P RO S I D I N G
ISBN 978-979-8826-25-2
PROSIDING
TEMU PROFESI TAHUNAN (TPT) XXIV DAN KONGRES IX PERHAPI 2015
JAKARTA, 26-28 OKTOBER 2015
2015
PROSIDING TPT XXIV DAN KONGRES XIV PERHAPI 2015
Salam PERHAPI,
Indonesia terkenal akan kekayaan sumberdaya alam, terutama sumberdaya mineral dan
batubara mulai dari emas, timah, tembaga, nikel, bauksit, dan batubara. Berdasarkan data USGS
pada tahun 2013, cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari cadangan emas dunia. Dengan
cadangan sebesar itu, Indonesia menduduki peringkat ketujuh dunia, sedangkan produksinya
sekitar 6,7% dari produksi emas dunia dan menduduki peringkat keenam dunia. Sementara itu,
posisi cadangan timah Indonesia menduduki peringkat kelima dunia, yakni sebesar 8,1% dari
cadangan timah dunia. Cadangan tembaga Indonesia sekitar 4,1% dari cadangan tembaga
dunia, dan merupakan peringkat ketujuh dunia dengan peringkat produksi adalah 10,4% dari
produksi dunia dan merupakan peringkat kedua. Begitu pula dengan potensi nikel. Cadangan
nikel Indonesia mencapai sekitar 2,9% dari cadangan nikel dunia, dan merupakan peringkat
kedelapan dunia, sedangkan produksinya 8,6% dan merupakan peringkat keempat dunia.
Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy pada tahun 2014, cadangan batubara
Indonesia berkisar 3,1% cadangan batubara dunia, dengan jumlah ekspor terbesar di dunia.
Dalam kurun waktu 2011 sampai 2013, sektor pertambangan dan penggalian masih
menjadi salah satu penyumbang utama penerimaan Negara setelah sektor pengolahan,
perdagangan, dan sektor perantara keuangan. Hal ini menjadikan sektor pertambangan dan
penggalian batubara merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Ketahanan ekonomi merupakan aspek utama dalam mewujudkan ketahanan
nasional. Oleh karena itu, pemanfaatan komoditas mineral dan batubara Indonesia perlu
ditingkatkan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Indonesia. Namun dalam faktanya
masih terdapat perbedaan persepsi antar sektor dalam mengaplikasikan kebijakan pengelolaan
minerba yang ada. Disamping itu pemahaman masyarakat terhadap penggunaan produk dalam
negeri masih dinilai kurang.
Untuk mencapai ketahanan nasional, harus dimulai dengan kedaulatan sumber daya
alam terutama sumber daya mineral dan batubara. Esensi terpenting dari kedaulatan sumber
daya mineral dan batubara adalah penentuan arah kebijakan pembangunan oleh bangsa sendiri
yang mampu memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Kemudian berlanjut ke
tahap kemandirian, yaitu mampu mengelola dan mengolah sumberdaya alam sendiri.
Kemandirian ini, selanjutnya akan menciptakan individu-individu yang kompeten, inovatif, dan
kompetitif serta mampu bersaing dengan negara lain.
Berdasarkan uraian diatas TPT XXIV PERHAPI dan Kongres IX kali ini mengambil
tema “Strategi Pengelolaan Mineral dan Batubara untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional”
dengan harapan diperolehnya suatu strategi sedemikian rupa sehingga pengelolaan mineral dan
batubara Indonesia benar-benar akan memberikan hal-hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan
ketahanan nasional..
