Anda di halaman 1dari 57

EXECUTIVE SUMMARY

RINGKASAN
LAPORAN AKHIR

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemekaran wilayah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian suatu daerah
dengan memanfaatkan potensi sumberdaya seoptimal mungkin. Kabupaten Pegunungan Bintang
sebagai kabupaten hasil pemekaran dengan ibukota Kota Oksibil. Kota Oksibil terletak di lembah
dan dikelilingi pegunungan dengan jumlah penduduk 14000 jiwa, pada tahun 2006. Penduduk
tersebar di 6 desa.

Dalam melaksanakan pembangunan kota Oksibil sebagai ibukota Kabupaten maka direncanakan
pembangunan sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk melayani masyarakat kota
Oksibil. Salah satu sarana pelayanan masyarakat adalah penyediaan air bersih.

Potensi sumber air perlu dikaji untuk memenuhi kebutuhan air penduduk, meliputi sumeber air
baku yang ada, meliputi debit, kekontinuan, kualitas air baku yang ada. Untuk memenuhi
kebutuhan air, masyarakat masih menggunaan air hujan, air mata air, dan air air sungai. Air hujan
diperoleh dengan membuat penadah air hujan (PAH) sederhana berupa penadahan air hujan dari
atap rumah menggunakan talang. Air dari mata air diperoleh dengan menggunakan pipa
pengambilan yang dibangun tahun 1999 dilengkapi sebuah kran umum. Sebagian masyarakat
menggunakan air sungai oksibil untuk memenuhi kebutuhan cuci dan mandi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari pembuatan pekerjaan adalah menyusun suatu Rencana Garis Besar (Outline Plan)
dan DED Sistem Penyediaan Air Bersih untuk kota Oksibil untuk masa sampai tahun 2009, dengan
memanfaatkan kapasitas sistem air bersih yang ada secara bertahap termasuk daerah
pengembangan yang akan dibangun lengkap dengan pembagian zoning dilengkapi dengan
gambar detail, kebutuhan pipa sampai ke sambungan-sambungan rumah yang disesuaikan
dengan RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota) yang ada.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 1
EXECUTIVE SUMMARY

1.3 Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat nonteknis
b. Pembahasan Masalah Sumber Air
c. Gambaran Tentang Daerah Proyek
d. Penyusunan Detail Sistem Penyediaan Air Bersih

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 2
EXECUTIVE SUMMARY

II. GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN

2.1 Deskripsi Daerah Pengembangan


Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan pemekaran dari Kabupaten Jaya Wijaya
meliputi 8 distrik dengan luas wilayah  45.125.000 Ha. Secara umum keadaan topografi
Kota Oksibil merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan, ketinggian antara 1300
meter diatas permukaan laut dengan kemiringan cukup bervariasi antara 0 – 15%.
Kota Oksibil yang terletak di utara Kabupaten Pegunungan Bintang yang secara geografis
terletak antara 1380 20’ 15” BT dan 030 50’ 15” LS yang berbatasan administrasi langsung
dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Okpol Kabupaten Pegunungan Bintang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Waropko Kabupaten Pegunungan Bintang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Iwur (Desa Desa Iwur) Kabupaten
Pegunungan Bintang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Oksibil dan Desa Dabolding Kabupaten
Pegunungan Bintang
Kota Oksibil merupakan ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang yang terletak ± 300 km
dari kota Jayapura terdiri atas 1 (satu) kelurahan dan 6 (dua puluh tiga) desa dengan luas
wilayah administratif 360000 Ha.

2.2 Keadaan Penduduk

Tahun 2003 Kabupaten Pegunungan Bintang mempunyai jumlah penduduk 114.475 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 61.469 jiwa dan perempuan 53.006 jiwa. Jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dari laki-laki. Dilihat dari persebarannya, distrik yang mempunyaii
jumlah penduduk terbesar adalah distrik Iwur dan distrik Oksibil, yaitu 33.523 dan 28.485
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk di Kabupaten Pegunungan
Kabupaten Pegunungan Bintang Tahun 2003

No Distrik Jumlah Penduduk (jiwa) Prosentase (%)

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 3
EXECUTIVE SUMMARY

Jumlah Total
Laki-laki Perempuan
(jiwa)
1 Oksibil 15.688 12.797 28.485 7.73
2 Iwur 9.760 7.726 17.486 4.66
3 kiwirok 5.249 4.443 9.682 4.54
4 Batom 3.156 2.550 5.706 3.82
5 Okbibab 7.351 7.050 14.401 3.19
6 Borme 17.446 16.077 33.523 2.52
7 Kiwirok Timur 2.819 2.373 5.192 4.02
Jumlah 61.469 53.006 114.475 100.00

Untuk kota Oksibil sendiri jumlah penduduk ± 28.485 jiwa dengan tingkat perkembangan
penduduk sebesar 1.20%/tahun. Kepadatan penduduk rata-rata di Distrik Oksibil adalah 4
jiwa/km2

2.3 Kondisi Sistem Penyediaan Air Bersih yang Ada

Air Baku
Air Baku yang tersedia untuk Kota Oksibil terdiri dari 3 mata air dan satu sungai besar dan
2 (dua) sungai kecil. Mata air yang dapat digunakan adalah Dabolding, Okpol, Okalud.
Sumber air baku yang ada di oksibil adalah :
a. Sungai Oksibil
b. Mata air Okapnum
c. Mata air Okalud
d. Mata air Okpol
e. Mata air Dabolding

a. Sungai Oksibil
Sungai ini melintasi kota oksibil dan merupakan sumber mata air yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat oksibil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Debit
sungai oksibil pada saat survey bulan Oktober tahun 2006 berdasarkan pengukuran
di lapangan diperoleh debit sesaat sebesar 0.53 m3/det. Debit sebesar 530 ltr/det
setara dengan 45.792.000 ltr/hari .
b. Mata Air Okapnum

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 4
EXECUTIVE SUMMARY

Mata air Okapnum berada dengan jarak 8 km dari kota, yakni di kilometer 5.3 dari titik
kota.
Sumber mata air okapnum ini memiliki debit yang cukup besar dibanding dengan
sumber mata air lainnya.. Kandungan sedimen layang dari mata air ini tergolong tinggi
dengan tingkat kekeruhan 65 NTU. Lokasi mata air ini berada diatas 150 m dari
permukaan kota Oksibil.
c. Mata Air Okalud
Debit yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan air warga. Akan tetapi kandungan
kapur yang cukup tinggi sehingga warga kurang menyukainya.. Kota Oksibil
sementara ini menggunakan mata air Okalud sebagai sumber utama air bersih. Akan
tetapi kandungan kapur yang cukup tinggi sehingga warga kurang menyukainya. Bukit
Mata air Okalud berada disebelah utara Kota Oksibil kurang lebih 2 km jauhnya dan
berada di ketinggian 50 m dari pusat kota.
d. Mata Air Okpol
Debit yang ada berdasarkan pengukuran di lapangan pada saat pengukuran pada
bulan Oktober 2006 diperoleh debit 0.09 m3/det. Dengan debit yang ada maka mata
air ini dapat melayani penduduk 8628 jiwa bila digunakan asumsi kebutuhan air 90
ltr/det dan bila melihat jumlah penduduk desa okpol dan sekitarnya yang berjumlah
850 jiwa maka mata air ini cukup untuk memenuhi kebutuhan air warga.Mata air ini
berjarak sekitar 7.5 km dari pusat kota dengan ketinggian 150 m dari pusat kota.
e. Mata Air Dabolding
Mata air ini terletak sejauh  1 Km arah utara Desa Daboldingdan berada pada
ketinggian 30 m dari desa Dabolding. Mata air ini pernah digunakan sebagai sumber
mata air untuk penduduk desa Dabolding. Namun setelah ditelusuri sistem jaringan
pipa dari sumber mata air ini mengalami kerusakan, yaitu pada jarak  100 m dari
sumber mata air. Jaringan pipa dari mata air ini menggunakan jenis pipa PVC dengan
diameter 2 inci. Dari pengamatan dilapangan debit dari mata air Dabolding inii 0.005
m3/det.
Jaringan Air Bersih

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 5
EXECUTIVE SUMMARY

Saat ini sebagian besar penduduk kota Oksibil menggunakan air bersih dari sungai yang
melintasi kota Oksibil, sedangkan sisanya menggunakan air bersih dari jaringan air bersih
yang ada dan sebagian besar menggunakan air hujan.
Jaringan air besih yang ada telah berkurang pelayanannya dan hanya tersisa satu jaringan
pembawa degngan pipa ukuran 4 in sepanjang 5 km, yang pada beberapa bagian bocor
menetes dan memancar. Sebuah kran umum dan sebuah kamar mandi umum ukuran 1
m x 1 m masih bisa dugunakan. Fasilitas tersebut digunakan penduduk mengambil air
minum serta memasang selang tidak permanen untuk mengisi tong/drum penampungan
air di rumah- rumah.
Pada instalasi air bersih yang ada sistem pendistribusian yang digunakan adalah dengan
menggunakan pipa. Pipa yang digunakan berdiameter kecil (Ø 4 inch) dikarenakan biaya
yang terbatas dalam penyediaan sarana air bersih tersebut. Selain itu air yang
didistribusikan, tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Sedangkan untuk pelayanan,
belum terdapat satupun sambungan rumah di kota Oksibil. Karena belum tersedianya
instalasi pengolahan air di kota Oksibil, sehingga dipandang perlu adanya perencanaan
sistem jaringan air bersih di kota Oksibil.

Pengolahan Air
Ditinjau dari segi kesehatan, penggunaan air langsung dari sungai Oksibil tidak memenuhi
kriteria sebagai air bersih karena sering keruh terutama pada musim hujan. Sebagai
sumber air baku masih memenuhi syarat, namun dibutuhkan pengolahan agar layak
sebagai air bersih.

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Umum

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 6
EXECUTIVE SUMMARY

Air bersih merupakan suatu kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia ini.
Perencanaan terhadap sistem penyediaan air bersih akan berhasil dengan baik bila ditunjang
oleh kemampuan dan pengetahuan secara mendetail, utamanya tentang struktur sosial dari
ciri budaya yang ada pada masyarakat guna meningkatkan mutu kehidupan menuju
kehidupan yang layak.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam merencanakan sistem penyediaan air bersih adalah
sebagai berikut :
- Perkiraan kebutuhan air dihubungkan dengan pertambahan penduduk serta
perkembangan kota.
- Pemanfaatan sumber-sumber air yang ada untuk digunakan sebagai sumber air bersih
yang memenuhi standar kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
- Rencana sistem distribusi dengan memperhatikan rencana pengembangan daerah
dimasa yang akan datang.
- Hal lain yang perlu diperhatikan, antara lain : iklim, masalah lingkungan hidup, industri
dan perdagangan, ukuran kota dan lain-lain.

