Anda di halaman 1dari 22

Penelitian Kualitatif pada Tesis dan Disertasi Arsitektur

syamsul alam paturusi

“Everything that can be counted does not necessarily count;


everything that counts cannot necessarily be counted.” -Albert Einstein

PENGANTAR

Peningkatan kualitas pengajar Perguruan Tinggi salah satunya dicapai dengan


pendidikan lanjutan pada jenjang S2 dan S3. Pendidikan S2 dan S3 menurut
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dibagi dua, yaitu orientasi akademik
(scientific theory) dan orientasi vokasional (applied research) . Perbedaannya adalah,
jenjang orientasi akademik berbasis pada penelitian, sedangkan orientasi vokasional
berbasis pada praktek/terapan. Pendidikan lanjutan S2 dan S3 Arsitektur di
Indonesia mayoritas berorientasi pada akademik. Konsekuensi logisnya adalah
kegiatan penelitian menjadi keniscayaan.

Disatu sisi, berbagai kendala dialami oleh karyasiswa yang berlatar belakang
Arsitektur ketika mengikuti pendidikan lanjutan ini, antara lain: pendidikan S1
Arsitektur tidak diformat untuk menjadi “peneliti”; mata kuliah Metodologi
Penelitian relatif baru masuk pada kurikulum pendidikan Arsitektur dan sampai saat
ini mata kuliah ini hanya sekedar pelengkap; pekerjaan sebagai “konsultan” lebih
menjanjikan ketimbang dunia penelitian. Dengan segala kondisi yang melatar
belakangi karyasiswa tersebut, kegiatan penelitian menjadi jalan satu satunya yang
harus dilewati.

Pilihan jenis penelitian pada umumnya dikategorikan ada dua, yaitu Penelitian
Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif. Meskipun pengelompokan dualisme penelitian
yang seolah bertolakbelakang ini banyak yang tidak sependapat (Trochim, 2007;
Groat, 2013), namun pada kenyataannya dikotomi pengelompokan masih tetap
digunakan.

Tulisan ini hanya akan dibatasi pada penelitian kualitatif dengan pertimbangan
bahwa mayoritas penelitian yang dilakukan oleh alumni lebih condong kesana. Juga

1
dibatasi pada lingkup penelitian Tesis/Disertasi bukan pada penelitian non akademis.
Pembahasannya lebih bersifat “pengantar” daripada pembahasan lengkap yang
tidak mungkin dilakukan pada tulisan yang terbatas ini.

ASAL MUASAL PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian kualitatif relatif baru digunakan sebagai alternatif pilihan pada penelitian
Tesis dan Disertasi. Sebelumnya, penelitian kuantitatif hampir mendominasi setiap
penelitian, seolah menjadi keharusan bahwa setiap penelitian harus menggunakan
angka. Terkesan penelitian tanpa angka atau statistik diragukan kevailiditasan dan
hasilnya.

Menilik sejarah lahirnya, sebenarnya jenis penelitian kualitatif sudah sejak lama
digunakan dikajian Antroplogi yang mempelajari manusia dalam perspektif waktu
dan tempat. Tulisan Frederic le Play tentang keluarga-keluarga dan masyarakat
Eropa abad 19 dianggap sebagai cikal bakal penelitian sosial yang menggunakan
penelitian kualitatif (Kompasiana, 2015). Namun secara formal pendekatan kualitatif
pertama kali diterapkan dalam sosiologi pada kajian tentang “Chicago School” pada
pergantian abad.

Pendekatan ini berakar pada paradigma Konstruktifism atau Interpretive social


sciences paradigm yang berbasis dari kajian Max Weber (1864 – 1920) dengan
jargon “verstehen” (pemahaman empati) (Jennings, 2010). Inti dari konstruktivis
sosial yang menjadi filosofi penelitian kualitatif bertujuan untuk mencari makna atau
pemaknaan serta memahami dan menafsirkan makna lain dari interaksi manusia
tentang dunia. Berbeda dengan pandangan positivism (yang mendasari penelitian
kuantitatif) yang memulai penelitian dengan teori dan menghasikan secara induktif
dalam mengembangkan teori sebelumnya. Dengan demikian, pemahaman
mendalam adalah titik tolak dan tujuan penelitian kualitatif. Karenanya ketekunan,
kesabaran, kehatian hatian dan empati adalah kata kuncinya (Nusa Putra, 2011).