Dalam Acara ini, 55 makalah terpilih untuk dipresentasikan oleh anggota PERHAPI dan
4 makalah disampaikan dalam diskusi interaktif oleh pakar-pakar terkait. Prosiding ini berisi
68 makalah yang dibagi menjadi, Kelompok Eksplorasi, Kelompok Kebijakan, Kelompok
Geoteknik, Kelompok Hidrogeologi, Kelompok Operasi Penambangan, Kelompok Peledakan,
Kelompok Lingkungan, Kelompok K3L, Kelompok Metalurgi dan Student Paper Contest.
i
Diharapkan Prosiding ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan, khususnya
dalam hal konservasi bahan tambang untuk masa depan industri pertambangan Indonesia yang
lebih baik.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini pula, segenap Pengurus PERHAPI ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara TPT XXIV dan
Kongres IX PERHAPI 2015.
ii
PROSIDING TPT XXIV DAN KONGRES IX PERHAPI 2015
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar Isi ii
KELOMPOK I : EKSPLORASI
iii
Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Muslim Indonesia2
KELOMPOK II : KEBIJAKAN
iv
Febriansyah, Bagus Totok Purnomo, Arya Gustifram, Taupan
Ariansyah P. , PT Bukit Asam (Persero) Tbk
21 New Perspective Of Wet Muck Risk Map : Lesson Learned From 198
Wet Muck Spill In Coarse Fragmentation At Deep Ore Zone (DOZ)
Block Caving Mine, Papua, Indonesia, Mochamad Ramadhan,
Danny Wicaksono, Dhani Haflil, Bambang Antoro, Underground
Mine Geology Department, PT Freeport Indonesia, Tembagapura,
Papua
v
Based On Kinematica Analysis At Sandstone Mines, Tani Aman
Villages, Loa Janan Sub District, Samarinda, East Kalimantan),
Tommy Trides, Puguh Laksono, Farah Dinna Zainuddin,
Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Mulawarman
vi
Anwar Sjadat1, Yali Gidion Irab2, 1underground Geotechnical &
Hydrology Department – PT Freeport Indonesia, 2mahasiswa Teknik
Pertambangan, Institut Teknologi Dan Sains Jayapura (ISTJ)
KELOMPOK IV : HIDROGEOLOGI
vii
38 Dewatering Drilling Program And Groundwater Level Monitoring In 365
Big Gossan Mine, Papua, Indonesia, Jaka Satria Budiman, Fari
Putra, Unggul Barito, PT Freeport Indonesia affiliated Freeport-
McMoRan Copper & Gold
viii
48 Implementasi Fatigue Monitoring Alert System Terintegrasi dengan 462
Teknologi Dispatch (GOIC) Pada Overburden Truck di PT. Kaltim
Prima Coal, Andry, Nalendro Sutri, Vita Perdana, PT. Kaltim
Prima Coal
49 Typical Mine Planning For The Combination Of Cast Blast, Dozer 472
Push, Dragline, And Truck/Shovel Mining Method, Ievan Ludjio,
Mining One Consultants Pty Ltd
KELOMPOK VI : PELEDAKAN
ix
Saptono1,Barlian Dwinagara1, 1Magister Teknik Pertambangan,
Konsentrasi Geomekanika, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”Yogyakarta, Indonesia, 2PT. Freeport Indonesia
x
62 Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan 591
Mineral Dan Batubara Sesuai Dengan Peraturan Menteri Esdm
Nomor 38 Tahun 2014 Di PT. Kaltim Jaya Bara, Geniusman
Sidabutar, PT. Kaltim Jaya Bara
KELOMPOK IX : METALURGI
63 Kajian Teknis Dan Ekonomis Kinerja Washing Plant Bijih Bauksit 599
PT. ANTAM (Persero), Tbk UBPB Tayan, A. Taufik Arief, Hedi
Hastriawan, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,
Universitas Sriwijaya
xi
69 Pemanfaatan Fly Ash Dan Bottom Ash Batubara Untuk Reklamasi
Lahan Asam Bekas Tambang, Mori Ferdiansyah, Jurusan Teknik
Pertambangan -FTMK, Institut Teknologi Adhi Tama
xii
PROSIDING TPT XXIV DAN KONGRES IX PERHAPI 2015
ABSTRAK
Meskipun saat ini aktifitas kegiatan eksplorasi nikel laterit di Sulawesi menurun tajam, namun
kondisi ini justru meningkatkan penelitian dibidang eksplorasi mineral, salah satunya adalah
