TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian sistem pasak adalah sebuah restorasi yang terbuat dari bahan metal
dan non metal yang dimasukkan ke dalam saluran akar untuk menambah retensi
mahkota dan menyalurkan tekanan yang diterima secara merata ke sepanjang akar
gigi (Widyastuti, 2011). Gigi yang telah dirawat saluran akar sering sekali
menggunakan sistem pasak untuk menambah kekuatan dari restorasi akhir (Schwartz
dan Robbins, 2004). Gigi yang dirawat endodonti akan menjadi lemah karena
kekurangan kandungan air dan kehilangan struktur dentin. Proses karies yang luas
pada gigi akan melemahkan struktur gigi dan meningkatkan kerapuhan pada gigi oleh
karena itu struktur gigi yang tertinggal membutuhkan dukungan tambahan yaitu
dengan pasak yang dapat memberikan retensi dan stabilitas bagi restorasi direct
Beberapa dekade yang lalu, pasak metal tuang (casting) telah menjadi pilihan
yang umum untuk restorasi gigi yang dirawat endodonti. Tetapi, banyak kerugian
yang disebabkan oleh sistem pasak metal tuang konvensional seperti kehilangan
retensi pada pasak ataupun pada mahkota, fraktur pasak dan fraktur akar, dan resiko
mengalami korosi. Selain itu sistem pasak metal tuang memerlukan waktu perawatan
10
Fraktur akar yang sering terjadi pada sistem pasak dan inti metal disebabkan
karena metal memiliki komponen yang lebih rigid sehingga dapat menahan tekanan
lebih besar. Akan tetapi didalam saluran akar tekanan akan ditransfer kepada
komponen yang memiliki kekakuan lebih kecil. Perbedaan modulus elastisitas antara
dentin dengan material pasak menyebabkan distribusi tekanan yang tidak baik
sehingga dapat menyebabkan fraktur akar. Akhir-akhir ini, ilmu kedokteran gigi
mengubah pilihan dari material yang sangat rigid menjadi material yang memiliki
sifat menyerupai dentin untuk menciptakan homogenitas mekanis (Tay dan Pashley,
jika dibandingkan dengan pasak metal konvensional, yaitu : memiliki estetis yang
baik, berikatan dengan struktur gigi, dan memiliki modulus elastisitas yang hampir
sama dengan dentin, namun masih membutuhkan preparasi dentin setelah perawatan
build-up pasak dan inti, bahkan dapat beradaptasi dengan dinding saluran akar tanpa
UHMWPE memiliki modulus elastisitas yang hampir sama dengan dentin dan
menggantikan sistem pasak metal. Sistem pasak ini digunakan pada gigi yang dirawat
endodonti karena memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan cast metal post
dan dapat mencegah fraktur vertikal ketika ada beban pengunyahan (Sadegi, 2006).
Pada tahun 1990-an, FRC mulai sering digunakan di dalam dunia kedokteran
gigi dan pertama sekali digunakan untuk memperkuat basis acrylic pada gigi tiruan
Sebelumnya, gigi tiruan lepasan telah diperkuat dengan bahan metal, tetapi hanya
sedikit yang berhasil secara klinis. Kombinasi dari serat penguat dengan resin
untuk fixed partial denture. FRC juga mulai sering digunakan dalam splinting
periodontal, perawatan ortodonti, dan dalam implant. Sebagai tambahan, FRC juga
disarankan sebagai penguat dalam restorasi komposit yang luas. Beberapa waktu
kemudian, FRC digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki gigi insisivus yang
mengalami fraktur dengan menggunakannya sebagai pasak. Sejak saat itu, sistem
pasak metal tuang maupun buatan pabrik mulai ditinggalkan (Le Bell-Rnnlf, 2007).
