DISUSUN OLEH :
Karmila Missy
(2010-83-007)
PEMBIMBING:
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi BASARNAS.................................................................... 6
A. Kesimpulan ................................................................................. 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana alam
yang sangat tinggi dan jenis yang bervariasi. Pada umumnya bencana alam yang sering
terjadi meliputi, bencana alam akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan
gunung api), akibat hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan),
dan terpadu. Dalam kondisi Kedaruratan Bencana diperlukan sebuah institusi yang
menjadi pusat komando dan koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan
Keberadaan Search And Rescue (SAR) di setiap daerah benar-benar sangat penting
dan dibutuhkan. SAR yang merupakan akronim dari Search And Rescue, adalah
kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang
3
Anggota dari SAR melibatkan banyak pihak baik dari militer, kepolisian, aparat
Civil Aviation Organization) setiap negara wajib melaksanakan operasi SAR, negara
yang tidak memiliki organisasi SAR akan disebut sebagai ‘Black Area’. Di Indonesia,
instansi yang bertanggung jawab di bidang SAR diemban oleh Badan SAR Nasional
penanganan kedaruratan penanggulangan bencana alam, musibah darat, laut dan udara.
Jenis musibah yang sering terjadi di Indonesia yaitu, musibah darat (kebakaran,
gedung runtuh, kecelakaan kereta api dll), musibah penerbangan/udara (pesawat jatuh,
mendarat darurat, dan hilang kontak) dan musibah pelayaran/laut (kapal tenggelam,
Berdasarkan data yang diperoleh dari Basarnas Ambon pada tahun 2012-2107
terdapat kejadian musibah pelayaran/laut yang paling banyak terjadi hal ini disebabkan
maluku terdiri dari gugusan laut pulau yang mempunyai potensi untuk terjadinya
musibah laut yang bervariasi. Maka dari itu perlu dibahas mengenai manajemen korban
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
BAB II
ISI PENULISAN
A. Definisi
Search and Rescue yang disingkat SAR adalah usaha dan kegiatan kemanusiaan
mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan
hilang atau menghadapi bahaya dalam bencana atau musibah, mencari kapal dan atau
pelayaran, penerbangan, bencana alam atau bencana lainya dengan sasaran utama
6
1. Tiga tingkat keadaan darurat (pada saat menerima berita)
penumpang karena belum atau tidak ada laporan oleh kapal pada posisi tertentu
terjadi
Untuk penyelenggaraan operasi SAR, ada 5 komponen SAR yang merupakan bagian
dari sistem SAR yang harus dibangun kemampuannya, agar pelayanan jasa SAR
a. Organisasi
7
b. Fasilitas adalah komponen berupa unsur, peralatan, perlengkapan, serta
fasilitas pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi SAR laut.
1 rescue boats
1 rigid boat
1 sea riders
10 rubber boats (2 pos SAR)
12 diving eqpmnt
c. Komunikasi
e. Dokumentasi
8
3. Lima tahapan penyelenggara operasi SAR
1) Nama kapal
3) Jenis musibah
4) Waktu kejadian
yang terjadi
6) Pengusulan SMC
c. Tahap perencanaan
9
2) Penentuan koordinat dan luas daerah pencarian
3) Pemilihan unsur yang akan digunakan
4) Pola pencarian yang akan digunakan
5) Rencana operasi pertolongan
6) Situasi daerah pencarian (medan, SRU lain, cuaca, dll)
