ACARA 7
LIPID
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Lipid pada pohon dikelompokkan menjadi lipid sederhana; cutin, suberin, dan wax;
lipid majemuk, dan terpene atau isoprenoid. Lipid berperan sebagai penyusun
membran protoplasma, cadangan makanan dalam biji, pelindung organ bagian luar,
dan sebagainya. Secara umum, lipid memiliki ciri-ciri berupa kelarutan dalam air yang
rendah. Lipid akan mudah larut pada pelarut organik seperti acethon, benzene, dan
ether. Melihat bentuk dan fungsi lipid pada pohon yang beragam maka identifikasi
lipid perlu dilakukan sebagai upaya praktis untuk meningkatkan pemahaman terkait
pembentukan lipid pada pohon.
b. Tujuan
Mengidentifikasi ragam lipid yang terdapat pada pohon
c. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui berbagai jenis lipid yang dihasilkan oleh pohon
II. METODE
a. Waktu : 19 April 2021
b. Tempat : Laboratorium Budidaya Hutan, Program Studi Pengelolaan Hutan,
Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner dan rumah masing-masing
c. Alat : pisau, kamera
d. Bahan : pohon tanaman hutan
e. Cara Kerja :
1. Mengobservasi tanaman kehutanan di sekitar Anda
2. Mengidentifikasi jenis lemak yang terdapat pada pohon
3. Mendokumentasikan jenis lipid yang Anda temukan
4. Mendeskripsikan kondisi jenis lipid tersebut, antara lain meliputi:
Organ tempat lemak ditemukan
Warna/ aroma
Kegunaan
Informasi lainnya
III. TINJAUAN PUSTAKA
Lemak atau lipid terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Fungsi
utama cadangan lemak dan minyak dalam biji-bijian adalah sebagai sumber energi.
Cadangan ini merupakan salah satu bentuk penyimpanan energi yang penting bagi
pertumbuhan. Penguraian lemak secara kimiawi menghasilkan energi dalam jumlah
yang lebih besar sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan energi yang dihasilkan
dari penguraian karbohidrat. Pada sel tanaman, cadangan lipid adalah asam lemak.
Cadangan ini oleh lipase dihidrolisir menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak
ini dipakai dalam sintesis fosfolipid dan glikolipid yang diperlukan untuk
pembentukan organel (Estiti, 1995).
Lipid adalah sekelompok senyawa non-heterogen yang meliputi asam lemak
dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Lipid memiliki arti
lain sebagai kelompok besar biomolekul dengan gugus fungsional karboksil (-
COOH) atau gugus ester (-COOR) yang tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut
dalam larutan non-polar, seperti ether, aseton, bensin, karbon tetraklorida, dan lain
sebagainya. Lipid akan larut dalam pelarut organik seperti aseton, alkohol,
chloroform, ether, dan benzena (Bintang, 2010).
Meskipun lipid secara umum didefinisikan sebagai komponen yang mudah
larut pada pelarut organik yang cenderung non-polar seperti etanol, ether, dan
chloroform, namun juga terdapat beberapa golongan lipid yang dapat larut pada
pelarut polar. Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi,
berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak
yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil
produksi organ hari yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan
energi (Christine, 2017).
Resin merupakan senyawa organik atau campuran berbagai senyawa polimer
alam yang disebut terpentin, berbentuk padat atau semi padat. Resin mudah larut
dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Boer & Ella, 2000). Resin alam
merupakan resin yang tereksudasi secara alamiah dan keluar secara alami maupun
buatan. Resin yang tereksudasi secara alamiah mengandung campuran antara gum
dan minyak atsiri. Resin alam memiliki bentuk berupa padatan, berwarna mengkilap
dan bening kusam, rapuh, meleleh apabila terkena panas, dan mudah terbakar (Sedtler
et al., 1975 dalam Namiroh, 1998).
Cutin merupakan polimer dari hidroksi asam lemak. Seperti halnya wax, cutin
disintesa di dekat tempat cutin dideposisikan karena sifatnya yang sulit ditranslokasi.
Sedangkan suberin mengandung asam, alkohol, dan senyawa fenolik dengan rantai
yang panjang dan biasanya terdapat pada batang tanaman (khususnya tanaman yang
telah menua). Suberin juga dijumpai sebagai penyusun Casparian strips pada sel
endodermis.
Suberin adalah lapisan pelindung bagian tumbuhan di bawah tanah. Suberin
juga melindungi sel gabus yang terbentuk pada kulit pohon oleh kegiatan
penghancuran dari pertumbuhan sekunder, dan ini terbentuk dari banyak sel sebagai
jaringan luka setelah pelukaan (misalnya setelah gugur daun dan pada luka umbi
kentang yang akan ditanam). Suberin juga terdapat pada dinding sel akar yang tak
terluka sebagai pita Caspari di endodermis dan eksodermis serta di seludang berkas
pembuluh pada rerumputan. Tanaman membentuk suberin apabila terjadi perubahan
secara fisiologis atau perubahan perkembangan atau faktor cekaman yang
menyebabkan difusi pada tanaman menjadi terhambat.
Cutin dan suberin (zat gabus) kedua zat ini juga merupakan derivat dari lemak
yang mempunyai peran dalam melindungi permukaan bagian-bagian tanaman.