3.2. Proyeksi Jumlah Penduduk

Untuk menentukan perkiraan jumlah penduduk di masa yang akan datang, dengan
memepertimbangkan faktor sosial yang senantiasa berubah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dapat digunakan beberapa metoda, yakni :

1. Metoda Arithmatik (ilmu hitung)


Rumus
Pn  Po  KaTn  To (Dep. PU, 1998)
P2  P1
Ka 
T2  T1

Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 7
EXECUTIVE SUMMARY

Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar


Tn = Tahun ke n
To = Tahun dasar
Ka = Konstanta Arithmatik
P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke 1
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = Tahun ke I yang diketahui
T2 = Tahun ke II yang diketahui

2. Metoda Geometrik
Rumus :

Pn  Po1  r 
n
(Dep. PU, 1998)
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Laju pertumbuhan penduduk
n = Jumlah interval tahun

3. Metoda Least Square


Rumus :

Yˆ  a  b. X (Dep. PU, 1998)

Dimana :
Yˆ = nilai variabel berdasarkan garis regresi
X = variabel independen
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linier
Adapun persamaan a dan b, yaitu ; (Dep. PU, 1998)

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 8
EXECUTIVE SUMMARY

a
 Y . X 2
  X . XY
n. X 2
 ( X ) 2

n XY   X . Y
b
n. X 2  ( X ) 2

Untuk menentukan metoda yang digunakan dari ketiga metoda tersebut di atas, maka
digunakan koefisien seperti rumus di bawah ini.
Rumus :

r
 XY
 X .Y
2 2

Dimana :
r = korelasi antara variabel X dengan Y
X = variabel independen
Y = variabel independen
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut
besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada Tabel 1
sebagai berikut :

Tabel 3.1. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi


No Interval Koefisien Tingkat Hubungan
1 0.09 – 0.199 Sangat rendah
2 0.20 – 0.399 Rendah
3 0.40 – 0.599 Sedang
4 0.60 – 0.799 Kuat
5 0.80 – 1.000 Sangat Kuat

3.3. Kebutuhan Air Bersih


Umum
Salah satu faktor yang menentukan besaran kapasitas sistem adalah besaran kebutuhan air
daerah tersebut yang dinyatakan dalam satuan liter / orang / hari.

3.3.1 Kebutuhan Air Untuk Domestik (Rumah Tangga)

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 9
EXECUTIVE SUMMARY

a. Sambungan Rumah (SR)


Sambungan rumah ditujukan terutama pada bangunan rumah yang lokasinya
berdekatan dengan jalur pipa distribusi dan memungkinkan di dalam
pelaksanaan teknisnya. Standar konsumsi berdasarkan kategori kota kecil yaitu
130 l/O/h, untuk pelayanan 6 jiwa per sambungan rumah (Dep. PU, 1998),
dimana dalam perencanaan ini digunakan 90 l/o/hr.
b. Sambungan Air untuk Hidran Umum
Pemberian air bersih melalui Hidran Umum (HU), terutama daerah yang
penduduknya berpenghasilan rendah, sehingga penyambungan secara
langsung belum mungkin dilakukan. Standar konsumsi berdasarkan kategori
kota kecil yaitu 30 l/o/h. Pelayanan HU diperkirakan untuk melayani sekitar 100
– 200 orang tiap HU. (Dep. PU, 1998).
3.3.2 Kebutuhan Air Untuk Unit Non Domestik
Yang dimaksud kebutuhan air untuk unit non domestik adalah termasuk sarana
penunjang yang mencakup kebutuhan perkantoran, rumah ibadah, fasilitas
pendidikan, kesehatan, akomodasi dan fasilitas lainnya. Standar kebutuhan air untuk
keperluan fasilitas-fasilitas tersebut adalah 20 – 30 % dari kebutuhan domestik (Dep.
PU, 1998).
3.3.3 Kehilangan Air / Kebocoran
Sarana air bersih yang mempergunakan sistem perpipaan, perlu memperhitungkan
tingkat kehilangan air akibat berbagai beberapa faktor, antara lain :
a. Kehilangan dari segi administrasi karena kesalahan pembacaan meter air.
b. Ketidak akuratan laporan dari hasil produksi
c. Kebocoran dan melimpahnya reservoar
d. Perkiraan konsumsi yang rendah terhadap konsumen yang meter airnya tidak
berfungsi
a. Kehilangan air / kebocoran diperkirakan untuk kategori kota kecil sebesar 20–
30% dari jumlah kebutuhan domestik dan non domestik (Dep. PU, 1998),
sehingga diperlukan langkah-langkah antisipasi

3.4. Fluktuasi Kebutuhan Air

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 10
EXECUTIVE SUMMARY

Fluktuasi kebutuhan air pada suatu daerah pelayanan tidak selalu sama dengan daerah
lainnya dan dipengaruhi oleh jenis dan jumlah pemakaian air, serta karakteristik pemakaian
air. Umumnya fluktuasi kebutuhan air dibagi atas 3 (tiga) bagian kelompok, yaitu: pemakaian
rata-rata, pemakaian air pada hari maksimum (1,10 – 1,25), sedangkan pemakaian air pada
jam puncak dipergunakan untuk menentukan dan menghitung bersar diameter jaringan
distribusi (1,50 s/d 2,00). Standar kriteria perencanaan sistem penyediaan air bersih, seperti
pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih


Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk
500.000 100.000 20.000
No Uraian >1.000.000 s/d s/d s/d <20.000
1.000.000 500.000 100.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
Konsumsi Sambungan
1 190 170 150 130 30
Rumah (SR) ltr/org/hr
Konsumsi Hidran Umum
2 30 30 30 30 30
(HU) ltr/org/hr
Konsumsi Unit Non
3 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30
Domestik (%)
4 Kehilangan Air (%) 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30
5 Faktor Maksimum Day 1.10 – 1.25 1.10 – 1.25 1.10 – 1.25 1.10 – 1.25 1.10 – 1.25
6 Faktor Peak – Hour 1.50 – 2.00 1.50 – 2.00 1.50 – 2.00 1.50 – 2.00 1.50 – 2.00
7 Jumlah Jiwa per SR 5 5 6 6 10
8 Jumlah Jiwa per HU 100 100 100 100 - 200 200
Sisa Tekan Jaringan Pipa
9 10 10 10 10 10
Distribusi (m.k.a)
10 Jam Operasi 24 24 24 24 24
Volume Reservoar (%)
11 20 20 20 20 20
(Maks. Day Demand)
50:50 s/d 50:50 s/d
12 SR : HU 80:20 70:30 70:30
80:20 80:20
13 Cakupan Pelayanan 90 90 90 90 90
Sumber : Dep. PU, 1995
IV. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 11
EXECUTIVE SUMMARY

4.1. Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Secara garis besar metodologi pelaksanaan Pekerjaan SID Sistem Jaringan Air Bersih Kota
Puncak Jaya Provinsi Papua diuraikan dalam bagan alir berikut ini.

SPMK

Persiapan Personil dan


Chek Peralatan

Pengurusan Surat Jalan


Dan Perizinan

Koordinasi dengan Instansi Terkait untuk


Keperluan Data Sekunder

Survei Awal

Data dan Informasi Instansi Terkait Observasi Lapangan


- Pengecekan lokasi sumber air
- Sumber air yang masuk - Orientasi daerah layanan
- Peta daerah layanan Air Bersih - Orientasi Jalur Pipa transmisi
- Peta Kota - Lokasi base camp
- Peta tata guna lahan - Ketersediaan tenaga lokal
- Data curah hujan bulanan - Lokasi bangunan pelengkap

Pendekatan Teknis Rencana


Investigasi dan Desain

Pembuatan
Laporan Pendahuluan

tidak
Diskusi

ya

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Persiapan Pelaksanaan
Ibukota
Survey Kabupaten Pegunungan Bintang 12

Survey Survey Survei Survei Survei


EXECUTIVE SUMMARY

4.2. Pengukuran Topografi

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 13
EXECUTIVE SUMMARY

Pelaksanaan pengukuran topografi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :


 Orientasi lapangan
 Persiapan
 Pemasangan Bench Mark (BM)
 Pemasangan Patok-patok bantu
 Kerangka Dasar Pemetaan
 Pengukuran potongan memanjang dan melintang jalur rencana pipa (Long and Cross
Section)
 Perhitungan dan Penggambaran

4.2.1. Orientasi Lapangan

Untuk mengetahui lokasi pengukuran perlu dilakukan survei awal yaitu orientasi lapangan
yang bertujuan untuk :
Mengetahui kondisi medan yang sebenarnya,
Menentukan Rencana Kerja dan Peta Kerja untuk pelaksanaan pengukuran,
Rencana kerja meliputi :
Batas areal pemetaan,
Titik referensi dan titik awal,
Lokasi pemasangan titik kontrol,
Rencana semua jalur pengukuran,

Peta Kerja dapat digunakan Peta Topografi skala 1 : 250.000 hasil pengukuran dan
pemetaan topografi Ditop AD dan dari studi-studi sebelumnya.

4.2.2. Persiapan

Sebelum melakukan pengukuran topografi dan cross section jalur pipa maka perlu dilakukan
persiapan peralatan ukur dan koordinasi tenaga yang akan digunakan sehingga pada saat

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 14
EXECUTIVE SUMMARY

pelaksanaan pengukuran tidak terjadi gangguan terutama pada kemampuan kerja alat.
Tahapan ini meliputi :
1) Persiapan peralatan pengukuran dan kalibrasi alat ukur seperti theodolit, waterpass, bak
ukur dan roll meter.
2) Melakukan koordinasi diantara tim tentang cara pengukuran, arah pengukuran dan data
yang diperlukan.
3) Mengumpulkan data pendukung seperti peta topografi skala 1 : 250.000 dan data
pendukung lainnya.
4) Penyiapan peralatan tulis dan formulir data.