2
KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF

Sejumlah penciri penelitian kualitatif dapat dicermati berdasarkan aspek ontologis,


epistemologis, metodologi dan aksiologisnya. Dari aspek aspek ini kemudian
dijabarkan lebih rinci yang dapat dijadikan sebagai karakteristik dan prinsip dasar
penelitian kualitatif yang membedakannya dengan penelitian kuantitatif.

Pendekatan penelitian (research approach). Pendekatan penelitian bertumpu pada


gejala induktif yang didasarkan pada kasus-kasus dan kenyataan di lapangan,
bukan pada pendekatan deduksi yang berangkat dari teori sebagaimana
pendekatan kuantitatif.

Pandangan ontologis. Pendekatan ini memahami bahwa kebenaran atau realitas


kebenaran sifatnya jamak (multiple realities), bukan kebenaran tunggal
(Causal relationship) sebagaimana penelitian kuantitatif. Ini berarti bahwa
penelitian yang dilakukan pada objek yang sama oleh peneliti yang berbeda
dapat mengeluarkan hasil yang berbeda dan sah sah saja karena kebenaran
itu tidak tunggal – homogen.

Sifat kebenaran (nature of truth): penelitian kualitatif didasarkan pada dunia nyata
(grounded in the real world). Sedangkan pendekatan kuantitatif didasarkan
pada uji hipotesis (Hypothesis testing).

Proposal Penelitian: Proposal penelitian kualitatif dan kuantitatif agak berbeda.


Pada peneltian kuantitatif, proposal penelitian seperti blue print yang harus
digunakan sebagai pedoman baku. Semua sudah direncanakan terlebih
dahulu, jenis datanya seperti apa, sumbernya siapa, cara mencarinya,
sampelnya siapa dan berapa jumlahnya hingga analisis dan bayangan
luarannya. Hal ini sangat tebalik dengan penelitian kualitatif yang serba
sementara dan bisa berubah hingga menjelang akhir penelitian. Dengan
demikian bentuk proposalnya bersifat UMUM dan SEMENTARA (Sugiyono,
p.134)

3
Sikap peneliti (researcher situatedness): posisi peneliti didasarkan pada pandangan
emic (apa adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan dan
difikirkan oleh partisipan sebagai insider) bukan pada etic (bagaimana
seharusnya atau sebaiknya menurut pandangan si peneliti sebagai outsider).
Empati dan emic seperti sekeping uang yang memiliki dua sisi, tetapi tak
tepisahkan.

Rancangan penelitian (research design): rancangan penelitian kualitatif bersifat


tidak terstruktur (unstructured), ide bisa muncul secara tiba-tiba (emergent),
dan kajiannya spesifik. Kontras dengan kuantitatif yang : terstruktur,
sistematis dan dapat diulang (replicable).

Fokus masalah: penelitian kualitatif tidak mengenal “batasan-masalah”


(sebagaimana dalam kuantitatif). Pemikiran “batasan-masalah” berangkat
dari pemahaman bahwa kebenaran itu tunggal sehingga bisa dipilah dan
dipilih, bagi pendekatan kualitatif kebenaran itu bersifat jamak, berlapis lapis
dan saling berkait sehingga tidak dapat dibatas batasi. Fokus di lakukan
hanyalah untuk memudahkan langkah awal penelitian, tetapi bukan berarti
titik lain diabaikan, bahkan bukan tidak mungkin justru titik lain itu yang lebih
berarti dan lebih bermakna (pola inklusi-eksklusi).

Pemilihan sampel (participant selection): bersifat tidak diacak (non-random/non


probability) artinya orang yang diwawancarai secara mendalam memang
dengan sengaja dipilih (purposive, unequal chance and non-representative)
karena dianggap dialah yang paling tahu dan akan memberikan informasi yang
diharapkan. Sehingga dalam penelitian kualitatif jumlah sampling tidak
pernah dituntut jumlahnya.

Peneliti sebagai instrument penelitian yang utama (researcher as measurement


device): Pada penelitian kuantitatif instrument yang diandalkan adalah
Questioner, alat perekam (audio video). Pada penelitian kualitatif instrument
ini juga digunakan tetapi bukan sebagai andalan utama. Peneliti itu sendiri
4
adalah instrument utama,karena instrument yang telah disebutkan, tidak
mampu menangkap atau merekam bahasa tubuh, mimik, raut wajah
partisipan.

