Ringksan Final DED Air Bersih Oksibil
Ringksan Final DED Air Bersih Oksibil
RINGKASAN
LAPORAN AKHIR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemekaran wilayah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian suatu daerah
dengan memanfaatkan potensi sumberdaya seoptimal mungkin. Kabupaten Pegunungan Bintang
sebagai kabupaten hasil pemekaran dengan ibukota Kota Oksibil. Kota Oksibil terletak di lembah
dan dikelilingi pegunungan dengan jumlah penduduk 14000 jiwa, pada tahun 2006. Penduduk
tersebar di 6 desa.
Dalam melaksanakan pembangunan kota Oksibil sebagai ibukota Kabupaten maka direncanakan
pembangunan sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk melayani masyarakat kota
Oksibil. Salah satu sarana pelayanan masyarakat adalah penyediaan air bersih.
Potensi sumber air perlu dikaji untuk memenuhi kebutuhan air penduduk, meliputi sumeber air
baku yang ada, meliputi debit, kekontinuan, kualitas air baku yang ada. Untuk memenuhi
kebutuhan air, masyarakat masih menggunaan air hujan, air mata air, dan air air sungai. Air hujan
diperoleh dengan membuat penadah air hujan (PAH) sederhana berupa penadahan air hujan dari
atap rumah menggunakan talang. Air dari mata air diperoleh dengan menggunakan pipa
pengambilan yang dibangun tahun 1999 dilengkapi sebuah kran umum. Sebagian masyarakat
menggunakan air sungai oksibil untuk memenuhi kebutuhan cuci dan mandi.
Tujuan dari pembuatan pekerjaan adalah menyusun suatu Rencana Garis Besar (Outline Plan)
dan DED Sistem Penyediaan Air Bersih untuk kota Oksibil untuk masa sampai tahun 2009, dengan
memanfaatkan kapasitas sistem air bersih yang ada secara bertahap termasuk daerah
pengembangan yang akan dibangun lengkap dengan pembagian zoning dilengkapi dengan
gambar detail, kebutuhan pipa sampai ke sambungan-sambungan rumah yang disesuaikan
dengan RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota) yang ada.
Tahun 2003 Kabupaten Pegunungan Bintang mempunyai jumlah penduduk 114.475 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 61.469 jiwa dan perempuan 53.006 jiwa. Jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dari laki-laki. Dilihat dari persebarannya, distrik yang mempunyaii
jumlah penduduk terbesar adalah distrik Iwur dan distrik Oksibil, yaitu 33.523 dan 28.485
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk di Kabupaten Pegunungan
Kabupaten Pegunungan Bintang Tahun 2003
Jumlah Total
Laki-laki Perempuan
(jiwa)
1 Oksibil 15.688 12.797 28.485 7.73
2 Iwur 9.760 7.726 17.486 4.66
3 kiwirok 5.249 4.443 9.682 4.54
4 Batom 3.156 2.550 5.706 3.82
5 Okbibab 7.351 7.050 14.401 3.19
6 Borme 17.446 16.077 33.523 2.52
7 Kiwirok Timur 2.819 2.373 5.192 4.02
Jumlah 61.469 53.006 114.475 100.00
Untuk kota Oksibil sendiri jumlah penduduk ± 28.485 jiwa dengan tingkat perkembangan
penduduk sebesar 1.20%/tahun. Kepadatan penduduk rata-rata di Distrik Oksibil adalah 4
jiwa/km2
Air Baku
Air Baku yang tersedia untuk Kota Oksibil terdiri dari 3 mata air dan satu sungai besar dan
2 (dua) sungai kecil. Mata air yang dapat digunakan adalah Dabolding, Okpol, Okalud.
Sumber air baku yang ada di oksibil adalah :
a. Sungai Oksibil
b. Mata air Okapnum
c. Mata air Okalud
d. Mata air Okpol
e. Mata air Dabolding
a. Sungai Oksibil
Sungai ini melintasi kota oksibil dan merupakan sumber mata air yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat oksibil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Debit
sungai oksibil pada saat survey bulan Oktober tahun 2006 berdasarkan pengukuran
di lapangan diperoleh debit sesaat sebesar 0.53 m3/det. Debit sebesar 530 ltr/det
setara dengan 45.792.000 ltr/hari .
b. Mata Air Okapnum
Mata air Okapnum berada dengan jarak 8 km dari kota, yakni di kilometer 5.3 dari titik
kota.
Sumber mata air okapnum ini memiliki debit yang cukup besar dibanding dengan
sumber mata air lainnya.. Kandungan sedimen layang dari mata air ini tergolong tinggi
dengan tingkat kekeruhan 65 NTU. Lokasi mata air ini berada diatas 150 m dari
permukaan kota Oksibil.
c. Mata Air Okalud
Debit yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan air warga. Akan tetapi kandungan
kapur yang cukup tinggi sehingga warga kurang menyukainya.. Kota Oksibil
sementara ini menggunakan mata air Okalud sebagai sumber utama air bersih. Akan
tetapi kandungan kapur yang cukup tinggi sehingga warga kurang menyukainya. Bukit
Mata air Okalud berada disebelah utara Kota Oksibil kurang lebih 2 km jauhnya dan
berada di ketinggian 50 m dari pusat kota.