4.2.3. Pemasangan Bench Mark (BM)

Pemasangan bench mark harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :


1). Konstruksi cukup tahan untuk jangka waktu yang lama,
2). Pemasangan pada tempat yang aman dari gangguan dan mudah ditemukan kembali
bila diperlukan,
3). Pemasangan pada tanah yang stabil.

Setiap bench mark yang akan dibuat deskripsinya harus memuat data-data sebagai berikut
1). Koordinat X, Y dan Z
2). Sketsa letak bench mark lengkap dengan jarak yang diperlukan
3). Dilengkapi dengan foto yang memperlihatkan nomor dan bentuk bench mark secara
utuh dilengkapi dengan keterangan seperlunya.

4.2.4. Kerangka Dasar Pemetaan

Kerangka dasar merupakan jalur patok dasar pengukuran (BM) yang akan digunakan
sebagai pengikatan titik awal maupun akhir pengukuran. Kegiatan yang dilakukan dalam
kaitannya dengan penyusunan kerangka dasar pemetaan adalah :
1). Pemasangan patok.
2). Pengukuran titik kontrol horisontal.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 15
EXECUTIVE SUMMARY

3). Pengukuran Poligon


Selain bench mark pada jalur poligon dipasang titik bantu poligon, yaitu patok kayu yang
dibuat dari kayu lurus (dolken) dan kualitas baik dengan ukuran 2 x 3 cm dan panjang 40 cm
dan ditancapkan ke tanah sedalam 25 cm.

4). Pengukuran titik kontrol horisontal.


Titik kontrol yang diukur dilakukan dengan cara poligon tertutup dan diikatkan pada titik dasar
yaitu bench mark yang telah terpasang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengukuran ini adalah :


Menggunakan metode poligon dengan menggunakan alat ukur sudut (Theodolite
Digital),
Jalur pengukuran poligon dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan kring (loop)
tertutup,
Sudut poligon diukur dalam satu seri ganda.

5). Pengukuran titik kontrol vertikal.


Titik kontrol yang diukur dilakukan dengan pengukuran sifat datar secara tertutup
Dilaksanakan disepanjang jalur poligon dengan mengukur beda tinggi antara 2 titik
poligon.
Sebelum dan sesudah pengukuran akan dilakukan pengecekan besarnya kesalahan
garis bidik alat yang digunakan
Pembacaan rambu dilakukan dengan sistem membaca ketiga benang silang, yaitu
benang atas (ba), benang bawah (bb) dan benang tengah (bt).
Hasil bacaan benang tersebut harus memenuhi persyaratan matematis sebagai berikut :

2 bt  ( ba  bb )  2 mm

4). Pengukuran azimuth Geografis


Bertujuan untuk menentukan azimuth geografis suatu sisi/garis yang selanjutnya
digunakan untuk kontrol hasil ukur sudut poligon dan azimuth awal dan akhir sisi
poligon untuk perhitungan koorinat (hitungan poligon),

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 16
EXECUTIVE SUMMARY

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur GPS.

4.2.5. Pengukuran Potongan Melintang Jalur Pipa (Cross Section)

Cross section secara umum dilakukan tiap 50 m untuk jalur pipa transmisi. Pada daerah
yang akan dilalui pipa dan terdapat belokan pengukuran cross section dilakukan tiap 25 m
dan pada daerah yang relatif lurus pengukuran cross setion dilakukan maksimum 100 m.
Pengukuran penampang melintang seperti terlihat pada Gambar 3.2.
Pada areal yang belum ada jalan pengukuran penampang melintang meliputi suatu
bentangan 25 meter untuk memungkinkan kebebasan rencana peletakan pipa. Pada jalur
pipa yang mengikuti jalan raya penampang melintang adalah penampang melintang jalan
sampai batas ROW, yang memungkinkan peletakan pipa didalam wilayah ROW.
Konstruksi perkerasan jalan , selokan , gorong –gorong dan konstruksi rigid lain yang akan
dilalui pipa dibuat sketsa untuk menghindari rusaknya konstruksi rigid seperti beton,
pasangan batu, lapis perkerasan jalan. Contoh penampang melintang diberikan pada
Gambar 3.2.

Gambar 4.2. Titik titik pengukuran kedalaman air pada belokan sungai.

Pada jalur pipa yang melalui tebing digambarkan untuk dapat meletakan pipa dengan benar
atau merencanakan perletakan pipa pada tebing. Pada jalan yang terdapat tebing di sisi
kanan atau kirinya posisi tebing menjadi pertimbangan untuk perletakan pipa pada sisi kanan
atau kiri jalan..

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 17
EXECUTIVE SUMMARY

4.2.6. Perhitungan dan Penggambaran

Perhitungan akan dilakukan dengan menggunakan perataan biasa dan dilakukan dalam dua tahap
perhitungan yaitu :
1). Perhitungan data lapangan berdasarkan data yang telah memenuhi syarat toleransi
pengukuran dan perhitungan sementara yang langsung dilakukan di lapangan.

2). Perhitungan data difinitif, yaitu perhitungan data sesudah dipergunakan metode perataan,
yaitu :
1. Perhitungan poligon utama, meliputi ;
Pentabelan jarak datar, beda tinggi dan sudut hasill pengukuran alat Theodolite
T-0 langsung pada blangko data lapangan,
Perhitungan koreksi sudut dan jarak, pada blangko hitungan poligon,
Perhitungan koordinat x,y.

2. Perhitungan sipat datar utama, meliputi;


Hitungan beda tinggi dan jarak hasil pengukuran sifat datar pada blangko data
lapangan,
Perhitungan koreksi loop,
Perhitungan tinggi (z).

Hitungan hasil pengukuran situasi detail meliputi ;


Penabelan jarak, tinggi dan sudut,
Perhitungan poligon,
Perhitungan tinggi tachymetri.

Penggambaran dilakukan setelah semua jenis hitungan selesai dan dilaksanakan secara bertahap
sebagai berikut :
Konsep gambar dilakukan di atas kertas milimeter. Draft gambar ini akan diasistensikan
pada Direksi dan apabila disetujui, maka gambar disalin pada kertas kalkir,
Garis silang grid akan dibuat setiap interval 10 cm,

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 18
EXECUTIVE SUMMARY

Semua bench mark dan titik ikat yang ada digambarkan dan dilengkapi dengan koordinat
(x,y) dan elevasinya (z),
Garis kontur dibuat interval 0,5 m.

Produk penggambaran topografi adalah :


1. Peta situasi dengan skala 1 : 2000 dengan interval kontur 1 m dan lokasi bench mark,
2. Situasi trase pipa dan penampang memanjang dengan skala horisontal 1 : 2000 dan skala
vertikal 1 : 200
3. Penampang melintang dengan skala horisontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 100,
4. Peta situasi tapak bangunan dengan skala 1 : 500.

4.3. Survei Hidrometri

4.3.1. Pengukuran Debit

Tujuan dilaksanakannnya pengukuran debit adalah untuk membuat lengkung debit dari pos duga
air yang bersangkutan, yang merupakan hubungan sederhana antara tinggi muka air dan debit .
Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah, kecepatan aliran
dengan tinggi muka air. Rumus umum yang biasa digunakan adalah :

Q = A.V

Keterangan :
Q = debit (m3/det)
A = luas bagian penampang basah (m2)
V = kecepatan aliran rata-rata pada bagian penampang basah (m3/det)

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 19
EXECUTIVE SUMMARY

4.3.2. Metode Pengukuran Debit

Metode pengukuran yang digunakan adalah metode pengukuran debit secara langsung yaitu
pengukuran kecepatan aliran secara langsung, dengan menggunakan dua cara yaitu :

1. Pengukuran dengan alat ukur arus

Dalam pelaksanaannya sering juga disebut dengan istilah ”kecepatan-luas” (area-velocity method),
kadang juga dinamakan ”cara alat ukur arus” (current meter method). Pelaksanaan pengukuran
debit dengan alat ini hanya dikhususkan untuk mendapatkan lengkung debit yang sederhana
(simple discharge rating curve) bukan untuk mendapatkan lengkung debit yang komplek (complex
discharge rating curve).

2. Pengukuran dengan pelampung

Pengukuran debit dengan metode ini dilaksanakan apabila :


1) Kecepatan aliran tidak dapat atau belum dapat diukur dengan menggunakan alat ukur arus
2) Kecepatan aliran meledihi kemampuan spesifikasi alat menurut jenis dan tipe alat ukur arus
yang digunakan;
3) Diperlukan untuk penyelidikan debit sesaat pada saat survey pendahuluan.

4.3.3. Prinsip Pelaksanaan Pengukuran Debit

Berdasarkan persamaan maka prinsip pelaksanaan pengukuran debit adalah mengukur:


1. Luas penampang basah;
2. Kecepatan aliran, dan
3. Tinggi muka air.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 20
EXECUTIVE SUMMARY

1 Pengukuran Luas Penampang Basah

1). Pengukuran Lebar Aliran


Pengukuran lebar aliran dilaksanakan dengan alat ukur lebar. Jenis alat ukur lebar
yang digunakan harus sesuai dengan lebar penampang basah dan alat perakitan
yang tersedia. Jarak setip sembarang vertikal pada penampang basah harus diukur
dari titik tetap pada tebing sungai. Pengukuran yang dilakukan dengan merawas atau
dari perahu pengukuran lebar dapat dilakukan dengan kabel ukur baja (tag line).
Apabila pengukuran dilakukan dari klabel gantung melintang atau dari jembatan
pengukuran lebar aliran dapat dilakukan dengan cara membuat interval lebar yang
diukur menggunakan penggaris atu pita ukur baja.

2). Pengukuran Lebar Aliran


Pengukuran kedalaman aliran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur
kedalaman di setiap vertikal diusahakan serapat mungkin, supaya debit disetiap sub
bagian penampang tidak lebih dari 1/5 bagian dari debit seluruh penampang basah.
Jenis alat ukur kedalaman aliran tergantung dari dalamnya aliran dan alat perakitan
yang tersedia. Batang duga digunakan apabila pengukuran kedalaman dilakukan
dengan merawas apabila kedalaman aliran kurang dari 1,5 m, atau dengan perahu
pada kewdalaman aliran berkisar 1,5- 3,0 m dan kecepatan alirannya rendah. Kabel
duga dengan pemberat digunakan apabila kedalaman aliran lebih dari 2,5 m dan
kecepatan alirannya tinggi, pelaksanannya dapat mengggunakan perahu, kereta
gantung atau menggunakan ”bridge crane” apabila dilakukan dari kedalaman aliran
dengan menggunakan kabel duga dan pemberat diperlakukan koreksi kedalaman
aliran, apabila posisi kabel duga membuat sudut lebih besar daripada 5 0 terhadap
garis vertikal.