Peranan Teori: Perananan teori dalam penelitian kualitatif tidak “sepenting” dalam
penelitian kuantitatif (sebagai pengarah atau akan diuji). Teori hanya
digunakan sebagai pemberi pemahaman awal tetapi selanjutnya peneliti lebih
berpihak kepada realitas lapangan. Bila realitas lapangan bertentangan
dengan teori maka teori tersebut tidak digunakan. Buat penelitian kualitatif
teori hanyalah merupakan (re)konstruksi atas realitas, tetapi bukan realitas itu
sendiri.

Penyajian data (Representation data): Data yang digunakan dalam penelitian


kualitatif disajikan dalam bentuk narasi/deskripsi atau gambar – gambar
(images): artefak, simbol, obyek budaya (rumah, lukisan); peristiwa ( upacara,
acara keagamaan, pertunjukan), bukan dalam wujud angka angka.

Teknik analisis: Dalam penelitian kualitatif SEDIKIT prosedur yang disepakati secara
luas; Jarang ada penjelasan eksplisit bagaimana DATA dianalisis; Cara-cara
yang ditempuh para peneliti dalam analisis sangat tidak jelas (Idiosinkratik).
Namun secara umum, teknik analisis yang digunakan adalah, data
dikelompokkan berdasakan tema-tema atau motif kemudian dilakukan
analysis content melalui cara manual atau bantuan software. Babbie (2004,
p.369) mengusulkan tahapan analisis: Coding, Memoing, Concept mapping.
Sebagian besar analisis yang dilakukan menggunakan “kata” dan materi visual
bukan analisis statistik.

Simpulan penelitian: tidak menghasilkan generalisasi, tetapi lebih menekankan pada


makna sehingga tidak dapat diberlakukan di tempat lain (untransferability).

Holistik: Penelitian kualitatif secara tipikal bertujuan “untuk mengembangkan


gambaran yang kompleks suatu fenomena atau objek” yang “mencakup

5
beragam pandangan, mengidentifikasi banyak faktor yang tercakup dalam
suatu situasi, dan umumnya menghasilkan sketsa gambar kehidupan yang
lebih besar ” (Creswell, 2009).

Durasi penelitian yang lama: Penelitian kualitatif yang menekankan pada penelitian
lapangan butuh waktu yang cukup panjang misalnya untuk memahami dan
menghayati tentang budaya, memahami konteks dan atau membangun
kepercayaan dan hubungan dengan partisipan (O’Leary dalam Groat, 2013).
Namun, argument lain dari Nusa Putra (2011, p.21) mengatakan bahwa durasi
penelitian kualitatif sama saja dengan penelitian kuantitatif tergantung
fokusnya.

Terbuka (open-ended): Penelitian kualitatif cenderung lebih terbuka (open-ended)


baik dari aspek konsep teoritis maupun rancangan penelitian, sehingga “
rencana untuk penelitian tidak dapat ditentukan secara ketat, dan seluruh
tahapan proses penelitian dapat dirubah atau digeser.

Penyajian laporan dalam bentuk yang bersifat personal seperti: saya, aku, peneliti,
penulis dst. yang tidak direkomendasi dalam penelitian kuantitatif. Dengan
demikian, dalam penelitian kualitatif penggunaan kata personal adalah hal
yang lumrah.

RAGAM PENELITIAN KUALITATIF

Sebagai pendekatan yang relatif baru, maka secara terus menerus ragam penelitian
kualitatif berkembang, karenanya dalam khazanah pustaka ditemui banyak jenis
istilah dan penafsiran dalam penelitian kualitatif. Setiap penulis metodologi
penelitian secara bebas menginterpretasi klasifikasi penelitian kualitatif sesuai latar
belakang, motivasi dan preferensinya. Dari keberagaman tersebut ada yang memilki
kesamaan, juga perbedaan baik dalam hal istilah maupun penafsiran, misalnya pada
Tabel 1, memperlihatkan jenis penelitian yang selalu muncul di kelima penulis, yaitu:

6
penelitian Ethnografi dan grounded research; memiliki kesamaan hanya pada dua
penulis seperti: penelitian phenomenology, case study dan ethnomethodology.
Jenis penelitian kualitatif ini akan semakin beragam ditemui dalam buku Handbook
of Qualitative Reseach (Denzin dan Lincoln, 2009).