Suberin adalah sekresi dari sel-sel gabus dan cutin yang terdapat pada kutikula. Lilin,
cutin, dan suberin tidak larut dalam air. Ketiga zat-zat tersebut berfungsi melindungi
permukaan bagian tanaman terhadap air dan menahan penguapan. Semua bagian
tanaman yang terekspos ke atmosfer diselaputi lapisan lipid untuk mengurangi
hilangnya air dan menghalangi masuknya patogen fungi dan bakteri. Tiga tipe umum
lapisan pelindung tersebut adalah cutin, wax, dan suberin yang memiliki kesamaan
ciri secara umum, yaitu disusun oleh senyawa hidrofobik yang bersifat menolak atau
kedap air, bersifat non-polar, asam-asam lemak adalah salah satu senyawa hidrofobik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Lipid pada Tanaman Kehutanan
Nama Spesies Jenis Foto Deskripsi
Lipid
Data yang diperoleh berdasarkan tabel 4.1 mengenai hasil identifikasi lipid
pada tanaman kehutanan. Dalam tabel tersebut, dijelaskan beberapa tanaman yang
kehutanan yang dapat saya temukan di lingkungan sekitar yaitu kamboja (Plumeria
acuminata), sukun (Artocarpus altilis), palem (Ceroxylon andicola), dan mangga
(Mangifera indica).
Lipid dalam bentuk wax, cutin, dan suberin biasanya terletak pada permukaan
luar dari batang, daun, dan buah biasanya dilapisi oleh lapisan yang kedap air (lapisan
impermeable) yang disebut dengan kutikel (cuticle) yang tersusun atas cutin dan wax.
Kutikel melekat pada sel epidermis dengan bantuan lapisan pektin. Permeabilitas
kutikel lebih ditentukan oleh kandungan wax daripada kandungan cutinnya. Lapisan
kutikel biasanya lebih tebal pada tanaman yang terkena sinar matahari lebih banyak
(intensitas cahaya tinggi) bila dibandingkan dengan yang di tempat teduh. Selain itu,
kandungan kutikel juga ditentukan oleh faktor genetis. Berdasarkan data hasil
pengamatan, ditemukan lipid berupa wax yang berada di tangkai daun Ceroxylon
andicola dan berada di daun Polyalthia longifolia. Pada tangkai daun palem terdapat
lapisan wax yang berwarna hijau mengkilap dan agak licin ketika disentuh dengan
tangan. Wax pada palem tidak memiliki aroma yang berciri khas. Wax dapat diamati
dengan cara melihat warna pada tangkai daun tersebut dan dengan cara meremas atau
memotong sedikit pada bagian tangkai daunnya.
Wax merupakan ester dari rantai alkohol monohidrat dan asam lemak dengan
rantai C yang lebih panjang dari asam lemak yang terdapat pada lipid sederhana
(atom C lebih dari 20). Pada wax mengandung alkana, alkohol primer, dan asam lemak
bebas dengan rantai atom C yang sangat panjang. Wax disintesis dalam sel epidermis
dan sel-sel dimana wax tersebut umumnya berada karena sifat wax yang sulit
ditranslokasi. Beberapa wax mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi antara lain
kandungan wax pada daun bervariasi mulai dari sangat sedikit (trace) sampai sekitar
15% (db), tergantung pada spesies tanaman dan kondisi lingkungan. Kegunaan wax
yang terdapat pada tangkai daun palem berfungsi sebagai pelindung organ tubuh
tanaman palem. Dapat pula diolah menjadi palem wax yang nantinya dapat dijadikan
bahan baku pembuatan lilin. Selain itu, juga terdapat daun glodogan tiang berwarna
hijau mengkilap dan tidak berbau. Permukaan daun ditutupi dengan lapisan lilin yang
relatif kedap uap air dan karbon dioksida. Hal ini memungkinkan tanaman
menghemat air pada saat kondisi udara kering. Kegunaan wax yang terdapat pada
daun glodokan tiang berfungsi sebagai pelindung organ tubuh tanaman tersebut.
Terpenoid merupakan kelas metabolit sekunder yang tersusun oleh unit isopren
yang berkarbon 5 (-C5) yang disintesa dari asetat melalui jalur asam mevalonik
(Kabera dkk., 2014). Terpenoid juga merupakan kelas metabolit sekunder terbesar
yang memiliki jenis senyawa yang beragam. Metabolit sekunder merupakan produk
alami yang diturunkan dan disintesa dari metabolit primer tanaman seperti
karbohidrat, asam amino, dan lipid. Berdasarkan struktur kimianya, metabolit
sekunder dibedakan atas alkaloid, terpenoid, dan senyawa fenolik (Kabera dkk.,
2014). Struktrur terpenoid yang beragam dapat berupa molekul linier hingga
polisiklik dengan ukuran dari hemiterpen berunit lima karbon hingga karet yang
memiliki ribuan unit isoprene (Irrchaiya dkk., 2015).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa lipid
pada tanaman kehutanan dapat ditemukan pada batang pohon kamboja berupa getah,
tangkai daun palem dan permukaan daun glodokan tiang berupa wax, batang pohon
sukun berupa getah (lateks), dan batang pohon mangga berupa resin.
Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Estiti, B.H. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit Insitut Teknologi
Bandung.
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:
ITB.
Wrasiati, Luh Putu., Amina H., Dewa Ayu A.Y. 2011. Kandungan Senyawa Bioaktif dan
Karakteristik Sensoris Ekstrak Simplisia Bunga Kamboja (Plumeria sp.). Jurnal
Biologi Udayana. Vol. 15 (2): 39-43.
VII.