Anda di halaman 1dari 9

KIMIA KAYU

Kelompok 4

Hanif Kusuma E24160032


Prilia Nastiti E24160033
Zaki Luqman E24160034
Marini Dwi Lestari E24160035
Taufik Imron E24160036
Nisa Nadila E24160037
Eko Budi Santoso E24160038
Ayu Rizkia R E24160039
AnggieFitriana L E24160041
Rahmi Mauladdini E24160042

Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Wasrin Syafii, M. Agr

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Kami mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Harapan Kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Kerena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman Kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu Kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 7 Oktober 2017

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1

Bab II Pembahasan 2

Bab III Penutup 5

3.1 Simpulan 5
3.2 Saran 5

Daftar Pustaka 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang
mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Beberapa senyawa yang
mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid. Pada buah-
buahan, sayur-sayuran dan biji bijian juga mengandung berbagai jenis senyawa flavonoid. Disamping
sebagai pigmen tumbuhan, flavonoid diketahui pula berperan dalam pertumbuhan, pertahanan diri dari
serangan hama dan penyakit, tabir surya, dan sinyal kimia untuk berkomunikasi dengan lingkungannya.
Bagi manusia golongan senyawa ini memberi manfaat yang cukup banyak seperti, antioksidan,
antiinflamasi, immunostimulan, antikanker, antivirus dan antimikroba.. Tanin yang termasuk golongan
senyawa ini telah lama digunakan sebagai penyamak kulit dan pewarna kain.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa perbedaan Lignin dengan Lignan ?


2. Apa bedanya Flovanoid, iso-flovanoid dan neo-flovanoid ?
3. Apa yang dimaksud dengan Stilebena ?
4. Apa yang dimaksud dengan Quinone ?
5. Apa perbedaan tanin terhidrolisis dengan tanin terkondensasi ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui perbedaan lignin dan lignan


2. Mengetahui perbedaan Flovanoid, iso-flovanoid dan neo-flovanoid
3. Mengetahui pengertian Stilebena
4. Mengetahui pengertian dari Quinone
5. Mengetahui perbedaan tanin terhidrolisis dengan tanin terkondensasi

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apa perbedaan Lignin dengan Lignan ?

Lignin merupakan polimer dari monolignol. Beberapa senyawa lain (selain 3 monolignol yang telah
disebutkan) dapat berikatan dilignin walaupun dalam jumlah yang sedikit. Senyawa lain tersebut
antara lain koniferaldehida, sinapaldehida, dihidrokoniferil alcohol, 5-hidroksikoniferil alcohol,
tiramilferulat, p-hidroksi-3metoksibenzeldehida, p-hidroksibenzoat, dan asetat (Vermerris dan
Nicholson 2006).

Lignan merupakan dimer atau oligomer dari monolignol. Monolignol yang dimaksud antara lain p-
koumaril alcohol, koniferil alcohol, dan sinapil alcohol. Koniferil alcohol merupakan monoligno yang
paling sering digunakan dalam biosintetis lignin (Vermerris dan Nicholson 2006).

2. Apa bedanya Flovanoid, iso-flovanoid dan neo-flovanoid ?

Flavonoid merupakan senyawa metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di alam. Fungsi
senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada pertumbuhan dan perkembangannya.
Fungsi tersebut seperti penarik perhatian hewan pada proses penyerbukan dan penyebaran benih,
stimulan fiksasi nitrogen pada bakteri Rhizobium, peningkat pertumbuhan tabung serbuk sari,
serta resorpsi nutrisi dan mineral dari proses penuaan daun.senyawa flavonoid juga dipercaya
memiliki kemampuan untuk pertahanan tanaman dari herbivora dan penyebab penyakit, serta
senyawa ini membentuk dasar untuk melakukan interaksi alelopati antar tanaman (Andersen dan
Markham, 2006). Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga
menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar
tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida. (Harborne,
1996)

Flavonoid diketahui terdistribusi secara luas pada tanaman. Peranan senyawa ini pada tanaman cukup
beragam, mulai dari memproduksi pigmen berwarna kuning, merah, atau biru pada bunga, hingga
sebagai penangkal terhadap mikroba dan insect. Senyawa ini memiliki struktur dasar yang dibvangun
oleh 15 atom C. Secara umum, flavonoid dapat dibagi kedalam 3 jenis berdasarkan perbedaan struktur
C3 yang mengikat 2 gugus benzene. Ketiga jenis tersebut adalah kalkon, auron, dan flavonoid
(Vermerris dan Nicholson 2006). Lebih lanjut, berdasarkan posisi cincin B terhadap cincin C pada
flavonoid, senyawa flavonoid dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu flavonoid (2-fenilbenzopieran),
isoflavonoid (3-benzopiran), dan neoflavonoid (4-benzopiran).

2
3. Apa yang dimaksud dengan stilebena ?

Stilebene merupakan senyawa yang memiliki kerangka difenil etena (C6-C2-C6). Pada umumnya
senyawa stilebene yang terkandung dalam tumbuhan memiliki kadar yang kecil, sehingga senyawa ini
kurang di perhatikan(Harbone 1987). Beberapa dari senyawa ini memilki daya racun yang sangat kuat
terhadap jamur, ikan, serangga, dan hewan tinggi (robinson 1995).