Pilihan jenis penelitian kualitatif mana yang digunakan sangat tergantung dari tujuan
dan fokus penelitian yang akan dilakukan.

Tabel 1 Jenis Penelitian Kualitatif menurut Creswell, Jennings, Babbie, Trochim


dan Groat.

CRESWELL JENNINGS BABBIE TROCHIM GROAT


Narratives -- -- -- --
Phenomenology -- -- Phenomenology Phenomenology
Ethnographies Ethnographies Ethnographies Ethnographies Ethnographies
Grounded Grounded Research Grounded Research Grounded Grounded Research
Research Research

Case Studies -- Case Studies -- --


-- -- Naturalism -- --
-- Ethnomethodology Ethnomethodology -- --
-- Heuristic research -- -- --
-- -- Participatory action -- --
research
-- -- -- Field research --

-- Symbolic -- -- --
interactionism
Integrative
-- -- -- -- Approaches to
Qualitative
Research
Sumber: William M.K. Trochim (1997), John W. Creswell (2009), Gayle Jennings (2010), Earl Babbie (2010), Linda
Groat and David Wang (2013),

PENGGUNAAN PENELITIAN KUALITATIF

7
Secara umum penentuan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian
Tesis dan Disertasi sangat tergantung dari tujuan penelitian. Selain itu ada beberapa
pertimbangan yang dilakukan untuk memilih penelitian kualitatif.

Beberapa faktor kapan penelitian kualitatif digunakan, akan diuraikan sebagai


berikut.

a. Ketika masalah penelitian belum jelas, masih kabur bahkan belum tahu apa
yang akan diteliti. Setelah diadakan grand tour, fokus perlahan-lahan
masalah yang akan diteliti mulai tersingkap. Semakin didalami maka akan
semakin fokus masalah yang akan diteliti. Hal ini tentu sangat berbanding
terbalik dengan penelitian kuantitatif, yang sejak awal sudah direncanakan
dengan baik sebelum diverifikasi di lapangan.
b. Jika penelitian ingin mengetahui apa yang tersirat, bukan yang tersurat.
Penelitian kualitatif bukan hanya merekam apa yang terucap oleh partisipan,
tetapi juga yang tak terucapkan. Seorang peneliti ketika melihat pemesuan
pada perumahan tradisonal bali, bukan fokus mengukur proporsi
perbandingan antara tinggi dan lebar pemesuan tersebut, tetapi lebih
tertarik pada pemikiran dibalik desain tersebut, apa arti, fungsi dan makna
dibaliknya.
c. Ketika berlangsung suatu upacara adat di Bali, terjadi interaksi sosial
diantara masyarakat. Bila peneliti ingin mengetahui interaksi tersebut secara
dalam, maka pilihan partisipasi langsung (direct observation) yang
merupakan salah satu tools penelitian kualitatif menjadi pilihan.
d. Proses penciptaan karya arsitektur, tidak melulu berdasarkan kaidah kaidah
dan standar arsitektur yang terukur, tetapi disana ada campur tangan
kreativitas, rasa seni yang tidak bisa diukur. Pendekatan kuantitatif tidak
mampu mengetahui masalah rasa dan kreativitas ini. Melalui in-depth
interview yang juga merupakan salah satu tools penelitian kualitatif bisa
menjawab rahasia dibalik proses penciptaan si Arsitek.

8
e. Desain arsitektur dan kota tidak selamanya sesuai antara apa yang
direncanakan dengan perilaku pengguna. Dengan teknik pemetaan perilaku
(behavioral mapping) dengan segera tergambarkan pola pola pengguna dan
kecenderungannya ketika beraktivitas pada suatu obyek. Visual sociology
(Baker, 1998) dengan berbagai tekniknya merupakan salah satu bagian dari
penelitian kualitatif.

TAHAPAN PENELITIAN KUALITATIF

Sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif juga memiliki


tahapan tahapan proses. Tahapan tahapan tersebut akan diuraikan sebagi berikut.