d. Mata Air Okpol
Debit yang ada berdasarkan pengukuran di lapangan pada saat pengukuran pada
bulan Oktober 2006 diperoleh debit 0.09 m3/det. Dengan debit yang ada maka mata
air ini dapat melayani penduduk 8628 jiwa bila digunakan asumsi kebutuhan air 90
ltr/det dan bila melihat jumlah penduduk desa okpol dan sekitarnya yang berjumlah
850 jiwa maka mata air ini cukup untuk memenuhi kebutuhan air warga.Mata air ini
berjarak sekitar 7.5 km dari pusat kota dengan ketinggian 150 m dari pusat kota.
e. Mata Air Dabolding
Mata air ini terletak sejauh 1 Km arah utara Desa Daboldingdan berada pada
ketinggian 30 m dari desa Dabolding. Mata air ini pernah digunakan sebagai sumber
mata air untuk penduduk desa Dabolding. Namun setelah ditelusuri sistem jaringan
pipa dari sumber mata air ini mengalami kerusakan, yaitu pada jarak 100 m dari
sumber mata air. Jaringan pipa dari mata air ini menggunakan jenis pipa PVC dengan
diameter 2 inci. Dari pengamatan dilapangan debit dari mata air Dabolding inii 0.005
m3/det.
Jaringan Air Bersih
Saat ini sebagian besar penduduk kota Oksibil menggunakan air bersih dari sungai yang
melintasi kota Oksibil, sedangkan sisanya menggunakan air bersih dari jaringan air bersih
yang ada dan sebagian besar menggunakan air hujan.
Jaringan air besih yang ada telah berkurang pelayanannya dan hanya tersisa satu jaringan
pembawa degngan pipa ukuran 4 in sepanjang 5 km, yang pada beberapa bagian bocor
menetes dan memancar. Sebuah kran umum dan sebuah kamar mandi umum ukuran 1
m x 1 m masih bisa dugunakan. Fasilitas tersebut digunakan penduduk mengambil air
minum serta memasang selang tidak permanen untuk mengisi tong/drum penampungan
air di rumah- rumah.
Pada instalasi air bersih yang ada sistem pendistribusian yang digunakan adalah dengan
menggunakan pipa. Pipa yang digunakan berdiameter kecil (Ø 4 inch) dikarenakan biaya
yang terbatas dalam penyediaan sarana air bersih tersebut. Selain itu air yang
didistribusikan, tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Sedangkan untuk pelayanan,
belum terdapat satupun sambungan rumah di kota Oksibil. Karena belum tersedianya
instalasi pengolahan air di kota Oksibil, sehingga dipandang perlu adanya perencanaan
sistem jaringan air bersih di kota Oksibil.
Pengolahan Air
Ditinjau dari segi kesehatan, penggunaan air langsung dari sungai Oksibil tidak memenuhi
kriteria sebagai air bersih karena sering keruh terutama pada musim hujan. Sebagai
sumber air baku masih memenuhi syarat, namun dibutuhkan pengolahan agar layak
sebagai air bersih.
3.1. Umum
Air bersih merupakan suatu kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia ini.
Perencanaan terhadap sistem penyediaan air bersih akan berhasil dengan baik bila ditunjang
oleh kemampuan dan pengetahuan secara mendetail, utamanya tentang struktur sosial dari
ciri budaya yang ada pada masyarakat guna meningkatkan mutu kehidupan menuju
kehidupan yang layak.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam merencanakan sistem penyediaan air bersih adalah
sebagai berikut :
- Perkiraan kebutuhan air dihubungkan dengan pertambahan penduduk serta
perkembangan kota.
- Pemanfaatan sumber-sumber air yang ada untuk digunakan sebagai sumber air bersih
yang memenuhi standar kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
- Rencana sistem distribusi dengan memperhatikan rencana pengembangan daerah
dimasa yang akan datang.
- Hal lain yang perlu diperhatikan, antara lain : iklim, masalah lingkungan hidup, industri
dan perdagangan, ukuran kota dan lain-lain.
Untuk menentukan perkiraan jumlah penduduk di masa yang akan datang, dengan
memepertimbangkan faktor sosial yang senantiasa berubah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dapat digunakan beberapa metoda, yakni :
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
2. Metoda Geometrik
Rumus :
Pn Po1 r
n
(Dep. PU, 1998)
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Laju pertumbuhan penduduk
n = Jumlah interval tahun
Dimana :
Yˆ = nilai variabel berdasarkan garis regresi
X = variabel independen
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linier
Adapun persamaan a dan b, yaitu ; (Dep. PU, 1998)
a
Y . X 2
X . XY
n. X 2
( X ) 2
n XY X . Y
b
n. X 2 ( X ) 2
Untuk menentukan metoda yang digunakan dari ketiga metoda tersebut di atas, maka
digunakan koefisien seperti rumus di bawah ini.
Rumus :
r
XY
X .Y
2 2
Dimana :
r = korelasi antara variabel X dengan Y
X = variabel independen
Y = variabel independen
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut
besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada Tabel 1
sebagai berikut :
Fluktuasi kebutuhan air pada suatu daerah pelayanan tidak selalu sama dengan daerah
lainnya dan dipengaruhi oleh jenis dan jumlah pemakaian air, serta karakteristik pemakaian
air. Umumnya fluktuasi kebutuhan air dibagi atas 3 (tiga) bagian kelompok, yaitu: pemakaian
rata-rata, pemakaian air pada hari maksimum (1,10 – 1,25), sedangkan pemakaian air pada
jam puncak dipergunakan untuk menentukan dan menghitung bersar diameter jaringan
distribusi (1,50 s/d 2,00). Standar kriteria perencanaan sistem penyediaan air bersih, seperti
pada tabel 3.2.