2 Pengukuran Kecepatan Aliran

1). Prinsip Pengukuran Kecepatan AliranUntuk mengukur debit perlu mengukur


kecepatan aliran rata-rata pada suatu penampang melintang

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 21
EXECUTIVE SUMMARY

sungai yang bersangkutan. Kecepatan aliran rata-rata dapat


diperoleh dengan cara mengukur kecepatan aliran pada
beberapa titik dari beberapa vertikal pada suatru penampang
melintang dengan menggunakan alat ukur arus. Kecepatan
aliran disetiap titik dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-
baling selama periode waktu tertentu. Periode waktu
pengukuran dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu dengan
cara:
mengukur jumlah putaran baling-baling untuk lama waktu yang telah ditentukan
(t,pasti) setiap negara berbeda-beda dalam menentukan lama waktu ini. Di
Indonesia pada umumnya berkisar antara 49 – 70 detik; standar WMO, minimal
60 detik; Prancis berkisar 40 – 60 detik; Selandia Baru berkisar 40 70 detik;
Jerman 50 detik; atau dengan
mengukur waktu yang diperlukan untuk mencapai jumalh putaran tertentu
(N,pasti), cara ini belum lazim digunakan di Indonesia. Dinegeri Belanda
misalnya menentukan berapa lama yang diperlukan baling-baling alat ukur arus
berputar sebanyak 100 buah putaran. Di Kanada, biasanya sebelum alat ukur
arus digunakan untuk mengukur kecepatan yangn sebenarnya, dicoba dahulu
selama 30 detik.

2). Penentuan Jumlah Vertikal


Yang dimaksud dengan vertikal (vertical) adalah garis tegak pada posisi pengukuran
kedalaman aliran dilaksanakan. Penentuan jumlah vertikal harus mempertimbangkan
beberapa faktor, antara lain :
Keadaan sebaran aliran;
Bentuk profil (dangkal, dalam atau tidak teratut);
Waktu yang tersedia
Pengalaman team dari pengukur terhadap suatu lokasi pengukur debit.

Pada umumnya setiap negara mempunyai aturan yang berbeda-beda dalam


penentuan jumlah vertikal. Di Indonesia ditentukan minimal 20 vertikal, jarak setiap

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 22
EXECUTIVE SUMMARY

vertikal diusahakan serapat mungkin agar debit di setiap sub bagian penampang tidak
lebih dari 1/5 bagian dari debit seluruh penampang basah saat pengukuran. Jarak
setiap vertikal tidak perlu mempunyai interval yang sama, akan tetapi tergantung dari
debitnya. Penempatan setiap vertikal harus dipilih sebaik-baiknya berdasarkan variasi
kedalaman dan sebaran kecepatan aliran arah horizontal pada penampang basah
pengukuran. Jarak setiap vertikal dapat ditentukan dengan interval jarak yang sama
apabila penampang sungainya seragam. Untuk sungai kecil/lebar penampang
basahnya pendek, jumlah vertikalnya boleh kurang dari 20 buah, dengan
mempertimbangkan ukuran diameter alat ukur arus yang digunakan, dimaksudkan
agar disuatu bagian luas penampang basah tidak terjadi saling tumpang tindih
pengukuran kecepatan alirannya. Apabila digunakan alat ukur arus mini (jenis Pigmy)
maka jarak setiap vertikal harus lebih dari 10 cm, jenis ini mempunyai diameter 6,0
cm. Untuk memperoleh data pengukuran debit yang teliti maka pengukurannya harus
dilakukan 2 kali, yaitu pengukuran pulang pergi. Apabila dalam pengukuran pulang
dan pergi tidak terjadi perubahan tinggi muka air yang berarti, maka 2 kali pengukuran
pulang dan pergi tersebut dapat dipandang sebagai satu (single) data pengukuran.
Akan tetapi apabila selama 2 kali pengukuran tersebut terjadi perubahan tinggi muka
air yang cukup besar maka dapat di pandang sebagai 2 data (double) pengukuran
debit (biasanya kurang teliti)

3). Penentuan Jumlah Titik Pengukuran Aliran Setiap Vertikal


Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah titik pengukuran kecepatan aliran di
setiap vertikal. Jumlah titik pengukuran kecepatan aliran tergantung dari beberapa
faktor, antara lain :
1) Ketelitian yang diperlukan;
2) Tingkat perubahan tinggi muka air;
3) Jenis sungai (lebar dan dangkal atau sempit dan dalam), dan
4) Waktu yang diperlukan bergerak dari vertikal satu ke yang lainnya.
Cara untuk menentukan jumlah titik ada beberapa pendekatan, yaitu:
1) Fungsi matematis
2) Grafik kurva kecepatan;

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 23
EXECUTIVE SUMMARY

3) Metode integrasi; dan


4) Metode semi integrasi.

Dalam menentukan jumlah titik pengukuran pada survey hidrometri dalam pekerjaan
SID Sistem Jaringan Air Bersih Kota Puncak Jaya Provinsi Papua ini digunakan cara
pendekatan dengan fungsi matematis.

Fungsi Matematis

Kecepatan aliran rata-rata disebuah vertikal hanya diukur di beberapa titik dan
kemudian dihitung hasilnya secara aritmatik. Pengukuran dilaksanakan dengan :
1) Metode satu titik
2) Metode dua titik;
3) Metode tiga titik;
4) Metode lima titik; dan
5) Metode bawah permukaan.

Uraian selanjutnya adalah penentuan fungsi matematis apabila pengukuran


kecepatan aliran menggunakan alat ukur jenis standar.

Metode Satu Titik

Metode 0,60 Kedalaman


Dalam cara ini pengikuran kecepatan aliran dilakukan pada titik 0,6 kedalaman
alirandari permukaan air. Hasil pengukuran pada titik 0,6 kedalaman aliran
vertikal yang bersangkutan. Cara ini digunakan dengan syarat-syarat :
1. Apabila kedalaman air antara 0,25 sampai 0,76 meter;
2. Apabila aliran sungai membawa banyak sampah sehingga sulit untuk
mengukur pada titik 0,2 kedalaman aliran;
3. Apabila ada suatu sebab lain sehingga alat ukur arus tidak dapat
diletakkan pada titik 0,8 kedalaman aliran, dan

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 24
EXECUTIVE SUMMARY

4. Apabila tinggi permukaan air sngai cepat berubah dan pengukuran harus
dilaksanakan secara cepat.

Kecepatan aliran dihitung dengan rumus :

V = v 0 , 60

Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
v 0 , 60 = kecepatan pada 0,60 kedalaman (m/det)

Metode 0,50 Kedalaman


Kecepatan aliran diukur pada 0,50 kedalaman. Kecepatan rata-ratanya adalah
:

V = c1 x v 0 , 50

Keterangan :
V = kecepata aliran rata-rata (m/det)
v 0 , 50 = kecepatan pada 0,50 kedalaman (m/det)

c1 = konstanta ditentukan dengan kalibrasi (biasanya 0,96)

Metode 0,20 Kedalaman


Kecepatan aliran rata-rata di vertikal yang diukur dapat dihitung dengan rumus
:

V = c2 x v 0 , 20

Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
v 0 , 20 = kecepatan pada 0,20 kedalaman (m/det)

c2 = konstanta ditentukan dari kalibrasi


Cara pengukuran ini dilakukan pada titik 0,2 kedalaman aliran, kecepatan rata-
rata pada vertikal bersangkutan masih harus dikalikan dengan koefisien

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 25
EXECUTIVE SUMMARY

tertentu. Cara ini biasanya dilakukan untuk pengukuran banjir dengan


kecepatan aliran sangat tinggi sehingga pengukuran pada titik 0,6 dan 0,8
kedalaman tidak bisa dilakukan. Apabila tidak mungkin menduga kedalaman,
titik 0,2 kedalaman dapat ditentukan dari penampang melintang pos
pengukuran yang sudah ada. Harga koefisien yang biasa digunakan untuk
menghitung kecepatan rata-rata dengan cara pengukuran pada 0,2 kedalaman
adalah 0,88, untuk lebih teliti koefisien tersebut harus diselidiki disetiap lokasi
pengukuran.

Metode Dua Titik

Pada metode ini pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada 0,2 dan 0,8 titik
kedalaman aliran dari permukaan air. Kecepatan aliran rata-ratanya diperoleh dengan
meratakan kecepatan aliran yang diukur pada kedua titik tersebut, yang dapat
dinyatakan dengan persamaan :

v 0 , 2  v 0 ,8
V =
2
Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
V 0 , 20 = kecepatan aliran pada 0,20 kedalaman (m/det)

v 0 ,80 = kecepatan pada 0,80 kedalaman (m/det)

Cara ini disarankan untuk tidak digunakan mengukur kecepatan aliran pada sungai
dengan kedalaman aliran kurang dari 0,76 meter karena pada kedalaman kurang dari
0,76 meter titik kedalaman pada 0,8 dan 0,2 akan kurang dari 0,15 meter baik dari
permukaan air maupun dari dasar sungai untuk menghindari gesekan udara ataupaun
dasar sungai.

Metode Tiga Titik

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 26
EXECUTIVE SUMMARY

Pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada titik 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman aliran
dari permukaan air. Sebenarnya cara ini merupakan gabungan antara cara dua titik
dengan cara pada 0,6 kedalaman. Kedalaman rata-rata tia vertikal diperoleh dengan
merata-ratakan hasil pengukuran pada 0,2 dan 0,8 kedalaman aliran kemudian hasil
rata-ratanya dirata-ratakan lagi dengan hasil pengukuran pada 0,6 kedalaman aliran.
Rumusnya adalah :

v 0 , 2  v 0 ,8
V = 1
( v +(
0,6 ) (4.15)
2 2

Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
v 0, 2 = kecepatan aliran 0,2 kedalaman (m/det0

v 0,6 = kecepatan aliran pada 0,6 kedalaman (m/det)

v 0,8 = kecepatan aliran pada 0,8 kedalaman (m/det)

Alasan cara ini digunakan agar diperoleh data kecepatan aliran rata-rata yang lebih
baik,yaitu apabila distribusi kecepatan kearah vertikal yang tidak normal; atau
kecepatan aliran pada 0,8 kedalaman terganggu oleh gesekan material didasar
sungai sehingga tidak normal. Cara ini berlaku apabila kedalaman air yang diukur
tidak kurang dari 0,76 meter.