1. Grand tour, merupakan tahap awal untuk menggali realitas, mengenali


medan lapangan, menghirup aroma udara dan ambiance lingkungan,
telusuri lorong dan gang sempit, dengarkan hiruk pikuk atau keheningan dan
rasakan auranya.
2. Seluruh hasil grand-tour, disimak dengan cermat untuk menentukan fokus
penelitian.
3. Mini-tour, merupakan tahapan mendalami fokus penelitian, mencermati
secara detail obyeknya, mengamati penggunaanya, frekuensi dan waktunya
dan mempertanyakan mengapa semua itu terjadi, apa makna dan artinya.
4. Secara simultan dengan kegiatan mini tour dilakukan proses analisis di
tempat. Setiap informasi atau data yang diperoleh langsung dianalisis.
Proses ini dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus hingga
dianggap jenuh menurut pandangan emik bukan etik.

PENELITIAN KUALITATIF DALAM ARSITEKTUR

Aplikasi penelitian kualitatif dalam Arsitektur tidak ada bedanya dengan aplikasi
pada disiplin ilmu lainnya. Yang ada adalah penyesuaian-penyesuaian terhadap
keunikan dan kekahasan dalam ilmu Arsitektur.

9
Metode adalah alat (tools) yang dapat digunakan dimana saja, dalam disiplin ilmu
apa saja. Dengan demikian prinsip-prinsip penelitian kualitatif yang telah dibahas
sebelumnya dapat digunakan pada penelitian kualitatif dalam Arsitektur. Demikian
halnya pada tingkat teknik/taktik penelitian semuanya dapat digunakan selama
kompatibel.

Dibawah ini akan disajikan beragam jenis penelitian secara umum sebagai pengantar
sebelum masuk ke pembahasan penelitian Arsitektur.

A. Secara umum penelitian dapat diklasifikasi berdasarkan:


 Kegunaannya
 Bidang ilmu yang dibahas
 Tujuan penelitian
 Metode yang digunakan
 Tempat penelitian
 Pendekatan yang digunakan

Klasifikasi penelitian berdasarkan kegunaanya:

 Penelitian tindak (action research), penelitian ini juga biasa disebut


penelitian evaluasi (misalnya penelitian purna huni).
 Penelitian terapan (applied research), biasa juga disebut dengan
penelitian preskriptif atau penelitian normatif yang akan menjawab
pertanyaan: What should be? atau What ought to?
 Penelitian murni (pure research) atau biasa juga disebut penelitian dasar
(basic research) yang berorientasi pada pengembangan teori.

Klasifikasi penelitian berdasarkan bidang ilmu yang dibahas:

 Penelitian lingkungan perilaku (Environmental-Behavior)


 Penelitian perancangan kota
 Penelitian perencanan kota
 Penelitian teori dan kritik arsitektur
10
 Penelitian etnografi
 Penelitian konservasi
 Penelitian keberlanjutan dan arsitektur hijau
 Penelitian permodelan

Klasifikasi penelitian berdasarkan pendekatannya:

 Penelitian eksperimental
 Penelitian survey
 Penelitian analisis data sekunder

Klasifikasi penelitian berdasarkan tempatnya:

 Penelitian laboratorium
 Penelitian lapangan (field research)
 Penelitian pustaka dan dokumen

Klasifikasi penelitian berdarakan tujuan penelitian:

 Penelitian eksplorasi atau biasa juga disebut dengan penelitian


diagnostik
 Penelitian eksplanatory atau biasa juga disebut penelitian confirmatory

Klasifikasi penelitian berdasarkan masalahnya:

 Penelitian deskriptif
 Penelitian komparasi (differencies)
 Penelitian asosiasi (relational)

Klasifikasi penelitian berdasarkan metodenya:

 Penelitian kuantitatif
 Penelitian kualitatif

11
 Penelitian campuran (mix-methods)

Secara skematik jenis penelitian diatas dapat dilihat pada Gambar 1.

Klasifikasi penelitian tersebut hanyalah upaya untuk memudahkan pemahaman akan


ragam jenis penelitian. Karena pada prakteknya satu penelitian bisa masuk dalam
berbagai kategori klasifikasi di atas, misalnya suatu penelitian perilaku
(environmental-behavior) berdasarkan metodenya termasuk dalam kategori
penelitian kualitatif yang dilakukan di lapangan (field esearch) dan kegunaanya
untuk tindakan (action).

