatu fenomena dan proses atau penemuan yang hal tersebut terjadi
secara alami. Kemudian peneliti mencatat, menganalisis, dan menafsirkan
berbagai hal dari yang ditelitinya sesuai dengan fakta. Temuan penelitian
kualitatif yaitu dalam bentuk prinsip atau konsep, teori dikembangkan dan
dibangun dari fakta lapangan, bukan dari teori yang sudah ada. Perlu ditegaskan
kembali bahwa semua jenis penelitian bersifat ilmiah, sehingga peneliti perlu
berbeda teori. Teori dalam penelitian kuantitatif berfungsi untuk memperjelas
permasalahan yang akan diteliti sebagai dasar untuk merumuskan suatu hipotesis
dan dijadikan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Dengan
demikian maka landasan teori pada proposal penelitian kuantitatif harus sudah
jelas terkait teori apa yang dipakai.
Sementara dalam penelitian kualitatif, permasalahan yang dibawa
peneliti pada dasarnya masih bersifat sementara, apalagi fakta yang ditemukan
sifatnya dinamis, sehingga teori yang digunakan pada penyusunan proposal
penelitian kualitatif bersifat sementara, teori tersebut akan berkembang apabila
peneliti sudah memasuki lapangan atau memahami konteks sosial yang ditelitinya
sesuai dengan fakta. Dalam hal ini, kaitannya dengan teori, penelitian kuantitatif
bersifat menguji teori atau hipotesis, sementara penelitian kualitatif bersifat
menemukan teori yang didasarkan pada fakta. Jumlah teori yang digunakan pada
penelitian kuantitatif sesuai dengan jumlah variabel yang akan diteliti. Sementara
jumlah teori pada penelitian kualitatif bisa jauh lebih banyak karena perlu
disesuaikan dengan fenomena atau fakta yang berkembang. Bagi penelitian
kualitatif, teori hanya dijadikan sebagai pekal untuk memahami konteks sosial
atau fakta secara mendalam dan lebih luas. Karena hal yang mendasari penelitian
kualitatif adalah fakta atau fenomena yang terjadi dan kemudian dimaknai oleh si
peneliti. Penelitian kualitatif memperoleh data bukan sebagaimana seharusnya,
tetapi berdasarkan apa yang dialami dan terjadi di lapangan.
2. Berkaitan dengan keunikan penelitian kualitatif, jelaskan bagaimanakah
peneliti mengelola subjektivitasnya atau menempatkan diri di depan subjek
penelitian/sasaran penelitiannya?
Penelitian kualitatif pada dasarnya bersifat unik. Peneliti dalam
mengelola subjektivitasnya ketika menempatkan diri di depan subjek penelitian,
maka tidak ada jarak di antara keduanya. Hal ini berbanding terbalik dengan
penelitian kuantitatif yang menggunakan paradigm positivism. Pada penelitian
kuantitatif, peneliti tidak terlibat dengan objek penelitian, keduanya ada di ruang
yang berbeda. Sementara, penelitian kualitatif menggunakan paradigm
nonpositivisme, di mana peneliti terlibat dengan subjek yang diteliti, berada di
ruang yang sama, dan tidak ada jarak antara peneliti dengan yang diteliti. Jadi
gini, kalau yang penelitian kuantitatif (positivist) itu sifatnya objektive, berarti
yang penelitian kualitatif (nonpositivist) sifatnya subjektif, yang kuantitatif itu
landasannya adalah teori, yang kualitatif landasannya fakta, kalau yang kuantitatif
itu bersifat universal, berarti yang kualitatif orientasinya pada fenomena atau
gejala sosial atau fakta.
Dalam penelitian kuantitatif, apa yang diteliti disebut objek, sedangkan
kalau dalam penelitian kualitatif, apa yang diteliti disebut subjek. Jadi, subjek
meneliti subjek dan antarsubjek berada dalam satu tempat dan saling memaknai,
atau sering disebut dengan intersubjektivitas. Penelitian kualitatif ini
menginterpretasi. Peneliti dan yang diteliti saling menginterpretasikan fakta.
Dalam penelitian kualitatif, yang terlihat belum tentu apa yang terjadi. Tujuan dari
penelitian kualitatif ini adalah untuk memperoleh pemahaman atau understanding
atau versthen melalui deskripsi. Objek penelitian kualitatif memiliki paradigma
bahwasanya realitas itu bersifat relatif, yakni antara orang satu dengan yang
lainnya tidak sama dalam mengkonstruksikan sebuah realitas. Hal ini dikarenakan
objek tersebut bersifat unik dan tidak bia lepas dari kontekas, sehingga secara
ontologis dalam mengonstruksikan sesuatu itu bersifat subjektif, berlaku sesuai
dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial tersebut.
Perlu ditegaskan kembali, bahwa dalam mengelola subjektivitasnya di
depan apa yang diteliti, penelitian kualitatif ini bersifat subjektif, terlibat dalam
penelitian, dengan apa yang diteliti. Dengan demikian, segala interpretasi dari apa
yang diteliti memiliki makna. Subjektif yakni pemahaman suatu realitas (ontologi)
atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dan yang
diteliti. Jadi, secara epistemologi, dalam memahami suatu realitas itu melalui
interaksi. Untuk memahami objek yang diteliti maka subjek atau peneliti
melakukan pendekatan dan interaksi dengan objek. Adalah suatu
ketidakmungkinan bahwasanya subjek itu mampu memahami apa yang diteliti
tanpa melakukan pendekatan terhadap objek dan melakukan interaksi. Hal ini
bertujuan supaya peneliti mampu mengetahui makna yang sesungguhnya dari
yang diteliti, Jadi, di sini tugas seorang researcher atau peneliti adalah bukanlah
menjudge baik atau buruk, benar atau salah akan suatu objek penelitian, tetapi
tugas utama dari seorang peneliti jika dipandang dari sisi epistemologis
konstruktivisme ini adalah hanya memberi makna dari apa yang diteliti. Untuk
melakukan interaksi yang intensif sangat membutuhkan kepercayaan dari apa
yang diteliti, sehingga apa yang diteliti tidak menyadari bahwasanya ia sedang
masuk ke dalam objek penelitian.
Pada penelitian kualitatif, peneliti memandang wilayah penelitian dan
orang-orang di dalamnya sebagai kesatuan. Seperti inilah peneliti menempatkan
subjektivitasnya di depan sasaran penelitian. Peneliti peka terhadap efek yang
ditimbulkannya kepada orang atau apa yang ditelitinya. Ia juga mampu
memahami orang yang ditelitinya melalui cara atau kerangka berfikir orang
tersebut, sehingga perlu untuk menyingkirkan terlebih dahulu persepsi diri sendiri.
Bagi penelitian kualitatif, semua perspektif itu berharga karena penelitian
kualitatif bersifat humanistik. Dalam hal ini, semua situasi dan orang yang ada di
dalamnya menarik untuk dipelajari. Sehingga peneliti memiliki keterlibatan
subjektif dengan apa yang ditelitinya.
3. Buatlah 3 topik tentang studi kasus dan mengapa tepat menggunakan studi
kasus sebagai pendekatan penelitian! Uraikan dengan lengkap!
Dengan memperhatikan beberapa batasan penelitian kualitatif, dapat
dipahami bahwa pada hakikatnya penelitian kualitatif itu bisa menggunakan salah
satu pendekatan, yaitu studi kasus. Pendekatan studi kasus ini yaitu penelitian
yang terikat pada konteksnya. Maksudnya, semua rancangan studi kasus dalam
penelitian kualitatif selalu bersifat kontekstual, yaitu penelitian yang mendasarkan
kajiannya pada sifat kekhususan, dan sama sekali tidak ada usaha pemikiran untuk
melakukan generalisasi terhadap konklusi penelitian. Dalam pendekatan studi
kasus, kajiannya cenderung mengarah pada analisis hubungan sebab-akibat dari
beberapa konteks untuk dipahami maknanya.
Berikut ini 3 contoh penelitian yang menggunakan pendekatan studi
kasus.
- Konflik Politik Penegasan Batas Daerah Pemerintah Kota Cirebon dan
Pemerintah Kabupaten Cirebon: Studi Kasus Kelurahan Sukapura Tahun
2015 – 2016
Pendekatan yang mendukung dalam penelitian ini adalah pendekatan
studi kasus. Hal ini terjadi karena pendekatan studi kasus memungkinkan peneliti
mempertahankan karakter holistic dan bermakna dari kejadian natural atau alami
selama proses fenomena sosial terjadi. Dalam hal ini, peneliti menyelidiki dengan
cermat terkait suatu peristiwa, program, proses, atau aktivitas yang dibatasi oleh
waktu dan kejadian. Peneliti hanya fokus terhadap kasus itu saja. Ketika
melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan informasi dengan lengkap
menggunakan berbagai prosedur berdasarkan waktu yang sudah ditentukan.
Penelitian ini tepat menggunakan studi kasus, karena wilayah penelitian kemudian
menjadi sempit, tetapi bersifat mendalam. Hal ini sesuai dengan topik penelitian,
yang mengungkapkan konflik politik penegasan batas daerah Kelurahan Sukapura
Kecamatan Kejaksaan antara Kota Cirebon dengan Kabupaten Cirebon.
- Konflik Partai Demokrat: Studi Kasus Konflik DPC Partai Demokrat dengan
Forum Konco Lawas Demokrat di Kebumen
Penelitian ini tepat menggunakan pendekatan studi kasus, karena
peneliti memilih sebuah pilihan atas apa yang diteliti, yakni melakukan penelitian
atau studi terhadap suatu kasus. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan adalah
terkait apa yang bisa dipelajari oleh peneliti terkait sebuah kasus. Pada topic
penelitian, sudah tepat menggunakan pendekatan studi kasus karena bersifat
spesifik, yakni sebagai sistem yang khusus dan terbatas. Kasus tersebut memiliki
bounded system, atau sistem yang membingkai dan membatasi. Peneliti
melakukan studi terhadap pola perilaku sistem yang merupakan main key ketika
memahami kasus. Peneliti perlu untuk membingkai kasus tersebut sehingga fokus
pada suatu fenomena atau peristiwa pada jangka waktu tertentu, kemudian
mengkonseptualisasikan hal-hal yang ditemukan pada kasus.
- Dimensi Politik Pada Kasus Suap Ijon di Dinas Pendidikan Kabupaten
Kebumen tahun 2016 – 2017
Pendekatan studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok digunakan
untuk meneliti topik ini, apalagi pokok pertanyaan penelitian berkaitan dengan
"How" atau "Why" dalam sebuah kasus. Dalam hal ini peneliti hanya memiliki
sedikit doang untuk mengontrol berbagai peristiwa yang akan diselidiki dan jika
fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam
kehidupan nyata, sehingga Penelitian yang dilakukan diharapkan bisa
mengembangkan pola dalam hubungan antara korupsi dan politik pada kasus Ijon
Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen. Dalam hal ini, peneliti akan menghadapi
beberapa penafsiran. Pada penelitian ini, peneliti hanya ingin meneliti kasus
tertentu dan tidak mewakili kasus lainnya.
4. Jelaskan bagaimanakah nilai-nilai kritis direfleksikan dalam penelitian PAR.
Buatlah contoh !
Paradigma kritis berarti peneliti memberikan tafsir atas makna suatu
gejala yang terjadi pada pelaku sosial. Gejala tersebut berupa dominasi kekuasaan
dimana pelaku sosial tidak menyadari atas apa yang terjadi (dominasi kekuasaan
tersebut). Kemudian peneliti melakukan falsisikasi dan menyadarkan masyarakat
bahwasanya terdapat dominasi kekuasaan yang terjadi pada mereka. Di sini
peneliti memiliki keberpihakan. Peneliti melakukan perbaikan dan memberikan
solusi. Jadi paradigma kritis ini merupakan tafsir yang berpihak, dimana terdapat
dominasi kekuasaan. Paradigma kritis itu memaknai bahwasanya apa yang terjadi
tidaklah seperti apa yang terlihat.
Jika dilihat dari sisi ontologi, maka paradigma kritis ini bersifat
historical realism, yakni realitas yang teramati merupakan realitas yang semu
yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya,
ekonomi, dan politik. Dilihat dari sisi epistemologis, maka paradigm kritis ini
bersifat subjektivis, dimana pemahaman realitas atau temuan suatu penelitian
merupakan produk interaksi yang sangat intensif dimana terdapat keberpihakan
peneliti. Sedangkan secara aksiologis, paradigma kritis itu adalah activist, yakni
peneliti menempatkan diri sebagai transformative intellected, advokat, dan aktivis.
Nilai dan etika serta pilihan moral merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan kritik sosial,
transformasi, emansipasi, dan social empowerment.
Participatory Action Research merupakan salah satu pendekatan
penelitian dimana peneliti memahami serta menuliskan suatu proses sosial dan
kemudian melakukan tindakan intervensi yang dibutuhkan. Dalam hal ini peran
peneliti tidak hanya mengkaji permasalahan, tetapi juga mencari solusi untuk
penyelesaiannya sehingga bisa menuju ke arah yang lebih baik. Biasanya peneliti
melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah untuk memberikan solusi. Dan
biasanya juga akan dilakukan pemantauan terkait dengan hasil penelitian. Dalam
kata lain participatory action research merupakan proses pembebasan suatu
masyarakat dari relasi kekuasaan yang dominan yang menghambat masyarakat
tersebut untuk melakukan perkembangan. Bisa diartikan juga sebagai proses
masyarakat untuk membangun kesadaran diri melalui refleksi kritis dan dialog.
Tidak bisa dipungkiri bahwa paradigma kritis perlu dilakukan dengan baik dalam
melakukan penelitian dengan pendekatan Participatory Action Research. Action
research merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti sebagai penguatan rakyat
melalui penyadaran diri supaya melakukan tindakan untuk menuju perbaikan
Kondisi kehidupan mereka.
Urgensi dari Participatory Action Research ini dilihat bahwa selama ini
masih banyak hasil penelitian yang nyatanya tidak berpihak pada masyarakat yang
diteliti dan mendapatkan dominasi kekuasaan. Jika dilihat secara holistik,
penelitian pada umumnya berpihak pada kepentingan peneliti atau fanding
daripada masyarakat. Untuk itu maka nilai-nilai kritis perlu direfleksikan dengan
baik ketika melakukan penelitian dengan Participatory Action Research. Proses
penelitian perlu menjadi proses penyadaran baik bagi subjek penelitian maupun
objek penelitian. Peneliti dalam hal ini sebagai fasilitator sekaligus sebagai aktivis
untuk menyelesaikan masalah yang ada. Peneliti membongkar ideologi
kepentingan yang kemudian melahirkan pikiran-pikiran kritis serta melakukan
tindakan pembebasan dengan membela kelompok yang lemah. Karena hanya
dengan pengetahuan dan paradigma kritis maka bisa lahir tindakan yang kritis.
Ketika melakukan interaksi dengan subjek yang diteliti, maka interaksi tersebut
bersifat sangat intensif sehingga peneliti mampu memposisikan diri sebagai
subjek yang diteliti. Kemudian setelah itu peneliti berusaha untuk melakukan
penyadaran, kemudian melakukan perencanaan tindakan. Akhir dari Participatory
Action Research ini adalah adanya kondisi perubahan ke arah yang lebih baik.
Contoh penelitian :
- Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban
- Upaya Perempuan Aktivis Buruh Dalam Memperjuangkan Hak-
Hak Normatif Buruh Perempuan Di Perusahaan Dalam Negeri
- Rekonstruksi Pangan dan Harga Hasil Panen Bagi Masyarakat
Petani Ekonomi Kelas Rendah