Secara garis besar metodologi pelaksanaan Pekerjaan SID Sistem Jaringan Air Bersih Kota
Puncak Jaya Provinsi Papua diuraikan dalam bagan alir berikut ini.
SPMK
Survei Awal
Pembuatan
Laporan Pendahuluan
tidak
Diskusi
ya
Untuk mengetahui lokasi pengukuran perlu dilakukan survei awal yaitu orientasi lapangan
yang bertujuan untuk :
Mengetahui kondisi medan yang sebenarnya,
Menentukan Rencana Kerja dan Peta Kerja untuk pelaksanaan pengukuran,
Rencana kerja meliputi :
Batas areal pemetaan,
Titik referensi dan titik awal,
Lokasi pemasangan titik kontrol,
Rencana semua jalur pengukuran,
Peta Kerja dapat digunakan Peta Topografi skala 1 : 250.000 hasil pengukuran dan
pemetaan topografi Ditop AD dan dari studi-studi sebelumnya.
4.2.2. Persiapan
Sebelum melakukan pengukuran topografi dan cross section jalur pipa maka perlu dilakukan
persiapan peralatan ukur dan koordinasi tenaga yang akan digunakan sehingga pada saat
pelaksanaan pengukuran tidak terjadi gangguan terutama pada kemampuan kerja alat.
Tahapan ini meliputi :
1) Persiapan peralatan pengukuran dan kalibrasi alat ukur seperti theodolit, waterpass, bak
ukur dan roll meter.
2) Melakukan koordinasi diantara tim tentang cara pengukuran, arah pengukuran dan data
yang diperlukan.
3) Mengumpulkan data pendukung seperti peta topografi skala 1 : 250.000 dan data
pendukung lainnya.
4) Penyiapan peralatan tulis dan formulir data.
Setiap bench mark yang akan dibuat deskripsinya harus memuat data-data sebagai berikut
1). Koordinat X, Y dan Z
2). Sketsa letak bench mark lengkap dengan jarak yang diperlukan
3). Dilengkapi dengan foto yang memperlihatkan nomor dan bentuk bench mark secara
utuh dilengkapi dengan keterangan seperlunya.
Kerangka dasar merupakan jalur patok dasar pengukuran (BM) yang akan digunakan
sebagai pengikatan titik awal maupun akhir pengukuran. Kegiatan yang dilakukan dalam
kaitannya dengan penyusunan kerangka dasar pemetaan adalah :
1). Pemasangan patok.
2). Pengukuran titik kontrol horisontal.
2 bt ( ba bb ) 2 mm
Cross section secara umum dilakukan tiap 50 m untuk jalur pipa transmisi. Pada daerah
yang akan dilalui pipa dan terdapat belokan pengukuran cross section dilakukan tiap 25 m
dan pada daerah yang relatif lurus pengukuran cross setion dilakukan maksimum 100 m.
Pengukuran penampang melintang seperti terlihat pada Gambar 3.2.
Pada areal yang belum ada jalan pengukuran penampang melintang meliputi suatu
bentangan 25 meter untuk memungkinkan kebebasan rencana peletakan pipa. Pada jalur
pipa yang mengikuti jalan raya penampang melintang adalah penampang melintang jalan
sampai batas ROW, yang memungkinkan peletakan pipa didalam wilayah ROW.
Konstruksi perkerasan jalan , selokan , gorong –gorong dan konstruksi rigid lain yang akan
dilalui pipa dibuat sketsa untuk menghindari rusaknya konstruksi rigid seperti beton,
pasangan batu, lapis perkerasan jalan. Contoh penampang melintang diberikan pada
Gambar 3.2.
Gambar 4.2. Titik titik pengukuran kedalaman air pada belokan sungai.
Pada jalur pipa yang melalui tebing digambarkan untuk dapat meletakan pipa dengan benar
atau merencanakan perletakan pipa pada tebing. Pada jalan yang terdapat tebing di sisi
kanan atau kirinya posisi tebing menjadi pertimbangan untuk perletakan pipa pada sisi kanan
atau kiri jalan..
Perhitungan akan dilakukan dengan menggunakan perataan biasa dan dilakukan dalam dua tahap
perhitungan yaitu :
1). Perhitungan data lapangan berdasarkan data yang telah memenuhi syarat toleransi
pengukuran dan perhitungan sementara yang langsung dilakukan di lapangan.
2). Perhitungan data difinitif, yaitu perhitungan data sesudah dipergunakan metode perataan,
yaitu :
1. Perhitungan poligon utama, meliputi ;
Pentabelan jarak datar, beda tinggi dan sudut hasill pengukuran alat Theodolite
T-0 langsung pada blangko data lapangan,
Perhitungan koreksi sudut dan jarak, pada blangko hitungan poligon,
Perhitungan koordinat x,y.
Penggambaran dilakukan setelah semua jenis hitungan selesai dan dilaksanakan secara bertahap
sebagai berikut :
Konsep gambar dilakukan di atas kertas milimeter. Draft gambar ini akan diasistensikan
pada Direksi dan apabila disetujui, maka gambar disalin pada kertas kalkir,
Garis silang grid akan dibuat setiap interval 10 cm,
Semua bench mark dan titik ikat yang ada digambarkan dan dilengkapi dengan koordinat
(x,y) dan elevasinya (z),
Garis kontur dibuat interval 0,5 m.
Tujuan dilaksanakannnya pengukuran debit adalah untuk membuat lengkung debit dari pos duga
air yang bersangkutan, yang merupakan hubungan sederhana antara tinggi muka air dan debit .
Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah, kecepatan aliran
dengan tinggi muka air. Rumus umum yang biasa digunakan adalah :
Q = A.V
Keterangan :
Q = debit (m3/det)
A = luas bagian penampang basah (m2)
V = kecepatan aliran rata-rata pada bagian penampang basah (m3/det)
Metode pengukuran yang digunakan adalah metode pengukuran debit secara langsung yaitu
pengukuran kecepatan aliran secara langsung, dengan menggunakan dua cara yaitu :
Dalam pelaksanaannya sering juga disebut dengan istilah ”kecepatan-luas” (area-velocity method),
kadang juga dinamakan ”cara alat ukur arus” (current meter method). Pelaksanaan pengukuran
debit dengan alat ini hanya dikhususkan untuk mendapatkan lengkung debit yang sederhana
(simple discharge rating curve) bukan untuk mendapatkan lengkung debit yang komplek (complex
discharge rating curve).
vertikal diusahakan serapat mungkin agar debit di setiap sub bagian penampang tidak
lebih dari 1/5 bagian dari debit seluruh penampang basah saat pengukuran. Jarak
setiap vertikal tidak perlu mempunyai interval yang sama, akan tetapi tergantung dari
debitnya. Penempatan setiap vertikal harus dipilih sebaik-baiknya berdasarkan variasi
kedalaman dan sebaran kecepatan aliran arah horizontal pada penampang basah
pengukuran. Jarak setiap vertikal dapat ditentukan dengan interval jarak yang sama
apabila penampang sungainya seragam. Untuk sungai kecil/lebar penampang
basahnya pendek, jumlah vertikalnya boleh kurang dari 20 buah, dengan
mempertimbangkan ukuran diameter alat ukur arus yang digunakan, dimaksudkan
agar disuatu bagian luas penampang basah tidak terjadi saling tumpang tindih
pengukuran kecepatan alirannya. Apabila digunakan alat ukur arus mini (jenis Pigmy)
maka jarak setiap vertikal harus lebih dari 10 cm, jenis ini mempunyai diameter 6,0
cm. Untuk memperoleh data pengukuran debit yang teliti maka pengukurannya harus
dilakukan 2 kali, yaitu pengukuran pulang pergi. Apabila dalam pengukuran pulang
dan pergi tidak terjadi perubahan tinggi muka air yang berarti, maka 2 kali pengukuran
pulang dan pergi tersebut dapat dipandang sebagai satu (single) data pengukuran.
Akan tetapi apabila selama 2 kali pengukuran tersebut terjadi perubahan tinggi muka
air yang cukup besar maka dapat di pandang sebagai 2 data (double) pengukuran
debit (biasanya kurang teliti)
Dalam menentukan jumlah titik pengukuran pada survey hidrometri dalam pekerjaan
SID Sistem Jaringan Air Bersih Kota Puncak Jaya Provinsi Papua ini digunakan cara
pendekatan dengan fungsi matematis.
Fungsi Matematis
Kecepatan aliran rata-rata disebuah vertikal hanya diukur di beberapa titik dan
kemudian dihitung hasilnya secara aritmatik. Pengukuran dilaksanakan dengan :
1) Metode satu titik
2) Metode dua titik;
3) Metode tiga titik;
4) Metode lima titik; dan
5) Metode bawah permukaan.
4. Apabila tinggi permukaan air sngai cepat berubah dan pengukuran harus
dilaksanakan secara cepat.
V = v 0 , 60
Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
v 0 , 60 = kecepatan pada 0,60 kedalaman (m/det)
V = c1 x v 0 , 50
Keterangan :
V = kecepata aliran rata-rata (m/det)
v 0 , 50 = kecepatan pada 0,50 kedalaman (m/det)
V = c2 x v 0 , 20
Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
v 0 , 20 = kecepatan pada 0,20 kedalaman (m/det)
Pada metode ini pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada 0,2 dan 0,8 titik
kedalaman aliran dari permukaan air. Kecepatan aliran rata-ratanya diperoleh dengan
meratakan kecepatan aliran yang diukur pada kedua titik tersebut, yang dapat
dinyatakan dengan persamaan :
v 0 , 2 v 0 ,8
V =
2
Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
V 0 , 20 = kecepatan aliran pada 0,20 kedalaman (m/det)
Cara ini disarankan untuk tidak digunakan mengukur kecepatan aliran pada sungai
dengan kedalaman aliran kurang dari 0,76 meter karena pada kedalaman kurang dari
0,76 meter titik kedalaman pada 0,8 dan 0,2 akan kurang dari 0,15 meter baik dari
permukaan air maupun dari dasar sungai untuk menghindari gesekan udara ataupaun
dasar sungai.
Pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada titik 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman aliran
dari permukaan air. Sebenarnya cara ini merupakan gabungan antara cara dua titik
dengan cara pada 0,6 kedalaman. Kedalaman rata-rata tia vertikal diperoleh dengan
merata-ratakan hasil pengukuran pada 0,2 dan 0,8 kedalaman aliran kemudian hasil
rata-ratanya dirata-ratakan lagi dengan hasil pengukuran pada 0,6 kedalaman aliran.