Metode Lima Titik

Pada metode lima titik kecepatan aliran rata-ratanya dihitung dengan rumus :

v s  3v0, 2  2v0,6  3v0,8  vb


v=
10
Keterangan :

v = kecepatan aliran rata-rata (m/det)


vs = kecepatan aliran permukaan (m/det)

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 27
EXECUTIVE SUMMARY

v b = kecepatan aliran didasar (m/det)

v 0, 2 = kecepatan aliran 0,2 kedalaman (m/det)

v 0,6 = kecepatan aliran 0,6 kedalaman (m/det)

v 0,8 = kecepatan aliran 0,8 kedalaman (m/det)

Metode Bawah Permukaan

Dalam cara ini pengukuran kecepatan aliran dilakukan di beberapa jarak tertentu
dibawah permukaan air. Jarak tersebut disarankan paling tidak 0,6 m dari permukaan
air. Cara ini dilakukan hanya apabila betul-betul sulit menduga kedalaman aliran
sungai, sehingga titik 0,2 kedalaman tidak dapat di tentukan untuk menentukan
kecepatan rata-rata kearah vertikal. Kecepatan aliran rata-ratanya dihitung dengan
rumus :

V =c xv
3 s

Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
vs = kecepatan bawah permukaan (m/det)

c3 = konstanta
Kecepatan aliran hasil pengukuran masih harus dilakukan dengan angka koefisien.
Sedangkan angka koefisien ini sulit ditentukan karena harganya sangat berubah-
ubah tergantung tinggi muka air dan tampoang melintang.

4.3.4. Prosedur Pengukuran Debit

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 28
EXECUTIVE SUMMARY

Setelah peralatan dan kru pengukuran disiapkan kemudian mulai mengukur disiapkan kemudian
mulai mengukur dengan tahap-tahap :
1. mengukur kedalaman aliran pada vertikal pertama kemudian menentukan titik kedalaman
pengiukuran kecepatan aliran (0,2 dan 0,8 atau 0,2; 0,6; 0,8; atau 0,6 saja );
2. mencatat jarak dari tepi sungai ke vertikal pertama, dan kedua;
3. mengukur dan mencatat jumlah putaran rotor alat ukur arus pada titik pengukuran kecepatan
aliran (0,2; 0,8 atau 0,2 ; 0,6; 0,8; atau 0,6 kedalaman );
4. menghitung kecepatan aliran dari jumlah putaran rotor alat ukur arus yang didapat pada
vertikal dan merata-ratakannya, lama putaran antara 40-70 detik;
5. menghitung luas bagian penampang melintang vertikal pertama;
6. menghitung debit pada bagian penampang melintang dengan mengalikan antara kecepatan
rata-rata pada vertikal dengan luas bagian penampangnya;
7. lakukan lagi dari butir 1 sampai 6 hngga vertikal yang terakhir;
8. jumlahkan seluruh debit bagian dari vertikal pertama sampai terakhir. Hasil penjumlahan ini
adalah debit pengukuran seluruh penampang basah, dan
9. kecepatan aliran rata-rata seluruh penampang diperoleh dengan membagi debit seluruh
penampang basah.

4.3.7. Pelaksanaan Pengukuran Debit.

1). Pengukuran Debit Dengan Merawas

Merawas dilaksanakan apabila keadaan alur dan kecepatan aliran sungai memungkinkan untuk
diseberangi langsung dengan merawas. Cara pengukuran merawas ini mempunyai keuntungan
dapat memilih penampang melintang yang terbaik untuk pengukuran.

2). Pengukuran Debit Dengan Perahu


Pengukuran debit dengan perahu dilakukan apabila keadaan sungainya dalam dan lebar serta
tidak tersedia sarana jembatan maupun kabel gantung melintang. Adapun langkah-langkah
pengukuran dengan menggunakan perahu sewbagai berikut:

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 29
EXECUTIVE SUMMARY

1. bentangkanlah kabel tegak lurus dengan arah aliran dan sampai menegang betul kemuduan
ikat erat-erat pada patok khusus/tonggak dimasing-masing tepi sungai;
2. ukurlah lebar aliran sungai dengan kabel baja yang sudah terbentang menggunakan pita
ukur dan tentukan jarak setiap vertiakal.
3. ikatkan perahu pada kabel baja sedemikian rupa sehingga kuat dan dapat bergeser ke
samping, dan
4. mulailah mengukur kecepatan aliran dengan alat ukur dari vertikal pertama sampai terakhir
dengan prosedur pengukuran.

4.4. Survei Hidrologi

Berkaitan dengan penyusunan rencana garis besar (outline plan) penyediaan air bersih untuk kota
Puncak Jaya, terlebih dahulu dilakukan survey terhadap sistem penyediaan yang ada termasuk
sumber-sumber air yang potensial untuk dikembangkan. Survey dititik beratkan pada potensi air
yang ada baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu dalam melakukan survey
dikumpulkan informasi berupa data curah hujan yang diharapkan dapat dialihragamkan dari data
hidrologi berupa data hujan menjadi aliran sungai. Hal ini terpaksa dilakukan oleh karena pada
sungai yang diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai sumber air, belum memiliki stasiun
pencatatan debit.

4.4.1. Analisa Hidrologi


Untuk melaksanakan kegiatan tersebut analisis hidrologi yang dilaksanakan meliputi:
hitungan banjir rancangan, berdasarkan catatan/pengukuran debit di beberapa stasiun
pengukuran debit
memperkirakan debit rerata tahunan
memperkirakan debit rencana 20 tahunan.
4.4.2. Ketersediaan Data Debit

Bilamana data debit tersedia, akan digunakan untuk menentukan debit rencana yang akan
digunakan dengan mempertimbangkan jumlah data, kualitas data, validitas data dan kelengkapan

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 30
EXECUTIVE SUMMARY

data. Rekaman data debit tersebut berupa maksimum bulanan, dimana data tersebut jika
dipandang cukup representatif akan digunakan dalam analisis hidrologi selanjutnya.

4.4.3. Analisa Frekuensi

Analisis frekuensi dapat dilakukan dengan seri data yang diperoleh dari rekaman data. Analisis ini
sering dianggap sebagai cara analisis yang paling baik, karena dilakukan terhadap data yang
terukur langsung yang tidak mengalami pengalihragaman terlebih dahulu.
Adapun langkah-langkah analisis frekuensi data hidrologi sebagai berikut ini.

a. Distribusi hujan

Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi frekuensi data yang banyak digunakan dalam
hidrologi antara lain: ditribusi normal, log normal, log Pearson III dan Gumbel. Untuk menentukan
jenis distribusi yang akan digunakan harus memperhatikan parameter statistik data hujan yang
dimiliki seperti rerata (mean), simpangan baku (standard deviation), koefisien kemencengan
(skewness), dan koefisien kurtosis.

Rerata (mean), adalah hasil penjumlahan nilai-nilai data dibagi dengan banyaknya data
pengukuran dirumuskan sebagai berikut.
1 n
X   xi
n i 1

dengan X adalah rerata, xi adalah nilai-nilai x, dan n adalah jumlah data.

Simpangan baku (standard deviation), adalah akar varian yaitu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh nilai pengamatan yang sebenarnya menyimpang atau berbeda dengan rerata.
Simpangan baku dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut.

 x  X 
n 2
i
s i 1

n
dengan s adalah simpangan baku.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 31
EXECUTIVE SUMMARY

Koefisien Kemencengan (skewness), digunakan untuk menunjukkan kesimetrisan bentuk kurva


yang dihasilkan dari distribusi suatu data. Distribusi dari sekumpulan data dikatakan simetris
apabila rerata (mean), median, dan modusnya berkumpul dalam suatu titik atau mempunyai nilai
yang sama. Koefisien ini dapat diperoleh dengan persamaan berikut.

 
n
n xi  X
3

CS  i 1

n  1n  2  s3
dengan CS adalah koefisien kemencengan.

Koefisien kurtosis, yaitu suatu ukuran yang digunakan untuk menentukan runcing tidaknya suatu
kurva distibusi sehingga dapat diketahui apakah kumpulan data terkonsentrasi di sekitar mean atau
menyebar. Koefisin kurtosis ditentukan dengan persamaan berikut.

 
4
n2 n

n  1n  2n  3  s 4 
CK  xi  X
i 1

Berdasarkan parameter-parmeter statistik diatas dipilih distribusi yang akan digunakan. Dalam hal
ini distribusi yang digunakan adalah distribusi log Pearson III. Selanjutnya data diplotkan pada
kertas probabilitas distribusi Log Pearson III.

b. Uji kecocokan

Pengujian dimaksuidkan untuk mengetahui apakah data debit di lapangan sesuai dengan jenis
sebaran teoritis yang dipilih. Untuk itu dilakukan uji kecoockan dengan dua cara :

Uji Chi-Kuadrat (Chi-Square Test)

 EF  OF 
2

x 2

EF
dengan x2 adalah harga Chi-kuadrat, EF adalah frekuensi yang diharapkan sesuai pembagian
kelasnya (expected frequency), dan OF adalah frekuensi yang terjadi (observed frequency).
Nilai x2 harus lebih kecil dari x2 kritis (Chi-Kuadrat kritik) untuk derajat kebebasan tertentu sebagai
syarat bahwa distribusi tertentu dapat diterima. Derajat kebebasan dihitung dengan :

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 32
EXECUTIVE SUMMARY

DK  K  P  1
dengan DK adalah derajat kebebasan, K adalah banyaknya kelas dan P adalah banyaknya
keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter.

Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian ini lebih sederhana, yaitu dengan membandingkan probabilitas untuk tiap varian dari
distribusi empiris dan probabilitas dari distribusi teoritisnya sehingga mendapatkan nilai perbedaan
delta . Nilai delta yang tertinggi harus lebih kecil dari delta kritik, sebagai syarat bahwa distribusi
tersebut dapat diterima. Persamaan Smirnov-Kolmogorov adalah:
maks  Px  Pxi   kritis

dengan P(x) adalah peluang teoritis dan P(xi) adalah peluang empiris (lapangan).