FRC adalah material yang terdiri dari serat penguat yang menempel pada
disatukan oleh polymer matrix , membentuk sebuah fase yang berkelanjutan selama
proses penguatan. Fase ini mentransfer tekanan kepada serat-serat tersebut dan
melindunginya dari kelembaban rongga mulut. Agar memiliki efek penguatan, serat-
serat tersebut harus memiliki flexural modulus yang lebih tinggi dibandingkan matrix
Serat penguat dapat berupa serat yang panjang (continuous) ataupun serat
yang pendek (discontinuous). Pasak FRC pada saluran akar menggunakan serat
penguat yang panjang (continuous) yang terdiri dari continuous unidirectional fibres
(serat panjang dalam satu arah) dan continuous bidirectional fibres (serat panjang dua
arah dalam bentuk anyaman) (Gambar 2.1). Serat dalam bentuk anyaman menambah
kekerasan pada polymer yang berperan sebagai crack stopper (Le Bell-Rnnlf ,
2007).
B
A
Gambar 2.1. Gambaran SEM Bentuk Pola Anyaman Pita Fiber Reinforced
Resin: A. Continuous Bidirectional Fibre, B. Continuous
Unidirectional Fibres (Garoushi dan Vallitu, 2006)
Kuantitas serat umumnya berupa kesatuan unit serat yang memiliki satuan berat
(Wt%) atau dapat juga dikonversikan ke dalam satuan volume (Vol%), ketika
kepadatan polymer dan serat diketahui. Karena volume serat di dalam polymer matrix
mempengaruhi sifat mekanik FRC, maka dianjurkan untuk menyajikan kuantitas serat
dalam satuan volume. Persentase volume serat secara manual yang disatukan ke
dalam dental resin adalah umumnya dalam kisaran 5-15%. Dengan kontrol proses
produksi, saat ini satuan volume telah ditingkatkan menjadi 45-65% (Le Bell-
Rnnlf, 2007).
harus berkontak dengan keseluruhan permukaan serat agar mendapatkan ikatan yang
adekuat terhadap polymer matrix. Dengan impregnasi yang baik, akan didapatkan
penguatan secara optimal dan distribusi tekanan dari polymer matrix ke serat penguat.
Impregnasi yang tidak baik akan menimbulkan beberapa masalah seperti peningkatan
penyerapan air sehingga mengarah kepada penurunan sifat mekanis FRC, dan juga
diskolorasi FRC dan penghambatan oksigen dari polimerisasi radikal dalam resin.
Selain level impregnasi, ikatan pada kontak antara serat dengan matrix bergantung
pada interaksi antar komponen, yang dapat berupa mekanikal ataupun kimia.
polymer dan serat lebih mengarah kepada sifat kovalennya (Freilich dkk., 2000).
resin komposit. Banyak literatur yang melaporkan bahwa sifat biomekanik dari fiber
memiliki estetik yang baik, berikatan baik dengan struktur gigi, memiliki modulus
elastisitas yang hampir sama dengan dentin, dan memiliki resiko yang lebih kecil
Beberapa literatur menyatakan bahwa rigiditas dari pasak harus mirip dengan
akar. Modulus elastisitas dari pasak harus menyerupai dengan dentin dengan tujuan
agar memungkinkan untuk menciptakan distribusi tekanan secara efektif dari pasak
2006)
dibagi ke dalam dua jenis yaitu : prefabricated fiber reinforced composite post (pasak
buatan pabrik) dan customized fiber reinforced post (pasak buatan). Ada beberapa
bahan fiber reinforced composite yang dapat digunakan untuk membuat pasak
fiber reinforced dengan merek dagangnya Ribbond (USA) dan Construct (Kerr) (Le
Bell-Rnnlf , 2007).
prefabricated FRC terdiri dari persentase volume yang tinggi dari serat penguat
Matriks
Fiber reinforce polimer
kontinu
yang digunakan biasanya adalah epoxy polymer atau campuran epoxy dan
dimethacrylate resin dengan derajat konversi yang tinggi dan struktur cross-linked
yang tinggi. Kuantitas serat pada pasak prefabricated FRC bervariasi dari 40-60
itu, pasak jenis ini mudah untuk dilakukan build-up dan re-treatment, juga memiliki
estetis yang baik terutama dari bahan serat glass. Kekurangannya pasak buatan pabrik
tetap memerlukan preparasi sehingga terjadi pembuangan struktur dentin (Le Bell-
Rnnlf , 2007).
yang dikandungnya antara lain adalah pasak carbon fiber, glass, dan quartz fiber
(Gambar 2.4).