7) Koordinasi di lokasi
8) Jaring komunikasi
9) Pelaporan
d. Tahap operasi yaitu seperti dilakukan operasi pencarian dan pertolongan serta
2) Setelah jangka waktu 7 hari sejak dimulainya operasi sar tidak ada tanda-
10
3) Operasi sar yang telah dihentikan atau dinyatakan selesai, dapat dibuka
(MFR) Basic adalah penolong yang pertama kali tiba di lokasi kejadian bencana,
memiliki kemampuan medis dalam penanganan kasus gawat darurat, terlatih untuk
tingkat paling dasar. Seorang Rescue sebagai orang awam khusus yang telah
2. Menjangkau korban.
4. Meminta bantuan.
11
9. Mempersiapkan korban untuk dibawa ke tempat pelayanan medis
Peralatan dasar MFR yang harus dipergunakan saat menolong korban yaitu
Resusitasi Jantung Paru (RJP). Perlindungan diri seorang Rescue dilakukan dengan
dasar pemikiran bahwa semua darah dan cairan yang keluar dari tubuh korban bersifat
menular sehingga perlu perlindungan terhadap tubuh seorang Rescue sebagai upaya
preventif.4
Beberapa tindakan umum untuk perlindungan diri memakai alat pelindung diri
Seorang Rescue melakukan penilaian dini pada korban (bila sadar) perkenalkan
diri, mengenali dan mengatasi cedera, gangguan yang mengancam jiwa, stabilkan dan
kemungkinan yang akan terjadi bagaimana mengatasinya. Proses untuk mengenali dan
mengatasi keadaan yang dapat mengancam keselamatan nyawa korban, dapat dilakukan
Terdapat empat tingkatan yang umum dipakai untuk menentukan tingkat respon
seorang korban:
12
- Verbal, penderita hanya bereaksi apabila dipanggil.
mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi terhadap
rangsang nyeri. Seseorang dalam keadaan tidak sadar yang berat tentunya
menyeluruh.
a. Pemeriksaan Fisik.
b. Pemeriksaan Korban
13
- Penglihatan (Inspection).
- Pendengaran (Auscultation).
- Perabaan (Palpation).
- Pembengkakan ( Swelling ).
Beberapa perubahan dapat dilihat dengan memerhatikan tanda vital seperti denyut
nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, tekanan darah, pupil mata. Seorang
- Kepala: Kulit kepala dan tulang tengkorak, telinga, hidung, pupil, mulut.
- Leher
14
D. Manajemen korban musibah laut oleh BASARNAS
1) Penolong tidak boleh langsung terjun ke air untuk melakukan pertolongan. Ingat
bahwa korban dalam keadaan panik dan sangat berbahaya bagi penolong.
korban dan sambil mencari kayu atau tali atau mungkin juga pelampung dan
benda lain yang bisa mengapung disekitar lokasi kejadian yang bisa digunakan
untuk menarik korban ke tepian atau setidaknya membuat korban bisa bertahan
untuk memperoleh bantuan atau bisa juga dengan mengajak orang-orang yang
3) Jika memang ditempat kejadian ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik
korban ketepian dengan korban yang dalam keadaan sadar, maka segera berikan
kepada korban, seperti kayu atau tali, dan usahakan menarik korban secepat
mungkin sebelum terjadi hal yang lebih tidak diinginkan. Setelah korban sampai
untuk memeriksa apakah ada cedera atau hal lain yang dapat mengancam
4) Jika tidak ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban, maka penolong
bisa segera terjun ke air untuk menghampiri korban.Tapi harus diingat, penolong
15
memiliki kemampuan berenang yang baik dan menghampiri korban dari posisi
belakang korban.
5) Jika korban masih dalam keadaan sadar dan bisa ditenangkan, maka segera tarik
(evakuasi) korban dengan cara melingkarkan salah satu tangan penolong pada
tubuh korban melewati kedua ketiak korban atau bisa juga dengan menarik krak
baju korban (tapi ingat, hal ini harus dilakukan hati-hati karena bisa membuat
atas.
6) Jika Korban dalam keadaan tidak tenang dan terus berusaha menggapai atau
memegang penolong, maka segera lumpuhkan korban. Hal ini dilakukan untuk
no. 3 di atas.