Rumusnya adalah :
v 0 , 2 v 0 ,8
V = 1
( v +(
0,6 ) (4.15)
2 2
Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
v 0, 2 = kecepatan aliran 0,2 kedalaman (m/det0
Alasan cara ini digunakan agar diperoleh data kecepatan aliran rata-rata yang lebih
baik,yaitu apabila distribusi kecepatan kearah vertikal yang tidak normal; atau
kecepatan aliran pada 0,8 kedalaman terganggu oleh gesekan material didasar
sungai sehingga tidak normal. Cara ini berlaku apabila kedalaman air yang diukur
tidak kurang dari 0,76 meter.
Pada metode lima titik kecepatan aliran rata-ratanya dihitung dengan rumus :
Dalam cara ini pengukuran kecepatan aliran dilakukan di beberapa jarak tertentu
dibawah permukaan air. Jarak tersebut disarankan paling tidak 0,6 m dari permukaan
air. Cara ini dilakukan hanya apabila betul-betul sulit menduga kedalaman aliran
sungai, sehingga titik 0,2 kedalaman tidak dapat di tentukan untuk menentukan
kecepatan rata-rata kearah vertikal. Kecepatan aliran rata-ratanya dihitung dengan
rumus :
V =c xv
3 s
Keterangan :
V = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
vs = kecepatan bawah permukaan (m/det)
c3 = konstanta
Kecepatan aliran hasil pengukuran masih harus dilakukan dengan angka koefisien.
Sedangkan angka koefisien ini sulit ditentukan karena harganya sangat berubah-
ubah tergantung tinggi muka air dan tampoang melintang.
Setelah peralatan dan kru pengukuran disiapkan kemudian mulai mengukur disiapkan kemudian
mulai mengukur dengan tahap-tahap :
1. mengukur kedalaman aliran pada vertikal pertama kemudian menentukan titik kedalaman
pengiukuran kecepatan aliran (0,2 dan 0,8 atau 0,2; 0,6; 0,8; atau 0,6 saja );
2. mencatat jarak dari tepi sungai ke vertikal pertama, dan kedua;
3. mengukur dan mencatat jumlah putaran rotor alat ukur arus pada titik pengukuran kecepatan
aliran (0,2; 0,8 atau 0,2 ; 0,6; 0,8; atau 0,6 kedalaman );
4. menghitung kecepatan aliran dari jumlah putaran rotor alat ukur arus yang didapat pada
vertikal dan merata-ratakannya, lama putaran antara 40-70 detik;
5. menghitung luas bagian penampang melintang vertikal pertama;
6. menghitung debit pada bagian penampang melintang dengan mengalikan antara kecepatan
rata-rata pada vertikal dengan luas bagian penampangnya;
7. lakukan lagi dari butir 1 sampai 6 hngga vertikal yang terakhir;
8. jumlahkan seluruh debit bagian dari vertikal pertama sampai terakhir. Hasil penjumlahan ini
adalah debit pengukuran seluruh penampang basah, dan
9. kecepatan aliran rata-rata seluruh penampang diperoleh dengan membagi debit seluruh
penampang basah.
Merawas dilaksanakan apabila keadaan alur dan kecepatan aliran sungai memungkinkan untuk
diseberangi langsung dengan merawas. Cara pengukuran merawas ini mempunyai keuntungan
dapat memilih penampang melintang yang terbaik untuk pengukuran.
1. bentangkanlah kabel tegak lurus dengan arah aliran dan sampai menegang betul kemuduan
ikat erat-erat pada patok khusus/tonggak dimasing-masing tepi sungai;
2. ukurlah lebar aliran sungai dengan kabel baja yang sudah terbentang menggunakan pita
ukur dan tentukan jarak setiap vertiakal.
3. ikatkan perahu pada kabel baja sedemikian rupa sehingga kuat dan dapat bergeser ke
samping, dan
4. mulailah mengukur kecepatan aliran dengan alat ukur dari vertikal pertama sampai terakhir
dengan prosedur pengukuran.
Berkaitan dengan penyusunan rencana garis besar (outline plan) penyediaan air bersih untuk kota
Puncak Jaya, terlebih dahulu dilakukan survey terhadap sistem penyediaan yang ada termasuk
sumber-sumber air yang potensial untuk dikembangkan. Survey dititik beratkan pada potensi air
yang ada baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu dalam melakukan survey
dikumpulkan informasi berupa data curah hujan yang diharapkan dapat dialihragamkan dari data
hidrologi berupa data hujan menjadi aliran sungai. Hal ini terpaksa dilakukan oleh karena pada
sungai yang diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai sumber air, belum memiliki stasiun
pencatatan debit.
Bilamana data debit tersedia, akan digunakan untuk menentukan debit rencana yang akan
digunakan dengan mempertimbangkan jumlah data, kualitas data, validitas data dan kelengkapan
data. Rekaman data debit tersebut berupa maksimum bulanan, dimana data tersebut jika
dipandang cukup representatif akan digunakan dalam analisis hidrologi selanjutnya.
Analisis frekuensi dapat dilakukan dengan seri data yang diperoleh dari rekaman data. Analisis ini
sering dianggap sebagai cara analisis yang paling baik, karena dilakukan terhadap data yang
terukur langsung yang tidak mengalami pengalihragaman terlebih dahulu.
Adapun langkah-langkah analisis frekuensi data hidrologi sebagai berikut ini.
a. Distribusi hujan
Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi frekuensi data yang banyak digunakan dalam
hidrologi antara lain: ditribusi normal, log normal, log Pearson III dan Gumbel. Untuk menentukan
jenis distribusi yang akan digunakan harus memperhatikan parameter statistik data hujan yang
dimiliki seperti rerata (mean), simpangan baku (standard deviation), koefisien kemencengan
(skewness), dan koefisien kurtosis.