Carbon fiber post mulai populer digunakan sejak tahun 1990-an. Carbon fiber
post terdiri dari 64% fiber longitudinal dan 36% epoxy resin matrix. Keuntungan dari
carbon fiber post adalah bersifat lebih fleksibel dibandingkan metal post dan
memiliki modulus elastisitas yang hampir sama dengan dentin. Carbon fiber post
berikatan kuat dengan resin semen dan tekanan yang didistribusikan di sepanjang
akar lebih merata sehingga lebih sedikit mengakibatkan fraktur akar. Hal ini telah
banyak dibuktikan baik melalui penelitian in vitro maupun in vivo. Bahan carbon
fiber post berwarna agak gelap sehingga memiliki permasalahan dalam hal estetik.
Pasak jenis ini mudah untuk dibongkar dan diperbaiki dengan alat ultrasonic maupun
Glass fiber adalah jenis fiber post yang paling umum digunakan baik dalam
dunia kedokteran gigi maupun dalam dunia industri karena memiliki beberapa
keuntungan seperti tensile strength yang tinggi, kompresi dan sifat fisik yang baik,
modulus elastisitas yang menyerupai dentin, dan harga yang relatif tidak mahal.
Glass fiber post terdiri dari 42% fiber glass, 29% filler, dan 18% resin (Freilich dkk.,
2009). Sifatnya yang transparan membuat pasak ini baik digunakan untuk kasus yag
memerlukan estetis seperti pada restorasi pasak pada gigi anterior. Glass fiber post
memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah dibandingkan carbon fiber post
(Saatian, 2006).
Pasak jenis ini memiliki estetis yang baik karena bersifat translusen dan
menyalurkan transmisi cahaya. Pasak jenis ini memiliki sifat yang biokompatibel,
memiliki tensile strength, flexural strength, dan compressive strength yang tinggi,
dan juga memiliki modulus elastisitas yang mirip dengan dentin (Glazer, 2002).
yang direstorasi oleh operator sendiri. Penggunaan pita polyethylene Fiber Reinforced
Composite sebagai pasak customized memerlukan semen luting resin dan resin
A B C
D E F
struktur gigi yang tertinggal karena restorasi adhesif menciptakan preparasi yang
minimal sehingga dapat memelihara struktur gigi yang sehat. Untuk itulah
terhadap resin dan komposit bonding. Permintaan pasien terhadap restorasi estetis
amalgam dan semakin memperluas penggunaan fiber polyethylene (Ayna dkk., 2009).
populer. UHMWP dapat digunakan untuk bulid-up pasak dan inti endodonti bahkan
dapat beradaptasi dengan dinding saluran akar tanpa memerlukan pelebaran saluran
Anyaman fiber ini memiliki modulus elastisitas yang hampir sama dengan
mendistribusikan tekanan di sepanjang akar dengan baik (Belli, 2008). Mulai dari
bahan pasak, sealer , sistem adhesif, semen luting dan restorasi inti dan mahkota
memiliki sifat yang sama yaitu berbasis resin. Modulus elastisitas semua komponen
Gambaran sistem pasak customized dari pita polyethylene fiber dapat terlihat dari
sebagai splint periodontal, bridge untuk gigi anterior, retainer ortodonti, dan juga
dapat digunakan sebagai persiapan untuk restorasi mahkota porselen baik pada gigi
anterior maupun gigi posterior (Gambar 2.8). Fiber polyethylene terdiri atas dua jenis
(Construct, Kerr) dan yang paling sering digunakan adalah Ribbond (Gambar 2.9)
A B
A
A BB
merupakan fiber pengikat dan memiliki sifat memperkuat stuktur dentin yang tersisa
yang terdiri dari fiber glass atau fiber polyethylene. Beberapa penelitian menunjukkan
fiber polyethylene memiliki kekuatan yang jauh lebih tinggi dibanding fiber glass
yang berbeda-beda. Volume fiber yang terkandung biasanya 50-70% Vol. Kandungan
jumlah fiber ini mempengaruhi kekuatan mekanikal (Freilich dkk., 2000). Pita dari
polyethylene fiber ini adalah suatu bahan dengan bentuk anyaman yang sangat kuat
anyaman tanpa menyalurkan tekanan kembali ke resin (Gambar 2.10). Anyaman pita
ini sangat fleksibel dan mudah beradaptasi pada kontur lengkung gigi (Ganesh dan
Tandon, 2006).