Pertama untuk korban tenggelam dalam keadaan sadar, maka untuk korban tidak
sadar sipenolong juga harus memiliki kemampuan dan keahlian untuk melakukan
evakuasi korban dari dalam air agar baik penolong maupun korban dapat selamat.
menghindari hal yang tidak diingin terhadap diri penolong. Lakukan evakuasi
16
2) Untuk korban yang dijumpai dengan kondisi wajah berada di bawah permukaan
air (tertelungkup), maka segera balikkan badan korban dan tahan tubuh korban
dengan salah satu tangan penolong. Jika penolong telah terlatih dan bisa
melakukan pemeriksaan nadi dan nafas saat menemukan korban, maka segera
periksa nafas dan nadi korban. Kalau nafas tidak ada maka segera buka jalan
nafas dengan cara menggerakkan rahang korban dengan tetap menopang tubuh
korban dan berikan nafas buatan dengan cara ini. Dan jika sudah ada nafas maka
3) Ketika penolong dan korban telah sampai ditempat yang aman (di darat), maka
segera lakukan penilaian dan pemeriksaan fisik yang selalu berpedoman pada
4) Berikan respon kepada korban untuk menyadarkannya. Ketika respon ada dan
korban mulai sadar, maka segera lakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk
mengetahui apakah ada cedera lain yang dapat membahayakan nyawa korban.
Jika tidak ada cedera dan korban kemudian sadar, berikan pertolongan sesuai
dengan yang diperlukan korban, atau bisa juga dengan mengevakuasi korban
5) Jika tidak ada respon dan tidak ada nafas, segera buka jalan nafas dengan cara
ini atau ini, periksa jalan nafas dengan cara Lihat, Dengar dan Rasakan (LDR)
selama 3-5 detik. Jika tidak ada nafas maka segera berikan bantuan pernafasan
(bantuan hidup dasar) dengan cara ini lalu periksa nadi karotis. Apabila nadi
ada, maka berikan bantuan nafas buatan sesuai dengan kelompok umur korban
hingga adanya nafas spontan dari korban (biasanya nafas spontan ini disertai
17
dengan keluarnya air yang mungkin menyumbat saluran pernafasan korban
ketika tenggelam), lalu posisikan korban dengan posisi pemulihan. Terus awasi
tindakan no. 4 di atas atau mencari bantuan lain untuk segera mengevakuasi
korban.
6) Ketika tindakan no.5 tidak berhasil (tidak ada respon, tidak nafas dan tidak ada
nadi), makas segera lakukan Resusitasi Jantung Paru, dengan cara seperti ini.
Tindakan seperti di atas benar-benar akan berhasil dan terlaksana dengan baik,
fasilitas kesehatan terdekat. Dan yang harus diingat, ketika proses evakuasi,
atau yang berada dekat dengan daerah berbahaya ke tempat aman dan jauh dari zona
berbahaya dengan tujuan agar korban atau orang-orang tidak terkena efek dari bencana
18
1. Duck away (mendorong korban dengan dua Tangan)
depan untuk mendorong korban, tetap jaga jarak dengan korban sambil tetap
19
3. Arm Block (menghalangi dengan tangan)
depan untuk mendorong korban, tetap jaga jarak dengan korban sambil tetap
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem kerja korban musibah laut oleh BASARNAS agar dicapai suatu hasil yang
penilaian awal atau Medical First Responder dengan langkah langkah antara lain:6
d. Hubungi bantuan.
3. Menejemen korban musibah laut oleh BASARNAS terbagi atas korban sadar dan
korban tidak sadar yang memiliki teknik tidak jauh berbeda, dimana untuk korban
tidak sadar penolong harus memiliki kemampuan dan keahlian untuk melakukan
evakuasi korban dari dalam air agar baik penolong maupun korban dapat selamat.
21
tujuan agar korban atau orang-orang tidak terkena efek dari bencana tersebut,
22
DAFTAR PUSTAKA
Bencana.Jakarta:EGC
23