Beberapa jenis senyawa turunan stileben berperan sebagai antioksidan. Berdasarkan hasil pengujian,
senyawa stileben dengan isomer trans memiliki aktivitas antioksidan lebih besar daripada senyawa
stielebene dengan isomer cis. Beberapa cis-stilebene memiliki strukutur identik dengan combretastatin
sedangkan trans-stilebene secara struktural identik dengan resveratrol (Kim et al, 2003). Pada
spekroskopi infarmerah, senyawa stilebene menghasilkan spektrum pada bilangan gelombang (cm-
1
)3150,90;2994,56; 2840,50; 1500,91;dan 1099,60(Gilbert 1998).

Gambar 2. Struktur Stilebena

4. Apa yang dimaksud dengan Quinone ?

Quinone adalah segolongan senyawa karbonil. Strukturnya siklik dan merupakan diketon yang
berkonjugasi. Senyawa Quinone yang terdapat sebagai glikosida mungkin larut sedikit dalam air,
tetapi umumnya kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan terdeteksi dari tumbuhan bersama-

3
sama dengan karotenoid dan klorofil. Reaksi yang khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah
kuinon menjadi senyawa tanpa warna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara.
Reduksi dapat dilakukan menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat terjadi hanya
dengan mengocok larutan tersebut di udara (Harborne 1987).

Quinone disintesis tumbuhan dari berbagai precursor dan berbagai jalur, seperti jalur asetat-
polimalonat, jalur asam amino, jalur sikimat, dan melanovat. Jalur asetat-polimalonat merupakan jalur
yang paling umum. Suatu senyawa poliketometilen dianggap sebagai intermediet antara ester CoA
dengan fenol atau quinine (Suradikusumah 1989).

5. Apa perbedaan tanin terhidrolisis dengan tanin terkondensasi ?

Khanbabee dan Van ree (2001) yang dikutip Vermerris dan Nicholson (2006) mengelompokkan tanin
menjadi 3 kelompok, yaitu tanin terkondensasi, tanin yang dapat dihidrolisis, dan tanin kompleks.
Tanin terkondensasi atau proantosianidin merupakan oligomer atau polimer dari flavonoid yang
mengandung unit flavan-3-ol (katekin). Senyawa dalam kelompok ini kurang disukai berada dalam
makanan karena menimbulkan rasa pahit dan warna gelap. Selain itu, senyawa dari golongan
proantosianidin ini juga merupakan zat antinutrisi yang dapat menurunkan daya cerna protein,
polisakarida, dan zat makro nutrien lainnya (Cartea et.al 2001). Tanin terkondensasi banyak tersebar
dalam bahan pangan seperti apel, anggur, strawberry, plum, sorgum, dan barli. Contoh tanin
terkondensasi dalah prosianidin B2 (epikatekin-(4β -->8’)-epikatekin).

Tanin yang dapat dihidrolisis dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu gallotanin dan
ellagitanin. Gallotanin ditandai dengan pusat poliol yang mengikat 10-12 asam galat. Residu asam
galat tersebut sering membentuk ikatan yang unik (ikatan metadepside) dengan sesama asam galat
lainnya. Poliol yang paling sering ditemukan pada gallotanin adalah D-glukosa. Poliol lainnya dapat
berupa katekin atau triterpenoid. Salah satu contoh senyawa dari golongan gallotanin adalah 2-O-
digalloil-1,3,4,6-tetra-Ogalloil-β-D-glukopiranosa (Vermerris dan Nicholson 2006).

Ellagitanin memiliki rumus struktur yang mirip dengan gallottanin yaitu memiliki gugus poliol
sebagai pusat dan asam galat sebagai residu. Perbedaan utama antara ellagitanin dan gallotanin adalah
pada ellagitanin, karbon dari residu asam galat yang berdekatan saling berikatan (C-C) membentuk
formasi heksahidroksidifenoil (HHDP). Konfigurasi unit HHDP dapat berbentuk S atau R.

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Lignin merupakan polimer dari monolignol sedangkan Lignan merupakan dimer atau oligomer dari
monolignol. Monolignol yang dimaksud antara lain p-koumaril alcohol, koniferil alcohol, dan sinapil
alcohol. Flavonoid merupakan senyawa metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di alam.
Fungsi senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada pertumbuhan dan
perkembangannya. Stilebene merupakan senyawa yang memiliki kerangka difenil etena (C6-C2-C6).
Quinone adalah segolongan senyawa karbonil. Strukturnya siklik dan merupakan diketon yang
berkonjugasi.

3.2 Saran

Berdasarkan hal tersebut, diperlukannya pengetahuan dan wawasan mengenai senyawa-senyawa yang
berada di alam dan memiliki peranan penting serta manfaat bagi kehidupan manusia.seperti senyawa
flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan.

5
Daftar pustaka
Gilbert J C, Martin S F. 1998. Experimental organic chemistry. Second edition saunders college

publishing, austin, 421

Harborne J B. 1987. Metode fitokimia : penuntun cara modern menganalisis tumbuhan, terbitan

Kedua. Bandung (ID) ; Institut Teknologi Bandung.

Kim S, Min S Y, lee S K, Cho W. 2003. Comparative molecular field analyisis study of stilben

derivatives active agains a549 lung carcinoma. Pharm bull.54(5):516-521

Robinson T.1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi diterjemahkan kosasih padmawinata. Edisi

keenam. Bandung (ID) ; Institut Teknologi Bandung.

Suradikusumah, E.1989. Kimia Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat .Bogor (ID) ; Institut Pertanian
Bogor.

Vermerris, W and R. Nicholson. 2006. Phenolic Compound Biochemistry. Springer. Netherlands. Hal
267.

Anda mungkin juga menyukai