Fraktur gigi adalah salah satu penyebab kegagalan restorasi pasak dan inti.
Stabilitas core dan retensi pasak sangat penting dalam mencegah kegagalan restorasi
gigi yang dirawat endodonti. Sistem pasak yang ideal sebaiknya menggantikan
kehilangan struktur gigi dan memberikan retensi yang adekuat dan mendukung inti
aktivitas fungsional dan parafungsional untuk mencegah fraktur pada akar. Sistem
dan ketidakteraturan bentuk saluran akar untuk meningkatkan ikatan dengan dentin,
untuk memperbaiki integritas struktur dentin radikular yang tersisa dan meningkatkan
pembuangan daerah undercut untuk jalan masuk dan adaptasi terhadap dinding
saluran akar. Hal ini dapat menyebabkan pembuangan struktur dentin yang lebih
banyak. Pengurangan dentin tersebut dapat memperlemah gigi dan menjadi faktor
metode yang dapat digunakan dalam perawatan saluran akar yang memiliki
konfigurasi tidak teratur karena sistem pasak ini tidak membutuhkan pembentukan
jalan masuk. Sebagai tambahan, sistem pasak ini dapat digunakan dengan preparasi
yang minimal karena sistem ini mempergunakan undercut dan permukaan yang tidak
kemungkinan terjadinya fraktur pada gigi selama kegiatan fungsional maupun jika
Ketika faktor estetik menjadi salah satu fokus maka pertimbangan pemilihan
material restorasi yang tepat merupakan hal yang sangat penting. Light transmission
properties dari tradisional prefabricated atau cast metal post menunjukkan perbedaan
dari gigi asli. Cahaya akan diblok seluruhnya oleh metal post yang akan
ceramic, warna dan opasitas dari metal post akan menciptakan diskolorasi dan
Sifat optik sekunder dari polyethylene fiber post memungkinkan sifat optik
cahaya untuk melewati gigi dan material restorasi untuk merefleksikan, membiaskan,
mengabsorbsi, dan meneruskan cahaya sesuai dengan kepadatan optik dari kristal
hydroxyapatite, enamel rod, dan tubulus dentin. Untuk itu, dalam menciptakan
harmonisasi yang optimal dengan gigi di sekitarnya, bahan polyethylene fiber post
restorasi di dalam kisaran elastis. Desain restorasi yang ideal untuk suatu sistem
pasak membutuhkan modulus elastisitas yang mendekati dentin yaitu 14-18 GPa
(Belli, 2008). Tradisional metal post memiliki modulus elastisitas yang tinggi yaitu
200 GPa (Gluskin, 2002) Polyethylene fiber post memiliki modulus elastisitas 1.397
GPa dan apabila bergabung dengan flowable resin dan adhesif resin, modulus
elastisitas meningkat menjadi 23.6 GPa (Belli, 2008). Modulus elastisitas semen resin
pemisahan pasak atau fraktur akar, yang meningkatkan keberhasilan klinis dari suatu
gigi yang dirawat endodonti dengan sistem pasak-inti. Karakteristik sistem pasak
adalah harus memiliki sifat biomekanikal yang sama dengan jaringan gigi. Bahan
penguat yang digunakan untuk pasak polyethylene fiber meliputi jalinan fiber
polyethylene yang diberi perlakuan dengan cold-gas plasma. Fiber penguat ini
kekuatan flexural dan tensile. Beberapa tipe jalinan sudah digunakan pada berbagai
jenis manufaktur, dan hal ini dapat mempengaruhi kekuatan, stabilitas, dan
pergeseran di bawah tekanan lebih banyak dari jalinan sederhana dan meminimalkan
perjalanan crack micro di dalam matriks resin menjadi crack stoper yang dapat
sepanjang aksis panjang struktur akar yang tersisa sehingga meminimalisasi resiko
interaksi fisik dan kimia yang baik dengan material dan dentin yang meningkatkan
kontinuitas adhesif interfasial. Penggunaan semen resin di antara sistem adhesif dan
bahan reinforcement memastikan kontak yang lebih kuat dengan bahan dentin
bonding karena viskositas yang lebih rendah dan menghasilkan peningkatan adaptasi
(Kishen, 2006).