Rerata (mean), adalah hasil penjumlahan nilai-nilai data dibagi dengan banyaknya data
pengukuran dirumuskan sebagai berikut.
1 n
X xi
n i 1
Simpangan baku (standard deviation), adalah akar varian yaitu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh nilai pengamatan yang sebenarnya menyimpang atau berbeda dengan rerata.
Simpangan baku dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut.
x X
n 2
i
s i 1
n
dengan s adalah simpangan baku.
n
n xi X
3
CS i 1
n 1n 2 s3
dengan CS adalah koefisien kemencengan.
Koefisien kurtosis, yaitu suatu ukuran yang digunakan untuk menentukan runcing tidaknya suatu
kurva distibusi sehingga dapat diketahui apakah kumpulan data terkonsentrasi di sekitar mean atau
menyebar. Koefisin kurtosis ditentukan dengan persamaan berikut.
4
n2 n
n 1n 2n 3 s 4
CK xi X
i 1
Berdasarkan parameter-parmeter statistik diatas dipilih distribusi yang akan digunakan. Dalam hal
ini distribusi yang digunakan adalah distribusi log Pearson III. Selanjutnya data diplotkan pada
kertas probabilitas distribusi Log Pearson III.
b. Uji kecocokan
Pengujian dimaksuidkan untuk mengetahui apakah data debit di lapangan sesuai dengan jenis
sebaran teoritis yang dipilih. Untuk itu dilakukan uji kecoockan dengan dua cara :
EF OF
2
x 2
EF
dengan x2 adalah harga Chi-kuadrat, EF adalah frekuensi yang diharapkan sesuai pembagian
kelasnya (expected frequency), dan OF adalah frekuensi yang terjadi (observed frequency).
Nilai x2 harus lebih kecil dari x2 kritis (Chi-Kuadrat kritik) untuk derajat kebebasan tertentu sebagai
syarat bahwa distribusi tertentu dapat diterima. Derajat kebebasan dihitung dengan :
DK K P 1
dengan DK adalah derajat kebebasan, K adalah banyaknya kelas dan P adalah banyaknya
keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter.
Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian ini lebih sederhana, yaitu dengan membandingkan probabilitas untuk tiap varian dari
distribusi empiris dan probabilitas dari distribusi teoritisnya sehingga mendapatkan nilai perbedaan
delta . Nilai delta yang tertinggi harus lebih kecil dari delta kritik, sebagai syarat bahwa distribusi
tersebut dapat diterima. Persamaan Smirnov-Kolmogorov adalah:
maks Px Pxi kritis
dengan P(x) adalah peluang teoritis dan P(xi) adalah peluang empiris (lapangan).
X t X KS
dengan XT adalah hujan dengan kala ukang tertentu, K adalah koefisien kala ulang dan S adalah
simpangan baku.
Nilai K ditentukan berdasarkan faktor frekuensi untuk distribusi log Pearson tipe II dengan CS
(skewness) positif.
Survey kualitas air baku diperlukan untuk mengetahui kualitas air yang akan digunakan sebagai
air baku untuk perencanaan air bersih
Sampel air permukaan berasal dari air sungai, air danau, air waduk, mata air, air rawa, dan air gua.
Pengujian air permukaan bertujuan untuk:
Dalam praktiknya, jumlah titik tersebut sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi air sungai. Untuk
gambaran yang lebih detail, Tabel 4.3 menunjukkan jumlah titik pengambilan sampel air sungai
berdasarkan kiasifikasi dan debit rata-rata tahunan.
Jika stratifikasi temperaturnya telah diketahui, penentuan titik pengambilannya adalah sebagai
berikut:
Pada danau/waduk yang mempunyai kedalaman rerata kurang dan sepuluh meter, sampel
diambil di dua titik, yaitu 0,2X dan 0,8X kedalaman air.
Pada danau/waduk dengan kedalaman 10—30 meter, sampel diambil di permukaan, di
lapisan metalimnion, dan di dasar danau/waduk.
Pada danau/waduk dengan kedalaman 30—100 meter, sampel diambil di permukaan, di
lapisan metalimnion, di lapisan hipolimnion, dan di dasar danau/waduk.
Pada danau/waduk yang kedalamannya lebih dan seratus meter, titik pengambilan sampel
dapat ditambah sesuai tujuannya.
Secara umum, perlu diperhatikan bahwa sampel diambil minimal satu meter di bawah permukaan
danau/waduk. Sementara itu, untuk pengambilan sampel di dasar danau/waduk, jangan sampai
endapan atau sedimen danau/waduk ikut terambil. Gambar 4.5 menunjukkan penentuan titik
pengambilan sampel air danau/ waduk berdasarkan stratifikasi temperaturnya.
Pelaksanaan pekrjaan pengambilan data sosial ekonomi ini meliputi pengambilan data mengenai
keadaan kehidupan sosial dan keadaan ekonomi. Data sosial ekonomi akan dikumpulkan dengan
mengadakan sosialisasi dengan masyarakat dan penduduk sekitar. Beberapa data Sekunderyang
dipakai yaitu BPS 2003, Renstra, RTRW, dan RUTRK. Data-data ini akan menjadi masukan dalam
menganalisis pola kebutuhan air bersih kota Oksibil.
V. ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil-hasil pengukuran dan pengambilan sampel air Sungai Kurage, Sungai
Lima dan Sungai Kano menunjukkan bahwa kualitas air baku dari sungai-sungai ini sesuai
dengan peruntukannya masih memenuhi syarat sebagai air baku air minum atau Baku
Mutu Golongan B (menurut PerMenKes No. 907 Tahun 2002). Hal ini ditunjukkan dari
parameter fisik dan kimia yang diperiksa, nilainya sebagian besar masih di bawah batas
ambang baku mutu golongan B tersebut. Pada saat survai dilakukan, air tampak jernih
dengan angka kekeruhan yang besarnya 5.6 NTU. Adapun hasil pengujian kualitas air
baku di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.
5.2.4 Kuantitas
Berdasarkan hasil survey kecepatan arus dan survey volume penampang dari sungai dan
mata air yang direncanakan sebagai sumber air baku air bersih, maka didapatkan debit
dari sungai dan mata air tersebut.
Dari kelima sumber air yang disurvey maka yang memenuhi syarat untuk dapat dijadikan
sumber air baku air bersih kota Oksibil adalah Sungai Kurage, Sungai Lima dan Sungai
Kano. Hal ini didasarkan atas besarnya debit dari ketiga sungai tersebut di atas.
5.2.5 Aksesibilitas
Faktor Aksesibilitas sangat penting dalam perencanaan jaringan air bersih. Kemudahan
pencapaian dan dekatnya sumber pengambilan air (intake) dari kota Oksibil akan sangat
menghemat dari biaya pelaksanaan dan biaya perawatan jaringan air bersih. Berdasarkan
hasil survey aksebilitas dari ketiga sungai di atas yaitu Sungai Kurage, Sungai Lima dan
Sungai Kano, hanya dua sungai yang memenuhi syarat aksesibilitas ini yaitu Sungai Lima
dan Sungai Kano. Pada dasarnya ketiga sungai ini memenuhi syarat aksesibilitas hanya
saja untuk sungai Kurage tidak dapat menyuplai daerah yang berada di daerah yang lebih
tinggi dari elevasi sungai tersebut. Perencanaan kota Oksibil nantinya akan berada jauh di
atas elevasi dari intake sungai Kurage. Untuk sungai Lima dan Sungai Kano memenuhi
syarat aksesibilitas dan mampu melayani kebutuhan kota Oksibil dikarenakan elevasi
intake jauh berada di atas elevasi kota Oksibil. Oleh karena itu Sungai Lima dan Sungai
Kano memenuhi syarat sebagai sumber air baku air bersih untuk kota Oksibil.
Adapun proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2003 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 5.3. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Oksibil Tahun 2003 – 2011
Jumlah Penduduk
No Tahun (jiwa)
1 2003 11394
2 2004 11531
3 2005 11669
4 2006 11809
5 2007 11951
6 2008 12094
7 2009 12239
8 2010 12386
9 2011 12535
Karena kota Oksibil termasuk dalam kategori kota kecil, maka di dalam perencanaan
sampai dengan tahun 2020 ditargetkan dapat melayani 80% penduduk kota Oksibil
sebesar 10028 jiwa.
Di dalam pelayanan kebutuhan air domestik terdiri dari sambungan rumah (SR) dan hidran
umum (HU). Pelayanan tersebut direncanakan 10% berbanding 90% (awal tahun rencana)
dan pada akhir tahun rencana diperkirakan akan terjadi perbaikan ekonomi masyarakat
sehingga perbandingan tersebut menjadi 30% berbanding 70%. Jumlah penduduk yang
terlayani sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU) seperti pada Tabel di bawah ini.
Berdasarkan keadaan sekarang atau awal tahun rencana (2003), kebocoran / kehilangan
air yang terjadi sebesar 45% dan ditargetkan akan menurun menjadi 20% pada akhir tahun
rencana (2011).
6.2.2 Reservoir
Kebutuhan reservoir sangat tergantung pada fluktuasi kebutuhan harian. Semakin besar
fluktuasi kebutuhan, semakin diperlukan dan semakin besar ukuran tangki yang
diperlukan. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 6.1. Fluktuasi pemakaian air yang
didasarkan pada tingkat pemakaian air tiap jam dengan nilai koefisien kebutuhan adalah
adalah 1 (satu) yang merupakan nilai kebutuhan tiap jam yaitu perbandingan antara jumlah
pemakaian air pada jam tersebut terhadap jumlah pemakaian dalam satu hari. Nilai
koefisien ini sangat mempengaruhi dalam menentukan volume reservoir dan operasional
pompa jika jaringan tersebut menggunakan pompa dalam pendistribusian air bersih. Grafik
kebutuhan air yang disimulasikan terlihat seperti Gambar 6.2 berikut.
Pada pekerjaan DED ini koefisien pemakaian air pada jam puncak digunakan koefisien
1,8. Pemakaian air pada jam puncak diartikan sebagai pemakaian air tertinggi pada jam tertentu
selama periode satu hari. Pemakaian air pada jam puncak terjadi pada jam 18.00.
Pemakaian air akan rendah saat aktivitas masyarakat berkurang, sehingga aliran dalam
pipa distribusi akan berkurang juga. Berkurangnya kecepatan aliran akan menurunkan efisiensi
pipa tersebut sehingga aliran pada beberapa pipa akan terjadi aliran laminer.