PENDEKATAN

Selanjutnya dibahas tentang pendekatan. Biar lebih jelas mending


langsung lihat tabel berikut ini aja ya.
Paradigma Konstruktivism Paradigma kritis

Field Research 1. Etnografi - Participatory Action


(Penelitian Research
2. Fenomenologi
lapangan)
- Feminisme
3. Studi Kasus

4. Biografi

5. Grounded Research,
dst

Studi Pustaka Hermeneutika Analisis Wacana

Semiotika

Etnografi

Kita mengawalinya dari etnografi. Kalau secara epistemologi nih etnografi


ada dalam paradigma konstruktivisme. Etnografi ini merupakan gambaran sebuah
kebudayaan dari sebuah masyarakat sebagai hasil konstruksi peneliti dari
penelitian dalam masyarakat. Jadi pas si peneliti itu meneliti sebuah kebudayaan
maka peneliti nya harus ada di antara mereka dan tinggal di situ gitu loh. Keren
nggak tuh? Syarat utama etnografi itu peneliti di antara subjek yang diteliti nya
dalam waktu yang relatif cukup lama untuk hidup sehingga bisa terintegrasi
dengan masyarakat yang diteliti itu. Bahkan para ahli yang biasanya pakai
pendekatan etnografi bisa dengan orang yang ada di kebudayaan itu loh,
maksudnya di tempat dimana ia meneliti karena sangking lamanya dan sangking
menjiwainya. Dalam hal ini peneliti itu mengembangkan kesepakatan dengan
menggunakan konsep dalam pemikiran atau nilai-nilai masyarakat yang diteliti.
Bagi teman-teman atau aku yang pengen pakai pendekatan etnografi
berarti membutuhkan kedekatan yang intensif dalam berinteraksi. Selain itu juga
ada konsep kepekaan dalam etnografi dan hal ini sangatlah penting. Tujuannya itu
supaya bisa memahami realitas dari sudut pandang subjek penelitian dan hasil
penelitian pun bisa mendekati kebenaran. Bagi penelitian etnografi ini si peneliti
perlu membuat catatan harian sebagai laporan penelitiannya. Jadi kayak bikin
diary gini nih.