(Terry, 2003). Terbentuknya ruang kosong tersebut akan menjadi awal dari
terbentuknya initial crack yang mana ketika tekanan terus diterima maka crack
dan fraktur serta peningkatan retensi dan pengurangan kebocoran mikro dan infiltrasi
bakteri. Integrasi adhesif antara kelima komponen sistem pasak ini (permukaan dentin
akar, semen luting, intraradikular pasak, build-up core, dan crown) memberikan
ini memiliki sifat yang sama secara adhesif, sehingga konsep ini disebut sebagai
dibantu dengan adanya wettability wettability. Untuk mendapatkan adhesi yang baik
properties yang lemah. Gambarannya dapat terlihat dari morfologi scanning electrom
adanya jarak (gap) antara fiber dan matriks resin (Gambar 2.12) (Freilich dkk., 2000).
Adanya gap yang merupakan ruangan kosong pada perlekatan bahan Fiber
Polyethylene dengan resin menjadi predisposisi terjadinya initial crack pada bahan.
Dimana apabila tekanan diteruskan pada area tersebut akan terjadi crack propagation
sampai akhirnya fraktur. Oleh karena itu secara tidak langsung wettability juga
resin. Fiber yang telah diaplikasikan oleh wetting resin dapat dipegang dengan
tangan baik memakai sarung tangan atau tidak. Untuk menghindari setting yang
terlalu dini antara wetting resin dengan fiber polyethylene, jaga agar fiber yang telah
dibasahi tadi terhindar dari sinar sampai siap untuk digunakan (Gluskin, 2002). Salah
satu tujuan pemberian wetting resin adalah mempersiapkan permukaan fiber agar
dapat berikatan secara adhesif dengan bahan berbasis resin. Beberapa laporan kasus
ada yang menyarankan prosedur wettability fiber ini digantikan dengan resin
komposit flowable. Tetapi belum ada laporan mengenai penggunaan wetting resin
Dalam melakukan restorasi pasak adhesif ada beberapa prinsip penting yang
sistem adhesif, semen luting dan mekanisme perlekatannya, smear layer dan hybrid
Adhesi adalah suatu mekanisme fisik dan kimia yang kompleks yang
adalah bahan yang biasanya berupa zat cair yang kental yang menggabungkan dua
substansi sehingga mengeras dan mampu memindahkan suatu kekuatan dari suatu
permukaan ke permukaan lainnya. Seluruh sistem adhesif terdiri dari tiga langkah
utama yaitu etsa, primer, dan bonding. Etsa adalah larutan asam yang menghasilkan
proses demineralisasi pada permukaan enamel atau dentin yang meningkatkan energi
bebas permukaan. Primer terdiri dari campuran monomer hydrophilic dan pelarut
bahan restorasi berbasis resin atau semen resin. Bahan bonding diaplikasikan pada
permukaan suatu benda agar benda dapat melekat, bertahan dari pemisahan, dan
pasak adhesif karena pada sistem ini dilakukan pencucian setelah proses etsa yang
berpengaruh terhadap perlekatan dengan dentin. Penggunaan self etch pada sistem
adhesif pasak juga dapat digunakan. Dengan memanfaatkan aktivasi secara kimia
memberikan keuntungan bila untuk sementasi pada daerah yang tidak dapat cahaya
polimerisasi seperti di dalam saluran akar. Akan tetapi smear layer yang ada hanya
dimodifikasi untuk mendapatkan bond strength yang optimal (Robenson dkk., 2006).
semen luting resin pada pasak fiber yang menggunakan total etch dan self etch
menunjukkan tidak ada perbedaan pembentukan resin tag pada kelompok sepertiga
koronal dan sepertiga tengah saluran, begitupun penggunaan total etch terlihat
Kehilangan retensi pada pasak di saluran akar adalah kegagalan yang paling
banyak terjadi. Salah satu faktor yang mempengaruhi retensi pada pasak adalah
polycarboxylate, glass ionomer, dan resin semen terhadap retensi pasak dan resistansi
terhadap fraktur pada gigi yang dirawat endodonti, telah diteliti lebih jauh. Walaupun
data-data penelitian tidak menyatakan semen luting yang satu lebih baik daripada
yang lain, masing-masing semen luting memiliki keuntungan dan kerugian (Le Bell-
Rnnlf, 2007).