Menentukan hujan dengan kala ulang tertentu


Besaran hujan dengan kala ulang tertentu ditentukan dengan persamaan berikut.

X t  X  KS
dengan XT adalah hujan dengan kala ukang tertentu, K adalah koefisien kala ulang dan S adalah
simpangan baku.
Nilai K ditentukan berdasarkan faktor frekuensi untuk distribusi log Pearson tipe II dengan CS
(skewness) positif.

4.5. Survei Kualitas Air Baku

Survey kualitas air baku diperlukan untuk mengetahui kualitas air yang akan digunakan sebagai
air baku untuk perencanaan air bersih

4.5.1. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Permukaan

Sampel air permukaan berasal dari air sungai, air danau, air waduk, mata air, air rawa, dan air gua.
Pengujian air permukaan bertujuan untuk:

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 33
EXECUTIVE SUMMARY

Mengetahui kualitasnya sehingga dapat ditentukan peruntukannya sebagai, misalnya, air


minum, air untuk rekreasi, air untuk industri, air untuk perikanan, air pertanian, dan
sebagainya.
Membuktikan dan mengendalikan pencemaran.
Menetapkan kebijakan pengelolaan air permukaan.

4.5.2. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Sungai

Penentuan Lokasi pengambilan sampel


Langkah awal dalam menentukan lokasi pengambilan sampel air sungai adalah mengetahui
keadaan geografi sungai dan aktivitas di sekitar daerah aliran sungai.
1. Daerah hulu atau sumber air alamiah,
2. Daerah pemanfaatan air sungai,
3. Daerah yang potensial terkontaminasi,
4. Daerah pertemuan dua sungai atau lokasi masuknya anak sungai
5. Daerah hilir atau muara,
6. Khusus untuk pertemuan dua sungai atau masuknya anak sungai

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 34
EXECUTIVE SUMMARY

Penentuan Jumlah Titk Pengambilan Sampel


Apabila lokasi pengambilan telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menentukan titik
pengambilannya. Jumlah titik tersebut sangat tergantung pada debit rata-rata tahunan dan
klasifikasi sungai. Semakin banyak titik pengambilan sampel, semakin tergambarkan kualitas air
sungai sesungguhnya. Tabel 4.2 memberikan ilustrasi jumlah titik pengambilan sampel air sungai
sesuai klasifikasinya

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 35
EXECUTIVE SUMMARY

Dalam praktiknya, jumlah titik tersebut sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi air sungai. Untuk
gambaran yang lebih detail, Tabel 4.3 menunjukkan jumlah titik pengambilan sampel air sungai
berdasarkan kiasifikasi dan debit rata-rata tahunan.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 36
EXECUTIVE SUMMARY

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 37
EXECUTIVE SUMMARY

Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Danau / Waduk

Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air danau/waduk diutamakan pada:


Daerah masuknya air sungai ke danau/waduk. Hal itu untuk mengetahui kualitas air
danau/waduk setelah masuknya air sungai ke badan air danau/waduk.
Bagian tengah danau/waduk. Tujuannya adalah mengetahui kualitas air danau/waduk
secara umum.
Daerah di mana air danau/waduk dimanfaatkan untuk bahan baku air minum, perikanan,
pertanian, pembangkit listrik tenaga air, dan sebagainya. Lokasi itu dipilih untuk mengetahui
kualitas air danau/waduk yang akan dimanfaatkan.
Daerah keluarnya air danau/waduk. Penentuan lokasi itu untuk mengetahui kualitas air
danau/waduk secara keseluruhan bila dibandingkan dengan kualitas air di daerah masuknya
air sungai ke danau/waduk.

Penentuan Titik Pengambilan Sampel

Berdasarkan kondisi suhunya maka lapisan pada danau/waduk dibedakan menjadi :


Epilimnion, yaitu lapisan air danau/waduk yang berada di bawah permukaan dengan suhu
relatif sama.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 38
EXECUTIVE SUMMARY

Metalimnion/termoklin, yaitu lapisan air danau/waduk yang mengalami penurunan suhu


cukup besar (lebih dan °C/m) yang mengarah ke dasar danau/wäduk. Lapisan tersebut
dapat ditentukan dengan cara mengukur temperatur pada interval kedalaman tertentu.
Hipolimnion, yaitu lapisan bawah air danau/waduk yang mempunyai temperatur relatif sama
dan lebih dingin daripada lapisan di atasnya. Biasanya lapisan itu mengandung kadar
oksigen yang rendah dan relatif stabil. Sebagai ilustrasi, Gambar 4.4 di bawah ini
menunjukkan stratifikasi temperatur air danau/waduk berdasarkan kedalamannya.

Jika stratifikasi temperaturnya telah diketahui, penentuan titik pengambilannya adalah sebagai
berikut:
Pada danau/waduk yang mempunyai kedalaman rerata kurang dan sepuluh meter, sampel
diambil di dua titik, yaitu 0,2X dan 0,8X kedalaman air.
Pada danau/waduk dengan kedalaman 10—30 meter, sampel diambil di permukaan, di
lapisan metalimnion, dan di dasar danau/waduk.
Pada danau/waduk dengan kedalaman 30—100 meter, sampel diambil di permukaan, di
lapisan metalimnion, di lapisan hipolimnion, dan di dasar danau/waduk.
Pada danau/waduk yang kedalamannya lebih dan seratus meter, titik pengambilan sampel
dapat ditambah sesuai tujuannya.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 39
EXECUTIVE SUMMARY

Secara umum, perlu diperhatikan bahwa sampel diambil minimal satu meter di bawah permukaan
danau/waduk. Sementara itu, untuk pengambilan sampel di dasar danau/waduk, jangan sampai
endapan atau sedimen danau/waduk ikut terambil. Gambar 4.5 menunjukkan penentuan titik
pengambilan sampel air danau/ waduk berdasarkan stratifikasi temperaturnya.

4.6. Survei Sosial Ekonomi

Pelaksanaan pekrjaan pengambilan data sosial ekonomi ini meliputi pengambilan data mengenai
keadaan kehidupan sosial dan keadaan ekonomi. Data sosial ekonomi akan dikumpulkan dengan
mengadakan sosialisasi dengan masyarakat dan penduduk sekitar. Beberapa data Sekunderyang
dipakai yaitu BPS 2003, Renstra, RTRW, dan RUTRK. Data-data ini akan menjadi masukan dalam
menganalisis pola kebutuhan air bersih kota Oksibil.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 40
EXECUTIVE SUMMARY

V. ANALISIS DATA

5.1 Analisis Data Topografi


Berdasarkan survey topografi yang telah dilakukan dengan menggunakan alat GPS MAP
SOUNDER maka dilakukan analisis data untuk mendapatkan data topografi berupa elevasi,
koordinat titik-titik yang akan digunakan untuk menentukan jalur pipa, letak instalasi
penjernihan air, letak pompa, letaka intake, letak reservoar dan lain-lain. Dengan
menggunakan program komputer Map Source didapatkan gambar situasi yang menjadi acuan
untuk penentuan jalur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini

5.2 Analisis Kualitas Air Baku


5.2.1 Umum
Ketersediaan air baku merupakan masalah utama dalam penyediaan air minum yang
dipengaruhi oleh kuantitas, kualitas, dan aksesibilitas. Hal tersebut mensyaratkan bahwa
jumlah air harus cukup setiap waktu, kualitasnya baik agar operasionalnya relatip murah,
dan mudah diperoleh. Oleh karenanya pekerjaan outline-plan ini memfokuskan
penyediaan air dengan mengoptimalkan kemampuan sungai-sungai yang dekat dengan
kota Oksibil.
5.2.2 Kesehatan Lingkungan
Dari aspek kesehatan lingkungan difokuskan pada pengamatan kondisi kesehatan air
dengan melakukan pengamatan secara visual ataupun menggali informasi tentang
kualitas air dari sistem penyediaan air yang ada.
Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan survey di lokasi perencanaan, kualitas air
dari ketiga sungai cukup bagus dan secara kuantitas memenuhi syarat sebagai sumber air
baku untuk air bersih.
5.2.3 Kualitas Air Baku
Analisis kualitas air baku digunakan sebagai dasar dalam penetapan alternatif sistem
pengolahan air yang diperlukan untuk mengolah air baku menjadi air bersih seperti yang
disyaratkan. Hasil-hasil analisis ini yang digunakan sebagai input bagi perkiraan biaya
investasi dan pengoperasiannya.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 41
EXECUTIVE SUMMARY

Berdasarkan hasil-hasil pengukuran dan pengambilan sampel air Sungai Kurage, Sungai
Lima dan Sungai Kano menunjukkan bahwa kualitas air baku dari sungai-sungai ini sesuai
dengan peruntukannya masih memenuhi syarat sebagai air baku air minum atau Baku
Mutu Golongan B (menurut PerMenKes No. 907 Tahun 2002). Hal ini ditunjukkan dari
parameter fisik dan kimia yang diperiksa, nilainya sebagian besar masih di bawah batas
ambang baku mutu golongan B tersebut. Pada saat survai dilakukan, air tampak jernih
dengan angka kekeruhan yang besarnya 5.6 NTU. Adapun hasil pengujian kualitas air
baku di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Air Baku Mata Air Okapnum


HASIL
No PARAMETER SATUAN METODE BATAS-BATAS
PEMERIKSAAN
1 2 3 4 5 6 7
A FISIKA
Bau - Organoleptik - Normal
Jumlah Zat Padat Terlarut mg/l Gravimetrik 5 1000 190
Kekeruhan NTU Turbiminetrik 0.1 0.5 1.16
Rasa - Organoleptik - - Normal
Suhu 0C Pemuain 0.5 T.Udara ± 30 C 26.1
Warna TCU Kolometrik 2.5 15 10
B KIMIA
a. Kimia Organik
Alumunium (A) mg/l Atomisasi 0.005 0.002 Dbd
Barium (Ba) mg/l Turbiminetrik 0.5 1 Dbd
Kolometrik/SS
Besi (Fe) mg/l 0.01 0.3 Dbd
A
Flourida (F) mg/l Kolometrik 0.1 1.5 Dbd
Kolometrik/SS
Cardnium (Cd) mg/l 0.001 0.005 Dbd
A
Trimetrik
Kesadahan (CaCo3) mg/l 10 500 20
/EDTA
Trimetrik
Chlorida (Cl) mg/l 3.5 250 17.8
/AgNO3
Kolometrik/SS
Chromium(Cr) mg/l 0.002 0.05 Dbd
A
Kolometrik/SS
Mangan (Mn) mg/l 0.05 0.1 Dbd
A
Kolometrik/SS
Natrium mg/l 5 200 0.59
A
Nitrat sebagai N mg/l Kolometrik 2.5 10 Dbd
Nitrit sebagai N mg/l Kolometrik 0.05 1 7.5
Nitrit mg/l Pensiometrik 5 56.5-6.8 Dbd
Seng (Zn) mg/l Pensiometrik 0.5 5 Dbd
Cyanida (CN) mg/l Kolometrik 0.01 0.1 26.79
Sulfat (SO4) mg/l Kolometrik 5 250 Dbd
Tembaga (Cu) Potensiometri 0.1 1
mg/l Dbd
k