Perlu diketahui bahwa ma etnografi ini merupakan deskripsi tentang cara


berpikir atau hidup dan berperilaku yang menyajikan pandangan hidup dari subjek
penelitian. Ada beberapa pedoman ketika pengen melakukan penelitian dengan
pendekatan etnografi. Pertama, pengamatan itu harus dilakukan dengan
konstekstual yaitu tidak bisa menggunakan ukuran kebudayaan lain karena harus
sesuai dengan konteks kebudayaan yang diteliti. Kedua, dugaan dan pertanyaan
penelitian berlangsung dalam setting yang diamati karena ini merupakan
penelitian kualitatif sehingga tidak bisa dirancang di depan dengan sempurna. Nah
pas terjun ke lapangan ada banyak sekali hal diluar yang direncanakan sehingga
pertanyaan kepada informan pun bisa dikembangkan oleh si peneliti. Dalam hal
ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam yang baik sehingga yang
diwawancarai tidak merasa sedang diteliti. Dan yang diteliti itu percaya dengan
yang meneliti. Ketiga, pengalaman berlangsung lama atau berulang. Dalam hal ini
yang diamati adalah fenomenanya. Pengetahuan sosial budaya masyarakat bisa
membuat komunikasi yang berlaku masuk akal pada masyarakat. Misalnya kalau
meneliti tentang Suku terbelakang maka perlu menggunakan cara komunikasi
yang sesuai dengan sosial budaya mereka. Karena enggak mungkin banget kalau
mau meneliti suku anak dalam terus si penelitinya ngomong pakai bahasa gue lu.
Ya kali bisa jadi langsung menjadi santapan malam. Dan perlu diketahui bahwa
perspektif kebudayaan dari luar itu pasti ada. Etnografi ini membuat sesuatu yang
bersifat eksplisit dari pengetahuan sosial budaya yang berpengaruh tetapi tampak
implisit.
Ada beberapa metode utama etnografi yang bisa dilakukan seperti FGD,
wawancara, studi pustaka, dll. Bedanya tuh kalau etnografi ada kedekatan
Interaksi yang dalam.

Praktik etnografi :

1. Langkah umum, penetapan lokasi penelitian.

2. Observasi langsung hidup secara intim dalam waktu yang lama dalam
komunitas peribumi, mencatat dan merekam.

3. Alur maju bertahap.

Menetapkan informan, yg mengerti baik kebudayaan. Terlibat dalam


kebudayaannya, mau meluangkan waktu yang lama, menyampaikan kebudayaan
dengan apa adanya. Wawancara etnografis : tujuan eksplisit, peneliti dan informan
mengerti arah pembicaraan, contoh, apakah beda antara nyumbang dan hadiah?

Analisis dalam etnografi : analisis domain, taksonomi, komponen, dan tema.

Fenomenologi

Fenomenologi ini kuncinya dua nihh.

- Berbasis pengalaman hidup

- Tidak ada batas kasus yang bounded. Kasusnya nggak jelas.

Contoh : etnis arab dalam mengembangkan kelompok al irsyad. Ini kan ngga ada
kasus yang jelas. Kalau ada kasusnya kan misalnya implementasi kebijakan tidak
boleh ngasih uang ke pengemis. Kan ini jelas ada kasusnya.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
KAMIS, 4 APRIL 2019

Kelima

Alhamdulillah sekarang sudah sampai pada pertemuan ke-5 dan aku sudah
mulai merasa lelah. Sebenarnya hari ini masih membahas tentang pendekatan tapi
dosenku mengawalinya dengan ngomong sekilas tentang teknik pengumpulan
data gitu deh. Aku rasanya nggak mau berlama-lama dalam diary karena capek
cuy.

Dosenku menyampaikan kalau penelitian kualitatif menggunakan


informan bukan responden karena kalau responden itu kuantitatif. Penelitian
kualitatif itu nggak berkaitan dengan jumlah tapi berkaitan dengan kejenuhan data
sehingga perlu Cari informasi ke sana kemari sehingga bisa ditemukan informasi
yang sama dan bisa divalidasi data tersebut.

Sangat penting loh ketika mau bikin proposal dan menentukan sasaran
karena ada tujuan tertentu mengapa memilih informan itu. Jadi pada intinya tuh
ada karakter karakter tersendiri sesuai dengan penelitian atau disebut sebagai
sampel purposif. Kalau dalam penelitian kualitatif itu teknik pengambilan data
dan menentukan informan bisa menggunakan purposive sampling yang bisa
dilakukan di semua pendekatan kualitatif. Prinsip dari teknik pengambilan data
purposive sampling itu tidak ada informan yang bodoh karena kalau misal ada
kesalahan dalam data maka bukan salah informannya tapi salah penelitinya karena
salah dalam memilih informan.

Nah teknik kedua itu ada Snowball yang Berdasarkan informasi 1 ke


informan lainnya dan lainnya dan lainnya dan lainnya dan lainnya lagi. Informan
itu ada informan utama yang sebagai sasaran dan informan pembanding untuk
mengontrol data dari informan utama. Perlu diketahui juga tentang kode etik
penelitian bahwa jangan sampai publikasi penelitian menyebabkan dampak
negatif pada informan dan apa yang diteliti. Ini khusus untuk penelitian lapangan
yeee.

Oke selanjutnya balik lagi ke materi pendekatan ya.


Pendekatan studi kasus

Pendekatan studi kasus ini merupakan pilihan apa yang diteliti dengan
memilih studi terhadap kasus. Kalau udah mantap menggunakan pendekatan studi
kasus seperti harus tahu apa yang dapat dipelajari dari sebuah kasus yang diteliti.
Hal ini ini sifatnya spesifik sebagai sistem yang terbatas sehingga ada bingkainya
atau bingkai kasusnya. Pendekatan studi kasus itu ada kata bingkaian dan pola
perilaku sistem yang merupakan faktor kunci untuk memahami sebuah kasus
karena tidak mudah melihat awal dan akhir sebuah kasus itu. Pendekatan studi
kasus juga melacak pola-pola data untuk memperkaya itu penelitian. Pendekatan
ini cocok menggunakan teknik triangulasi atau proses pemanfaatan keragaman
persepsi untuk hasil observasi penting dan landasan interpretasi. Selain itu juga
bisa menghadirkan beberapa alternatif penafsiran sehingga tidak hanya satu
penafsiran yang mutlak. Kelebihan dari pendekatan studi kasus adalah adanya
perbaikan teori serta kompleksitas isu bisa menjadi bahan penelitian di masa
depan sekaligus bukti dari keterbatasan prinsip generalizability atau sifat bisa
digeneralisasikan. Manfaat dan kegunaan dari pendekatan studi kasus ini bisa
sebagai aspek perluasan pengalaman bagi peneliti atau pembuat keputusan.

Pemilihan kasus :

- Memahami fenomena atau kasus tersebut dengan baik. Caranya banyak


baca berita dan jurnal.

- Berkembangnya fenomena merupakan peluang bagi peneliti untuk


mengkaji gejala

- Prinsip memilih kasus : kasus yang memberi sumbangsih ilmu


pengetahuan.

3 Jenis Studi Kasus :

1. Studi kasus intrinsic

- Peneliti ingin melihat kasus tertentu


- Tidak mewakili kasus lain, kasus itu adalah minat

- Karena minat intrinsic

2. Studi kasus instrumental

3. Studi kasus kolektif

- Mengkaji beberapa kasus secara bersama

- Untuk melihat fenomena

 Untuk mengurangi kesalahan, maka dilakukan pengumpulan data sehingga


tjd kejenuhan data

 Teknik triangulasi  Setiap orang punya kacamata yang berbeda

 Kode etik penelitian

PAR

Participatory Action Research merupakan salah satu pendekatan


penelitian dimana peneliti memahami serta menuliskan suatu proses sosial dan
kemudian melakukan tindakan intervensi yang dibutuhkan. Dalam hal ini peran
peneliti tidak hanya mengkaji permasalahan, tetapi juga mencari solusi untuk
penyelesaiannya sehingga bisa menuju ke arah yang lebih baik. Biasanya peneliti
melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah untuk memberikan solusi. Dan
biasanya juga akan dilakukan pemantauan terkait dengan hasil penelitian. Dalam
kata lain participatory action research merupakan proses pembebasan suatu
masyarakat dari relasi kekuasaan yang dominan yang menghambat masyarakat
tersebut untuk melakukan perkembangan. Bisa diartikan juga sebagai proses
masyarakat untuk membangun kesadaran diri melalui refleksi kritis dan dialog.
Tidak bisa dipungkiri bahwa paradigma kritis perlu dilakukan dengan baik dalam
melakukan penelitian dengan pendekatan Participatory Action Research. Action
research merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti sebagai penguatan rakyat
melalui penyadaran diri supaya melakukan tindakan untuk menuju perbaikan
Kondisi kehidupan mereka.
Urgensi dari Participatory Action Research ini dilihat bahwa selama ini
masih banyak hasil penelitian yang nyatanya tidak berpihak pada masyarakat yang
diteliti dan mendapatkan dominasi kekuasaan. Jika dilihat secara holistik,
penelitian pada umumnya berpihak pada kepentingan peneliti atau fanding
daripada masyarakat. Untuk itu maka nilai-nilai kritis perlu direfleksikan dengan
baik ketika melakukan penelitian dengan Participatory Action Research. Proses
penelitian perlu menjadi proses penyadaran baik bagi subjek penelitian maupun
objek penelitian. Peneliti dalam hal ini sebagai fasilitator sekaligus sebagai aktivis
untuk menyelesaikan masalah yang ada. Peneliti membongkar ideologi
kepentingan yang kemudian melahirkan pikiran-pikiran kritis serta melakukan
tindakan pembebasan dengan membela kelompok yang lemah. Karena hanya
dengan pengetahuan dan paradigma kritis maka bisa lahir tindakan yang kritis.
Ketika melakukan interaksi dengan subjek yang diteliti, maka interaksi tersebut
bersifat sangat intensif sehingga peneliti mampu memposisikan diri sebagai
subjek yang diteliti. Kemudian setelah itu peneliti berusaha untuk melakukan
penyadaran, kemudian melakukan perencanaan tindakan. Akhir dari Participatory
Action Research ini adalah adanya kondisi perubahan ke arah yang lebih baik.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
SABTU, 13 APRIL 2019

Keenam

Oke kita menuju pertemuan selanjutnya itu ber tanggal 13 April 2019 hari
Sabtu dan itu merupakan hari libur. Aku nggak akan bicara panjang lebar buat
diary hari ini karena aku juga nyatanya sedikit sih karena aku lebih banyak
mendengarkan dan aku lupa apa aja yang udah aku dengarkan tadi karena lebih
banyak menceritakan pengalaman kakak kakak tingkat sebelumnya yang menulis
dengan pendekatan biografi.