Post-Core
Post-Luting Cement
Dentin-Luting Cement
perlekatan yang kurang baik terhadap struktur gigi, mengiritasi pulpa, dan tidak
lebih kecil dibandingkan zinc phosphate dan semen glass ionomer. Semen glass
ionomer telah digunakan pada sementasi pasak metal. Keuntungannya adalah mudah
digunakan, memiliki perlekatan yang baik dengan struktur gigi, dan memiliki sifat
menggunakan semen resin adhesif, tetapi penelitian lain tidak menganjurkan hal yang
sama. Beberapa penelitian melaporkan semen jenis ini memiliki retensi dan resistansi
yang lebih baik dibandingkan zinc phosphate semen. Modulus elastisitas semen resin
mendekati dentin sehingga sangat baik digunakan untuk mendukung dinding akar
yang tipis. Dalam penggunaannya, semen resin tidak baik untuk dikombinasikan
dengan sealer yang berbasis eugenol, karena kontaminasi dentin dengan eugenol
memiliki efek yang mengganggu semen resin, karena senyawa phenolic seperti
eugenol pada dentin radikular mungkin menjadi alasan mengapa beberapa penelitian
menghasilkan hasil yang tidak baik. Semen resin adhesif bersifat sensitif karena
waktu kerjanya yang pendek. Selain itu, dibutuhkan kelembaban yang optimal untuk
mendapatkan adhesi dan polimerisasi yang optimal, dimana hal ini akan sulit
didapatkan pada sementasi pasak dengan ruang pasak yang dalam, dimana kontrol
Semen resin dual cured direkomendasikan sebagai semen luting pada pasak
fiber reinforced composite (FRC). Hal ini dikarenakan semen resin memiliki daya
tahan terhadap fraktur yang lebih tinggi dibandingkan dengan semen yang lainnya.
Dentin saluran akar dietsa terlebih dahulu sehingga akan menghasilkan adhesi yang
lebih kuat. Hal ini disebabkan karena proses pengetsaan menyebabkan tubulus dentin
terbuka dan kolagen fiber akan terekspos sehingga bahan bonding akan
berpolimerisasi dengan tubulus dentin sehingga akan menghasilkan ikatan yang kuat.
filling materials (matriks resin dengan inorganic fillers). Monomer yang tergabung di
mekanisme tersebut dan disebut sistem dual-cure. Dual cure dapat meningkatkan
derajat konversi dari semen, dan sifat mekanis semen seperti modulus elastisitas dan
2007)
Mekanisme adhesi yang paling penting pada sementasi pasak adalah adhesi
berdasarkan interlocking adhesif pada permukaan yang tidak teratur dari substrat.
Adhesi kimia adalah berdasarkan ikatan kovalen ataupun ionik yang menghasilkan
perlekatan adhesif yang kuat. Interdiffusi adalah berdasarkan difusi dari molekul
ini digunakan dalam perlekatan pasak pada saluran akar. Homogenitas mekanis dan
integrasi dari interfasial yang berbeda adalah sesuatu yang penting pada sistem pasak
Perlekatan pada dentin menjadi lebih sulit dengan keberadaan smear layer.
Smear layer merupakan lapisan debris organik yang terdapat pada permukaan dentin
akibat preparasi dentin. Smear layer masuk kedalam tubulus dentin dan berperan
Fusayama (1980) yang dikutip dari Pashley (2002) sebagai pelopor etsa dentin untuk
mendapatkan ikatan secara adhesif antara dentin dan resin komposit dan untuk
melarutkan smear layer. Smear layer dihilangkan melalui pengetsaan dengan asam
perlekatan bagi bahan bonding sehingga terbentuk hybrid layer (Pashley, 2002).
Mekanisme bonding dari dentin bonding agent adalah melalui hybrid layer.