Hasil simulasi yang dilakukan dengan menggunakan software WaterNet
menunjukkan bahwa kapasitas reservoir yang direncanakan akan mengalami kekosongan pada
jam tertentu jika menggunakan fluktuasi kebutuhan yang berubah sesuai grafik kebutuhan pada
Gambar 6.2. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dimensi reservoir dilakukan
perubahan ukuran sehingga diperoleh dimensi yang efisien. Dengan dimensi tersebut, diharapkan
permasalahan reservoir menjadi kosong pada jam puncak dan meluapnya air pada saat beban
rendah tidak akan terjadi. Simulasi yang dilakukan terdiri dari penentuan elevasi dasar sesuai
perencanaan, tinggi reservoir, luas penampang dan tinggi muka air awal di dalam reservoir.
Dimensi reservoir yang dihasilkan berdasarkan kebutuhan rerata hasil perencanaan dan
kemampuan intake serta instalasi penjernihan air, dengan demikian reservoir tidak dilengkapi
dengan pompa maupun katup. Fluktuasi muka air dalam reservoir akan mengikuti fluktuasi
pemakaian air pelanggan. Hasil simulasi tangki disajikan pada gambar 6.3, sedangkan simulasi
elevasi reservoir 1 dan 2 disajikan pada gambar 6.3. dan 6.4.
Tekanan dalam pipa yang berlebihan dapat menimbulkan permasalahan lain seperti pipa
bocor, pipa pecah dan sambungan lepas. Pemilihan jenis pipa dengan kekuatan tekan yang
memadai merupakan salah satu unsur penting untuk mengurangi permasalahan, selain itu dapat
digunakan bak atau katup pengendali tekanan sehingga tekanan dapat diatur sesuai kebutuhan.
Alternatif yang terakhir akan mengurangi energi di hilir bak secara keseluruhan sepanjang waktu,
sehingga kadang justru mengganggu pada saat tekanan rendah. Dengan demikian sebaiknya
spesifikasi pipa yang dipasang harus sesuai dengan kebutuhan tekanan. Secara umum hasil yang
diperoleh seperti terlihat pada Gambar 6.7 dan 6.8.
Gambar 6.5 Hasil simulasi pada node dan pipa & Keterangan pipa dan hasil disimulasi.
Tekanan relatif yang terjadi pada sebagian besar node menunjukkan nilai yang sangat
besar. Hal ini terjadi disebabkan oleh keadaan topografi Kota Oksibil yang memiliki kemiringan
yang besar. Untuk mengurangi tekanan tersebut dapat dilakukan dengan membuat bak pelepas
tekan atau katup pelepas tekanan.
Dengan berpedoman pada volume pekerjaan dan volume bahan serta harga satuan analisa
pekerjaan maka biaya pembuatan bangunan dan pembuatan saluran transmisi dan distribusi
diperoleh biaya sebesar lima milyar delapan ratus juta rupiah sebagaimana tertaera pada tabel 7.1
dibawah ini.
Tabel 7.4. REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA
TOTAL HARGA
NO. URAIAN PEKERJAAN
(Rp)
01. PEKERJAAN PERSIAPAN 433,000,000.00
02. PEKERJAAN TANAH & GALIAN 1,613,467,125.00
03. PEKERJAAN STRUKTUR 4,900,676,769.50
04. PEKERJAAN PENGADAAN PIPA 5,305,500,000.00
05. PEKERJAAN PENGADAAN ACCESSORIES PIPA 3,555,000,000.00
06. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA 83,754,039.25
07. PEKERJAAN PEMASANGAN ACCESSORIES PIPA 64,874,325.00
08. PEK. BLOCK PENAHAN (THRUST BLOCK) 444,782,980.13
09. PEK. BAK KONTROL VALVE 277,416,845.40
10. PEK. PENGADAAN/PEMASANGAN JEMBATAN PIPA 0.00
11. PEK. PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN JALAN 3,707,294,602.50
12. DOKUMENTASI DAN PELAPORAN 25,000,000.00
TOTAL COST 20,410,766,686.78
PPN 10% 2,041,076,668.68
REAL COST 22,451,843,355.45
DIBULATKAN 22,451,843,000.00
8.1. Intake
Intake untuk penyadapan pada mata air dipakai struktur Broncapture yang bekerja sebagai
pembendung air pada mata air. Tinggi bangunan tersebut diusahakan tidak terlalu tinggi
untuk menjaga alur mata air menjadi berpindah akibat perubahan tekanan pori tanah. Pada
semua mata air sudah terdapat bangunan penyadap. Dalam perencanaan ini tidak
direncanakan penangkap air yang baru.
Struktur bak air ditempatkan pada lokasi yang tinggi berada di area layanan, yaitu di
belakang SD Dabolding dan di jalan Okpol dekat kantor bupati.
Disamping dua bak tersebut telah terdapat bak existing pada di desa kabiding. Struktur
bak air terdapat pada halaman lampiran.
8.3. Jembatan
Terdapat sebuah jembatan pipa pada jaringan kota oksibil, yang melintas sungai oksibil.
Gambar jembatan ada pada halaman lampiran.
Mengingat kondisi sosial saat ini maka dalam perencanaan ini sambungan rumah tangga
diperkirakan 10 % dan hidran umum 90%. Hidran umum ini dilengkapi dengan sarana
MCK. Gambar typical hidran umum ada pada halaman lampiran.
Penanaman pipa dilakukan dalam wilayah ROW sehingga tidak menimbulkan masalah
tanah atau ganti rugi tanah. Tipikal penanaman pipa diberikan pada halaman lampiran.
Penanaman pipa dilakukan dalam wilayah ROW sering melintas drainase jalan. Tipikal
lintasan pipa pada saluran kecil diberikan pada halaman lampiran.