Oke baiklah Berarti udah ketahuan ya Kalau hari ini di artinya tentang
pendekatan biografi. Pada dasarnya penelitian kualitatif itu tidak harus lebih dari
satu Karena penelitian kualitatif ini memiliki hanya satu pertanyaan besar yang
berfokus pada topik itu. Pertanyaan lainnya hanya sebagai suporting question saja
atau pertanyaan pendukung sementara pertanyaan utama dari penelitian kualitatif
itu adalah bagaimana.

Penelitian dengan pendekatan geografi ini perlu banyak banget membaca.


Nah dalam hal ini dosenku menyontohkan deskripsi dari kakak tingkat kuyang
tentang keluarga Wardah Hafidz. Kalau Kataku itu sih keren cuman aku tidak
berkesempatan untuk membaca keseluruhan skripsinya karena keterbatasan waktu
jadi dosen hanya menunjukkan beberapa bagian yang penting saja. Sebenarnya
pendekatan biografi ini fokusnya bukan hanya biografinya saja tetapi juga tokoh
tersebut dalam apa atau dalam artian kontribusinya atau yang lainnya. Dosenkuu
juga menyatakan kalau tokoh Ki Enthus bisa dijadikan sebagai skripsi dengan
pendekatan biografi. Itu punya Nindya. Terus aku juga sempat ditanya sih terkait
dengan topik yang bakal aku tulis. Aku jawab aja tentang perjuangan etnis
rohingya untuk mendapatkan pengakuan identitas. Dan alhamdulillah nya aku
banyak mendapatkan masukan untuk pertemuan kali ini. Hanya saja aku sedikit
pesimis karena aku merasa semakin tidak yakin dengan masukan-masukan itu.
Tapi aku berusaha untuk selalu membaca terus sehingga aku bisa menemukan
sesuatu yang bisa membuatku yakin. Setelah membahas beberapa topik dari aku
dan teman-temanku dosen kembali lagi bicara tentang pendekatan biografi.

Sebenarnya penelitian dengan pendekatan biografi ini sebisa mungkin bisa


memberikan manfaat dan inspirasi bagi orang lain karena ketokohan tersebut.

Intinya begitulah ya. Sekian untuk hari ini, dan aku akan berfokus pada
topiku lagi dengan membaca berbagai referensi yang kebanyakan adalah bahasa
Inggris.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
KAMIS, 25 APRIL 2019

Ketujuh

Oke teman-teman jadi pada pertemuan ke-7 ini bersama dosenku yang
bernama Miss Ana. Beliau itu spesialis penelitian kualitatif khususnya yang
penelitian studi pustaka. Nah ini nih sejalan dengan penelitian yang mau aku bikin
proposal nya karena aku pengen kualitatif tentang studi pustaka di Myanmar.
Sebelumnya disebutkan dulu ya beberapa pendekatan di penelitian studi pustaka.
Ini dia!!

Studi Pustaka:

- Semiotika

- Hermeneutik

- Analisis Teks

- Analisis Wacana

Studi Lapangan : Terjun Langsung

Studi Pustaka : Teks

Penelitian, fenomena tersebut sudah harus terjadi, sehingga bisa melihat


fenomena itu secara utuuh. Karena setiap penelitian itu adaka conclusion. Dan
perlu ada novelty, unsur kebaruan. Teks itu mengkaji tulisan yang hidup. Yang
hidup apa? Perilaku, nilai, norma, ide, pemikiran, dan segala yang melekat pada
manusia.

Memahami vs Mengetahui

Memahami itu mengandalkan keterlibatan pribadi dan tidak bisa diraih


semata-mata dengan sikap berjarak, kemampuan untuk merasakan sesuatu yang
dialami oleh orang lain. Tujuannya bukan memperoleh data berkala, tetapi justru
menangkap makna.

Seni memahami : Schleiermacher


Seni memahami dihubungan dengan hermeneutic karena kegiatan inti
hermeneutic adalah memahami, khususnya memahami teks.

Hermeneutik = memahami

Hermes = utusan yang memabawa pesan 

1. Harus memahami isi pesan terlebih dahulu.

2. Harus mengartikulasikan kepada pembaca dengan benar sesuai dengan


maksud pesan.

So, perlu tau pesan terlebih dahulu kalau mau meneliti pakai hermeneutic.

Penyampai pesan(Author)  Hermenenutik(Text)  Penerima pesan(Reader)

Hermeneutik sebagai fasilitator penyampai pesan. Hermenenutik itu


menerjemahkan, berarti manafsirkan. Hidup ini adalah tentang membaca. Dengan
membaca, maka bisa interpretasi. Nah interpretasi itu hermenenutik.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
KAMIS, 2 MEI 2019

Kedelapan

Hari ini aku diajar oleh Bu Sofa. Jujur nih, aku udah mulai yakin dengan
topikku karena aku sempat mengobrol dengan Miss Ana. Dan disarankan buat
nulis tentang perempuan Rohingya nya. Keren juga sih. Cuma pas aku baca
referensinya tuh dikit banget yang pakai bahasa Indonesia, kebanyakan pakai
bahasa Inggris. Ya nggak masalah sih, emang risikonya.

Hari ini Bu Sofa lebih banyak berbicara tentang bagaimana kita


menemukan sebuah topic. Nggak mudah emang. Apalagi untuk mendapatkan
topic yang benar-benar sesuai dengan keinginan kita, dan pas. Kalau udah bener-
bener mentok dengan topic yang akan ditulis, jalan terkahir yang bisa ditempuh
adalah dengan cara melihat doses favorit. Nah, topic yang diambil tuh sesuai
dengan bidang kajian yang dikuasai oleh dosen tersebut. Tujuannya biar
konsultasinya jauh lebih mudah. Namun itu adalah jalan terkahir yang bisa
ditempuh jika semua jalan sudah tidak menghasilkan apapun.

Nah dosenku meminta kakak tingkat untuk bercerita di depan terkait


dengan pengalaman mereka Dalam menemukan topik penelitian. Ternyata
pengalaman mereka sungguh luar biasa karena menemukan topik itu tidaklah
mudah dan mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan
topik yang pas. Bahkan tidak sedikit kakak tingkat yang rela berganti topik
beberapa kali untuk bisa menemukan topik yang sesuai. Tidak hanya itu mereka
juga oleh para dosen dan itu menjadi cambukan motivasi yang luar biasa bagi
mereka. Jujur saja aku sangat tertarik dan terkesan ketika mendengarkan cerita
kakak tingkat di depan kelas. Dan pesan dari kakak kelas segeralah temukan topik
mulai dari sekarang dan langsung catat topik tersebut ketika menemukannya.
Jangan lupa untuk selalu konsultasi kepada dosen sehingga akan mendapatkan
arahan. Topik itu dicatat dengan tujuan untuk bisa diingat kembali karena memori
setiap orang itu terbatas.
Kemudian dosenku menyampaikan bahwa dalam penelitian kualitatif
sensitifitas sangatlah penting. Untuk bisa menemukan topik yang sesuai maka bisa
memperhatikan beberapa aspek berikut ini.

Dalam kualitatif, sensitivitas sangatlah penting.

- Kepekaan

- Visibilitas

- Minat

- Memaksimalkan apa yang ada di sekitar/komunitas

- Melatih kepekaan panca indera

Udah dulu ya diarynya, aku mau nugas yang lain.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
KAMIS, 9 MEI 2019

Kesembilan

Oke baiklah, untuk pertemuan kesembilan ini sebenernya aku udah ada
outline ya, karena aku udah presentasi outline di Kapita Selekta. Hanya saja, aku
belum fix outlinenya. Aku kali ini bakal ceritakan tentang bagaimana keluh
kesahku dan prosesku menulis draft outline di Kapita Selekta yang niatnya buat
MPP2 dan juga nulis draft latar belakang.