mengevaluasi kembali karakteristik lapisan endapan nikel laterit melalui data pemboran. Hal
ini cukup menarik untuk dikaji, utamanya profil lapisan endapan nikel laterit, molase dan
batuan metamorf yang relatif dipengaruhi oleh sesar lokal Koawe dan regional Lasolo
dengan arah baratlaut tenggara. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa, secara
horisontal sebaran endapan nikel laterit relatif bersentuhan dengan batuan metamorf, sedimen
dan endapan molase, mempengaruhi kondisi geologi vertikal horisontal endapan laterit yang
memiliki potensi kadar nikel cukup rendah apabila dikaitkan dengan kebutuhan nilai kadar
nikel pada saat itu. Pendekatan metode penelitian diawali pada pengamatan singkapan,
analisis XRF dan petrografi digunakan pada data pemboran sampel laterit dan batuan
ultramafik. Penelitian ini merupakan kajian terhadap beberapa data singkapan, data titik bor
dan pemetaan geologi yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik lapisan endapan nikel
laterit yang erat kaitannya dengan struktur geologi regional lasolo. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa (1) laterisasi pembentukan lapisan limonit dipengaruhi oleh batuan
metamorf, sedimen dan molase sehingga Intensitas pembentukan lapisan saprolit relatif kuat
dibanding lapisan limonit (2) Kontrol struktur geologi menghasilkan bentangalam dengan
intensitas laterisasi yang berbeda.
A. PENDAHULUAN
Umumnya endapan nikel laterit dipengaruhi oleh proses geologi, iklim, air dan
topografi. Proses ini terjadi pada batuan ultramafik dan membentuk endapan laterit,
diantaranya terdapat unsur logam dan non logam seperti nikel, besi dan silika. Tinjauan
tektonik menunjukkan bahwa endapan nikel laterit dapat dijumpai pada kondisi geologi
regional tertentu terutama erat kaitannya dengan ofiolit batuan ultramafik. Kondisi ini dapat
dijumpai pada endapan nikel laterit yang dipengaruhi oleh sesar regional di daerah penelitian
yang masuk wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara (Gambar 1).
Tulisan ini merupakan kajian terhadap beberapa data singkapan batuan ultramafik,
batuan metamorf dan molase, data titik bor dan pemetaan geologi yang bertujuan untuk
mengetahui karakteristik lapisan endapan nikel laterit.
13
B. KONDISI GEOLOGI
Bentangalam
Rekaman aktvitas struktur geologi regional lasolo dapat dilihat di lapangan terutama
pada bentuk bentangalam yang tidak beraturan mengikuti arah yang sejajar maupun imbasan
dari pergerakan sesar lasolo. Aspek perbedaan sudut lereng maupun batuan penyusun
ultramafik dan non ultramafik, merupakan pendekatan pengamatan lapangan dalam
menginterpretasi profil endapan nikel laterit.
Bentangalam bergelombang denudasional, disusun oleh batuan batuan ultramafik,
batupasir, batugamping, fragmen campuran berbagai bentuk dan berukuran lebih kecil dari
kerikil, soil berwarna abu-abu kecoklatan. (Gambar 2).
Proses pelapukan aktif diketahui dari kondisi soil residual dan transported, berwarna
coklat sampai coklat kehitaman.
Bentangalam pedataran denudasional, disusun oleh residual soil terbentuk dari hasil
lapukan batuan dan mengalami transportasi, tebal 0,2 meter sampai < 1 meter, warna coklat,
coklat kehitaman. Secara megaskopis dijumpai proses pengelupasan lapisan fragmen soil
yang disebabkan oleh proses erosi dan pelapukan (Gambar 3).
Analisa morfogenesa terhadap kondisi di lapangan menunjukkan proses genetik yang
berkembang yaitu terbentuknya endapan kolovium yang merupakan campuran material
endapan molase, material lepas hasil pelapukan batuan metamorf berukuran lempung hingga
kerakal.