Gambar 1. Ragam Penelitian

Sumber: William B. Castetter (1982), Uriel Cohen and Lani van Ryzin (1985), John Zeisel (1990), Hermawan
Wasito (1992), Therese L.Baker (1994), Gayle Jennings (2001), John W. Creswell (2009),
Ranjit Kumar (2011),

B. Penelitian Arsitektur

Penelitian arsitektur sendiri mengalami perkembangan dari masa ke masa. Setiap


zaman memiliki karakteristik dan fokus penelitian sesuai dengan issue tuntutan
kebutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat itu. Groat

12
(2013) membagi lima babakan periode perkembangan penelitian arsitektur dan
karakteristiknya masing masing yang secara terinci tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan Penelitian Arsitektur

Sumber: Linda Groat (2013)

Dari Tabel 2 terlihat bahwa ada pergeseran bentuk penelitian arsitektur dari
tuntutan fisik praktis kearah penelitian yang bersifat teoritis akademis.

Selain pembabakan penelitian berdasarkan dimensi waktu sebagaimana yang dibuat


Groat dan Wang, dari tahapan kegiatan memproduksi desain dalam arsitektur dapat
dijadikan sebagai peluang penelitian. Misalnya dalam tahap proses desain, ada
beragam teknik penyajian gambar, akan menimbulkan sejumlah idea pertanyaan:
apa dampak penggunaan gambar digital terhadap kemampuan sketsa tangan
mahasiswa? . Demikian halnya pada tahap produk, penggunaan bahan bangunan
tertentu dalam desain dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi penelitian. Tentu

13
saja dalam setiap penelitian tersebut akan melibatkan berbagai disipin ilmu lain
sebagai mitra ilmu. Secara terinci ide ide penelitian yang bisa muncul berdasarkan
tahap kegiatan desain dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Objek Kajian Penelitian Arsitektur Berdasarkan Tahapan Kegiatan Desain

Sumber: Diolah dari What is Architectural Research?


https://www.architecture.com/Files/RIBAProfessionalServices/ResearchAndDevelopment/WhatisArchitectural
Research.pdf

C. JENIS PENELITIAN ARSITEKTUR

Klasifikasi jenis penelitian Arsitektur telah dikembangkan oleh berbagai pakar


penelitian arsitektur. Diantara sekian banyak pakar tersebut, ada yang membuat
jenis penelitian masih bersifat umum, artinya meskipun berlatar belakang Arsitektur
klasifikasinya dapat digunakan untuk berbagai macam disiplin ilmu, misalnya yang
dilakukan oleh Cohen (1985) dan Zeisel (1990). Ada tiga pakar lainnya yang dapat
memberi kekhasan penelitian arsitektur seperti Joroff & Morse’s (1980), Mahgoub
(2009) dan Groat & Wang (2013).

Jenis Penelitian versi Joroff & Morse’s (1980)

Joroff& Morse’s membuat suatu model penelitian dalam bentuk garis linear. Pada
garis tersebut disusun sejumlah teknik/taktik penelitian arsitektur yang bergradasi.
Pada ujung-ujung garis linear tersebut diletakkan secara berlawanan kutub kutub
subjective dan Objective. Dengan demikian letak teknik/taktik penelitian yang ada

14
menunjukkan lebih dekat kemana orientasi kecenderungannya kearah subjective
atau Objective (Lihat Gambar 2)

Gambar 2 Jenis Penelitian menurut Joroff & Morse’s (1980)


Sumber: Groat & Wang (2013)

Jenis Penelitian versi Mahgoub (2009)

Mirip dengan pendekatan Joroff & Morse’s yang membuat range penelitian.
Mahgoub juga membuatnya dengan istilah dan pengertian yang berbeda, diujung
kutub yang satu adalah arah keingintahuan (curiosity oriented), dikutub lainnya
adalah arah Mission Oriented (Gambar 4).