Pas aku nulis outline tuh, ada banyak sekali pertimbangan. Aku kepikiran
kata Miss Ana dan kata Pak Lutfi. Jadi, kalau kata Miss Ana konsepku tuh kurang
kena dan aku belum memahami konsepku sendiri buat penelitiannya, yaitu terkait
Politik Identitas. Sementara kata Pak Lutfi, lanjut aja. Nanti tinggal dipertajam
lagi. Tapi, Pak Lutfi bilang kalau unsur politik identitasnya tuh sedikit. Ini lebih
ke etnisistas dan demokrasi. Waduh, gimana aku tidak puyeng mengetahuinya
coba. Ya begitulah. Dan setelah ada sekian banyak refrensi yang aku baca,
akhirnya aku membuat Outline yang kataku si masih cukup nggrambyang. Wkwk.

Buat gambaran aja ya, ini Outline ku di Kapita Selekta loh. Plis jangan
diketawain. Haha.

KERANGKA PENELITIAN ILMIAH


Nur Wasilah / F1D016026
1. Tema
a. Umum : Analisis Politik Kontekstual
b. Khusus : Perjuangan Identitas Kewarganegaraan di Myanmar
2. Maksud Penulisan (Statement of Purpose)
Saya ingin meneliti tentang politik identitas yang terjadi pada
masyarakat Muslim etnis Rohingya di Myanmar. Permasalahan yang akan diteliti
adalah terkait dengan dikriminasi yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap
etnis Rohingya sehingga identitas meraka tidak diakui sebagai warga negara resmi
Myanmar. Ada banyak sekali tindakan diskriminatif pemerintah yang ditujukan
kepada etnis Rohingya, bahkan di semua aspek kehidupan.1 Selain itu, penelitian
ini juga berfokus pada bagaimana perjuangan mereka untuk mendapatkan
pengakuan identitas dari pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah menjadi salah
satu komponen utama yang memberikan dampak besar terhadap kehidupan etnis
Rohingya, terutama pasca kemenangan National League Democracy (NLD) di
bawah naungan Aung San Suu Kyi.
Alasan dikajinya permasalahan ini karena merupakan salah satu
permasalahan politik identitas dan kejahatan manusia yang menjadi isu
transnasional dan menjadi fokus bagi berbagai negara di dunia. Idealnya, setiap
rakyat berhak mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah sebagai warga
negara serta mendapatkan hak-hak lainnya yang setara. Namun, National League
Democracy (NLD) yang memperjuangkan demokrasi di Myanmar, justru
sikapnya bertolakbelakang. Upaya perjuangan pengakuan identitas etnis Rohingya
dilakukan melalui berbagai cara, baik perjuangan diplomasi oleh organisasi-
organisasi Internasional, maupun perjuangan yang dilakukan langsung oleh etnis
Rohingya itu sendiri.2 Namun, sentimen pemerintah Myanmar terhadap kelompok
muslim etnis Rohingya sangat tinggi sehingga melakukan berbagai cara untuk
menghilangkan identitas etnis tersebut dari negara bagian di Myanmar.
Pemerintah hanya mengakui satu etnis resmi di Myanmar, yaitu etnis Burma, serta
hanya mengakui satu agama resmi, yaitu Buddha.3 Hingga saat ini, kasus tersebut
belum terselesaikan dan masih berlanjut.
Politik identitas erat kaitanya dengan perjuangan yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok tertindas untuk bisa mendapatkan pengakuan dan kesetaraan
seperti yang lainnya. Seperti halnya yang dikatakan oleh Irish Marion Young,

1. Anna Yulia Hartati, “Studi Eksistensi Muslim Rohingya di Tengah Tekanan


Pemerintah Myanmar,” Jurnal Hubungan Internasional vol 02, no 01, (2013): 12, Diakses pada
Maret 2019, http://journal.umy.ac.id/index.php/jhi/article/view/297.
2. Nasruddin, “Islam di Myanmar,” Jurnal Al Hikmah vol 19, no 02 (2017): 69,
Diakses pada Maret 2019, http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/al_hikmah/article/download/4137/3822.
3. Gulia Ichikaya Mitzy, “Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan
Diskriminatif Pemerintah Burma-Myanmar,” Indonesian Journal of International Studies (IJIS),
Vol.1, no.2 (2014): 154, Diakses pada Maret 2019,
https://jurnal.ugm.ac.id/globalsouth/article/download/28836/17362.
“Setiap kelompok harus mendapatkan kesetaraan sosial (social
justice), dan hal ini bisa didapatkan melalui Politics of Difference.
Kesetaraan ini perlu didapatkan dalam perbedaan yang beragam
sehingga setiap kelompok akan mendapatkan pengakuan identitas dan
hak yang sama.”4
Penelitian ini adalah penelitian studi pustaka dan dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif, yang bisa diartikan sebagai metode penulisan
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis di mana landasan
teori dijadikan sebagai pemandu sehingga fokus penulisan sesuai fakta yang
terjadi.5 Paradigma yang digunakan adalah paradigma non-positivisme, yakni
konstruktivisme. Konstruktivisme, berarti mengonstruksikan fakta yang terjadi
melalui interpretasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Hermeneutik,
yakni strategi yang lebih cocok dengan membaca teks bila pokok pertanyaan
penelitian berkaitan dengan ‘How’ atau ‘Why’. Ada lima bagian yang akan diulas
dalam tulisan ini. Pertama, abstrak yang berisi tentang gambaran permasalahan
secara umum. Kedua, pendahuluan yang berisi tentang kondisi yang
melatarbelakangi kasus penindasan dan pelenyapan identitas Etnis Rohingya serta
beberapa contoh kasus serupa yang terjadi di beberapa negara. Ketiga, tinjauan
pustaka yang berisi landasan teori yang dijadikan sebagai dasar untuk
menganalisis kasus yang terjadi. Keempat, pembahasan yang berisi tentang ulasan
sejarah etnis Rohingya, tindakan diskriminatif yang dilakukan pemerintah
terhadap etnis Rohingya, dan perjuangan politik identitas hingga saat ini untuk
mendapatkan pengakuan dari pemerintah. Kelima, penutup yang berisi
kesimpulan dan saran. Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis dan
menjelaskan kasus politik identitas yang terjadi pada etnis Rohingya di Myanmar

4. Sofa Marwah, “Kajian Kritik Terhadap Demokrasi Liberal: Pemikiran Carole


Patema, Irish Marion Young, dan Michael Foucoult,” Jurnal Swara Politika, Vol 12, no. 3 (2012):
217, Diakses pada Maret 2019,
http://fisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal%20swarapolitika%20Vol%2012%20No.3%20Ap
ril%202012%20ok.pdf.
5. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), 15.
oleh Pemerintah Myanmar hingga kini, sehingga bisa memberikan pengetahuan
kepada pembaca.

3. Topik
Perjuangan Etnis Rohingya Di Myanmar Untuk Mendapatkan
Pengakuan Kewarganegaraan dan Kesetaraan

Ya gitu guys kurang lebihnya Outlineku. Tapi nggak usah tek kasih dapus
lah ya di sininya. Ini outline nya masih perlu diperbaiki banyak buangettt. Nah pas
aku bikin draft latar belakang, juga aku bingung. Di latar belakang tuh perlu ada
argument utama, kemudian data-data awal, nah terakhir ada urgensi penelitian dan
apa yang membuat penelitian itu menarik.
Nah, dosenku pas kuliah juga jelasin terkait dengan perumusan masalah.
Sebenernya, perumusan masalah itu ada kaitannya dengan Latar Belakang. Dan
sebenernya ini udah dibahas dan ditekankan di Latar belakang. Rumusan masalah
itu ibaratnya pertanyaan penelitian lah. Nah di sini punya implikasi teoritik yang
merupakan konsep-konsep yang ada di dalam pertanyaan penelitian. Di dalam
perumusan masalah itu, ada grand question da nada sub question. Bisa dikatakan
kalau rumusan masalah itu adalah operasional dari topic atau judul.
Ya jadi gitu guys kurang lebihnya. Segitu dulu ya cerita hari ini.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
KAMIS, 16 MEI 2019

Kesepuluh

Pada pertemuan kesepuluh kali ini, dosenku menjelaskan tentang kerangka


atau sistematika penulisan khusus buat BAB 1. Bab 1 itu mencakup judul
penelitian, ruang lingkup, latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Untuk itu, maka hal ini perlu dipahami
dengan jelas supaya pas lagi nulis bagian pertama itu nggak salah. Kita bedah dari
awal yak.

1. Judul Penelitian

Judul penelitian ini diambil dari Topik yang ada di outline. Sebenernya,
buat judul penelitian kualitatif sendiri, isinya adalah konsep-konsep. Maka dari
itu, konsep perlu dipahami dengan baik, sehingga judul penelitian pun akan lebih
fokus. Kata Miss Ana tuh, fokus enggaknya suatu penelitian bisa dilihat dari
judulnya. Dan kata Miss Ana, aku harus fokusin dulu judulnya aku. Konsep-
konsepnya itu belum jelas.

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup tuh adalah tema yang ada di handbook. Ada 6 ruang
lingkup, yaitu Ekonomi Politik, Pemikiran Politik, Perbandingan Politik,
Kebijakan Publik, Analisis Politik Kontekstual, dan Perilaku Politik. Nah dalam
hal ini, ruang lingkup penelitianku adalah Analisis Politik Kontekstual.

3. Latar Belakang

Latar belakang ini isinya ada opening, discussion, dan closing. Harus
ditunjukkan kalau penelitian itu menarik. Selain itu, urgensi penelitian juga harus
ada di sini.