Lapisan inilah yang secara mikromekanis berikatan dengan serat kolagen dentin yang
telah terbuka karena demineralisasi. Ikatan ini terbentuk oleh difusi resin pada resin
primer dan bonding. Ketebalan hybrid layer adalah <1 m untuk sistem all in one dan
Ketika sistem pasak dan inti digunakan pada restorasi perawatan endodonti,
maka pertimbangan bentuk anatomi saluran akar harus diperhatikan dengan baik
Insisivus sentral dan lateral rahang atas biasanya memiliki bagian akar yang cukup
besar untuk memuat hampir keseluruhan sistem pasak (Baum dan Philips,1995).
Kaninus rahang atas memiliki akar faciolingual yang lebar, dan biasanya
rahang atas memiliki permasalahan yang bervariasi yaitu : dinding saluran akarnya
akar, akar distal-apikal yang membentuk lekukan, dan bagian fasial dari akar palatal
dihindarinya penempatan pasak yang panjang karena dapat memperlemah akar secara
berlebihan atau perforasi saluran akar, sehingga dapat menyebabkan kegagalan yang
lebih lanjut. Pada molar rahang atas, akar palatal adalah akar yang paling tepat untuk
bahwa 85% akar fasial telah menunjukkan bentuk yang membelok. Invaginasi
terkadang terjadi pada permukaan fasial dan palatal, dan hal ini dapat menjadi
Insisivus rahang bawah sangat sulit untuk diperbaiki dengan sistem pasak dan
inti, dan tingkat keberhasilan perawatan tanpa menggunakan sistem pasak masih lebih
tinggi. Premolar rahang bawah memiliki struktur akar yang cukup besar untuk
menerima pasak, tetapi sudut mahkota dan akar harus dipertimbangkan karena
pengeboran secara aktif untuk menciptakan ruang pasak dapat menghasilkan perforasi
pada dinding fasial akar. Molar rahang bawah memiliki akar mesio-distal yang sangat
tipis, untuk itu harus dihindari penempatan pasak prefabricated (buatan pabrik)
2.5 Faktor Predisposisi Terjadinya Fraktur pada Gigi dengan Pasak pada
Pasca Perawatan Endodonti
fraktur pada restorasi sistem pasak setelah perawatan endodonti antara lain yaitu :
yang tersisa 4) Ada dan tidak ada keterikatan dengan air, 5) Pertimbangan bahan inti
Mahkota Inti
- Arah beban - Bahan material
- Efek Ferul
Pasak
Struktur gigi tersisa - Bentuk pasak
- Dentin - Adhesi pasak ke dentin
- Ada atau tidak ada - Diameter pasak
keterikatan air - Modulus elastisitas
pasak
Gambar 2.14. Faktor Predisposisi Fraktur pada Restorasi Pasak dan Inti
(Kishen, 2006)
Kegagalan restorasi pasak karena retensi dan resistansi pasak yang tidak
terlalu banyak pada saat preparasi dentin sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
fraktur.