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 42
EXECUTIVE SUMMARY

Timbal (Pb) Potensiometri 0.005 0.05 Dbd


mg/l
k
Zat Organik mg/l Kolometrik 1.58 10 2.53
Deterjen mg/l Spektometrik 0.1 0.5 Dbd
Amoniak Kolometrik/SS 0.1 1.5 Dbd
mg/l
A
b.Kimia Organik
Aldrin dan Dieldrin Krom Lapis - 0.0007 -
g/l
Tipis
Pestisida Total Krom Lapis - 0.1 -
mg/l
Tipis
c.Mikrobiologi
Koliform Tinja Jumlah/100ml Biru Metiline 0 0 -
Toal Coliform Jumlah/100ml Kolomerik 0 0 -

5.2.4 Kuantitas
Berdasarkan hasil survey kecepatan arus dan survey volume penampang dari sungai dan
mata air yang direncanakan sebagai sumber air baku air bersih, maka didapatkan debit
dari sungai dan mata air tersebut.

Tabel. 5.2. Debit Air Baku


Debit
No Deskripsi
(ltr/dtk)
1 Sungai Kurage 100.1
2 Sungai Lima 42
3 Sungai Lima Hulu 35
4 Sungai Kano 94
5 Mata Air 0.45

Dari kelima sumber air yang disurvey maka yang memenuhi syarat untuk dapat dijadikan
sumber air baku air bersih kota Oksibil adalah Sungai Kurage, Sungai Lima dan Sungai
Kano. Hal ini didasarkan atas besarnya debit dari ketiga sungai tersebut di atas.

5.2.5 Aksesibilitas
Faktor Aksesibilitas sangat penting dalam perencanaan jaringan air bersih. Kemudahan
pencapaian dan dekatnya sumber pengambilan air (intake) dari kota Oksibil akan sangat
menghemat dari biaya pelaksanaan dan biaya perawatan jaringan air bersih. Berdasarkan

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 43
EXECUTIVE SUMMARY

hasil survey aksebilitas dari ketiga sungai di atas yaitu Sungai Kurage, Sungai Lima dan
Sungai Kano, hanya dua sungai yang memenuhi syarat aksesibilitas ini yaitu Sungai Lima
dan Sungai Kano. Pada dasarnya ketiga sungai ini memenuhi syarat aksesibilitas hanya
saja untuk sungai Kurage tidak dapat menyuplai daerah yang berada di daerah yang lebih
tinggi dari elevasi sungai tersebut. Perencanaan kota Oksibil nantinya akan berada jauh di
atas elevasi dari intake sungai Kurage. Untuk sungai Lima dan Sungai Kano memenuhi
syarat aksesibilitas dan mampu melayani kebutuhan kota Oksibil dikarenakan elevasi
intake jauh berada di atas elevasi kota Oksibil. Oleh karena itu Sungai Lima dan Sungai
Kano memenuhi syarat sebagai sumber air baku air bersih untuk kota Oksibil.

5.3 Analisis Data Sosial Ekonomi


5.3.1 Umum
Sistem distribusi adalah bagian yang paling terpenting pada sistim penyediaan air bersih
untuk menjangkau masyarakat para pelanggan di daerah pelayanan. Suatu sistem
distribusi harus direncanakan dengan mempertimbangkan lokasi pelanggan, baik saat ini
maupun di masa yang akan datang. Setiap jenis pelanggan masing-masing mempunyai
jumlah pemakaian air perhari yang berbeda-beda, jenis pelanggan ini adalah pemakaian
untuk domestik dan non domestik.
Pemakaian untuk domestik biasanya dilayani melalui hidran umum (HU) dan sambungan
rumah tangga. Sedangkan pemakaian untuk non domestik dimaksudkan untuk kebutuhan
komersial seperti untuk perkantoran, niaga kecil, niaga besar, industri, pelabuhan, taman
rekreasi dan sebagainya, termasuk di dalamnya untuk keperluan sosial seperti tempat
ibadah, sekolah dan lainnya.

5.3.2 Perkiraan Jumlah Penduduk


Diketahui bahwa perkembangan jumlah penduduk kota Oksibil saat ini berkisar antara
1.2%, tetapi dengan adanya perubahan status dari kota Kecamatan menjadi kota
Kabupaten maka prediksi pertambahan jumlah penduduk meningkat secara drastis.
Berdasarkan hal tersebut, alternatif perhitungan rata-rata pertambahan penduduk dimulai
dari tahun 2003.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 44
EXECUTIVE SUMMARY

Adapun proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2003 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 5.3. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Oksibil Tahun 2003 – 2011

Jumlah Penduduk
No Tahun (jiwa)
1 2003 11394
2 2004 11531
3 2005 11669
4 2006 11809
5 2007 11951
6 2008 12094
7 2009 12239
8 2010 12386
9 2011 12535

5.3.3 Kebutuhan Air Bersih Kota Oksibil

Karena kota Oksibil termasuk dalam kategori kota kecil, maka di dalam perencanaan
sampai dengan tahun 2020 ditargetkan dapat melayani 80% penduduk kota Oksibil
sebesar 10028 jiwa.

Tabel 5.3. Prosentase Penduduk yang Terlayani


Jumlah Penduduk Perduduk
No Tahun Penduduk Dilayani Terlayani
(jiwa) (%) (jiwa)
1 2006 11809 20 2362
2 2007 11951 35 4183
3 2008 12094 45 5442
4 2009 12239 65 7955
5 2010 12386 75 9290
6 2011 12535 80 10028

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 45
EXECUTIVE SUMMARY

Di dalam pelayanan kebutuhan air domestik terdiri dari sambungan rumah (SR) dan hidran
umum (HU). Pelayanan tersebut direncanakan 10% berbanding 90% (awal tahun rencana)
dan pada akhir tahun rencana diperkirakan akan terjadi perbaikan ekonomi masyarakat
sehingga perbandingan tersebut menjadi 30% berbanding 70%. Jumlah penduduk yang
terlayani sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU) seperti pada Tabel di bawah ini.

Tabel 5.4 Jumlah Penduduk yang Dilayani SR dan HU


Jumlah
Penduduk Penduduk Jumlah Penduduk
No Tahun
(jiwa) Dilayani (%) Terlayani (jiwa)
SR HU SR HU
1 2006 11809 10 90 1181 10628
2 2007 11951 12 87 1434 10397
3 2008 12094 15 85 1814 10280
4 2009 12239 25 75 3060 9179
5 2010 12386 28 73 3468 9042
6 2011 12535 30 70 3761 8775

Kebutuhan air bersih yang akan direncanakan terdiri dari :


a. Sambungan Rumah (SR)
Jumlah penduduk tahun 2011 yang akan dilayani melalui sambungan rumah (SR)
sebanyak 3761 orang dengan jumlah pemakaian air setiap orang sebesar 130 liter /
hari.
b. Hidran Umum (HU)
Penduduk yang akan dilayani dengan Hidran Umum (HU), sebanyak 8775 orang,
pemakaian air rata-rata sebanyak 30 liter/orang/hari
c. Unit Non Domestik
Kebutuhan air untuk pelayanan unit non domestik, seperti rumah sakit, sekolah,
industri, rumah ibadah dan lain-lain direncanakan sebesar 20% pada awal tahun
rencana (2003) dan akan meningkat 20% pada akhir tahun rencana (2011)

d. Kehilangan Air / Kebocoran

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 46
EXECUTIVE SUMMARY

Berdasarkan keadaan sekarang atau awal tahun rencana (2003), kebocoran / kehilangan
air yang terjadi sebesar 45% dan ditargetkan akan menurun menjadi 20% pada akhir tahun
rencana (2011).

5.3.4 Fluktuasi Kebutuhan Air


Pemakaian air bersih tidak selamanya sama untuk setiap saat, akan tetapi selalu berbeda
dari waktu ke waktu yang lainnya sehingga menimbulkan fluktuasi kebutuhan air. Karena
kota Oksibil penduduknya heterogen terhadap pemakaian air bersih, maka untuk
kebutuhan air harian maksimum digunakan 1 : 1,10 dan untuk pemakaian air pada jam
puncak sebesar 1 : 1,50. Berdasarkan hal tersebut, maka fluktuasi kebutuhan air untuk
kota Oksibil dapat dilihat pada Tabel 5.17

Tabel 5.5 Fluktuasi Kebutuhan Air Bersih untuk Kota Oksibil


Kebutuhan Faktor Kebutuhan Air
Air Hari Jam Hari Jam
No Tahun
Rata-Rata Maksimum Puncak Maksimum Puncak
(m3/hr) (m3/hr) (m3/hr) (m3/hr) (ltr/dtk) (m3/hr) (ltr/dtk)
1 2003 0 1,1 1,5 0 0 0 0
2 2006 28 1,1 1,5 30 0.4 42 0.5
3 2007 52 1,1 1,5 57 0.7 78 0.9
4 2008 88 1,1 1,5 97 1.1 132 1.5
5 2009 144 1,1 1,5 159 1.8 217 2.5
6 2011 364 1,1 1,5 400 4.6 546 6.3

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 47
EXECUTIVE SUMMARY

VI. ALTERNATIF PERENCANAAN

6.1 Asumsi untuk Kontrol Perencanaan


Dalam perencanaan jaringan pipa, diperlukan beberapa asumsi agar hasil perencanaan
tetap dapat dipakai selama masa yang direncanakan. Beberapa asumsi yang dilakukan
dalam mensimulasi jaringan pipa untuk alternatif yang dipilih adalah sebagai berikut :
a. Koefisien kekasaran pipa yang digunakan adalah C (Hazen William) = 130 (setara
dengan kekasaran besi tuang baru)
b. Panjang setiap pipa adalah 4 m, dan setiap sambungan memberikan kontribusi
koefisien kerugian tenaga 0,02
c. Pipa dianggap berbelok setiap 200 m dengan koefisien kerugian tenaga 0,35 (belok
45o)
d. Pada setiap ujung satu jalur pipa pasti terjadi kehilangan energi akibat sambungan
dengan pipa lain yang mengakibatkan kerugian energi dengan koefisien kehilangan
energi 1,0.