(ODC)  Bikin Tabel

- Argumen Utama : Alasan saya …. (yang ada di SOP)

- Data dll (Piramida Terbalik)


- Closing Statement : nyambung dg perumusan masalah  Urgensinya jelas
 …, maka hal tersebut menarik untuk diteliti

4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah udah dijelasin lah ya di pertemuan sebelumnya. Ini


merupakan pertanyaan dari penelitian yang nantinya bakal dijawab.

Berdasarkan LB, maka RM dalam penelitian ini adalah

1) Bagaimana (Grand Question), ini merupakan pertanyaan utama


yang bakal dijawab di bagian pembahasan.

2) Mengapa (Sub Question), ini merupakan pertanyaan pendukung.

5. Pembatasan Masalah

Berdasarkan RM, maka penelitian ini dibatasi pada…. Bla blab la. Nah di
sini itu tulis topiknya. Pembatasan masalah ini biar pembahasannya tidak meluas
dan melebar. Untuk itu, maka sangat perlu untuk dibatasi.

6. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

3) Memahami dan mendeskripsikan

4) Bla blab la

7. Manfaat Penelitian

8. Tinjauan Pustaka (Membuat Tabel)  Teori dan Konsep yang dipakai

Birokrasi Adalah

Kebijakan Adalah

Pokoknya setelah sub itu harus ada kalimat pembukanya terlebih dahulu,
jadi jangan langsung tiba-tiba poin-poin. Nah kebetulan malem ini aku lagi nulis
tentang bab 1 ini. Sebenernya kalau Tinjauan pustaka itu udah masuk bagian
kedua. Tapi di sini Miss Ana neranginna sekalian. Kalau bimbingannya Miss Ana
tuh, konsulnya harus pakai poin-poin, biar jelas dan mudah dipahami. Mau lihat
konsulanku??? Mari Kita lihat berikut ini !!!

1. Judul Penelitian : Politik Identitas dan Kajian Subaltern Kelompok


Perempuan

Muslim Etnis Rohingya di Myanmar

2. Ruang Lingkup : Politik Identitas

3. Latar Belakang Masalah

Argumen Saya ingin meneliti tentang politik identitas yang terjadi di


Utama negara Myanmar. Permasalahan yang akan diteliti adalah
terkait dikriminasi yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar
terhadap kelompok muslim etnis Rohingya di Rakhine,
khususnya kelompok perempuan muslim. Ada begitu banyak
tindakan diskriminatif pemerintah yang ditujukan kepada
kelompok perempuan muslim etnis Rohingya, bahkan di
semua aspek kehidupan. Meskipun pada dasarnya kelompok
laki-laki Rohingya mendapatkan diskriminasi yang sama
dengan kelompok perempuan, tetapi penindasan terhadap
perempuan Rohingya lebih kejam. Apalagi dengan adanya
stereotype bahwa perempuan memiliki kedudukan lebih
rendah. Perempuan muslim etnis Rohingya tidak hanya tidak
mendapatkan pengakuan identitas sebagai warga negara, tetapi
juga mendapatkan penindasan lainnya sehingga tidak
mendapatkan kebebasan. Selain itu, penelitian ini juga
berfokus pada bagaimana perjuangan untuk mendapatkan
pengakuan identitas dari pemerintah dan terbebas dari
penindasan. Hal ini menarik untuk diteliti karena membahas
tentang perempuan khususnya, di mana perempuan semakin
menemukan dirinya dalam situasi yang sangat rentan dan
belum diakui secara memadai dan dibahas secara mendalam
dalam konteks Myanmar.
Data, dll - Pemerintah Myanmar hanya mengakui satu etnis resmi,
yakni Etnis Burma, dan satu agama resmi, yakni agama
Budha. Dengan demikian, maka Etnis Rohingya tidak diakui
kewarganegaraannya. Apalagi Etnis Rohingya merupakan
etnis yang beragama Islam, yang mana pemerintah sangat
sentiment terhadap agama Islam.

- Jumlah seluruh etnis Rohingya tidak begitu banyak, yakni


sekitar 1 juta jiwa. Jumlah total wanita usia reproduktif yaitu
sekitar 325.000.

- Lebih dari 725.000 orang Rohingya dari Myanmar melarikan


diri ke Bangladesh. Sejumlah 64 ribu pengungsi hamil
Rohingya memerlukan bantuan dan kebanyakan dari mereka
melarikan diri ke Bangladesh untuk melahirkan.

- Perlu diketahui bahwa masih ada sekitar 600.000 lebih orang


Rohingya yang tetap berada di negara bagian Rakin dan terus-
menerus menghadapi kesulitan yang serius serta membutuhkan
bantuan karena adanya pembatasan kebebasan. Mereka
mendapatkan keterbatasan akses terkait layanan penting serta
perampasan hak-hak lainnya. Ada begitu banyak kekerasan
berbasis gender sehingga layanan terhadap perempuan
Rohingya tidak didapatkan.

- Pemerintah menetapkan hukum dan kebijakan yang bersifat


diskriminatif sehingga memberikan lahan subur untuk
menumbuhkan tindak kekerasan anti muslim dan kekerasan
berbasis gender.

- Perempuan muslim Rohingya sebenarnya menderita dengan


cara yang serupa dengan rekan-rekan pria mereka meskipun
tindakan diskriminatif yang didapatkan lebih buruk lagi.

- Satu perempuan Rohingya yang hamil tidak mendapatkan


jaminan perlindungan khusus baginya, bahkan tidak sedikit
perempuan hamil yang ditembak atau digugurkan
kandungannya karena adanya persepsi ibu hamil yang
membawa generasi masa depan etnis Rohingya yang tidak
diinginkan oleh ekstrimis Budha dan pemerintah.

- Banyak perempuan Rohingya yang meninggal dunia dalam


proses aborsi sehingga memberikan kontribusi tingkat tertinggi
di Myanmar terkait dengan kematian ibu. Pilihan untuk
menggugurkan kandungan bagi perempuan yang sedang hamil
tidak hanya membahayakan kesehatan fisik dan kesejahteraan
saja, tetapi juga memaksa setiap perempuan untuk menghianati
kepercayaan agama.

- Tidak sedikit pula perempuan yang mendapatkan pelecehan


seksual, terutama gadis-gadis Rohingya. Sejak Juni 2012
terjadi perselisihan komunal di negara bagian Arahkan
termasuk Buddha ekstremis yang memperkosa perempuan
muslim. Bahkan pasukan keamanan Myanmar berulang kali
memperkosa 13 perempuan Rohingya dan ada yang meninggal
dalam kondisi kritis.

- perempuan muslim etnis Rohingya pun rentan terhadap


adanya kekerasan berbasis gender ketika berusaha untuk
melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar. Tidak sedikit
pula perempuan yang dieksploitasi dan diperjualbelikan.
Dalam hal ini ada banyak perempuan muslim Rohingya yang
dipaksa menjadi pelacur dan perbudakan seksual.
Penutup Hal ini penting untuk diteliti, karena merupakan kejahatan
manusia yang tidak bisa ditoleransi. Bahkan, kekerasan
komunal yang berbasis gender di Myanmar, mendapat sorotan
dari berbagai pihak di dunia. Penelitian ini akan mengkaji
tentang bentuk diskriminasi gender dan bagaimana perjuangan
untuk mengakhirinya. Apalagi pemerintah Myanmar membuat
peraturan pengendalian populasi yang menggambarkan
bagaimana ketidaksetaraan gender telah dikodifikasi dalam
hukum dan kebijakan dengan konsekuensi yang begitu parah
bagi populasi yang mendapatkan dampak negatif. Kekerasan
yang yang didapatkan oleh perempuan muslim etnis Rohingya
di daerah konflik perlu dipahami sebagai suatu kejahatan
terhadap kemanusiaan yang sesuai dengan hukum
internasional. Dalam hal ini, perempuan bahkan dieksploitasi
dengan kejam, sehingga tidak mendapatkan kebebasan dari
sesuatu (negative freedom), apalagi mendapatkan kebebasan
untuk melakukan sesuatu (positive freedom). Sementara
Myanmar merupakan salah satu negara yang mengaku
demokratis, meskipun pemerintahan yang demokratis di
Myanmar kenyataannya berbanding terbalik karena melanggar
hak asasi manusia termasuk kekerasan berbasis gender.

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.) Bagaimana bentuk-bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah


dan kelompok Budha ekstrimis terhadap kelompok perempuan muslim
etnis Rohingya?
2.) Bagaimana perjuangan yang dilakukan untuk mengakhiri penindasan
terhadap kelompok subaltern yang berupa kekerasan berbasis gender di
Myanmar?

5. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada


ruang lingkup politik identitas dan kajian subaltern pada kelompok
perempuan muslim etnis Rohingya, serta perjuangan untuk mendapatkan
pengakuan identitas dan bebas dari diskriminasi.

6. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dijelaskan, maka penelitian


ini bertujuan untuk:

1.) Mengetahui dan memahami politik identitas dan kajian subaltern


kelompok perempuan muslim etnis Rohingya di Myanmar.