Torabi dan Fattahi (2009) dalam penelitiannya membagi pola fraktur yang
terjadi pada restorasi pasak ke dalam dua kelompok yaitu repairable fracture dan
terjadi pada restorasi pasak yang dapat diperbaiki lagi karena fraktur ini terjadi pada
crown, core, post dan core, dan cervical root. Sedangkan tipe irrepairable fracture
merupakan fraktur yang terjadi pada restorasi pasak dimana tidak dapat diperbaiki
lagi karena terjadi pada sepertiga tengah akar gigi. Fraktur akar vertikal dan
Ketika fraktur terjadi pada sistem pasak, sangat penting untuk menentukan
tipe kegagalan perlekatan dan pada hubungan permukaan yang mana kegagalan
perlekatan tersebut terjadi. Kegagalan tersebut dapat berupa adhesive failure yaitu
kegagalan perlekatan antara dua hubungan permukaan, atau dapat juga berupa
Efek Ferrule didefinisikan sebagai vertical band dari struktur gigi pada aspek
gingival dari suatu preparasi mahkota gigi. Efek ini digunakan pada preparasi pasak
dalam bentuk kontrabevel melingkari gigi. Preparasi feruule ini menguatkan aspek
koronal dari preparasi pasak, menghasilkan suatu dudukan oklusal, dan bertindak
Ferrule effect manambah retensi, tetapi yang lebih utama adalah menyediakan
resistensi yang lebih baik daripada gigi yang direstorasi pasak tanpa menggunakan
sistem ferrule. Penelitian lain menunjukkan bahwa preparasi ferrule 1,5 sampai 2 mm
fraktur akar, walaupun ada beberapa pola fraktur pada koronal yang masih dapat
desain ferrule pada restorasi pasak fiber gigi insisivus maksila tidak berpengaruh
Mekanis
Pasak buatan pabrik Metal (Alloy)
(prefabricated) Semen luting
Gold Adhesif resin
Wetting resin
Pola Anyaman Pita
Flowable
resin
Woven Fracture
resistance
Braided
Locked-stitched
threads
Restorasi sistem pasak sering diperlukan pada restorasi akhir pasca perawatan
endodonti. Pembagian pasak berdasarkan cara pembuatannya terbagi atas dua yaitu :
1) Pasak Buatan pabrik dan 2) Pasak buatan sendiri. Sedangkan jenis bahan yang
biasa digunakan dapat dikategorikan menjadi bahan metal dan non metal. Pasak
tradisional yang selama ini digunakan adalah jenis pasak metal atau dari Alloy yang
adalah pasak buatan pabrik. Pasak dari bahan emas dulu menjadi pilihan karena tidak
mengalami korosi. Pemakaian bahan titanium juga dikenal sebagai bahan pasak
Kemudian belakangan ini berkembang bahan pasak non metal yang terdiri
dari Quartz, Zirconia, Glass dan Polyethylene. Dimana masing masing bahan ini juga
juga sudah ada sediaan buatan pabrik. Sementara bahan Polyethylene dikembangkan
dalam bentuk pita dengan pola anyaman fiber reinforced yang bervariasi. Saat ini
yang tersedia di pasaran adalah jenis pita fiber reinforced dengan pola anyaman
Woven, Braided dan Locked Stitched treads. Untuk membuat pasak customized
untuk meningkatkan ikatan perlekatan secara mekanikal antara bahan pita fiber
reinforced dengan semen luting resin dan dentin di dalam saluran akar.
untuk mendapatkan retensi. Sistem adhesif total etch dan self etch merupakan bahan
yang diaplikasikan pada permukaan dentin saluran akar untuk perlekatan dengan
semen luting resin. Masing-masing perlekatan kedua bahan tersebut dengan sistem
Gigi yang sudah dilakukan perawatan endodonti rentan terjadi fraktur. Ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi gigi pasca endodonti menjadi fraktur.
Pertimbangan struktur dentin yang tersisa juga menjadi hal yang penting karena
semakin tipis dinding dentin resiko terjadinya fraktur lebih tinggi. Bahan pembentuk
inti atau core juga menjadi hal yang penting yang dapat menjadi predisposisi
terjadinya fraktur. Bahan dengan modulus elastisitas yang menyerupai dentin akan
mempengaruhi karena sangat berkaitan juga dengan distribusi tekanan dari tekanan
yang diterima pasak ke permukaan dentin sepanjang saluran akar. Perlekatan atau
bonding yang baik akan mempengaruhi kekuatan dari pasak untuk menahan tekanan.
1. Susunan fiber reinforced terdiri dari 1. Arah jalinan fiber berbentuk anyaman
2 sumbu
dengan jahitan locked-sticthed thread
1. Volume fiber reinforced lebih dalam bentuk 3 sumbu
sedikit
2. Dengan bentuk anyaman dengan
2. Susunan kepangan serabut fiber adanya jahitan kunci tidak ada
reinforced mudah terurai
memberikan efek reinforced ke serabut fiber yang terurai
segala arah 3. Volume fiber reinforced lebih sedikit
3. Volume semen resin luting lebih 4. Volume semen resin luting lebih
sedikit banyak
polyethylene fiber reinforced dengan menggunakan bentuk anyaman pita braided dan
2. Ada perbedaan pola fraktur yang terjadi pada sistem pasak customized dari