6.2 Alternatif Jaringan1


Alternatif jaringan 1 menggunakan total debit pengaliran 25 l/dt yang disuplai dari
Sungai Lima sebesar 13 l/dt dan Sungai Konda 12 l/dt. Debit pengaliran ini disimulasi untuk
memenuhi kebutuhan penduduk Kota Oksibil hingga tahun 2015.

6.2.1 Simulasi Jaringan Pipa Transmisi


Pipa transmisi yang direncanakan merupakan jaringan pipa dari sumber air ke instalasi
pengolahan atau reservoir. Panjang total pipa transmisi adalah 772 m yang terdiri dari 682
m untuk reservoir dari Sungai Konda dan 90 m untuk reservoir dari Sungai Lima. Hasil
simulasi terlihat seperti Gambar 6.1.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 48
EXECUTIVE SUMMARY

Gambar 6.1 Simulasi jaringan pipa transmisi.

6.2.2 Reservoir
Kebutuhan reservoir sangat tergantung pada fluktuasi kebutuhan harian. Semakin besar
fluktuasi kebutuhan, semakin diperlukan dan semakin besar ukuran tangki yang
diperlukan. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 6.1. Fluktuasi pemakaian air yang
didasarkan pada tingkat pemakaian air tiap jam dengan nilai koefisien kebutuhan adalah
adalah 1 (satu) yang merupakan nilai kebutuhan tiap jam yaitu perbandingan antara jumlah
pemakaian air pada jam tersebut terhadap jumlah pemakaian dalam satu hari. Nilai
koefisien ini sangat mempengaruhi dalam menentukan volume reservoir dan operasional
pompa jika jaringan tersebut menggunakan pompa dalam pendistribusian air bersih. Grafik
kebutuhan air yang disimulasikan terlihat seperti Gambar 6.2 berikut.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 49
EXECUTIVE SUMMARY

Gambar 6.2 Grafik fluktuasi pemakaian air tiap jam.

Pada pekerjaan DED ini koefisien pemakaian air pada jam puncak digunakan koefisien
1,8. Pemakaian air pada jam puncak diartikan sebagai pemakaian air tertinggi pada jam tertentu
selama periode satu hari. Pemakaian air pada jam puncak terjadi pada jam 18.00.
Pemakaian air akan rendah saat aktivitas masyarakat berkurang, sehingga aliran dalam
pipa distribusi akan berkurang juga. Berkurangnya kecepatan aliran akan menurunkan efisiensi
pipa tersebut sehingga aliran pada beberapa pipa akan terjadi aliran laminer.
Hasil simulasi yang dilakukan dengan menggunakan software WaterNet
menunjukkan bahwa kapasitas reservoir yang direncanakan akan mengalami kekosongan pada
jam tertentu jika menggunakan fluktuasi kebutuhan yang berubah sesuai grafik kebutuhan pada
Gambar 6.2. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dimensi reservoir dilakukan
perubahan ukuran sehingga diperoleh dimensi yang efisien. Dengan dimensi tersebut, diharapkan
permasalahan reservoir menjadi kosong pada jam puncak dan meluapnya air pada saat beban
rendah tidak akan terjadi. Simulasi yang dilakukan terdiri dari penentuan elevasi dasar sesuai
perencanaan, tinggi reservoir, luas penampang dan tinggi muka air awal di dalam reservoir.
Dimensi reservoir yang dihasilkan berdasarkan kebutuhan rerata hasil perencanaan dan

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 50
EXECUTIVE SUMMARY

kemampuan intake serta instalasi penjernihan air, dengan demikian reservoir tidak dilengkapi
dengan pompa maupun katup. Fluktuasi muka air dalam reservoir akan mengikuti fluktuasi
pemakaian air pelanggan. Hasil simulasi tangki disajikan pada gambar 6.3, sedangkan simulasi
elevasi reservoir 1 dan 2 disajikan pada gambar 6.3. dan 6.4.

Gambar 6.3 Hasil simulasi dimensi reservoir.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 51
EXECUTIVE SUMMARY

6.2.3 Simulasi Jaringan Pipa Distribusi

Simulasi dilakukan menggunakan Software WaterNet menunjukkan hasil yang


memuaskan dilihat dari efisiensi pipa yang digunakan dan tekanan yang dihasilkan. Agar tekanan
menunjukkan hasil yang maksimal, maka dilakukan simulasi dengan menggunakan kebutuhan
maksimal untuk semua node. Beberapa tempat memiliki tekanan yang tinggi terutama pada
jaringan pipa yang lokasinya dekat dengan reservoir atau yang dilalui pipa induk.

Gambar 6.4 Simulasi jaringan distribusi

Tekanan dalam pipa yang berlebihan dapat menimbulkan permasalahan lain seperti pipa
bocor, pipa pecah dan sambungan lepas. Pemilihan jenis pipa dengan kekuatan tekan yang
memadai merupakan salah satu unsur penting untuk mengurangi permasalahan, selain itu dapat
digunakan bak atau katup pengendali tekanan sehingga tekanan dapat diatur sesuai kebutuhan.
Alternatif yang terakhir akan mengurangi energi di hilir bak secara keseluruhan sepanjang waktu,
sehingga kadang justru mengganggu pada saat tekanan rendah. Dengan demikian sebaiknya
spesifikasi pipa yang dipasang harus sesuai dengan kebutuhan tekanan. Secara umum hasil yang
diperoleh seperti terlihat pada Gambar 6.7 dan 6.8.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 52
EXECUTIVE SUMMARY

Gambar 6.5 Hasil simulasi pada node dan pipa & Keterangan pipa dan hasil disimulasi.

Gambar 6.6 Hasil simulasi tekanan relatif setiap node.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 53
EXECUTIVE SUMMARY

Tekanan relatif yang terjadi pada sebagian besar node menunjukkan nilai yang sangat
besar. Hal ini terjadi disebabkan oleh keadaan topografi Kota Oksibil yang memiliki kemiringan
yang besar. Untuk mengurangi tekanan tersebut dapat dilakukan dengan membuat bak pelepas
tekan atau katup pelepas tekanan.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 54
EXECUTIVE SUMMARY

VII. RENCANA ANGGARAN BIAYA

Dengan berpedoman pada volume pekerjaan dan volume bahan serta harga satuan analisa
pekerjaan maka biaya pembuatan bangunan dan pembuatan saluran transmisi dan distribusi
diperoleh biaya sebesar lima milyar delapan ratus juta rupiah sebagaimana tertaera pada tabel 7.1
dibawah ini.
Tabel 7.4. REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA
TOTAL HARGA
NO. URAIAN PEKERJAAN
(Rp)
01. PEKERJAAN PERSIAPAN 433,000,000.00
02. PEKERJAAN TANAH & GALIAN 1,613,467,125.00
03. PEKERJAAN STRUKTUR 4,900,676,769.50
04. PEKERJAAN PENGADAAN PIPA 5,305,500,000.00
05. PEKERJAAN PENGADAAN ACCESSORIES PIPA 3,555,000,000.00
06. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA 83,754,039.25
07. PEKERJAAN PEMASANGAN ACCESSORIES PIPA 64,874,325.00
08. PEK. BLOCK PENAHAN (THRUST BLOCK) 444,782,980.13
09. PEK. BAK KONTROL VALVE 277,416,845.40
10. PEK. PENGADAAN/PEMASANGAN JEMBATAN PIPA 0.00
11. PEK. PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN JALAN 3,707,294,602.50
12. DOKUMENTASI DAN PELAPORAN 25,000,000.00
TOTAL COST 20,410,766,686.78
PPN 10% 2,041,076,668.68
REAL COST 22,451,843,355.45

DIBULATKAN 22,451,843,000.00

DUA PULUH DUA MILYAR EMPAT RATUS


Terbilang : LIMA PULUH SATU JUTA DELAPAN RATUS
EMPAT PULUH TIGA RIBU

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 55
EXECUTIVE SUMMARY

BAB VIII RENCANA STRUKTUR

8.1. Intake

Intake untuk penyadapan pada mata air dipakai struktur Broncapture yang bekerja sebagai
pembendung air pada mata air. Tinggi bangunan tersebut diusahakan tidak terlalu tinggi
untuk menjaga alur mata air menjadi berpindah akibat perubahan tekanan pori tanah. Pada
semua mata air sudah terdapat bangunan penyadap. Dalam perencanaan ini tidak
direncanakan penangkap air yang baru.

8.2. Bak Air

Struktur bak air ditempatkan pada lokasi yang tinggi berada di area layanan, yaitu di
belakang SD Dabolding dan di jalan Okpol dekat kantor bupati.
Disamping dua bak tersebut telah terdapat bak existing pada di desa kabiding. Struktur
bak air terdapat pada halaman lampiran.

8.3. Jembatan

Terdapat sebuah jembatan pipa pada jaringan kota oksibil, yang melintas sungai oksibil.
Gambar jembatan ada pada halaman lampiran.

8.4. Hidran Umum

Mengingat kondisi sosial saat ini maka dalam perencanaan ini sambungan rumah tangga
diperkirakan 10 % dan hidran umum 90%. Hidran umum ini dilengkapi dengan sarana
MCK. Gambar typical hidran umum ada pada halaman lampiran.

8.5. Penanaman Pipa

Penanaman pipa dilakukan dalam wilayah ROW sehingga tidak menimbulkan masalah
tanah atau ganti rugi tanah. Tipikal penanaman pipa diberikan pada halaman lampiran.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 56
EXECUTIVE SUMMARY

8.6. Lintasan Saluran

Penanaman pipa dilakukan dalam wilayah ROW sering melintas drainase jalan. Tipikal
lintasan pipa pada saluran kecil diberikan pada halaman lampiran.

Penyusunan DED Jaringan Air Bersih


Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang 57

Anda mungkin juga menyukai