2.) Memahami perjuangan yang dilakukan untuk mengakhiri penindasan


terhadap kelompok subaltern yang berupa kekerasan berbasis gender di
Myanmar.

7. Manfaat Penelitian

7.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam


perkembangan ilmu politik, khususnya terkait politik identitas dan kajian
subaltern kelompok perempuan muslim etnis Rohingya di Myanmar. Konflik
komunal terkait kekerasan berbasis gender di Myanmar menjadi kajian yang bisa
memberikan pemahaman kepada mahasiswa sehingga ilmu pengetahuan semakin
berkembang. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu membantu
mahasiswa lainnya untuk kemudian dijadikan referensi ketika akan melakukan
penelitian yang serupa dengan penelitian ini.

7.2 Manfaat Praktis


Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
pemahaman bagi masyarakat luas maupun pihak lainnya terkait dengan politik
identitas dan kajian subaltern kelompok perempuan muslim etnis Rohingya.

8. Kerangka Pemikiran dan Tinjauan Pustaka

Konsep Definisi

Kelompok Sekumpulan individu yang berhubungan satu sama lain yang memiliki
tujuan bersama dan adanya organisasi atau struktur diantara mereka. Di
dalam kelompok dikembangkan norma-norma yang dianggap sebagai
dasar berperilaku anggotanya. (Joseph De Vito, 1997)

Perempuan Para ilmuwan seperti Plato, mengatakan bahwa perempuan ditinjau


dari segi kekuatan fisik maupun spiritual dan mental lebih lemah dari
laki-laki, tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya
perbedaan dalam bakatnya. Kalangan feminis dalam konsep gendernya
mengatakan, bahwa perbedaan suatu sifat yang melekat baik pada
kaum laki-laki maupun perempuan hanya sebagai bentuk stereotipe
gender. Padahal sifat-sifat tersebut merupakan sifat yang dapat
dipertukarkan.

Etnis Etnis atau kelompok etnik atau juga suku bangsa merupakan golongan
manusia yang kelompoknya mengidentifikasikan dirinya dengan
sesamanya, umumnya dengan dasar garis keturunan yang dianggap
sama. Identitas etnis ditandai oleh pengakuan dari orang lain dan ciri
dari kelompok itu sendiri contohnya kesamaan budaya, agama, bahasa,
perilaku, serta ciri dari biologis.

Diskriminasi Suatu sikap, perilaku, dan tindakan yang tidak adil atau tidak seimbang
yang dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap individu atau
kelompok lainnya. Hal ini merupakan tindakan atau perlakuan yang
mencerminkan ketidakadilan terhadap individu atau kelompok tertentu
yang disebabkan oleh adanya karakteristik khusus yang dimiliki oleh
individu atau kelompok tersebut.

Kejahatan Tindakan pembunuhan massal dengan penyiksaan terhadap tubuh dari


Kemanusiaan orang-orang, sebagai suatu kejahatan penyerangan terhadap yang lain
pada suatu skala yang sangat besar, yang dilaksanakan untuk
mengurangi ras manusia secara keseluruhan.

Subaltern Kelompok sosial subordinat dalam masyarakat yang menjadi subjek


hegemoni bagi kelas-kelas yang berkuasa, sehingga tidak mendapatkan
hak kebebasan.

Politik Identitas Suatu jenis aktivitas politik yang diakaji secara teoritik berdasarkan
pada pengalaman-pengalaman persamaan dan ketidakadilan yang
dirasakan oleh golongan-golongan tertentu, sehingga menghimpun
kesatuan untuk menaikan drajat dan martabatnya.

Politics of Irish Marion Young :


Difference

Politics of
Recognition

Multikulturaslime Ideologi yang dapat menjadi alat atau wahana untuk meningkatkan
derajat manusia dan kemanusiannya. Multikulturalisme mengakui dan
mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual
maupun secara kebudayaan.

Udah ya, segitu dulu aja diarynya. Aku mau tidur.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
23 MEI 2019

Kesebelas

Sebenarnya pas pertemuan ini aku pengin banget gak masuk, karena udah
males. Wkwk. Tapi aku sadar, aku harus berangkat. Untuk pembahasan kali ini,
ada sedikit pengulangan dari pertemuan selanjutnya juga sih. Yang bikin aku
bingung tuh, gimana caranya aku bikin diari dengan metode belajar yang kayak
gitu. Haduuuhh, males banget gak sih.

Pertama tuh bahas terkait pembatasan masalah. Sebenarnya pembatasan


masalah bukanlah pembatasan terhadap permasalahan. Bukan itu. Ini bentuknya
adalah pernyataan yang mendeskripsikan rumusan masalah. Udah dijelasin di
diary sebelumnya ya, kalau pembatasan masalah ini biar kajiannya terfokus dan
nggak mbleber kemana-mana. Kedua, membahas tentang manfaat penelitian.
Yang perlu kita ketahui bahwa peneliltian itu harus ada aksiologinya, jadi harus
ada manfaatnya. Di bagian ini harus menjelaskan manfaat dengan sejelas
mungkin, karena di sini bisa menggambarkan kesimpulan dan saran dalam hasil
penelitian.

Selanjutnya adalah tinjauan pustaka. Di tinjauan pustaka ini ada dua harus
ada literature reviewnya. Kembali lagi ke maksud kualitatif ya, dia itu bukan
untuk menguji teori. Teori di sini digunakan sebagai pendukung. Selain itu juga
digunakan untuk melandasi penelitian itu. Tapi kualitatif berawal dari fakta loh
ya.

Di bawah tinjauan pustaka sebelum 8.1 itu ditulis paragraf pengantarnya terlebih
dahulu ya. Kalau udah ditulis pada mulanya Maka langsung pada 8.1

8.1 Kerangka Teoritis Dan Pemikiran Penelitian

Disini berisi tentang teori yang merupakan payung besar atau konsep besar
dari penelitian yang akan dilakukan. Contohnya adalah gerakan, poliden, dan lain
sebagainya. Nah di dalam payung besar tersebut ada poin-poin kecil yang perlu
dijelaskan. Tapi untuk penulisan kerangka teoritis dan pemikiran penelitian itu
akan lebih baik jika dinarasikan sehingga bukan merupakan plagiarisme.
Selanjutnya langsung ke 8.2.

8.2 Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini tujuannya adalah untuk menggambarkan suatu penelitian


yang akan dilakukan dengan membandingkannya dengan penelitian terdahulu.
Oleh karena itu maka perlu mencari penelitian-penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan topik pada penelitian yang akan dilakukan seperti halnya
memiliki kesamaan atau perbedaan pada topik, fokus, metode, hasil, dan lain
sebagainya. Nanti perbedaan dan persamaannya dituliskan lagi di tabel atau
matriks sehingga akan lebih mudah dipahami.

Nah, berarti PR ku juga perlu bikin yang begituan. Sebenarnya aku udah
ada poin-poinnya sih, tapi perlu dikonsultasikan ke Miss Ana.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
20 JUNI 2019

Keduabelas

Alhamdulillah sudah pertemuan ke-12 dan aku sudah merasa lelah. Pada
pertemuan ke-12 pada tanggal 20 Juni 2019 ini membahas tentang teknik
metodologi penelitian. Hal ini yang dibahas tentang sistematika dan formatnya sih
biar lebih enak.

Nah di sini udah mulai ditekankan suruh bimbingan bimbingan dan


bimbingan dan sementara bikin log book untuk buku bimbingan. Isinya itu
tentang Uraian atau catatan dari pembimbing karena dosen pembimbing memiliki
hak untuk memberikan nilai praktikum.

Langsung aja pada format metodologi penelitian itu ada di poin 9. Pada
bagian introduction atau paragraf awal berisi tentang perspektif dan paradigma.
Nah makanya harus tahu dengan betul terkait dengan perspektif dan paradigma
yang melandasi dan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan. Sebenarnya
untuk melihatnya sangat mudah karena memang sudah terlihat dari latar belakang.
Jadi yang perlu kita ingat itu perspektif dan paradigma bukan dipilih tetapi yang
mendasari penelitian itu. Dosen juga menekankan banget tentang redaksional.
Harus diingat banget kalau perspektif dan paradigma yang mendasari penelitian
ini bukan yang digunakan. Hal ini juga perlu disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Setelah menjelaskan paragraf metodologi maka selanjutnya langsung
kepoin 9.1.

9.1 Metode penelitian

Seperti biasanya kalau setelah Sub itu harus ada paragraf pendahulunya terlebih
dahulu. Karena ini merupakan penelitian kualitatif maka metode penelitiannya
adalah penelitian kualitatif. hal ini didasarkan pada paradigma dan tujuan dari
penelitian. Jelaskan juga tentang deskripsi dari kualitatif. Jika sudah langsung
menuju ke poin 9.2.

9.2 Pendekatan penelitian


Pendekatan penelitian ini ditulis berdasarkan metode penelitian sehingga
pendekatan yang akan digunakan adalah bla bla bla bla. Kalau penelitianku itu
menggunakan pendekatan hermeneutik. Pada intinya pendekatan ini si peneliti
memaknai atau menginterpretasikan suatu teks yang kemudian disampaikan
maknanya kepada para pembaca. Kalau udah menjelaskan tentang pendekatan
penelitian selanjutnya adalah kepoin 9.3 yaitu fokus penelitian.