15
Gambar 5 Jenis Penelitian Versi Mahgub
Sumber: http://www.slideshare.net/ymahgoub/architectural-research-methods-table

Jenis Penelitian Menurut Groat & Wang (2013)

Karya Groat dan Wang ini yang banyak digunakan secara luas berkat bukunya yang
sangat fenomenal Architectural Research Methods. Seperti yang telah dikemukan
sebelumnya bahwa Groat tidak setuju adanya pembagian secara dikotomis
penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Menurutnya tidak ada perbedaan yang signfikan
antara keduanya, yang ada adalah perbedaan ditataran teknik/taktik. Hal ini terlihat
pada klasifikasi penelitian yang disusunnya yang tidak memperlihatkan adanya
secara tersurat penelitian kuantitatif. Groat juga tidak membuat suatu range
penelitian sebagaimana yang dilakukan oleh Joroff&Morse’s (Gambar 3).

Gambar 4. Jenis Penelitian versi Groat & Wang (2013)


Sumber: Groat & Wang (2013)

TEKNIK PENGUMPULAN, ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA PADA PENELITIAN


KUALITATIF DALAM ARSITEKTUR

Proses

16
Proses pendataan yang mencakup pengumpulan, reduksi, penyajian data dan
penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat interaktif dan berpola
siklus yang dilakukan secara berkesinambungan.

Pengumpulan data

Ada 4 sumber data yang digunakan dalam pengumpulan data kualitatif, yaitu:

1. Wawancara terstruktur (in-depth interview) termasuk Focus Group


Discussion (FGD).
2. Observasi
3. Artefak dan tapak (observasi in situ pada artefak/bangunan/konteks urban
dan tapak lansekap).
4. Dokumentasi arsip

Butir 1 hingga 3 merupakan sumber data primer, sedangkan yang terakhir adalah
sumber data sekunder.

Reduksi data/Coding

Adalah tahapan menjaring data yang benar benar dibutuhkan dalam penelitian.
Tahapannya adalah data hasil lapangan yang begitu banyak, dipilih dan dipilah lalu
dikelompokkan. Selanjutnya data yang sudah dikelompokkan ini disajikan dalam
bentuk tematik yang mudah dibaca dan dicerna. Seluruh proses reduksi ini selalu
dikontrol berdasarkan tujuan dan fokus penelitian.

Penyajian data (data display)

Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data dilakuka dengan tabel, grafik,
pictogram, maka dalam penelitian kualitatif ata disajikan dalam bentuk narasi, uraian
singkat, sketsa, gambar, foto dan sejenisnya.

Penarikan kesimpulan

17
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, sampai tidak
ditemukannya bukti bukti lainnya baru dijadikan simpulan akhir. Juga simpulan ini
bisa berbeda dengan rumusan masalah sehingga perlu modifikasi masalah yang juga
bersifat sementara.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENELITIAN KUALITATIF

Kelebihan:

 Kemampuan untuk merekam keadaan kehidupan nyata yang sangat kaya


dan holistik.
 Kelenturan dalam rancangan dan prosedur yang memungkinkan
penyesuaian dalam proses penelitian.
 Kepekaan terhadap makna dan proses suatu artefak dan kegiatan manusia.

Kekurangan:

 tantangan menangani sejumlah data yang banyak.


 Sangat sedikit panduan atau langkah langkah prosedur penelitian
 Kredibilitas data kualitatif yang dipandang sebagai kelemahan paradigm
postpositivist.

CATATAN AKHIR

 Upaya mengungkap jati diri alumni Arsitektur Udayana pada penelitian


Tesis/Disertasi sebagian besar memilih jalur penelitian kualitatif, baik secara
tersurat maupun tersirat.

18
 Pemilihan jenis penelitian kualitatif ini tentu didasarkan pada berbagai
pertimbangan, misalnya bidang ilmu yang diambil cenderung ke arah etnografi
dan sosial budaya.
 Penguasaan terhadap pendekatan kuantitatif yang menggunakan analisis
kuantitatif belum mendapatkan tempat dengan berbagai faktor.
 Dominansi pendekatan kuantitatif yang cukup merasuk dalam dunia keilmuan
dalam waktu yang cukup lama, membuat pola pikir kita masih sulit untuk
meninggalkannya meskipun kita mengklaim memilih kualitatif sebagai pilihan.
Hal ini terlihat dari belum teraplikasikannya kaidah kaidah dan prinsip dasar
penelitian kualitatif yang sesungguhnya.
 Apapun hasilnya, ini adalah langkah awal untuk menampakkan jatidiri para
alumni arsitektur Unud. Bravo!!

19

Anda mungkin juga menyukai