Litologi
Batuan Ultramafik
Petrografis nikol sejajar pada batuan ultramafik menunjukkan warna coklat tua dan
coklat-abu-abu pada nikol silang, terdapat tekstur mesh, ukuran sedang- kasar, telah
mengalami ubahan dengan intensitas intensif (serpentinisasi). Meskipun tekstur batuan telah
terubah, namun masih memperlihatkan jejak pola mineral mafik piroksen dan olivin. Mineral
serpentin, klorit, karbonat (kalsit) hadir sebagai mineral ubahan tersebar acak dengan
bentuk anhedral.
Kenampakan lapangan menunjukkan warna segar memperlihatkan warna segar abu-
abu kehijauan, lapuk warna coklat kemerahan, kristanilitas hipokristalin, granularitas
faneritik, relasi inequigranular, bentuk euhedral-subhedral, struktur masif, komposisi mineral
limonit, kuarsa berupa urat (vein), serpentin, piroksin.
Hasil pelapukan menunjukkan perubahan warna pada soil yaitu abu-abu kecoklatan,
coklat kemerahan dan coklat tua. Perubahan Warna ini menunjukkan perbedaan proses
pelapukan dan alterasi pada batuan ultramafik. Proses pelapukan dicirikan oleh perubahan
batuan menjadi soil dan terdapat fragmen batuan ultramafik, sedangkan alterasi menunjukkan
perubahan warna abu-abu bersifat lempungan.
Tipe sheared dijumpai pada zona sesar lokal,memperlihatkan slip-fibre serpentinit,
urat kuarsa tidak beraturan, tebal 1 – 2 mm. Karakteristik slip-fibre serpentinit umumnya
memperlihatkan permukaan yang tipis dan berwarna kuning kehijauan, kuning kecoklatan,
abu-abu kehijauan sampai hijau pucat atau kuning kehijauan (Gambar 4).
14
Struktur Geologi Regional Lasolo
Sesar Lasolo berarah baratlaut – tenggara, membagi Kendari menjadi dua bagian.
Sebelah timurlaut sesar disebut Lajur Hialu dan sebelah baratdaya disebut Lajur Tinondo
(Rusmana dan Sukarna, 1985). Lajur Hialu umumnya merupakan himpunan batuan yang
bercirikan asal kerak samudera, dan Lajur Tinondo merupakan himpunan batuan yang
bercirikan asal paparan benua. (Rusmana, dkk, 1993).
1. Profil Umum
Secara vertikal, dijumpai pada bagian atas terdapat lapisan limonit dengan ketebaan
sampai 8 meter, berwarna coklat tua, dengan nilai nikel 0,4% sampai 0,8% dan besi 32%
sampai 47%. Selanjutnya terdapat lapisan saprolit dengan ketebalan rata-rata 12 meter,
berwarna abu-abu, abu-abu kehijauan, nilai nikel 0,9% sampai 2,2%.
2. Profil Fracture
Lapisan limonit menyebar horisontal mengikuti topografi bergelombang. Berwarna
coklat, coklat tua, coklat kuning, ketebalan maksimum 6 meter dan minimum 4 meter, kadar
nikel rata 0,9 %. Rekahan ultramafik tidak beraturan, lebar (2 cm - 9 cm), pelapukan kuat
warna abu-abu, dibatasi oleh limonit dan saprolit. Perbedaan nikel pada limonit (0,8 % -
1,06%) menerus saprolit (1,2%- 2,51%) dan sona rekahan nikel meningkat (2,73 % - 3,0%).
3. Profil Kolovium
Kenampakan lapangan, kolovial menutupi laterisasi batuan ultramafik terdiri dari
fragmen skis menunjukkan warna abu-abu, abu-abu kecoklatan, berukuran relatif <3cm,
menyudut tanggung sampai membundar, kuarsit teroksidas, membundar <2 cm.
Pengayaan nikel relatif kecil (0,32% – 0,44%), besi (13,4% – 16,3%) pada kolovium, untuk
lapisan saprolit nikel komposisi nikel meningkat (0,8% – 1,6%) (Gambar 5).
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Gambar 3. Kenampakan bentangalam pedataran denudasional
17