9.3 Fokus penelitian

Fokus penelitian ini harus benar-benar digarap dengan baik karena ini yang
menjadi gambaran pembahasan penelitian. Pada fokus penelitian itu ada Judul,
aspek kajian, dan Sub aspek kajian. Fokus penelitian ini dibuat matriks sehingga
akan lebih mudah dipahami. Kalau aku bikin fokus penelitian yaitu sebagai
berikut.

Langsung lanjut ke poin 9.4 yaitu jenis penelitian.

9.4 Jenis Penelitian

Pada poin ini diteruskan pengantarnya terlebih dahulu. Bunyinya sebagai berikut
nih guys. Berdasarkan fokus penelitian maka jenis penelitian ini adalah penelitian
studi pustaka. Misalnya loh. Nah setelah itu langsung dijelasin.

9.5 Lokasi penelitian

Yang jelas lokasi penelitian itu khusus buat penelitian lapangan. Jadi kalau aku itu
nggak pakai penjelasan tahun lokasi penelitian.

9.6 Sasaran penelitian

Pada poin ini berbicara tentang subjek penelitian. Kalau buat penelitian studi
pustaka itu sasaran penelitiannya adalah teks.

9.7 Teknik pemilihan informan

Untuk ini juga hanya diperuntukkan bagi penelitian lapangan saja. Jadi aku nggak
perlu jelaskan tentang teknik pemilihan informan. Karena yang aku teliti adalah
teks.
9.8 Jenis dan sumber data

Dua jenis dan sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Nanti masing-
masing dari jenis data ini dijelaskan. Di setiap poin itu harus disebutkan dan
dijelaskan.

9.9 Teknik pengumpulan data

Selanjutnya yang dijelaskan adalah tentang teknik pengumpulan data. Teknik


pengumpulan data ada beberapa seperti wawancara, observasi, dokumentasi, dan
lain sebagainya. Untuk teknik pengumpulan data ini disesuaikan dengan
penelitian.

9.10 Teknik analisis data

Untuk poin ini perlu dijelaskan tentang bagaimana data itu dianalisis.yang jadi
patokan buat menjelaskan teknik analisis data itu tergantung dengan poin 9.2.

9. 11 Validasi data

9.12 Jadwal Penelitian

Daftar pustaka

Ok baiklah itulah format yang perlu diperhatikan ketika menulis proposal


kualitatif. Berlama-lama bingung karena aku harus segera menyusulnya.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
22 JUNI 2019

Ketigabelas

Sekarang pertemuan sama Bu sofa buat membahas tentang format


metodologi penelitian khusus untuk studi lapangan. Kalau denger mpp 2 studi
lapangan aku udah males berangkat karena bukan penelitianku. Langsung saja ya
ke format metodologi penelitian yang studi lapangan yang sebelumnya sudah
dibahas sama Miss Ana.

Berikut ini merupakan sistematika metodologi penelitian studi lapangan.

9. Metodologi Penelitian

9.1 Metode Penelitian

9.2 Pendekatan Penelitian

9.3 Fokus Penelitian - Matriks Fokus Kajian Penelitian

9.4 Jenis Penelitian

9.5 Lokasi Penelitian

9.6 Sasaran Penelitian

9.7 Teknik Penelitian Tinjauan

9.8 Jenis dan Sumber Data

9.9 Teknik pengumpulan data

9.10 Teknik analisis data

9.11 Keabsahan Data

10. Jadwal Penelitian

Oke langsung aja ke penjelasannya ya.untuk menulis metode penelitian ini


harus sesuai dengan tujuan dari penelitian sehingga penggunaan metode penelitian
itu tetap.ini merupakan penelitian kualitatif maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode kualitatif. Nah setelah itu dijelaskan apa itu metode
kualitatif. Pada bagian metode penelitian juga dijelaskan tentang paradigma yang
mendasari dan juga perspektifnya. Lanjutnya adalah bagian pendekatan penelitian
yang sering digunakan adalah studi kasus, fenomenologi, etnografi, dan PAR. Itu
merupakan pendekatan yang sering digunakan kalau penelitiannya adalah studi
lapangan.

Selanjutnya adalah fokus penelitian yang ini merupakan hal yang nantinya
bakal dikaji di bagian pembahasan. Fokus penelitian itu harus berkaitan dengan
rumusan masalah. biasanya pada fokus penelitian akan menjelaskan tentang
karakteristik wilayah atau komunitas yang tergantung dengan tujuan penelitian
dan berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Ibaratnya kalau rumusan
masalah dan fokus penelitian itu selesai maka daftar isi juga selesai.

Untuk hari ini besok lebih menjelaskan terkait dengan bagaimana


sistematika penulisan untuk studi lapangan. Malamnya aku mencoba untuk
membuat fokus penelitian dari penelitian yang akan aku lakukan.Nggak tahu salah
atau betul yang penting bikin dulu.

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!
25 JUNI 2019

Terakhir

Ya guys, ini pertemuan tekahir MPP2. Jadi, kalau aku lulus mata kuliah
lagi, aku semester depan udah nggak ada kuliah di kelas lagi. Aku bingung di hari
ini harus ngomong apa. Karena tadi itu Miss Ana lebih sering menampilkan
contoh skripsi dari kaka tingkat. Tapi sebenrnya fokusan di pertemuan ini tuh
bahas terkait dengan fokus kajian penelitian yang lebih rigid lagi. Sumpah aku
makin puyeng dengan mata kuliah yang outputnya proposal ini.

Aku nggak mau banyak curcol yang gak penting di pertemuan akhir ini.
Aku pengin curhat tentang fokus penelitianku. Sebenrnya aku udah bikin, tapi
demi apapun, itu jelek banget. Aku masih bingung harus gimana. Aku bener-bener
sampai searching di internet dan aku pasrah udahlah. Bingung. Sebenernya
kebingunganku ini karena aku belum menyeriusinya. Coba aja kalau serius
dikerjain, pasti bakal lebih mudah.

Miss Ana juga menampilkan draft proposalnya Mba Avrita. Ribet banget
serius deh. Aku udah punya draft proposal penelitian nyabak Avrita tapi baru aku
baca sekilas doang. sebelum bikin matriks fokus kajian penelitian maka yang
harus dilakukan adalah membuat paragraf pembuka. Ini adalah sesuatu yang wajib
banget. Untuk matriks ini ada 3 kolom. Kolom yang pertama adalah kolom fokus
kajian penelitian yang merupakan topik dari penelitian itu. Untuk kolam kedua
yaitu aspek kajian penelitian. Aspek kajian penelitian itu ada 3, dan untuk aspek
intinya ditaruh di aspek ketiga. Kolom ketiga adalah sub aspek kajian penelitian.
Untuk sub aspek kajian penelitian ini merupakan pembahasan yang nantinya bakal
dibahas. Sebenarnya aku ada matriks fokus kajian penelitian yang jelek banget.
Tapi ini adalah contoh fokus kajian penelitian yang jelek saja.
Fokus Kajian Penelitian Aspek Kajian Sub-Aspek Kajian Penelitian
Penelitian

Politik Identitas dan Karakteristik Etnis Deskripsi Sejarah Myanmar,


Kajian Subaltern Rohingya dan Sejarah Pemerintah Myanmar, Etnis
Kelompok Perempuan Perkembangannya Burma, Etnis Rohingya,
Muslim Etnis Rohingya Muslim Myanmar, dan
di Myanmar Budha Myanmar

Deskripsi Karakter Etnis


Rohingya, Perempuan
Muslim Rohingya, Karakter
Kebudayaan Myanmar, dan
Nilai Fundamental

Kebijakan Deskripsi Latar Belakang


Diskriminatif Dikeluarkannya Kebijakan
Pemerintah Myanmar Diskriminatif Pemerintah
dan Konflik pada Myanmar Terhadap Etnis
Tahun 2012-2013 Rohingya

Deskripsi Bentuk-Bentuk
Pemberlakuan Kebijakan
Diskriminatif Pemerintah
Myanmar

Deskripsi Konflik
Pembantaian di Rakhine
pada Tahun 2012-2013

Politik Identitas dan Deskripsi Politik Identitas di


Kajian Subaltern Myanmar
Perempuan Muslim
Etnis Rohingya di
Myanmar

Deskripsi Kajian Subaltern


Perempuan Muslim Etnis
Rohingya

Deskripsi Bentuk-Bentuk
Diskriminasi Pemerintah
Myanmar dan Kelompok
Budha terhadap Perempuan
Etnis Rohingya

Upaya dan Perjuangan


Mengakhiri Penindasan dan
Kekerasan Berbasis Gender
di Myanmar

Itu guys gambaran matriks fokus kajian penelitian. Sesungguhnya aku sudah lelah
melewati berbagai rintangan hidup ini. Aku ingin mengakhiri cerita di diary MPP
2 dengan kebahagiaan. Maka dari itu, demi kebahagiaanku, marilah berdoa
bersama untuk kebahagiaanku, dan kita semua. Hahahahaha. SEMOGA LULUS
MPP2 !!!!!!!

SAMPAI BERTEMU LAGI DALAM JUMPA...... SEMPROP, PENDADARAN,


DAN WISUDA !!!

Anda mungkin juga menyukai